[Bagian 1]
Beberapa hari sudah berlalu sejak ujian tengah semester berakhir. Sekarang, kami sudah bisa melihat hasil untuk semua mata pelajaran.
Umi berhasil mendapatkan peringkat 3 di kelasnya, sementara itu aku gagal masuk ke dalam 20 besar. Meski begitu, aku berhasil memperbaiki peringkatku. Aku naik 5 peringkat ke posisi 25.
Ini semua berkat Amami-san dan Nitta-san, yang meluangkan waktu mereka untuk mengawasi belajar kami. Dengan ini, kami berhasil memenuhi syarat yang diberikan orang tua kami dan mereka mengizinkan kami untuk melakukan perjalanan selama 3 hari.
'Nee, Maki~ Bangun. Sudah pagi loh~'
"Ngh?.... Umi?"
Sebuah suara yang familiar membangunkanku dari tidurku, bersamaan dengan tekanan berat di dadaku.
Kesadaranku yang buram berangsur-angsur hilang dan aku bisa melihat senyuman manis dari pacarku tercinta.
"Selamat pagi, Maki."
"Ah, pagi juga.. Umi."
Aku meraih smartphoneku dan memeriksa waktu. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi, Sabtu pagi. Aku tidak bisa marah tentang dia membangunkanku sepagi ini, karena kami memiliki janji hari ini dan dia selalu datang untuk membangunkanku kapanpun kami melakukannya.
"Kamu masih terlihat mengantuk. Semalam nggak bisa tidur? Pasti mikirin aku yak~?"
"Mhm... begitulah. Aku sudah mencobanya, tetapi aku tetap tidak bisa tidur."
"Fufu, segitunya kah kamu mau kencan denganku hari ini, hm~?"
"Ah... Uh, ya."
Setelah mendapat izin dari orang tua, kami merencanakan Shopping Date untuk membeli barang-barang yang kami perlukan untuk perjalanan. Ini termasuk pakaian dan beberapa hal lainnya. [TN: Seperti con..]
Meski kami sudah lama pacaran, tetapi kami jarang sekali pergi kencan. Pada hari libur sekolah atau semacamnya.. kami hanya akan menghabiskan waktu berdua di rumahku sambil bermain game atau tidak melakukan apa-apa.. hanya skinship yang biasa kami lakukan. Jadi, ini adalah kencan pertama kami sejak terakhir kali.
Ketika aku sedang meneleponnya tadi malam, aku berhasil membodohinya dan bertingkah seolah-olah tidak ada apa-apa, tetapi aku sebenarnya cemas tentang hal-hal seperti 'Apa yang harus aku pakai untuk kencan nanti?' dan semacamnya. Itu membuatku terjaga selama 1 atau 2 jam lagi.
Serius, aku harus berhenti bertingkah seperti anak kecil. Ini tidak seperti ini adalah kencan pertama kami atau semacamnya...
"Muu, kamu ini~ ... Yaudah, tidur lagi sana. Kita masih punya banyak waktu sebulum kencan. Aku akan membangunkanmu nanti, oke?"
"Terima kasih... Oh ya, Umi."
"Mn?"
"... Hari ini kau sangat imut, tidak... cantik lebih tepat untukmu. Pakaian itu sangat cocok untukmu."
Sekarang kita memasuki bulan Juli. Itu artinya musim panas sudah dimulai dan Umi saat ini mengenakan pakaian musim panasnya.
Dia mengenakan gaun one piece berwarna biru pastel dan sepasang anting-anting yang biasanya tidak dia pakai.
Sekilas, penampilannya terlihat sederhana. Tapi, aku tahu bahwa dia berusaha keras untuk ini.
Aku pernah mengatakan kepadanya di hari ulang tahunnya bahwa warna biru sangat cocok untuknya dan sepertinya dia mengingatnya. Dia sangat imut...
"Makasih. Ehehe... Kamu sekarang terlihat seperti pacar idamanku, Maki. Yoshi, yoshi."
"Berhenti melakukan itu... Astaga..."
Dia menggerakkan tangannya untuk menepuk kepalaku dengan senyum lembut di wajahnya. Aku mencoba menolak, tetapi rasanya nyaman. Jadi, aku biarkan saja dia melakukannya dan mencoba tidur saat dia masih menepuk-nepuk kepalaku.
"Akhir-akhir ini kami semakin mengerti apa yang aku inginkan. Aku seharusnya senang tentang hal itu, tapi aku..."
"Umi?"
"Maaf, maaf, aku hanya berbicara pada diriku sendiri. Jangan khawatir, tidurlah, aku akan menepuk-nepukmu sampai kamu tertidur."
Dengan bisikannya 'Aku mencintaimu' sebagai isyarat, aku tertidur pulas sampai akhirnya dia membangunkanku beberapa saat kemudian.
* * *
Setelah pagi yang damai bersama, kami pergi ke distrik perbelanjaan.
Perhentian pertama kami adalah toko pakaian untuk membeli pakaian Umi. Pada titik ini, kami terbiasa berpegangan tangan di depan umum dan berhasil berbaur dengan sempurna dengan lingkungan sekitar kami saat melakukannya. Bisikan-bisikan di sekitar kami tidak lagi mengganggu kami.
Menyadari bahwa kami semakin dewasa dari hal ini selalu membuatku merasa seperti kami telah mencapai sesuatu, meskipun itu bukan sesuatu yang besar.
"Yup, mari kita lakukan ini. Maki, cobalah untuk memberikan kritik yang membangun sekarang. Jangan hanya mengatakan hal-hal yang samar-samar seperti 'imut' atau 'cantik'."
"Tentu, tapi, eh..."
Ada sedikit masalah di sini. Dia membawaku tempat yang seharusnya tidak aku datangi.
Itu adalah bagian baju renang. Pandanganku dipenuhi dengan berbagai macam baju renang. Yah, aku melebih-lebihkan, ada yukata musim panas yang dipajang di dekatnya juga, tetapi baju renang itu terlalu menarik perhatian.
"Meskipun tidak ada laut di prefektur tempat tinggal keluarga Ayah. Tapi, masih ada mata air dan sungai yang indah di sana! Mereka akan menjadi pengganti yang bagus untuk pantai atau kolam renang, bukan begitu?"
Dia mengambil beberapa baju renang dan menunjukkannya kepadaku.
'Mana yang menurutmu cocok untukku?', tanyanya. Ini adalah masalah lain. Aku tidak tahu apa-apa tentang pakaian renang, semuanya tampak sama bagiku.
Memilih baju renang pria itu sederhana, cukup pilih yang panjangnya pas dan kau sudah siap untuk pergi ke pantai atau kolam renang. Tapi, baju renang wanita...
"Jadi, yang mana yang kamu suka, Maki? Jika ada sesuatu yang menarik perhatianmu, aku akan mencobanya untukmu."
"Tunggu Umi-san. Apa kau yakin ingin mencoba baju renang itu?"
"Tentu saja. Kalau aku tidak mencobanya, aku tidak akan tahu apakah baju renang ini cocok untukku atau tidak."
"B-Begitu... Kalau begitu, aku akan menunggumu di luar saj-"
"Mau kemana kamu, hm~?"
Saat aku mencoba untuk melarikan diri, Umi mencengkeram kerah bajuku.
"Um.. Umi-san, apa ada sesuatu yang bisa saya bantu?"
"Membantu, ngomong apa sih kamu ini? Kamu itu pacarku, tentu saja.. kamu akan ikut bersamaku, oke?"
"Tidak, itu sedikit.."
"Muu, cepatlah."
"...Siap, Bu."
Seperti seekor tikus yang menggantung dari mulut kucing, aku diseret ke dalam ruang ganti bersamanya.
Ini bukan pertama kalinya aku melihat tubuhnya. Aku pernah melihatnya mengenakan pakaian dalam sebelumnya, tapi itu ketika kami berada di rumah.
Tapi kami berada di depan umum dan dia memintaku untuk memberikan pendapatku? Tolong selamatkan aku...
Kami mengatakan kepada karyawan bahwa kami adalah pasangan (Umi yang mengatakannya, aku tidak bisa mengatakan itu di tempat seperti ini) dan dia membawa kami ke ruang ganti yang sedikit lebih besar. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke toko semacam ini. Jadi, aku baru tahu bahwa mereka tidak hanya memiliki ruang ganti terpisah untuk pria dan wanita, mereka juga memiliki kamar untuk pasangan juga.
Karyawan itu mengucapkan semoga berhasil dengan senyum jahat sebelum menutup tirai pada kami. Aku hanya bisa berterima kasih sebagai tanggapannya.
Pokoknya, tenanglah. Aku tidak boleh membiarkan pikiran aneh memasuki pikiranku....
"Maki."
"Ya?"
"Tolong lihat aku dengan baik-baik.."
"Baik. Aku akan melakukan yang terbaik."
Aku tidak akan menjelaskan lebih lanjut. Tapi, kami berhasil mendapatkan beberapa baju renang yang cocok dengan Umi berkat usahaku.
Aku melakukan yang terbaik. Aku benar-benar melakukannya, emak...
Post a Comment