"... Leo-kun pergi kemana?" Selia bertanya-tanya dengan nyaring, melihat sekeliling aula dengan segelas jus di tangan.
Sementara dia sibuk menjaga Millet dan Linze, Leonis telah menghilang.
"Ada apa, Selia?" Elfiné bertanya padanya.
"Elfiné-senpai, apa kamu melihat Leo-kun?"
"Mungkin dia pergi ke luar cari angim? Berada di sekitar banyak orang juga melelahkan." Elfiné tersenyum masam. "Bukankah kamu terlalu protektif?"
"A-Aku ...?"
"Ini seperti merawat kucing. Kalau kamu terlalu lengket, dia mungkin melarikan diri."
Elfiné menepuk Selia dengan lembut dan berjalan ke meja lain. Namun, Selia dibiarkan sedikit terkejut.
Mungkin aku terlalu protektif ...? Aksesoris kucing yang diberikan Leonis sedikit bergetar dari tempatnya yang menempel pada terminalnya.
Untuk beberapa alasan, Selia tidak mau meninggalkan Leonis sendirian. Pertanyaannya adalah kenpa? Bukan hanya karena dia adalah seorang bocah lelaki berusia sepuluh tahun, dan dia yakin itu bukan karena dia adalah Familiarnya.
Dia merasa seperti itu sejak dia pertama kali bertemu di Reruntuhan. Selia memiliki sensasi aneh yang terasa seperti dia tahu Leonis sejak lama sebelum mereka bertemu.
Kenapa aku merasa seperti ini...?
Selia mengangkat wajahnya dan melihat Leonis mendekatinya.
"Oh, Leo-kun, kemana saja kamu?"
"Aku tidak suka berada di sekitar keramaian, jadi aku keluar cari angin."
"Oh ..." Itu persis seperti yang dikatakan Elfiné.
"Selia-san ...," Leonis memanggil gadis itu, sambil memgarahkan pandanganya ke wajahnya.
"Ada apa?"
"Kamu imut."
"... Huh?!" Wajah Selia menjadi merah. "Ap-Ap-Apa yang kamu katakan?!"
Leonis hanya tersenyum, seolah menikmati reaksinya yang bingung.
"Apa kau kesepian tanpaku? Kau ini menggemaskan, "dia menggodanya.
"L-Leo-kun, apa yang terjadi denganmu?" Selia bertanya, merasakan sesuatu yang aneh dari perilakunya dan nadanya.
"Aku adalah orang yang berdosa karena membiarkanmu kesepian, Selia-san." Leonis menggaruk kepalanya dengan lengannya sendiri.
"Apa kamu makan sesuatu yang aneh?" Tanya Selia penasaran, apakah mungkin ada jamur yang mencurigakan dalam saladnya.
Saat dia memikirkan untuk memanggil dokter kapal, lampu tiba-tiba padam, memyebabkan aula menjadi gelap.
"Huh ...?"
***
"Kuh ... ah!"
Tubuh Regina terpantul beberapa kali sebelum sebelum terbanting ke dinding. Cakar melintas, melepaskan gelombang kejut yang tidak terlihat. Seandainya dia tidak mengatifkan Pedang Sucinya untuk melindungi dirinya sendiri, serangan itu akan merobek perutnya.
Kenapa... salah satu dari Holy Swordsmen Integrated Empirer melakukan ini...?
Menahan rasa sakit, Regina berdiri dengan Holy Sword yang terwujud dalam bentuk pistolnya, Drag Striker. Saat itulah dia menyadari orang yang menyerangnya bukan penjaga kerajaan.
"... Apa?!"
Orang di depannya berwajah serigala. Itu adalah Beastman. Bagian atas seragamnya telah terkoyak, memperlihatkan wujud yang jauh lebih besar daripada manusia.
"Cih, menggunakan Pedang Iblisku pasti telah membatalkan kekuatan pedang iblis lainnya." Beastman mendecakkan lidahnya dan menjilat senjata cakar yang muncul di lengan kanannya.
Regina bingung. Tentunya, senjata itu tidak mungkin ...
Seorang Beastman dengan Holy Sword?!
Itu seharusnya tidak mungkin. Holy Sword adalah berkah dari planet untuk umat manusia. Mereka adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk menghabisi Void. Regina belum pernah mendengar tentang Beastman yang bisa memanggil Holy Sword.
Tidak, sekarang bukan itu masalahnya....
Regina mengangkat senjatanya. Itu adalah bentuk ketiga dari Holy Sword miliknya, Drag Howl, dan mengambil bentuk senapan. Ini menjadikannya literasi Drag Howl yang paling ringan dan paling beradaptasi.
"Hah. Aku mencoba untuk memotong jantungmu, tapi ...." Beastman serigala menyeringai dengan kejam saat dia perlahan mendekatinya.
....Apa aku harus melawanya? Tidak, aku harus melarikan diri dan meminta bantuan..
Holy Sword milik Regina tidak cocok untuk pertempuran jarak dekat. Dia telah dilatih dalam pertempuran tangan kosong yang melibatkan senjata, tapi ada perbedaan mendasar dan signifikan dalam kemampuan fisik antara manusia dan binatang.
Rejimen pelatihan Holy Sword Akademi difokuskan pada pertempuran anti-void berbasis kelompok. Ada beberapa sesi pelatihan tiruan antara Pedang Suci, tapi satu-satu bukan gaya pertempuran mereka yang biasa.
"Tetaplah seperti itu dan mati!" Beastman mengayunkan cakarnya ke arahnya.
Ini gelombang kejut yang sama!
Regina jatuh ke tanah.
Skriiiiiiiip!
Sebuah gemuruh mengguncang udara saat dinding di belakangnya dibelah. Regina dengan gesit berguling-gulung di lantai dan bangkit kembali, menembakkan Drag Striker. Peluru petir melesat di udara, tapi Beastman itu menjentikkannya dengan senjata cakarnya.
"Ah-Ha-Ha, apa cuma segini yang bisa dilakukan Holy Sword milikmu, manusia?!"
"...!"
Regina menembakkan Drag Striker beberapa kali lagi, menjaga Beastman itu dalam pandanganya saat dia mundur.
Namun ...
VRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!
"Apa ...?!"
Regina berhenti ketika sekat di belakangnya tertutup sendiri seolah-olah sengaja memotong jalan keluarnya.
"Sayang sekali, gadis kecil. Kapal ini sudah di bawah kendali kami."
"Apa yang kau katakan ...?!"
Mereka telah membajak Hyperion? Itu artinya ... mereka memiliki Putri Altiria sebagai tahanan mereka!
Regina menatap ke bawah pada roh yang meringkuk pada kakinya. Carbuncle mungkin sudah lari untuk menjauh dari orang-orang yang menyandera Putri. Regina mengangkat Holy Sword-nya untuk menjaga Roh tetap aman.
"Mati!" Beastman melolong ketika dia bergegas, mengayunkan cakarnya saat dia berlari.
"...?!" Regina menembakkan pistolnya secara refleks, tapi ledakan kekuatan yang tak terlihat menangkis tembakannya. Dia menendang dinding di belakangnya dan membuat lompatan horizontal. Pecahan lantai dan dinding yang hancur melesat di udara, mengenai wajah Regina saat dia bergerak. Saat dia bergerak dari jangkauan serangan Beastman itu, dia menembak kembali. Kali ini, tembakan berhasil memotong kerah Beastman.
Sayangnya, tubuh Beastman terbukti cukup kokoh. Satu tembakkan tidak cukup untuk membuat luka fatal.
"Ha! Sayang sekali, Holy Swordsmeb!" Beastman mengayunkan senjata cakarnya ke Regina, yang jatuh.
Tapi, sebelum serangan itu terjadi ...
Booooooooooooooooooooooooooommmmmm!!!
Dengan ledakan gemuruh, sekat yang tertutup meledak terbuka, dan Beastman itu dikirim terbang ke koridor.
"... Huh?" wajar saja jika Regina membuat ekspresi yang agak konyol. Berbalik, dia melihat seorang anak lelaki memegangi tongkat besar berdiri di lubang yang terbentuk karena ledakan melalui sekat.
"... Erm, Regina-san? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
***
"Keh-heh-heh. Semuanya lebih baik diam kalau kalian tidak ingin mati!"
Pintu aula pesta terbuka. Sebanyak tiga puluh enam orang, termasuk staf pesta, perwakilan sipil, Selia, dan yang lainnya, dipaksa duduk bersama di tengah aula. Pria yang mengenakan seragam Garda Royal Princess Altiria berdiri mengelilingi sandera.
Mereka terampil. Dalam waktu singkat, ketika lampu padam, mereka telah menyandera sandera sipil, mengarahkan pedang ke leher mereka untuk memaksa siswa/i Holy Sword Academy yang terampil untuk melucuti senjata mereka dan mematuhi.
Tessera, Millet, Linze, dan Leonis, satu-satunya anak yang hadir, telah dipisahkan dan ditempatkan di salah satu sudut aula. Orang-orang itu menyatakan bahwa jika ada yang membuat gerakan mencurigakan, mereka tidak akan ragu untuk membunuh sandera. Selia dan Holy Swordsmen lainnya tidak punya pilihan selain mematuhi.
Apa yang terjadi?
Selia melirik ke arah Elfiné, yang duduk di sampingnya, tapi seniornya yang bisa diandalkan hanya menggelengkan kepalanya tanpa kata-kata. Anak-anak dari panti asuhan itu sangat ketakutan. Bahkan millet tomboy itu gemetar ketakutan. Anehnya, Leonis tetap tenang seperti biasa, meskipun sebauh bilah yang ada di lehernya.
Kenapa Leo-kun begitu tenang sekali? Selia panik, tapi ketika Leonis melihatnya, dia mengirim kedipan ke arahnya.
"J-jelaskan dirimu! Kalian pengawal Yang Mulia! Kenapa kau melakukan ini?!" seru seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai salah satu anggota dewan Taman Assault ketujuh.
"Heh-heh. Kau pikir kita bagian dari penjaga kerajaan?" Salah satu pemuda mencibir sebelum memperlihatkan wajahnya.
"Apa?!" anggota dewan berseru tidak percaya.
Wajah palsu penjaga itu dibuang untuk mengungkapkan rahang terbuka kepala serigala besar.
"S-Serigala?!"
"A-Apa maksudnya ini ...?"guman Fenris Edelritz dari Komite Eksekutif, matanya melebar karena terkejut.
"Ini adalah kekuatan Holy Sword milikku Face Thief."
"Holy Sword? Bukankah mereka yang bukan manusia tidak bisa mengatifkannya!" Fenris berteriak.
"Ada apa, kenapa kau begitu terkejut? Ya, itu benar. Dewi memberi kami berkatnya. Kekuatan pedang suci bukanlah hak istimewa eksklusifmu lagi?"
Dewi? Selia meragukan telinganya.
Manusia Serigala tertawa gembira dan melihat para siswa/i Academy.
"Di sinilah aku akan memberitahu kalian untuk menjatuhkan senjata kalian, tapi itu tidak benar-benar berhasil denganmu, Holy Swordsmen?" Dia kemudian beralih ke penjaga di belakangnya. "Hei, Jakt-"
"Aku tahu ..." Ksatria itu mengangguk dan kemudian mulai melepas wajahnya juga. Dari bawah fasad muncul Elf tua dengan tato di seluruh kepalanya. Dengan penyamarannya dibuang, tubuhnya dengan cepat kembali ke bentuk aslinya.
"Demon Sword, aktifkan. Bom Apple," gumam lelaki tua itu, dan setelah itu buah hitam yang mengeluarkan miasma yang tak menyenangkan muncul di tangannya. Kemudian, Elf keriput melemparkan ke dalam kelompok sandera.
"A-Apa yang kau lakukan?!" Fenris bertanya.
"B-bom ... uap. Kalau kau menggunakan ... Holy Sword milikmu ... Aku akan ... meledakkannya."
"?!" Selia dan yang lainnya menelan ludah dengan gugup.
"Apa yang kalian inginkan?!"
"Kami adalah anggota Serigia Sovereign," Dia mulai menjelaskan dengan seringai.
"... Teroris yang menyongkong sentimen anti-Kekaisaran," gumam Selia.
Dia pernah mendengar serigala Sovereign sebelumnya. Mereka adalah faksi politik yang terbentuk di sekitar klan Shamar, sebuah kelompok yang memiliki kekuatan besar dan menyelamatkan sentimen anti-Kekaisaran. Mereka menganjurkan untuk penghapusan diskriminasi Demi-human dan menentang pemerintahan manusia dari Integraded Empirer, tindakan mereka sudah merenggut nyawa orang lebih dari 200 orang di Ibukota Kekaisaran.
Aku mendengar pemimpin mereka, Bestea Colossuff bersembunyi....
"Kami akan bernegosiasi dengan Ibukota. Kami akan menuntut pembebasan kawan-kawan kami yang dipenjara dengan imbalan Hyperion, mengembalikan Putri Altiria, dan nyawa kalian."
"Kekaisaran tidak akan menyerah pada tuntutan teroris!" Fenris menjawab.
"Heh-heh. Kurasa kita akan melihat, nya?" kata manusia serigala dengan senyum bergigi.
Komunikasi dari luar kapa pasti di matikan. Selia menggigit bibirnya. Ada sesuatu yang menggangu koneksi di Hyperion. Dalam semua kemungkinan, Biro Administrasi Holy Sword Academy belum menyadari apa yang terjadi.
"... Elfiné-senpai," bisik Riselia.
"Jangan khawatir," bisik Elfiné, memegang tangan Selia dengan erat. "Untuk saat ini, mari kita tunggu kesempatan kita."
***
"Jadi, apa sebenarnya yang terjadi di sini?" Leonis bertanya kepada Regina ketika dia mengikat beastman yang tidak sadar dengan bayangan.
Dalam perjalanannya ke dek, sekat itu tiba-tiba mulai mentutup di sekitar Leonis, menjebaknya di antara keduanya. Karena tidak punya pilihan, dia menggunakan mantra ledakan untuk membuka jalan, disitulah dia bertemu Regina melawan Beastman.
"Tebakkanmu sama baiknya denganku. Ngomong-ngomong, sekat ini adalah baja ajaib kelas militer. Bagaimana kamu menerobos?" Regina mengerutkan alisnya dengan curiga.
"Um, ya, jadi siapa binatang buas ini?" Leonis memalingkan muka seolah-olah untuk menghindari pertanyaan dan mengalihkan pandangannya pada sosok yang tidak sadarkan diri yang dia terikat.
"Kupikir dia adalah anggota Serigia Sovereign, sekelompok teroris anti-Kekaisaran," kata Regina, mengetuk terminal informasinya dengan jari."Wajahnya sama dengan salah satu orang dalam daftar buronan database." Dia menunjukkan layar ke Leonis.
Benar saja, gambar yang ditampilkan pada perangkat tampak identik dengan beastman yang tidak sadarkan diri di lorong yang sama dengan mereka.
"Bagaimana dia bisa kesini?" Leonis bertanya-tanya dengan keras. Dia dan Shary bisa melakukan perjalanan melalui koridor bayangan magis untuk memasuki hampir semua tempat, tapi manusia serigala sekalipun seharusnya tidak dapat melakukan sihir tingkat tinggi seperti itu.
"Mereka mungkin menyelinap selama kebingungan setelah serangan Void. Lalu, Beastman ini menyamar sebagai salah satu dari penjaga Yang Mulia."
"Dia menyamarkan dirinya sendiri?"
"Yah, kurang lebih seperti itu," Regina menggelengkan kepalanya.
"Dia pasti menggunakan semacam kekuatan khusus. Itu adalah kemampuan Holy Sworr, kurasa."
"Holy Sword?" Leonis memiringkan kepalanya bertanya. "Bukankah Holy Sword hanya diberikan kepada manusia?"
"Yah, aku belum pernah mendengar tentang Demi-human menggunakan Holy Sword sebelumnya, "kata Regina, mengalihkan perhatiannya ke Beastman merosot di sudut. "Manusia serigala ini tidak menyebut kekuatannya sebagai Holy Sword, tapi ... dia menyebutnya Demon Sword."
"... Demon Sword?" Leonis menggemakan kata-katanya dengan curiga.
Demon Sword, yang bertentangan dengan Holy Sword. Leonis bertanya-tanya apakah itu hanyalah kasus permainan kata sederhana atau jika ada makna yang lebih dalam untuk itu.
Dia diberi sedikit waktu untuk mempertimbangkan gagasan itu, karena suara berderit yang luar biasa mengguncang lantai di bawahnya.
"Apakah kapal bergerak?" Regina bertanya dengan terkejut.
***
Sekelompok Demi-Manusia berdiri dengan sandera mereka, sang putri, di jembatan utama Hyperion.
"Aku sudah menutup semua sekat di kapal. Apakah ini yang kau inginkan?" tanya Altiria, suaranya sedikit gemetaran. Dia menggigit bibirnya begitu keras. Elemental buatan dalam bentuk ular yang menakutkan melingkar di lengannya. Sensasi menjijikkan karena menghubungkan dengan Roh yang tidak dikenal membuat Altiria merinding.
Tidak bisa dipercaya mereka menciptakan sesuatu seperti ini...
Membuat Elemental Buatan Diperlukan teknologi rahasia yang hanya diketahui oleh Royal House dan Phillet Company. Teroris seharusnya tidak memiliki semangat yang cukup kuat untuk memanipulasi hyperion.
"Heh-heh-heh, bagus sekali. Jadi ini kekuatan seorang putri dengan darah dari tiga nenek moyang Royal Houses," kata Sharnhak si Dark Elf, saat dia menjulurkan lidah merahnya.
"...!"
Altiria memelototinya dengan kuat. Terlepas dari penampilannya, dia terbukti tidak bisa melawan wanita Dark Elf. Pisau ada di leher kru jembatan yang berarti Altiria harus melakukan semua yang mereka katakan. Jika dia tidak mematuhi perintah mereka, para teroris akan tanpa ampun membunuh sandera mereka.
"Melakukan ini tidak akan membuat kekaisaran menyerah pada tuntutan kalian."
"Yah, liat saja nanti," Basta Colossuf, pemimpin, dengan dingin membalas dengan mencibir.
"Kami memilikimu dan kapal perang ini dalam tahanan kami. Kupikir pengembalian semua orang di atas kapal adalah kesepakatan yang cukup baik untuk membujuk mereka untuk melepaskan kawan-kawan kami."
Dengan senyum ganas di bibirnya, Bastea meraih sang putri dengan tangannya yang besar.
"... Nnng, Aah ... Guh, Aaah ...!" Rasa sakit menjalar ketubuh Altiria saat cakar Beastman menekan tangnya.
"Yang Mulia!" Salah satu anggota kru menjerit.
"Aku tidak menginginkan apapum selain merobek tenggorokanmu, tapi kau sangat berharga untuk saat itu." mata Bastea yang intens, penuh dengan kebencian terhadap Kekaisaran dan Keluarga Kerajaan.
"Heh-heh - heh, kau tidak boleh melakukan itu. Dewi memiliki bisnis dengan putri ini, "kata Sharnak, menyingkirkannya dengan ringan.
"Hmph ..." Bastea melepaskan sang putri, dan tubuh mungilnya kusut ke lantai.
"Kah, Nng ...," dia batuk, mencoba mengisi paru-parunya dengan udara.
Tiba-tiba, operator kapal menjadi pucat ketika dia berkata, "S-Sejumlah besar reaksi biologis telah dikonfirmasi di sepanjang jalan kapal ..."
"Sebuah void terumbu," gumam Bastea. "Hindari dan pergilah ke timur laut, menuju Pulau Carsez. Kita akan berkumpul kembali dengan kawan-kawan kita yang bersembunyi di sana untuk mengisi kembali persediaan dan tenaga kerja kita."
"... Dimengerti." Operator mengangguk.
"Oh, itu akan menjadi masalah ...," Sharnak memotong.
"Apa?" Bastea mengalihkan pandangan mencurigakan padanya.
"Pertahankan arah kita dan jalankan kapal ke Void Reef," dia menginstruksikan.
"Apa kau gila?!" Basta berteriak. "Apa kau benar-benar kehilangan akalmu, penyihir sialan?! Jika kita memasuki terumbu, Void akan menelan kapal utuh dengan kita di dalam!"
""Ya, itulah rencananya."
"A-Apa ...?!"
Sharnak menjilat bilah pedang setan hitam di tangannya dengan ekspresi gembira. Bayangan kegilaan yang pasti menetap di matanya yang merah tua.
"... Kau. Kau seorang pendeta dari sekte Reruntuhan, "kata Basta.
"Apa kau menyamakanku dengan para pemuja bunuh diri itu?"
"Jangan main-main, dasar dark elf sialan!" Basta Colossuf melolong, saat mengaktifkan Pedang Iblisnya. Pedang yang dilingkari api Crimson muncul di tangannya yang besar dan kekar.
"Oh, kau benar-benar bodoh ...," Sharnak mencibir ketika pedang iblis hitamnya memancarkan kilatan.
Pada saat itu, api di sekitar pedang iblis di tangan Bastea berkobar dengan liar, memakannya dengan cepat.
"Gaaah ... AAAAAAAAAAAAAAH!"
"Mencoba membunuhku dengan Pedang Iblis yang kuberikan padamu, upaya yang bodoh." Sharnak terkekeh saat dia melihat ke bawah pada Beastman yang dilahap oleh api.
"D-Dasar penyihir ... Sialan!"
"Aku tidak membutuhkanmu lagi, Bastea Colossuf. Meskipun begitu aku akan memanfaatkan bawahan kecilmu yang menggemaskan untuk digunakan dengan baik."
Dalam beberapa saat, Bestea menjadi debu dilahap api yang membara karena pedang iblisnya sendiri. Bilah yang lain menunjukkan tidak ada respons terhadap kematian yang tiba-tiba dari pemimpin mereka. Dengan wajah tanpa emosi, seperti boneka, masing-masing menahan pedangnya dengan kuat pada sandera.
"..."
Altiria tetap diam dan menatap Sharnak. Sebelum dia berdiri seorang wanita gila yang berani menyeringai dengan gembira setelah membunuh kawannya sendiri. Jelas bahwa tindakan itu bukan untuk menyelamatkan Altiria. Dark Elf itu mengeluarkan aura yang jauh lebih mengancam daripada yang pernah dimiliki Bastea.
"Heh-heh. Sekarang, Putri ..."Sharnak berbalik untuk menghadapnya, melangkahi abu di lantai. "Kau mendengarku, kan? Pertahankan kapal pada jalur saat ini."
"... A-Aku menolak," jawab Altiria, mengumpulkan semua keberanian yang dia bisa.
Jika kapal memasuki kawanan Void, seluruh kapal akan hilang. Bahkan jika mereka membawa kru dan penumpang tawanan, dia tidak bisa menerima permintaan seperti itu.
"Jangan seperti itu." Sharnak memiringkan kepalanya seolah-olah bermasalah dengan sesuatu yang sepele.
"K-Kenapa kau bahkan melakukan hal seperti itu ...?" Altiria bertanya.
"Heh-heh. Kenapa, untuk membuat lebih banyak pedang iblis, tentu saja, "jawab Sharnak
"Demon Sword ...?"
"Ya. Untuk membuat Demon Sword, seseorang harus mencemari Holy Sword. Dengan kata lain, satu-satunya pengorbanan yang cocok untuk dewi adalah Holy Swordsmen yang telah rusak oleh miasma ketiadaan."
Apa yang dia katakan....?
Altiria benar-benar dan murni ketakutan oleh gumaman manik Sharnak.
Dia bukan seseorang yang bisa kuajak bicara..
"... Aku seorang putri Kekaisaran. Bahkan jika kau mengambil hidupku, aku tidak akan pernah melakukan apa yang kau katakan!"
"Oh? Begitu, sayang sekali. Tapi aku khawatir kepatuhanmu bukanlah faktor."
Sharnak melafalkan mantra esoteris, dan ular unsur buatan melingkar di sekitar lengan Altiria mulai menggeliat dengan liar dalam menjawab. Gelombang informasi bergegas ke dalam pikiran sang putri, memaksakan ketidaksadarannya.
"T-Tidak... Tidaaaak!"
"Sekarang, mari kita sembahkan pengorbanan dalam perayaan kedatangan Dewi!"
Tawa gila Sharnak memenuhi ruangan.
__________