[Bagian 2]
Aku tidak pernah berpikir bahwa Amami-san akan mengatakan hal semacam itu.
Kupikir orang yang mengatakan itu Umi, tapi ternyata aku salah.
Sebenarnya, kami sudah membahas hal ini sebelumnya. Jika Arae-san mencoba melakukan kekerasan terhadap Amami-san, maka Umilah yang akan turun tangan untuk menghadapi gadis bar-bar itu dan secara terbuka memusuhi dia sehingga Umi bisa bertindak sebagai 'Musuh bersama' untuk membuat keduanya bekerja sama.
Itulah alasan mengapa aku ikut dengan Umi sebanyak yang kubisa. Jadi, aku bisa mendukungnya dan tergantung pada situasinya, kami juga bisa memanggil Nitta-san.
Ini sebagian alasan mengapa aku mengkonfrontasi Arae-san selain dari provokasi vulgarnya.
Sejujurnya, kami sudah mengharapkan hal ini akan terjadi, tetapi aku tidak mempertimbangkan bahwa Amami-sanlah yang turun tangan.
"Oi, coba katakan itu sekali lagi."
"Tentu, aku akan mengatakannya lagi sebanyak yang kau mau."
Amami-san melanjutkan emosi meluap-luap.
“Dengarkan baik-baik. Kau itu gadis yang menyedihkan, tingkah lakumi sepeti bocah dan bodoh! Sejak awal, aku sudah menahannya. Aku tahu, kau selalu berbicara buruk tentangku di belakangku, jujur saja.. aku tidak peduli.. Tapi, aku tidak akan memaafkanmu yang menghina temanku! Kau selalu menghina teman-temanku tanpa alasan yang jelas. Bahkan di latihan tanding kemarin, sikapmu itu egois! Kau terlalu meminngkan egomu sendiri! Tapi, kau tahu? Kau itu ternyata seorang gadis dengan omong kosong, pecundang, menyedihkan! Hanya bisa melarikan diri. Dan sekarang, apalagi? Ini? Setelah kau melarikan diri dan mempermalukan semua orang, kau dengan santainya mengatakan 'Ini hanya permaian biasa?' Jika itu tidak menyedihkan dan kekanak-kanakan, lalu apa?”
“Amami, kau…!"
Arae-san akhirnya membentak dan mencengkram kerah Amami-san dengan kasar, menyebabkan kancing seragamnya terlepas.
Aku menyadari bahwa situasi ini akan berubah semakin buruk. Jadi, aku segera meraih lengan Arae-san. Tapi...
"Apa, Maehara?! Jangan sentuh aku!”
"Apa kau pikir aku hanya akan berdiri dan melihatmu menggunakan kekerasan?"
"Maki-kun, tunggu."
Tapi, saat aku mencoba menyeretnya pergi, Amami-san menyentuh tanganku.
“Tolong hentikan, Maki-kun… Dan kamu juga, Umi… Percaya padaku, oke?”
“Tapi, Amami-san…”
“Apa yang kamu katakan, Yuu? Kita tidak akan tahu apa yang dilakukan Si Jalang ini padamu, kan?"
Tapi, Amami-san tetap keras kepala.
"Jangan khawatir. Anak nakal seperti dia tidak akan berani menyakitiku bahkan jika dia mau."
"Cih! Memangnya kau tahu apa tentangku!?"
“Kau bilang tahu apa aku tentangmu? Apa kau bodoh, ya? Mana mungkin aku tahu tentangmu! Kau tidak pernah memberitahuku apapun. Tentu saja, aku tidak akan tahu, tolol! Kenapa aku harus repot-repot peduli dengan masa lalu seperti apa yang kau miliki atau masalah apa yang kau alami dengan rekan satu timmu di masa lalu?"
“Aah, jadi begitu 'ya!?"
“Heh, dasar anak kecil."
Arae-san menepis Umi dan aku dan memberikan lebih banyak kekuatan ke tangannya yang meraih kerah Amami-san dan mendorongnya ke dinding.
Apakah dia benar-benar pensiun dari dunia olahraga?
Kekuatannya jauh lebih besar dari yang aku kira, butuh dua orang untuk menahannya. Meskipun sebagian besar kekuatannya mungkin berasal dari kemarahannya.
“Yo~ aku punya waktu, jadi kupikir aku akan memeriksamu— Tunggu, apa yang kalian lakukan ?!”
“Nitta-san, bantu kami!”
"Ya ampun, kamu berutang satu padaku 'oke, Rep?"
Nitta-san tiba di saat yang tepat dan dengan bantuannya, kami berhasil menarik Arae-san menjauh dari Amami-san.
Kami menyerahkan Amami-san kepada Umi sementara kami menahan Arae-san, tetapi tatapannya masih tertuju pada Amami-san.
Sudah waktunya bagi siswa/i lain kembali ke kelas mereka dan mereka mungkin akan salah paham jika mereka melihat kita seperti ini. Tapi, sepertinya kita tidak bisa melepaskan mereka.
Apakah ada tempat di mana kita bisa menyelesaikan ini tanpa ada yang melihat?
“Hm? Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian berisik sekali?”
"Nakamura-san?"
Tiba-tiba, Nakamura-san dari kelas 2-11 mengintip dari ambang pintu.
Dia melirik ke arah kami secara bergantian.
"Hmm, Umu.. Aku mengerti, sepertinya kamu dalam masalah 'ya, Maehara-kun?"
“Y-Ya, sedikit.. Um, Nakamura-san, ada berapa orang di kelasmu sekarang?”
“Mn, anak laki-laki semuanya ada di lapangan dan hanya tim basket yang ada di sana bersama beberapa orang lainnya, kami sedang menunggu Asanagi-chan… Kalau kamu ingin meminjam ruang kelas, silakan.”
“Terima kasih, Nakamura-san!”
“Maehara-kun, ini tidak gratis. Kamu berhutang budi padaku, Miku, Kaede dan Ryouko, oke~?"
Nakamura-san kemudian memanggil Shichino-san, Kaga-san, Hayasaka-san dan yang lainnya untuk mengosongkan ruangan.
Ketegangan antara Amami-san dan Arae-san telah meningkat ke titik ini. Jadi, kami harus menyelesaikan masalah di antara mereka di sini, setidaknya sampai batas tertentu. Aku benar-benar harus berterima kasih kepada kelas 2-11 karena memberi kami kesempatan untuk melakukan ini.
Apa ini hal yang benar untuk dilakukan dalam situasi ini?
Aku tidak tahu, tetapi kupikir akan lebih baik bagi mereka berdua untuk melampiaskan semua rasa frustrasi mereka satu sama lain sebelum pertandingan dimulai.
“Semua orang mengatur ini untuk kita. Jadi, mari kita selesaikan ini dengan benar, Arae-san. Kau tidak takut padaku, kan?”
“…Baiklah, ayo lakukan ini.”
Arae-san mengikuti Amami-san dan masuk ke kelas 2-11.
Secara alami, kami bertiga mengikuti mereka.
“Aku akan mengawasi situasi di luar kelas. Jika keadaan menjadi buruk, beritahu aku 'oke?”
“Ya, sekali lagi terima kasih, Nakamura-san dan maaf sudah merepotkanmu.."
“Santai saja~ Hidup itu memang perlu drama sedikit. Kalau hidup kita hanya lurus kedepan, itu akan terasa membosankan, bukan? Lagi pula, hal seperti ini wajar saja. Momen-momen seperti inilah yang membuat kehidupan SMA menjadi berwarna, bukan? "
“Yah, kurasa kau benar…”
Aku memasuki kelas saat Nakamura-san pergi dan menutup pintu.
Kami harus menyelesaikan masalah ini sebelum pertandingan dimulai dan aku harus melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa Umi dan semua orang akan senang dengan hasil apa pun yang akan dihasilkan dari percakapan ini.
Catatan Penerjemah:
Meminjam kelas kosong,.. Jika hal ini terjadi di negeri Wakandasia, pasti sudah adu jotos wkwkwk
Post a Comment