-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha V5 Chapter 2

Chapter 2 - Kata-kata Tabu


Hari berikutnya, setelah kelas berakhir, ketua OSIS Yuuki-senpai memanggilku. Belum lagi siaran sekolah, apakah dia benar-benar harus sejauh itu? Dan jangan katakan 'Maaf' selama siaran tersebut, aku bersumpah demi Tuhan. Gadis-gadis seperti Koga atau Murata akan memberiku tatapan mematikan karena mereka cemburu.

“Sialan, sekarang mereka bahkan menahanku di sini setelah kelas …”

Nee-san mengatakab 'Kami mungkin perlu meminta bantuanmu lagi', tapi alasan sebenarnya aku membantu mereka pasti bukan karena makan siang yang kuterima sangat lezat, ya…Tapi, bung, itu enak. Aku ingin tahu apa itu massa hitam dengan nasi putih di atasnya… Itu asin, tapi dalam cara yang baik.

Meski begitu, aku merasa agak enggan mengorbankan waktu luangku sepulang sekolah. Jika aku benar-benar melanjutkan pekerjaan paruh waktuku atau bergabung dengan klub, hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi. Aku yakin Ichinose-san bekerja lagi hari ini...Aku khawatir jika dia bekerja tanpaku. Aku merasa Kakek akan memaksaku membuat kontrak lain jika aku muncul. Jadi, aku tidak akan mengunjungi mereka…Aku bermain-main dengan smartphoneku, sambil mengganti sepatu outdoorku. Biasanya, aku memainkan beberapa game di smartphoneku atau membaca beberapa artikel yang terdengar menarik, tetapi baru-baru ini aku lebih banyak mendengarkan musik sambil berjalan pulang.

"…Ah…"

“Hm?”

Matahari perlahan mulai terbenam. Tepat ketika aku bercampur dengan kelompok siswa lain yang akan pulang, aku mendengar suara samar memanggilku. Biasanya, aku akan mengabaikannya begitu saja. Namun, sekarang suara ini mencapai telingaku, aku tidak memiliki pilihan yang terbuka untukku. Aku meregangkan punggungku dan berbalik dengan senyum alami.

“S-Selamat siang…”

Saat aku mengatakan itu, Natsukawa perlahan mendekatiku dengan ekspresi lelah. Tunggu, mendekat …? Eh, apa yang harus kulakukan di sini? Suasana terasa begitu canggung. Seperti aku bertemu dengan orang yang menolak pengakuanku berulang kali…Oh benar.

"Ern... mau pulang?" kataku.

"Iya, aku baru saja menyelesaikan tugasku."

"Tugas untuk festival budaya, ya?"

"Mnm, kami berada di saat yang kritis sekarang."

"Begitu, ya .. Yah, kau sudah melakukannya sejak liburan musim panas, ya?"

"…Ya."

“..…?”

Kupikir aku cukup tulus dengan kata-kataku, tetapi Natsukawa terlihat sedikit kelelahan. Eh, seburuk itukah...? Maksudku, aku tidak tahu detailnya. Tapi, kupikir mereka tidak akan memberikan beban sebanyak ini pada siswa/i kelas satu. Aku mendengar 'Ini tidak seburuk itu' dari seseorang. Apa itu informasi yang salah? Namun, Sasaki mengambil banyak pekerjaan Natsukawa, ya...Aku agak khawatir. Saat aku membingkai pemandangan Natsukawa di dalam kepalaku untuk disimpan nanti, keindahan itu meninggalkan pandanganku, berjalan melewatiku. Aku berbalik ke arahnya sedikit terlambat, saat dia meraih lengan bajuku.

“…Ayo, kita pulang.”

“Eh?”

Di sore hari, saat pelajaran telah berakhir dengan gadis yang kucintai, gadis yang telah kulepaskan, menatapku dari kananku, matanya berair dan penuh antisipasi. Meskipun aku seharusnya tahu, aku sekali lagi tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona pada kecantikannya. Tidak, tunggu, yang lebih penting, ada apa dengan gerakannya ini, menekankan pengekangannya. 'Ayo pulang' berarti kita bisa pulang bersama…kan? Aku tidak salah, ya? Kalau aku mendapat kesan yang salah di sini, aku akan mati.

“Y-Ya …”

Karena ini mengejutkanku, tanggapanku datang terlambat. Aku bergegas mengganti sepatuku dan melangkah keluar dari pintu masuk yang membuatku berjalan di depan Natsukawa kali ini. Betapa tidak senonohnya… Aku akan memotong perutku untuk bertobat. Aku hanya berdiri diam, menunggu, ketika Natsukawa selesai mengganti sepatunya juga dan berhenti tepat di sebelahku.

“Yah, maaf.” Aku bergumam.

“Tidak, tidak apa-apa.”

Eeeeek ... dia di sebelahku. Begitu dekat, tepat di sebelahku. Ada apa ini? Bahwa kita akan 'pulang bersama', tentu saja. Meskipun aku sudah mengenalnya selama lebih dari dua tahun, aku masih gugup. Mungkin karena punggungnya adalah segalanya yang kuingat, sejak aku terus mengejarnya. Tapi, apakah tidak apa-apa bagiku berjalan di sampingnya? Ini tidak apa-apa, kan? Ngomong-ngomong, aku nggak bau keringat, kan? Bisakah aku terus hidup?

Sudah berapa lama sejak kami berdua berjalan berdampingan seperti ini… Sejak kunjungan sekolah siswa SMP, kan? Kenapa ini terasa seperti aku sedang diuji? Ugh, kalau aku merusak mood Natsukawa ini pasti akan berakhir menjadi game over. Di tengkuknya, aku bisa melihat sedikit keringat, yang membuat rambutnya semakin bersinar- Tunggu, tenanglah... Sajou Wataru. Kemana kau melihatnya? Oh, benar. Sebuah percakapan, aku harus memulai percakapan.

"Sudah lama ya, kita bisa pulang bareng seperti ini.."

"Iya ..."

“…..?"

Dia hanya menanggapiku dengan satu kata 'Iya'. Aku merasa khawatir dengan sikap Natsukawa atau mungkin dia benar-benar kelelahan.

Kalau begitu, daripada memaksakan semacam percakapan, hanya berjalan di samping satu sama lain mungkin akan menjadi yang terbaik. Atau, mungkin berjalan di sampingku itu membuatnya semaki lelah? Jika itu masalahnya, aku siap menghilang kalau dia menginginkannya.

“Kau pasti lelah, kan? Apa kau tidak memaksakan diri?"

“Enggak juga. Aku bukan bagian dari klub manapun. Jadi, ini tidak seberapa dibandingkan dengan Kei."

“Tidak, beban yang dirasakan orang berbeda-beda tergantung kebiasaannya, tahu? Membandingkanmu dengan Kei seperti membandingkan ibu rumah tangga dengan seorang atlet.”

"I-Ibu rumah tangga? Muu, berhentilah bercanda.."

Ah, sial.... Natsukawa baru-baru ini tampak begitu dewasa karena dia telah merawat Airi-chan, itu memberiku citra perhatian padanya. Yah, Natsukawa agak terlalu atletis untuk disebut ibu rumah tangga. Menurut Ashida, dia sering bermain-main dengan Airi-chan. Aku tahu apa yang dia alami, aku pernah ke sana, melakukan itu.

“Yah, karena ini kau yang kita bicarakan. Pasti ada seseorang yang akan datang membantumu."

“Mnm, maksudnya? Tapi, yah…ada seorang gadis yang peduli padaku…”

"Sasaki?"

"Aku tidak akan menyebut Sasaki-kun seorang gadis."

Cih...Aku berharap dia secara tidak langsung menyatakan bahwa dia tidak melihatnya sebagai laki-laki. Tapi, kurasa itu tidak berhasil. Yah, mereka sudah bersama selama liburan musim panas ... Ahh, aku sangat iri.

“Sasaki-kun luar biasa…Dia bahkan melakukan pekerjaannya di kelas.”

“Heh, begitu ... Yah, dia juga melarangku melihat barang-barang itu.."

"Mungkin karena suatu alasan. Dia tidak mau menunjukkannya .."

“.……”

Aku menemukan diriku merasa sedikit tidak nyaman dengan tindakan Sasaki. Bahkan jika dia benar-benar memiliki banyak pekerjaan dari komite, apakah mereka akan benar-benar memberinya, kelas satu, begitu banyak tanggung jawab sehingga dia harus mengambil pekerjaan itu bersamanya? Selama tidak ada alasan khusus, aku tidak melihat mengapa dia perlu memaksakan dirinya sejauh itu. Selain itu, aku tahu betapa rajinnya pria itu. Fakta bahwa dia akan melakukan sesuatu yang pada dasarnya dilarang, sesuatu yang tidak masuk akal. Pasti ada alasan mengapa dia sampai mau repot-repot melakukannya sejauh ini.

'—Sajou, aku akan serius.'

Di sana, aku ingat kata-kata yang dia katakan padaku liburan musim panas lalu. Seluruh alasan dia bergabung dengan komite pelaksana festival budaya terkait dengan motif tidak murni ini. Begitu...Aku merasa seperti mulai melihat cahaya. Bahkan jika itu berarti melanggar aturan sedikit, dia akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar sebagai balasannya. Itulah kekuatan penggerak di balik tindakan Sasaki saat ini. Dengan bekerja keras, dia berusaha mengurangi beban kerja pasangannya. Terus terang, itu semua demi Natsukawa. 

Si bajingan itu, dia benar-benar serius..

“Ashida, dia bukan satu-satunya orang yang atletis, kan?"

“Eh…?”

“Sasaki. Dia tahun pertama yang menjanjikan di klub sepak bolanya. Setiap beban yang tidak perlu yang mungkin kau miliki, dia dapat dengan mudah menanganinya dengan staminanya. Kenapa tidak mengandalkannya saja?”

'Apakah itu sulit bagimu? Kalau begitu, biarkan aku membantu.'

Betapa hebatnya jika aku bisa tetap seperti itu...Tapi, membawa dokumen bersamamu dilarang dan karena Sasaki mengatakan bahwa kami tidak diizinkan untuk melihat, aku tidak bisa membantu. Daripada ikut campur dan memperburuk keadaan, aku harus menyerahkannya kepada seseorang dengan spesifikasi tinggi seperti Sasaki untuk membereskannya. Bukan berarti aku menikmati ide dia bermain sebagai pahlawan, tetapi dia harus bisa menangani banyak hal. Dia sudah memiliki aura protagonis dengan adik kecilnya yang brocon.

"Aku tidak bisa begitu saja mendorongnya ke orang lain ..."

“Kau pasti bisa. Dan hal yang sama berlaku untuk Sasaki. Kenapa kau tahun pertama, yang tidak tahu kiri dan kanan, harus memikul beban yang begitu besar?”

“Itu…”

Siswa sekolah menengah—Bahkan jika kita hanya memiliki tiga tahun, perbedaan keterampilan antara tahun siswa adalah sesuatu yang tidak dapat kau abaikan. Suasana di dalam organisasi, manajemen dan cara menanganinya, cara menangani komputer. Apa yang telah mereka pelajari selama dua tahun terakhir tidak dapat dibandingkan dengan bayi seperti kita. Tidak ada alasan untuk tidak bergantung pada mereka. Kupikir Natsukawa harus lebih fokus bersenang-senang dalam semua ini.

“Kau tahu, kau mungkin secara tidak sadar sedang asyik dengan 'mode Onee-chan'mu. Mungkin kau hanya bertingkah seperti ketika kau berada di depan Airi-chan, mengatakan pada dirimu sendiri bahwa kau harus melakukan semuanya sendiri?”

“………”

“…Hm, Natsukawa?”

Ini cukup menakutkan bagiku kalau kau tiba-tiba diam seperti itu, kau tahu. Memikirkannya, aku pasti terdengar sangat arogan sambil mengoceh seperti itu…Mungkin aku hanya merusak mood positifnya…Tidak ada hal baik yang terjadi jika aku menjadi terlalu percaya diri. Dengan hati-hati, hampir ketakutan, aku melihat Natsukawa di sebelahku.

“O-Onee-chan…”

Omong kosong. Aku tanpa sadar mengambil posisi bertarung, melihat Natsukawa dengan wajah tertunduk saat dia mengatakan itu. Aku samar-samar ingat memanggilnya 'Onee-chan' dalam sebuah pesan sebelumnya. Saat itu, dia berkata 'Berhenti' tanpa ruang untuk diskusi, tapi...di balik sifat dan sikap ilahinya, dia bisa menjadi siscon. Dia mungkin benci dipanggil seperti itu oleh siapa pun, bukan hanya aku.

"… Onee-chan …"

“Ah, tidak, maaf, Natsukawa. Itu hanya ungkapan, aku tidak bermaksud aneh. Kalian berdua begitu cantik."

Ya, mereka berdua berada di level yang berbeda denganku. Airi-chan imut dan menggemaskan. Sedangkan Natsukawa, dia juga imut dan cantik. Tidak ada ruang untuk tidak setuju. Tidak ada di dunia ini yang berani memutuskan hubungan di antara mereka. Mereka hanya diperbolehkan untuk dibina jika mereka berdua mendapatkan kontrak bersama. Lebih buruk lagi, itu mungkin benar-benar terjadi… Bagaimana jika Natsukawa tiba-tiba menjadi Idol.seperti itu? Aku menemukan bakatnya. Jika dia bersinar, aku bisa hidup. Meskipun aku merasa tidak enak karena mengecewakan orang tuaku.

"…Sekali lagi."

“Eh?”

..... Ehh?

“Kalian berdua begitu cantik.."

'Sekali lagi', seperti yang kutanyakan. Untuk berpikir aku akan menggunakan kata-kata ini dua kali berturut-turut, aku merasa seperti aku meminjamnya langsung dari Shigeo, itulah sebabnya mereka sangat menawan. Sepertinya Natsukawa sangat menikmati ini, karena dia sedikit tersipu, memintanya lagi. Baiklah, semuanya. Katakan padaku - Imut ....

"B-Bukan itu ..."

“Eh, apa?”

Hm, tunggu, ada sesuatu yang menyentuh daun telingaku—Aduh aduh, aduh! Dia menarik telingaku! Sejujurnya, ini adalah yang terbaik. Aku ingin dia menarik telingaku selamanya… Ah, tunggu, tidak. Aku hampir membuka pintu untuk masokis batinku, semua karena Natsukawa, meskipun pintu itu seharusnya tetap tertutup selamanya berkat Nee-san. Satu langkah lagi dan aku akan bersedia membayar untuk ini. Selain itu, Natsukawa dengan santainya menyentuh telingaku? Aku tidak akan mencuci telingaku!


"E-Ern, bagian mana?"

“L-Lupakan ....”

“Ah, baiklah…”

A-Apakah dia marah sekarang...? Kurasa dia tidak bisa memaafkan siapa pun selain Airi-chan karena memanggilnya 'Onee-chan'… Haruskah aku mengambil resiko untuk itu? Panggil dia 'Onee-chan' lagi? Daun telingaku mungkin senang. Kurasa aku satu-satunya orang di seluruh dunia ini yang memiliki pemikiran seperti ini terhadap teman sekelas.

“….…”

“… Um.”

Saat aku melihat ke sampingku, Natsukawa mengalihkan pandangannya. Melalui celah-celah rambutnya, aku bisa melihat telinga dan pipinya yang memerah. Sepertinya permintaan 'Sekali lagi' darinya sekarang kembali menggigitnya. Aku tidak bisa mendapatkan cukup ini. Apa yang harus kulakukan dengan semua emosi ini? Aku merasa seperti aku akan mampu menembak balok dari tanganku. Mungkin sudah mencobanya kalau tidak ada orang di sekitar sekarang.

Tapi, tenanglah dan kembali ke kenyataan adalah salah satu kekuatanmu, Sajou Wataru. Wajar jika Natsukawa menjadi imut. Aku harus tetap tenang. Hanya aku di sekolah menengah yang akan bingung pada setiap hal kecil yang dia lakukan. Aku seorang pria, aku seorang pria ... Dengan mengatakan pada diri sendiri seperti ini, aku berhasil mengabaikan reaksi malu-malu Natsukawa.

“Sejujurnya, senang memiliki saudara kandung dengan sedikit perbedaan usia. Sepertinya tidak akan ada banyak pertempuran."

“…Eh?”

“Maksudku, melihatmu dan Airi-chan. Kalian tidak pernah bertengkar, kan?"

Mau tak mau aku merasa sedikit cemburu pada Airi-chan. Kalau Nee-san dan aku memiliki perbedaan usia yang lebih jauh, mungkin aku akan bisa menikmati kehidupan yang lebih santai tanpa harus melewati ujian dari Nee-san... Tidak, itu tidak mungkin. Bahkan jika aku di sekolah dasar, dia masih akan menggunakanku sebagai pijakan di sofa. Jika ada, aku mungkin akan diperlakukan lebih seperti orang lemah. Untung aku masih SMA ...

“Tapi… aku selalu memarahinya, tahu?”

"Kalau itu berakhir dengan itu, maka itu sangat luar biasa."

“Eh?”

Kapan terakhir kali Nee-san memarahiku… Lagipula, dia yang selalu memukuliku dalam hal egois…Atau, daripada mementingkan diri sendiri, itu lebih seperti ide untuk memaksakan cita-citanya. Dalam kasusku, aku tidak dimarahi, tetapi didorong secara fisik. Jika ada, kami mungkin memiliki hubungan darah, tetapi melihatnya sebagai kakak perempuan yang sebenarnya adalah hal yang kasar. Dia seperti makhluk yang berbeda, tetapi keberadaan tunggal bernama Sajou Kaede, lebih dekat dengan gorila daripada manusia.

“Aku cemburu pada Airi-chan.”

“..…!”

Di akhir keluhanku, aku mengungkapkan perasaan jujurku. Baru kemudian, aku menyadari bahwa aku baru saja mengatakan sesuatu yang sangat memalukan. Namun, itu tidak akan membuatku merasa bingung di depan Natsukawa lagi. Meskipun aku tidak bisa melihat wajahnya karena aku takut. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika dia menatapku dengan tatapan jijik?

“…N-Nee…”

“Hm?”

“K-Katakan…di rumahmu…bagaimana hubunganmu dengan kakak perempuanmu?"

“Eh?”

Eh, Kakakku? Secara alami, nuansa seperti itu tidak dapat ditemukan dalam kata-kata Natsukawa. Jadi, aku hanya memberi mereka beberapa pemikiran. Bagaimana kita berinteraksi, ya? Aku merasa seperti ditanya pertanyaan serupa belum lama ini. Oleh Kai-senpai, mungkin? Eh, tunggu…jadi Natsukawa tertarik dengan Nee-san seperti Senpai? K-Kau bercanda, kan...Jadi dia tidak hanya menyukai kecenderungan yuri dengan Ashida, tapi juga dengan kakak perempuanku sendiri? Bagaimana jika aku mengatakan hal yang sama persis seperti yang kulakukan pada Kai-senpai? Apakah dia akan mimisan? Akankah hidungnya meledak…!?

“Y-Yah, aku sudah memberitahumu tentang itu sebelumnya, kan? Itu masih sama.”

“A-aku tidak bertanya tentang dia…!”

“Eh…?”

Dia tidak bertanya tentang Nee-san… Jadi, tentang siapa…? Aku? Dia bertanya tentangku? Natsukawa bertanya tentangku? Hahaha, itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia tertarik dengan keadaanku di rumah. Satu-satunya saat dia menunjukkan minat padaku adalah ketika kami pertama kali bertemu. Apa yang harus aku katakan padanya? Tidak ada yang menarik dariku. Apa yang kumiliki di laciku?

"Y-Yang kutanyakan.. itu, ern.. kamu seperti apa di rumah, maksudku sebagai adik laki-laki..."

"Sebagai adik laki-laki.. Eh?"

Hmmm…? Adik macam apa aku ini? Apakah ini terkait dengan 'mode Onee-chan' yang tidak sengaja kusebutkan tadi? Begitu, ya.. aku mengerti, aku mengerti.. Tidak, aku sama sekali tidak mengerti... Apakah ini pertanyaan filosofis? Adik macam apa aku ini…? Tidakkah cukup bahwa aku memiliki seorang kakak perempuan dan aku bernafas? Apakah aku perlu melakukan sesuatu yang istimewa untuk mendapatkan pangkat adik laki-laki? Mungkin melayani kakakku? Tidak, tidak, aku baru saja dicuci otak oleh Nee-san, baiklah.

Nah, ada beberapa drama TV di luar sana dengan episode karakter di sepanjang baris 'Apakah aku ini Ayah yang tepat?' atau 'Apakah aku ini Kakak perempuan yang baik?' dan seterusnya. Aku merasa Natsukawa mungkin memikirkan hal semacam itu. Tapi…bukankah itu hanya berlaku untuk seorang Kakak? Apakah aku satu-satunya orang yang tidak merasa bertanggung jawab menjadi adik? Bagaimana jika Airi-chan benar-benar memperlakukan Natsukawa dengan banyak hal? Natsukawa mengandalkan adik perempuannya? Ya, aku mungkin tidak akan pernah bisa mempercayai seseorang.

Dalam kasus Sasaki, adik perempuannya Yuki-chan mungkin yang memberikan aturan…Meskipun aku tidak punya cara untuk membuktikannya. Ah, mungkin itu yang terjadi pada Ichinose-san? Kakak laki-lakinya akhirnya mendapatkan pacar. Saat ini, dia mencoba menemukan posisinya sebagai adik perempuan lagi.

Carilah itu… Apa kesamaan yang aku, Airi-chan, Yuki-chan dan Ichinose-san bagikan. Brocon ... siscon? Tidak, tunggu. Itu tidak mungkin. Aku mungkin menghormatinya, tetapi aku tidak dimanjakan olehnya atau semacamnya. Sebaliknya, dia memperlakukanku seperti pelayan.

“Aku… tidak berpikir aku ditakdirkan untuk menjadi adik laki-laki…”

“Ehhh…Kamu tidak ditakdirkan untuk menjadi adik laki-laki!? Apakah itu mungkin…!?”

Apa kualifikasi menjadi adik laki-laki? Aku tidak dapat menemukan jawaban, tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya. Kurasa aku harus merenungkannya nanti. Mungkin aku harus menelan rasa maluku agar Natsukawa mengajariku. Dia mungkin hanya tahu lebih banyak tentangku meskipun tidak berhubungan.

"Apa yang harus kulakukan untuk menjadi adik yang baik?"

“B-Bahkan kalau kamu menanyakan itu padaku…!?”

Aku menyerah dan bertanya pada Natsukawa, yang dia berikan padaku dengan jawaban bingung, tidak yakin harus berkata apa. Aku benar-benar merasa menyesal. Tapi, setidaknya aku bisa mempersiapkan diri untuk hari dimana aku bisa menjadi adik laki-laki Natsukawa.

“U-Um…!” Natsukawa tersipu malu.

Apakah dia pernah menjadi begitu serius ketika itu melibatkanku? Dia pasti lelah dari pekerjaannya. Namun, dia masih keras kepala. Apa yang telah kupaksakan kepada gadis yang kusuka.. Begitu banyak…bersalah…!

“D-Daripada melakukan sesuatu…bukankah itu yang dia lakukan padamu…!?”

"Apa yang dia lakukan padaku?"

Memperlakukanku ... sebagai samsak? Apa sebenarnya yang dia lakukan padaku? Tidak ada yang baik, setidaknya. Ingatanku penuh dengan rasa sakit. Disebabkan oleh Kakakku, itu. Ya ampun, aku sebenarnya adalah seorang adik laki-laki… Ya tidak, omong kosong.

"Hmm, contohnya?"

"C-Contoh!? Y-Yah…”

Tidak bisa disebut adik laki-laki jika aku tidak menderita rasa sakit, kemalangan macam apa itu? Aku tidak pernah memikirkannya sebelumnya. Mungkin, hubungan kami sebagai kakak-adik sangat kacau, ya? Aku membutuhkan pengajaran yang menyeluruh…!

“—M-Mungkin dia akan membersihkan telingamu…?”

"Membersihkan telingaku?"

Begitu, membersihkan telinga…dari Nee-san…Aku merasa dia akan menusuk gendang telingaku dan merusak pendengaranku seumur hidupku, yup.

Membersihkan telinga. Hanya suara yang memenuhiku dengan nostalgia. Terakhir kali aku mengalami hal seperti itu saat masih SD. Saat ini, aku hanya membersihkan telingaku setelah mandi. Aku bahkan tidak menggunakan ear pick lagi. Dan jika aku melakukannya, Nee-san hanya akan memberiku pertanyaan 'Kenapa kamu menggunakan itu', memperlakukannya seperti itu adalah kepatutan kita bersama.

“Ya, tidak juga.”

“Eh…!? Tidak pernah!? Kakak perempuanmu tidak pernah membersihkan telingamu!?”

"Tidak pernah…"

"Tidak mungkin ..." Natsukawa tampak sangat terkejut karena suatu alasan.

Dia menatapku seolah aku adalah hewan malang yang membutuhkan bantuan. Taku membutuhkan tatapan menyedihkan seperti ini? Apakah seburuk itu hanya karena Nee-san tidak pernah membersihkan telingaku? [TN: Ear Pick]

"Ah. Tapi, waktu aku masih SMP...."

“Eh…!?”

"Ern…"

Aku baru ingat sebuah episode zaman kuno, yang membuat Natsukawa mendorong wajahnya ke arahku. Matanya menyala dengan antisipasi. Kalau aku bukan anak tertua dari keluargaky, aku mungkin tidak akan mampu bertahan hidup. Aku hanya tersedot oleh bibirnya yang kecil berwarna mawar. Itu bahkan merayuku sampai-sampai aku merasa ingin bertaruh pada satu dalam sejuta kesempatan dan mengaku padanya, tapi…Tidak, aku bodoh. Tidak ada yang berubah dan tidak ada yang akan berubah. Jangan terpesona oleh kecantikannya, wahai diriku!

"Waktu SMP, Nee-san tiba-tiba memberiku ear pick dan memaksaku untuk membersihkan telinganya.”

“.... !!?”

Itu dulu ketika dia masih seorang yankee dan selain itu sangat berbahaya. Saat aku duduk di ruang tamu, gemetar ketakutan, dia tiba-tiba muncul dengan ear pick di tangannya. Karena aku kehilangan rute pelarianku, aku terpaksa membiarkan dia meletakkan kepalanya di pangkuanku, sementara rambut pirangnya tergerai di lantai. Tepat saat aku sedang memikirkan apa yang dia lakukan, dia hanya berkata blak-blakan— "Ayo, cepat". Dengan tangan gemetar, aku meraih ear pick…tapi aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu. Aku hanya menekan kenangan itu.

“K-Kamu membersihkan telinga kakak perempuanmu…!?”

“Ya, emang kenapa?"

“Ah…M-Mm…! Tidak, bukan apa-apa …"

“Cuma mau ngasih tahu aja.. Aku tidak melakukan hal aneh, oke?"

"A-Aku tahu itu tanpa kamu perlu memberitahuku!" Natsukawa dengan panik melihat ke langit.

Dalam sepersekian detik itu, aku melihat matanya bergetar ragu. Ayolah, jangan terlalu bersemangat tentang ini…Kau hanya akan terlihat lebih menggemaskan.

“L-Lalu…"

"Ya…?"

“A-Apa lagi?”

"Bahkan kalau kau menanyakan itu padaku ..."

Kejadian lain dengan Kakak perempuanku... Seperti yang kupikirkan, tidak banyak hal saudara yang terjadi di antara kami. Apa pun yang menurut Natsukawa menarik…

“Nee-san, ya …”

“S-Sudah kubilang, aku tidak bertanya tentang kakakmu…”

“Eh?”

"Aku ingin mendengar cerita tentangmu sebagai adik laki-laki!"

"Hah?"

I-ini tentangku, ya...? Bahkan kalau kau mengatakan itu, tidak ada cerita seperti itu di mana Nee-san dan aku benar-benar akur selain kejadian membersihkan telinga itu. Apakah kami sedekat itu? Pada dasarnya hanya dia yang memberiku perintah. Oh ya, sebelum aku bertemu Natsukawa, ada saat Nee-san memberiku beberapa pijat dan memaksaku untuk mempelajarinya. Itu ... ya, tidak bagus. Aku tidak ingin memberi tahu orang-orang tentang hal semacam ini. Aku ingin meminta maaf karena mengecewakannya, hanya untuk melihat Natsukawa memberiku tatapan penuh harapan, wajahnya tepat di depa- tunggu, tunggu, tunggu, tunggu!

"N-Natsukawa-san, kau terlalu dekat!" Aku angkat bicara, panik.

“Eh…Ah…”

Bahkan jika aku terbiasa dengan kecantikannya, ini jauh di atas kemampuanku. Aku terhuyung mundur yang membuat Natsukawa menyadari pendekatannya yang agresif dan mengalihkan wajahnya, memainkan rambutnya.

“….…”

“….…”

Reaksi bingung Natsukawa membuatku menjadi bingung sendiri. Bahkan jika dia tidak melihatku sebagai potensi minat romantis, aku masih menyadari bahwa dia setidaknya melihatku sebagai lawan jenis. Karena itu, perasaan yang seharusnya kukunci jauh di dalam diriku muncul ke permukaan lagi.

Setelah situasi canggung tadi, kami menjaga jarak sedikit. Tapi, pemandangan itu barusan terukir di kepalaku. Ujung hidungku masih bisa mencium aroma samar  dari Natsukawa. Mungkin itu instingku sebagai laki-laki, tapi aku merasakan dorongan untuk memeluk gadis di depanku. Aku baru saja berhasil menekan keinginan konyol ini, pemberhentian terakhir yang menahanku untuk melakukannya adalah pengalamanku ditolak berulang kali selama beberapa tahun terakhir yang menarikku kembali ke kenyataan logis.

“.……”

“.……”

Baiklah ... oke, aku baik-baik saja sekarang. Tapi, aku masih tidak bisa melihat Natsukawa. Hanya dengan sedikit memutar kepalaku, aku bisa melihat bayangannya dengan canggung bergerak-gerak di sudut mataku. I-Imut sekali! Bahkan bayangannya imut? Ini pasti berkah dari Tuhan!? Menyadari betapa tidak realistisnya imutannya, detak jantungku kembali normal. Fakta bahwa aku menerima gagasan bahwa dia adalah keberadaan yang sama sekali berbeda bagiku pasti berhasil. Padahal, aku tidak menyangka akan terpesona oleh bayangannya sendiri. Kesimpulan: Natsukawa Aika adalah seorang Dewi..

"…Jadi."

“Y-Ya …”

Itu adalah respon dasar. Bahkan saat mengangguk, suara Natsukawa bergetar. Mengamati situasi ini dari sudut pandang orang ketiga, aku bisa melihat betapa canggungnya kami bertindak. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa. Tapi, jika aku tidak mengatakan apa-apa, aku tidak berpikir situasi ini akan berubah dalam waktu dekat.

“Aku… tidak punya ingatan tentang itu. Jadi, aku akan mencoba peruntunganku dengan Kakakku lain kali dan bertanya padanya tentang atribut adik laki-lakiku."

Tidak ada yang terjadi antara aku dan Natsukawa. Jadi, aku mengabaikan lima menit terakhir dan melanjutkan dengan nada alami. Jika ada pria yang menjawab dengan 'Wajahmu cukup dekat, ya…' maka itu pasti pria yang terlalu percaya diri atau wanita cantik yang diizinkan melakukan kejahatan apa pun. maafkan aku mengecewakanmu…

“—L-Lalu…”

“Hm?”

"Jika dia ... tidak pernah melakukan hal seperti itu untukmu ..."

"Sesuatu seperti itu…?"

“Seperti membersihkan telinga…”

“Eh…?”

Mendengar kata-kata tak terduga ini, aku hanya bisa melihat Natsukawa. Wajahnya tertunduk, memerah karena malu. Itu adalah jenis wajah yang belum pernah kulihat darinya sebelumnya. Pemandangan centil seperti itu membuatku gelisah dengan rangsangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Itu mencapai titik di mana aku bahkan meragukan apakah gadis di depanku itu benar-benar Natsukawa.

“A-Aku bisa—”

Natsukawa mencoba mengatakan sesuatu. Tapi, dampaknya terlalu besar bagi otakku untuk memproses apa yang sedang terjadi. Jadi, isinya langsung melewati kepalaku. Aku hanya bisa berdiri di sana, menunggu suara Natsukawa memberkati telingaku.

“Oh… Sajou!?”

“…Hm?”

Aku mendengar sedikit lebih jauh. Meskipun itu tidak benar-benar tidak menyenangkan, nada suaranya langsung menempel di telingaku, menarikku kembali ke kenyataan. Dan, aku merasakan sedikit kemarahan dalam diriku terhadap orang yang menyela suara indah Natsukawa. Mengutuk penyusup ini di kepalaku, aku berbalik ke arah sumber suara. Menyipitkan mataku, aku melihat seorang gadis melambaikan tangannya ke arahku. Apakah aku memiliki penggemar visual kei band|1|sebagai seorang kenalan? Mungkin dia hanya tahu tentang Kakakku? Akhirnya, setelah gadis itu berjalan ke arahku, mataku sepenuhnya mengidentifikasi orang yang kuhadapi, meskipun terlambat beberapa saat.

“…Apa itu kau, Haru?”

"Ohh! Sudah lama, ya! Ada apa dengan rambut cokelat anehmu itu!”

“Apa yang kau maksud dengan aneh… Berbicara tentang itu, kau membiarkan rambutmu panjang, ya … Dan kau memiliki highlight pirang.”

"Yah, aku bergabung dengan sebuah band. Jadi, ini terkait dengan itu.”

"Huh ... Sebuah band, ya.."

Kami bersekolah di sekolah yang sama saat kami masih duduk dibangku sekolah dasar dan sekolah menengah (SMP). Bukannya kami selalu bersama atau semacamnya. Tapi, kami biasanya berakhir di kelas yang sama setiap dua tahun. Kami cukup normal, tidak saling membenci. Kotak gitar yang menjulang di belakang punggungnya cukup menarik. Penampilannya benar-benar berubah menjadi avant-garde, membuatku merasa bahwa aku pasti tidak akan mendekatinya jika tidak perlu.

Natsukawa tampak agak bingung karena kemunculan Haru yang tiba-tiba. Keduanya bersekolah di sekolah dasar yang berbeda dan kurasa Natsukawa tidak pernah sekelas dengan Haru saat masih SMP. Jadi, ini mungkin pertemuan pertama mereka.

"Bukankah kau ... pergi ke sekolah yang sama dengan Hiro?"

“Ah, ya. Dia sedang bermain basket sekarang. Gaya rambutnya juga seperti biasa.."

"Uh-huh."

“Jangan cuma balas "Uh-huh" padaku! Tidak bisakah kau sedikit lebih tertarik!? Dia konyol sekali!"

“…….?”

Mungkin dia marah karena aku mengabaikan persahabatan ini? Saat Haru menampar punggungku dengan raungan keras, dia tiba-tiba menghentikan tangannya sepenuhnya. Matanya beralih dariku ke Natsukawa, kembali padaku saat dia membanting tangannya di bahuku.

“Nee, Sajou! Apa maksdunya ini?"

"Eh…!? A-Apa!?”

Dia mendorong wajahnya lebih dekat ke arahku, mengguncang seluruh tubuhku. Aroma asing menggelitik hidungku, sangat berbeda dari aroma lembut yang datang dari Natsukawa— Oi, hentikaaaannnn!

"S-Sajou, kau  …! Kudengar kau masih mengejar Natsukawa-san. Tapi, akhirnya kau berhasil memenangkannya!?”

"Apa…!?"

Itu adalah bom, yang siap meledak kapan saja. Tanpa menahan diri, dia melemparkannya tepat ke dalam pelukanku, menyegel nasibku karena aku hanya bisa menunggu sampai dia menghancurkanku berkeping-keping… Serius, apa yang dia bicarakan? Apakah dia bahkan mempertimbangkan gagasan bahwa kita sebenarnya tidak berpacaran?

“Kuucapkan selamat, Sajou! Yah, lagipula kau selalu menembaknya! Ahh, aku sangat bangga denganmu!”

"Oi! Kau…!"

"Oh ya. Natsukawa-san, gimana kabarmu? Sehat, kan? Bukankah si Sajou ini selalu mengejarmu? Kalau dilihat dari dekat, kamu imut juga ya.. pantas saja, Sajou menyukaimu! Btw, perawatan seperti apa yang kamu berikan pada kulitmu?”

“Eh…!? Aku…”

“Mnm, mungkin itu karena efek memiliki pacar? Yah, lagipula aku sering mendengarnya~”

Haru terus mengoceh, menciptakan kenyataan palsu saat dia maju tanpa berpikir. Belum lagi dia bahkan melibatkan Natsukawa. Saat itu, aku mendengar sesuatu meledak di dalam kepalaku.

"…Oi!! Bisakah kau hentikan itu, Haru!!"

“Eek…!?”

Aku berteriak dengan suara keras yang bahkan aku tidak tahu aku bisa melakukannya. Aku bahkan memakukan tatapan mengancam. Dia pasti bingung melihatku bereaksi seperti ini, karena punggungnya meringkuk, takut padaku. Dia menatapku bingung, matanya terbuka lebar, menatapku tak percaya.

“…Um, apa kau benar-benar…”

“……”

Sudah terlambat sekarang. Tentu saja, Natsukawa dan aku tidak berpacaran, dan hanya karena dia telah menunjukkannya sekarang, tidak ada yang akan berubah di antara kami juga. Sebaliknya, aku tidak sepenuhnya tahu bagaimana berinteraksi dengannya secara normal. Jadi, aku hanya ingin meluangkan waktu dan setidaknya tidak canggung di dekatnya.

“Ern, maaf Sajou …”

Haru benar-benar mengacaukannya. Semua yang telah kukerjakan, semua yang telah kulakukan sehingga kami dapat bertindak normal satu sama lain, rasanya seperti hancur berkeping-keping, jatuh ke tanah di depanku, memenuhiku dengan rasa kehilangan yang parah.



|| Previous || Next Chapter ||

¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Catatan TL: 

|1| Awal bandnya: penggemar wanita yang meniru gaya make-up dan fashion band visual kei.
3 comments

3 comments

  • Tear
    Tear
    28/2/22 14:48
    Jut
    Reply
  • Yu
    Yu
    9/10/21 10:29
    Semangat min
    Reply
  • Lana
    Lana
    8/10/21 21:49
    Akhirnya nyampe sni. Lanjut min mangats
    Reply
close