-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 3 Chapter 4

Chapter 4  Pertemuan Antar Keluarga


Pengingat: 
【  】Membaca pikiran
==================================================

"Heee? Eehh, ada apa!?"

Begitu Naoya melompat mundur, Koyuki terbangun dan berteriak terkejut.

Siapapun pasti akan bereaksi seperti itu jika orang yang hendak menyatakan perasaannya padanya tiba-tiba menunjukkan perilaku aneh seperti itu.

Pada saat yang sama, pintu depan kediaman keluarga Sasahara dibuka dengan kasar.

Suara langkah kaki, mungkin karena mendengar teriakan Koyuki, langsung datang ke arah mereka.

"Koyuki! Apa kamu baik-baik saja!?"

“Papa!?”

Pintu geser di koridor depan terbuka dengan keras.

Dan berdiri di sana adalah Ayah Koyuki, Shirogane K. Howard, dengan wajahnya yang pucat.

Pengunjung tak terduga datang dalam keadaan yang tak terduga.

Mulut Koyuki terbuka dan tubuhnya membeku.

Naoya yang sedang terkapar di lantai, beranjak bangun dan membungkuk pada Howard.

"S-Selamat malam, Otou-san..."

"Ah, selamat malam. Um, kenapa kau terkapar di sana?"

"Ada banyak hal yang terjadi ... Ahahaha..."

Naoya, walaupun otot-otot wajahnya tegang karena kejadian mengejutkan ini, berusaha keras untuk tetap memberikan senyuman padanya.

Dia melompat mundur dari Koyuki dengan tergesa-gesa ketika dia mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Berkat pengalamannya mengunjungi kediaman Shirogane beberapa kali, dia sangat menyadari suara mobil itu berasal dari keluarga Shirogane.

Untung saja Naoya dapat bereaksi tepat waktu. Jika tidak, dia mungkin telah menyatakan perasaannya di hadapan Ayah dari gadis yang dia suka. Meskipun mereka secara resmi sudah saling mengenal, hal tersebut tetap saja akan membuatnya terlalu canggung kedepannya.

Koyuki pun pasti merasakan hal yang sama, karena Naoya dapat membaca ekspresi Koyuki saat itu.

【Tunggu, ini semua memang akan terlalu baik untuk segera menjadi kenyataan, tapi... bagus sekali, Naoya-kun! Jika Ayahku benar-benar melihatnya, dia pasti akan terus membahasnya sambil tersenyum selama bertahun-tahun kedepan!】

Ekspresi serius di wajahnya saat dia diam-diam mengacungkan jempol ke Naoya.

Naoya menirunya dan membalas acungan jempolnya dan kemudian sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benaknya

Tapi... kenapa Ayah Koyuki ada di sini?

Naoya sudah memberi alamat rumahnya sebelumnya, tetapi dia belum pernah mengundangnya ke rumahnya sebelumnya.

Selain itu, Howard juga sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri baru-baru ini.

Koyuki dan Naoya menjadi bingung, tapi entah kenapa, wajah Howard terlihat serius.

Dia meraih bahu putrinya dan berteriak dengan ekspresi panik di wajahnya

"Lebih penting lagi, Koyuki! Tidak aman bagimu untuk tinggal di sini! Ayo lari dengan Papa sekarang juga!"

"Ehhh...? Apa yang kamu bicarakan, Papa?!"

Koyuki menatap tajam Ayahnya dengan ekspresi masam di wajahnya.

Suasana manis dan asam yang sudah sulit dibangun sebelumnya menjadi hancur total. Mood Koyuki pun menjadi lebih buruk dari itu.

Koyuki melambaikan tangannya lalu berbicara dengan Ayahnya yang terlihat sangat panik.

"Kalau Papa ingin pulang, pulanglah sendiri. Maksudku, kapan Papa kembali dari Inggris? Aku belum mendengar apa-apa tentang itu."

"Astaga, maaf aku tidak bisa menghubungimu, tapi... Papa punya banyak hal yang harus dilakukan!"

Howard terlihat lelah, lalu berteriak ke arah Naoya.

"Naoya-kun, kau juga harus kabur bersamaku! Iblis itu akan segera tiba..."

"Ohh... jadi begitu ternyata."

Naoya tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat ke arah langit-langit.

Itu adalah kalimat yang tidak jelas, tetapi hanya dengan informasi sebanyak itu, Naoya dapat menebak apa yang sedang terjadi. Koyuki adalah satu-satunya di sini yang tidak mengerti dengan situasi ini.

"Apa? Apa yang dimaksud dengan Iblis itu..."

"... Permisi."

Kemudian, suara tenang terdengar.

Berdiri di depan pintu ruang tamu, terlihat seorang pria dewasa dengan penampilan yang sangat biasa saja.

Tingginya rata-rata dan senyum di wajahnya terlihat pahit, tetapi terasa lembut. Memberi kesan pada semua orang bahwa dia tidak berbahaya pada pandangan pertama.

Pria itu menggelengkan kepalanya dan melanjutkan.

"Aku mencoba untuk membawa Howard-san pergi dari bandara. Tapi, dia berhasil kabur saat aku mengalihkan pandanganku darinya… Aku benar-benar minta maaf, Naoya."

"Aku benar-benar bingung mengapa kalian kembali pada saat seperti ini..."

"Ehh, tidak mungkin..."

Sambil melihat dan membandingkan Naoya yang memegang kepalanya dengan pria itu, Koyuki memutar matanya dan berkata.

"Ayah Naoya!?"

"Halo, aku Housuke Sasahara. Kamu pasti Koyuki-san yang sering kudengar, Putra kami berhutang budi padamu."

"Eeei...! Menjauhlah dari putriku, dasar Iblis!"

Howard menunjukkan taringnya pada Hosuke, yang menundukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Koyuki.

Sementara para Ayah masih ribut, seorang wanita muncul entah dari mana dari belakang mereka.

"Oh, baunya sangat enak. Apa kamu membuat kari, Naoya?"

"Ah, ya.. Aku membuat banyak. Jadi, kau harus memakannya, Bu."

"Dan Ibumu juga!?"

Wanita tersebut adalah ibu Naoya, Airi Sasahara.

Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Tapi, bahu Naoya merosot untuk beberapa saat dan dia hampir tidak bisa berbicara. Tentu saja, dia belum menerima pemberitahuan bahwa Ibunya akan pulang hari ini.

Kemudian, Ibu Koyuki keluar dari mobil yang diparkir di jalan dan pertemuan antara kedua keluarga pun dimulai.

* * *

"Senang berkenalan denganmu, aku Misora, Ibu Koyuki."

"Senang berkenalan denganmu juga. Aku minta maaf atas semua masalah yang Naoya sebabkan padamu."

"Tidak, tidak, Putri kami yang selalu berhutang budi pada Naoya-kun."

Suasana ruang tamu kediaman keluarga Sasahara seketika berubah menjadi ramai.

Dari semuanya, para ibu-ibu lah yang paling heboh.

Misora ​​meletakkan tangannya di pipinya dan mengangkat alisnya dengan kesal.

"Maaf mengganggumu ketika kamu lelah. Ketika aku pergi menjemput Howard di bandara, dia tidak mendengarkanku dan menyuruhku untuk segera pergi ke rumah Sasahara-san."

"Tolong jangan khawatir tentang itu. Aku juga ingin bertemu dan menyapamu dengan baik. Oh, aku punya oleh-oleh yang baru saja akan kuberikan padamu. Ini beberapa cangkir teh dari Inggris."

"Ara, nggak apa-apa nih? Aku adalah penggemar berat teh."

Para ibu-ibu terlihat cocok sehingga suasananya menjadi ceria.

Tetapi di sisi lain...

“............”

Empat orang yang lainnya yang berada di sekitar meja memiliki suasana yang kurang baik.

Naoya-lah yang terutama membuat suasananya menjadi begitu.

Satu-satunya alasan mengapa moodnya tenggelam begitu rendah adalah karena dia terganggu pada saat yang begitu penting baginya.

Huhhhh.... Bagaimana bisa berakhir seperti ini...

Koyuki sudah memberinya lampu hijau untuk Naoya mengakui perasaannya, tetapi sekarang dia sudah kehilangan kesempatannya. Dia merasa semakin down karena dia sudah begitu antusias menantikan kesempatan tersebut.

Koyuki menyeruput tehnya dengan ekspresi cemberut di wajahnya, seolah-olah dia masih merasa kesal dengan momen tersebut yang harus berakhir karena terganggu.

"Err... Ahem..."

Howard, yang diam dengan kerutan di wajahnya, menghela napas panjang.

Dia berbicara dengan lembut kepada Koyuki dengan wajah seperti seorang prajurit yang sudah ikhlas untuk gugur dalam medan perang.

"Hei, Koyuki. Ayo kita pulang..."

"Nggak mau. Mereka berdua juga terlihat bersenang-senang 'kan, Mama?"

"Ya, benar. Kau tahu, aku ingin berbicara lebih banyak lagi dengan Sasahara-san."

"Ugh... Jika Misora-san berkata begitu, maka aku tidak punya pilihan..."

Howard mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepalanya seolah dia sudah membuat keputusan tegas.

Tapi kemudian dia mengangkat matanya dan memelototi Housuke, yang duduk di sebelah Naoya.

"Tapi, tidak denganmu. Menjauhlah dari putriku! Housuke!"

"Nee, Papa! Kamu tidak sopan dengan Ayah Naoya!"

"Diam sebentar, Koyuki. Kamu tidak tahu seberapa buruk orang ini, kan..!?"

"Hahaha.. Ya, iya.…aku mengerti."

Housuke tidak benar-benar berdebat dengannya dan hanya menyeruput tehnya dengan santuy.

Koyuki semakin bingung dengan percakapan mereka yang terdengar sangat aneh. Dia lalu bertanya.

"Ngomong-ngomong, Papa, apa kamu pulang bersama orang tua Naoya-kun?"

"Oh, ya. Itu yang terjadi, tapi..."

Wajah Howard terlihat murung, tetapi dia dengan enggan menganggukkan kepalanya.

Naoya tahu melalui Koyuki bahwa Ayahnya baru saja bertemu Ayah Naoya sebulan yang lalu.

Dia juga mendengar bahwa mereka akrab. Jadi, tidak mengherankan bahwa mereka akan kembali ke Jepang bersama.

Namun, Howard menghela napas dengan keras dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Sekarang aku benar-benar menyesal. Seharusnya aku tidak..."

"Eh... Terakhir kali aku dengar, kau bilang kita punya ikatan antar besan."

"Itu sudah dibubarkan!"

Mengatakan ini dengan agak pahit, Howard mengarahkan jari telunjuknya ke Housuke.

"Orang ini terlibat dalam setiap kasus yang dia temukan! Mengapa dia membutuhkan waktu dua minggu untuk kembali ke Jepang dari Inggris? Dan di atas itu, dia telah melalui India, Cina, AS dan banyak lagi... Dia sudah berkeliling dunia dengan sia-sia!"

"Tidak, karena semua insiden ini melibatkan nyawa manusia. Jadi, mau bagaimana lagi.."

“Itu benar, tapi... bagaimana kau tahu bahwa seorang wanita tua yang baru saja kau lewati di bandara sedang membawa uang tebusan untuk cucunya yang diculik oleh organisasi teroris...?”

"Yah, siapa pun bisa mengetahuinya hanya dengan melihatnya, bukan?"

"Hanya kau yang tahu!!"

Howard berseru, memegangi kepalanya.

Penculikan, percobaan pembunuhan, plot pembajakan pesawat dan sebagainya.

Dalam perjalanan kembali ke Jepang, Housuke akan mengendus aroma kasus seperti itu dan menyelam ke dalamnya dari satu ujung ke ujung lainnya untuk menyelesaikannya. Dan rupanya… Howard ikut terlibat dengan semua itu.

Namun, Housuke tidak tersinggung dan berkata dengan senyum lembut di wajahnya

"Masih ada orang di sana yang berprasangka buruk terhadap orang Asia. Aku memberi mereka nasihat, tetapi mereka sering tidak mendengarkanku ... Howard-san, yang berkebangsaan Inggris, sangat membantuku dengan berdiri di antara kami sebagai penengah. Maka dari itu, kita bisa kembali dengan cukup cepat."

"Aku tidak tahu berapa kali aku hampir mati!"

Koyuki melihat ayahnya dengan mata putih seolah tidak percaya.

"Papa memang seperti bintang film... bagaimana bisa semua itu adalah kenyataan? Papa bohong, kan?"

"Kalau kamu meragukannya... lihat, Housuke. Tunjukkan hal yang biasa kau lakukan, pada putriku. Tapi, tolong jangan berlebihan!"

"Aku tidak keberatan. Mari kita lihat."

"Eeeh? A-Ada apa?!"

Atas desakan Howard, Housuke menatap wajah Koyuki.

Koyuki bingung, tetapi Housuke segera mulai berbicara dengan datar.

"Hmmm... Koyuki sepertinya pergi keluar dengan teman-temannya hari ini."

"Iya...?"

"Hmm, kalian bertiga memakan pancake disana dan saling bertukar topping. Kamu minum kakao dengan banyak krim. Kemudian kalian melihat-lihat pakaian, mampir ke toko buku dan akhirnya pergi ke game arcade."

"Orang yang lebih sakti dari Naoya-kun...!"

Koyuki pun akhirnya memotongnya dengan wajah pucat.

Dia kemudian mengalihkan pandangan kasihan pada Howard.

"Maaf, Papa. Aku tidak bermaksud meragukanmu. Aku tidak akan terkejut jika ini ternyata sesulit yang Papa katakan."

"Ohh! Kamu mengerti, Putriku...!"

"Aku tidak akan membaca pikiran orang lain sejauh ini jika tidak perlu, oke?"

Housuke tersenyum jahat.

Dia mungkin pernah mendengar tentang Koyuki dari Howard dan Naoya, tapi ini adalah pertemuan pertama mereka.

Naoya membutuhkan interogasi sana sini untuk dapat membaca sesuatu seperti itu. Jadi, fakta bahwa Housuke dapat mengetahui begitu banyak hal hanya dengan melihatnya mungkin karena dia sudah jauh lebih berpengalaman.

Housuke membungkuk pelan ke arah Koyuki.

"Aku yakin Putra kami juga menyebabkan banyak masalah seperti ini, tapi... tolong jaga dia. Terima kasih sudah menemaninya belajar untuk ujian tempo hari."

"Sama-sama... Um, apa kamu mendengar dari Naoya-kun tentang sesi belajar itu?"

"Tidak. Aku bisa tahu hanya dengan melihatnya seperti biasanya. Ah, kamu juga sudah berbaikan dengan kucingmu itu 'ya? Selamat!"

"T-Terima kasih banyak."

Koyuki membalas perkataan tersebut dengan gemetar.

Dia berpikir, 'Aku ingin tahu seberapa jauh dia bisa membacanya?', dan ketakutan pun mengalir ke seluruh tubuhnya.

Kau ternyata belum berubah... Ayah...

Housuke menggunakan kemampuannya tersebut untuk menyelesaikan kasus kejahatan kemanapun dia pergi. Dia adalah seorang detektif dengan kemampuan untuk mengetahui siapa yang melakukannya dan apa yang mereka lakukan hanya dengan melihat mereka.

Namun, itu tidak mudah bagi mereka yang terjebak di tengahnya.

Howard menatap Housuke dengan ekspresi pahit di wajahnya.

"Aku sudah mengerti betapa buruknya dirimu beberapa hari terakhir ini. Itu sebabnya, aku bergegas mendatangi Koyuki dengan panik sehingga aku tidak perlu khawatir kalau dia akan bertemu denganmu...Tapi, kau sampai disini begitu cepat!"

"Yah, itu karena kau tiba-tiba menghilang dari bandara. Dan juga, aku tahu ke mana kau akan pergi."

"Sial...! Kau sangat ingin melihat Putriku, ya? Apa yang akan kau lakukan, Iblis!"

"Eh... Tidak, umm... Aku memang ingin bertemu Koyuki-san. Tapi, aku hanya ingin menahan Howard-san untuk pergi... umm..."

Housuke menggumamkan beberapa kata dan membuang muka dengan cepat.

Melihat ini, semakin banyak hal yang disadari Naoya dan bergumam dalam hatinya.

Kurasa begitu... Pria ini lebih peka dariku... dia pasti tahu jika Putranya membawa seorang gadis yang dia sukai ke rumahnya dan ternyata seperti itu...

Dia menyadari bahwa Naoya dan Koyuki sedang bermesraan di rumah dan mencoba menahan Howard di bandara.

Namun, Naoya tidak punya waktu untuk merasa berhutang budi padanya untuk itu.

Baginya, hal tersebut tetapalah buruk jika orang tuanya mengetahui rencananya. Pikiran tentang kekhawatiran orang tuanya terhadap situasi Naoya dan Koyuki pun membuatnya mual.

Dia menatap wajah Ayahnya dengan tajam, seolah-olah untuk melawan setidaknya sedikit.

"Benarkah itu, Ayah?"

"Oh, ya. Dan aku juga membicarakannya dengan Howard-san di jalan."

"Tentu saja, aku setuju!"

Kekesalannya karena momen kebersamaannya Koyuki yang harus terganggu oleh mereka seketika menghilang ketika Naoya membaca apa yang dipikirkan oleh Ayahnya.

Naoya berteriak pada Koyuki saat itu juga.

"Hei, Koyuki. Kau juga berpikir begitu, kan?"

"... Apa yang kamu bicarakan?"

"Maafkan aku, Koyuki-chan. Mereka selalu seperti ini."

Ketika Koyuki bingung, Airi meletakkan tangannya di pipinya dan tertawa.

"Mereka dapat mengetahui apa yang ingin mereka katakan hanya dengan melihat satu sama lain. Itu sebabnya, mereka melewatkan banyak hal dan hanya mengatakan kesimpulan mereka satu sama lain."

"Ohh, maksudmu ada dua Naoya-kun di disini...apa mereka selalu seperti ini?"

"Yup, benar. Misalnya, ketika Ayahnya mendapatkan tugas di luar negeri..."

Begitu Housuke pulang, hal pertama yang dia dan Naoya katakan satu sama lain adalah sesuatu seperti ini

【Oh, kalau begitu, aku akan tinggal di Jepang.】

【Aku tahu kau akan mengatakan itu. Aku sudah mengaturnya.】

'.. Apa yang kalian berdua bicarakan?'

Airi hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Mendengar itu, Koyuki mengerutkan alisnya dan prihatin kepadanya.

"Hmm.. bagaimana aku harus mengatakannya? Pasti Ibu Naoya-kun mengalami kesulitan. Aku juga sudah mengalami kesulitan berurusan dengan Naoya-kun..."

"Aku yakin Koyuki-chan akan mengalami kesulitan mulai sekarang. Jadi, aku benar-benar minta maaf..."

"Jangan menjatuhkanku seperti itu, Bu!"

Memang hal yang baik bagi Naoya dapat melihat ibunya rukun dengan gadis yang dia sukai.

Namun, sekarang bukan waktunya untuk mengatakan hal seperti itu.

Naoya meraih bahu Koyuki dan mengatakan dengan tegas hal yang ingin dia katakan.

"Koyuki! Ayo buat kenangan musim panas bersamaku!"

"Sudah kubilang, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan."

"Berpergian bersama, Koyuki!"

"Haaa...?"

Koyuki memutar matanya dengan penuh kebingungan.

Melihat mereka berdua, Housuke menambahkan.

"Sebenarnya, liburan musim panas ini, kami membicarakan tentang melakukan perjalanan dengan keluarga masing-masing."

"Ehhh... maksudnya perjalanan antara keluargaku dan keluarga Naoya-kun?"

"Ya. Seorang kenalanku, yang aku bantu dengan berbagai cara tempo hari, sudah menyetujui untuk menyewakan sebuah vila untuk kami. Tampaknya itu adalah sebuah bangunan besar dan kupikir itu cocok untuk dua keluarga berkumpul."

Villa itu terletak dua prefektur dari tempat kami dan daerah tersebut terkenal dengan resort musim panasnya.

Ada beberapa kamar tidur dan banyak fasilitas rekreasi yang berbeda di sekitarnya. Kita dapat menggelar acara barbekyu atau bermain di laut. Taman hiburan terdekat memiliki pertunjukan kembang api setiap malam, menjadikannya tempat yang sempurna untuk membuat kenangan musim panas.

"Wow... sepertinya menyenangkan!"

Wajah Koyuki mulai berkilau saat dia mendengar ini.

Tapi, kemudian Howard mengangkat suara tegas.

"Aku tidak setuju! Aku tidak ingin bepergian denganmu lagi! Kau tidak tahu berapa banyak masalah yang akan kita hadapi!"

"Saat kita pertama kali membicarakan perjalanan itu, Howard-san bilang sangat setuju."

"Itu karena aku tidak tahu siapa kau sebenarnya! Pokoknya, aku tidak akan pergi!"

Dia melipat tangannya dan berbalik dengan gusar.

Dia tampaknya sudah mendapatkan sebuah pelajaran dalam perjalanannya ke Jepang. Tekadnya sepertinya cukup kuat untuk menolaknya.

Tapi kemudian, Koyuki melihat Ayahnya dan mengatakan kepadanya...

"Papa.."

"Ada apa, Koyuki"

"Kalau begitu, aku saja... Aku saja yang akan pergi dengan keluarga Naoya-kun!"

"... Haaa?"

Mengabaikan Ayahnya yang terkejut., Koyuki membungkuk dalam-dalam kepada orang tua Naoya.

"Um, mungkin aku akan merepotkan kalian. Tapi, aku sangat menantikan untuk berpergian bersama kalian."

"Oh, tentu saja tidak apa-apa. Senang bisa berpergian bersama denganmu, Koyuki-san."

"Koyuki-chan, terima kasih banyak. Oh, bagaimana dengan Misora-san?"

"Fufu, bukankah sudah jelas? Tentu saja aku akan ikut dengan kalian. Aku akan menanyakan hal ini kepada Putriku yang satunya.."

"Oh, soal itu. Sakuya baru saja mengirimiku pesan dan mengatakan 'Aku ikut'..."

"Oh, begitu 'ya... Fufu, aku tidak sabar untuk berpergian bersamamu, Sasahara-san."

"Jangan bilang, 'Aku tidak sabar untuk berpergian bersamamu.', begitu saja, Misora-san!?"

Howard mengeluarkan suara meraung di seluruh rumah.

Koyuki berkata kepada Ayahnya, yang putus asa seperti itu, dengan tegas.

"Karena kedengarannya menyenangkan. Meskipun Papa bilang tidak, kita pasti akan tetap pergi."

"Kalau begitu, Papa akan mengajakkmu ke resort musim panas yang lain."

"Nggak mau, aku ingin pergi bersama Naoya-kun."

"Tentu saja, Naoya-kun akan ikut. Tapi, tidak dengan orang ini!"

Sambil menunjuk Housuke, Howard masih berusaha membujuk putrinya.

Tapi kamudian dia berbalik dan melihat Naoya sudah berdiri di belakangnya dan mengangkat bahunya untuk bertanya.

"Ada apa, Naoya-kun?"

"Tidak, aku ingin mengatakan sesuatu kepada Otou-san."

Naoya memberikan senyum riang kepada Howard, yang menatapnya dengan cemas.

"Aku juga ingin bepergian dengan Otou-san."

"...Ehhh?"

"Yah, selagi Otou-san ada di Jepang. Aku ingin memperdalam hubungan kita." [ED: Sebagai Mertua-Mantu. Tentunya..]

Dia menunjukkan padanya layar smartphonenya.

Dia dengan cepat mencari informasi tentang villa yang mereka bicarakan sebelumnya.

"Kudengar ada pemandian air panas di resort musim panas ini... Aku akan membasuh punggungmu disana sembari bersantai dan membicarakan masa depan!"

"Ughhh...!"

Naoya tahu dari Koyuki bahwa Howard, yang sudah lama berada di Jepang, menyukai pemandian air panas.

Dan juga, jelas bahwa dia menyukai (calon) menantu laki-lakinya dan kombinasi itu menjadi amunisi bagi Naoya untuk membujuknya ikut.

Howard meremas tangan Naoya dan berkata dengan wajah berbinar.

"Baiklah! Mari kita lakukan itu nanti, menantuku!"

"Siap, Otou-san!"

"Jadi begitu... cara Naoya-kun membujukku selama ini.."

Koyuki melihat Ayahnya sendiri yang telah jatuh dalam bujukan Naoya dan bergumam dengan perasaan yang rumit.

Di tengah semua ini, Howard mengarahkan jari telunjuknya dengan tajam ke Housuke.

"Oke, aku akan ikut. Tapi..! Aku akan mengawasimu untuk memastikan kau tidak membuat keluargaku mendapatkan masalah!"

"Ayolah, aku pasti akan memilih orang yang tepat untuk terlibat dalam masalah yang kubuat. Santai saja, Howard-san."

"Hei! Aku sendiri juga akan senang untuk tidak terlibat dengan masalahmu!"

Howard pun berkomentar dengan suara sedih.

Di sebelah Ayahnya, Koyuki diam-diam memegang tangannya dan memalingkan wajahnya ke arah Naoya dengan tatapan serius. Dari matanya yang berbinar dapat dilihat isi pikirannya…

【Kita mungkin gagal untuk melakukannya sebelumnya. Tapi aku yakin... akan ada banyak kesempatan dalam perjalanan ini dan aku pasti akan menebusnya nanti!】

Kurang lebih seperti itulah yang dia pikirkan.

Ternyata, kejadian sebelumnya yang membuat mereka gagal mengubah hubungan mereka juga ikut membuat Koyuki menjadi khawatir.

Jadi, dia berencana untuk menebusnya dengan membuat banyak kenangan di perjalanan keluarga nanti. Dan juga, perasaannya menjadi campur aduk memikirkan kesempatan yang bisa dia dapatkan di sebuah vila mewah di area resort tersebut.

Naoya sangat senang dengan ini.

Koyuki juga mengalami kekhawatiran yang sama denganku... Aku pasti akan menyatakan perasaanku lagi padanya dalam perjalanan ini!

Naoya juga menatap mata Koyuki dan mengangguk tegas sembari memikirkan itu.

Sepertinya pesan itu berhasil tersampaikan, sehingga wajah Koyuki menjadi berseri-seri dan dia pun menganggukkan kepalanya.

Pertukaran kecil ini menghangatkan hatinya ...

... Oh, Ayahku menatapku dengan hangat..yah, bodo amatlah..

Housuke memberikan pandangan hangat kepada Naoya dan Koyuki, sementara Howard dengan segera mewaspadainya.

Namun, Naoya memutuskan untuk mengabaikan semuanya, termasuk rasa malunya.

Dia tahu bahwa tidak peduli bagaimana dia mencoba untuk menutupi semuanya kepada Ayahnya, semuanya jelas akan sia-sia saja.

【Kau punya pacar yang baik, Naoya dan kau mengingatkanku pada masa mudaku dengan Ibumu.】

【Untuk perjalanannya, aku menghargainya, tetapi kau terlalu berisik Ayah.】

Hanya dengan saling melihat, mereka dapat melakukan percakapan biasa layaknya seorang Ayah dan anak.

Dengan demikian, sudah dipastikan bahwa mereka akan memiliki kenangan terbaik di musim panas ini.

TL: Retallia

Editor: Sipoi





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close