Chapter 2
Ini seperti aku sedang bermimpi dan sejak kemarin itu terus
berlanjut.
Namun, tidak peduli berapa kali aku mencubit pipiku, Aku
tidak terbangun karena mimpin yang indah pada malam itu. Mimpi melihat Shirakawa-san dari jauh dan sesudah itu ....Aku
pun terbangun dari mimpi itu, jadi aku yakin ini pasti kenyataan.
Sulit dipercaya .... bahwa aku berpacaran dengan
Shirakawa-san ....
Dengan pemikiran dan jantung berdebar kencang, aku pergi ke
sekolah ... dan hari kedua kehidupan sekolah menjalin hubungan dengan
Shirakawa-san dimulai.
Ketika aku sampai di sekolah dan menuju kelasku, Ichi sedang
berdiri di koridor di depan kelas dan ketika dia melihatku, dia langsung
berlari ke arahku.
"OYYYYYY!"
Dia meletakkan tangannya di pundakku dengan kuat, dan
memusatkan pandangannya padaku, dengan tatapan seperti sedang terjadi hal yang
buruk.
"Apa yang terjadi !? Setelah itu apa yang terjadi !? Aku
sama sekali nggak tau apa yang terjadi dari pesan LINE yang tetulis 'Banyak
yang terjadi'. Itu selalu menghiasi pikiranku hingga aku nggak bisa tidur, kau
tau !?
"O-oh ... itu. Emm .... Aku pergi ke sana .... ke rumah
Shirakawa-san."
"A-apaaaaaaaa !?"
Ichi berteriak seperti tidak sesuai dengan tipikal orang
muram, dan wajahnya menjadi pucat seperti dia akan pingsan.
Pada saat itu, suara pelan terdengar dari belakang.
"Apa kau melakukannya?"
Aku berbalik dan melihat Nishi berdiri dengan ekspresi
seperti topeng Noh.
"Woaah, kau mengejutkanku."
"Jawab oy. Aku bertanya apa kau melakukannya?."
Nishi mendesakku dengan pertanyaan itu dengan nada tegas
seperti sedang mengintrogasi.
"Apa jawabanmu, Kashi."
"beri tau kami dengan jujur!"
Ichi juga mendesakku untuk menjawab dengan wajah tegang.
Jari-jarinya yang seperti ulat menusuk ke bahu aku, dan itu sangat menyakitkan.
".... Aku enggak melakukannya"
"Hahh Kenapa?"
Mereka mengangkat suara mereka pada saat yang bersamaan.
"Apa keluarganya ada di rumah !?"
"Enggak ada...."
"Apa dia terlihat waspada !?"
"Bukan itu, tapi sepertinya dia juga mau ...."
Saat aku memberikan jawabanku, keduanya memamerkan taring
mereka padaku seperti topeng Hannya.
"Cihh Lalu mengapa!?"
"A-Ada hal yang mesti di persiapkan ....."
"Itulah yang selalu aku katakan! Bahkan orang yang
murung harus membawa setidaknya satu k*nd*m! Itu hal yang wajib, Pahamkan!"
Ichi berteriak sambil menggerakan tubuh besarnya, dan teman
sekelas kami yang telah datang ke sekolah memancarkan tatapan aneh pada kami
saat mereka memasuki kelas.
"Heeh, bukan persiapan Kayak gitu, tapi hatiku
...."
"Hatimu!?"
"Apa kau seorang gadis !?"
"Kau bahkan tidak popular, jadi kenapa kau tidak mencari
kesempatan !?"
Mereka terus menerus menanyai aku, karena itu aku mundur
sampai ke dinding koridor.
Meskipun aku agak menyesal tidak berhubungan s*ks dengan
Shirakawa-san, itu terasa semakin berat jika aku mendapat banyak kritik.
"Tapi .... kau tahu. Kami berpacaran mulai sekarang, jadi
kebetulan seperti itu cuma datang satu kali, kan ....? "
Karena jawabanku, keduanya langsung berubah menjadi serius.
"Kashi...."
“Kau, jangan bilang, apa kau serius berpikir kau bisa berpacaran
dengan Shirakawa-san ....?"
"Eh?"
Yang membuatku bingung, mereka menatapku seperti aku adalah
makhluk yang menyedihkan.
"Pasanganmu adalah Shirakawa Runa, Gadis tercantik di
sekolah, kau tahu? Dia jelas hanya bermain-main denganmu, dan mengolok-olok
pria yang suram. Dia gadis j@l@ng yang berulang gonta-ganti pria, dan, atas
kemauannya, dia memilihmu sebagai pasangan untuk one-night stand, tapi kenapa
kau enggak melakukannya kemarin. "
(Tln: One night stand, istilah yang
sering digunakan untuk menyebut hubungan s*ks yang dilakukan dengan seseorang
hanya satu malam saja. Artinya, tak ada hubungan jangka panjang atau pendek.
Pelaku one night stand terkadang bahkan tak mengenal siapa orang yang diajaknya
bercinta)
"Eh? Eeeeh....!?"
Aku bingung dan karena melihatku seperti itu, Nishi
menggelengkan kepalanya seolah mengatakan "duka yang bagus".
"Okelah, biarkan dia bermimpi lebih lama lagi,
Ichi."
"WKWK. Aku yakin dia akan menyesal."
Sambil memberiku tatapan kasihan, duo aneh ini pergi, dan
berjalan menyusuri koridor dengan tangan di bahu satu sama lain.
"....."
Eh?
Apakah itu masalahnya? Tapi, aku tidak sedang dipermainkan kan?
Aku berpacaran dengan Shirakawa-san ..... kan?
Apa yang mereka berdua katakan entah bagaimana tiba-tiba
membuatku merasa tidak nyaman.
Pada saat itu, aku merasakan ponsel aku bergetar di saku
seragam aku.
".... Hm?"
Ketika aku mengeluarkannya, aku melihat pop-up LINE.
(Tln: pop
up adalah area tampilan antarmuka pengguna grafis (GUI), yang biasanya berupa
jendela kecil, yang akan muncul secara tiba-tiba di latar depan antarmuka visual
saat kita melakukan sesuatu, seperti memilih tombol atau masuk ke halaman
tertentu.
__________________________
☆LUNA☆
Aku ketiduran ~~ sob (': 3 :)
__________________________
Ini dari Shirakawa-san.
Melihat hal ini membuatku percaya bahwa kejadian kemarin
bukanlah mimpi atau ilusi.
Jika kami tidak berpacaran, tidak mungkin dia mengirim pesan
ini dan kami mungkin tidak akan bisa bertukar kontak Hp.
Jika dia hanya mengolok-olok aku sedikit untuk menikmati
reaksi pria yang muram, tidak mungkin dia berbuat sejauh ini untuk melakukan
sesuatu yang mengganggu seperti ini. Nilainya terlalu mahal
Aku berpikir demikian dan merasa lega.
Bahkan kemarin setelah aku pergi dan pulang ke rumah, sesudah
makan malam, dan akan tidur, Shirakawa-san mengirimi aku beberapa pesan.
__________________________
Ryuuto
Jika kau mengendarai sepeda ke
stasiun dengan kecepatan, Kau masi sempat untuk jam pertama. Ayook Kau bisa
melakukannya!
__________________________
Aku hanya dapat membalas sesuatu yang tidak menarik seperti
ini tetapi aku segera membalas setiap kali dia mengirim pesan.
Ponsel aku bergetar lagi dan pesan dari Shirakawasan datang.
__________________________
☆LUNA☆
Balasan yang serius cium-cium (':
3 :)
Aku akan melakukan yang terbaik (': 3
:)
__________________________
"Balasan yang serius...."
Tapi, normal untuk bisa mengirim balasan yang serius, oke.
Jika aku mencoba melawak dengan Shirakawa-san dan gagal, aku tidak akan pernah
bisa membuat lelucon lagi dalam hidupku.
(Tln: Demon serious response, slang word atau kata gaul dalam bhs
inggris. Yang kurang lebih menggmbarkan respon yang serius atau balasan serius.)
Aku berpikir untuk mengirim sesuatu lagi, tapi dia mungkin
sudah sibuk bersiap-siap, jadi .. aku hanya mengiriminya stiker "Lakukan
yang terbaik", dan aku meletakkan ponselku kembali.
Dan ponselku bergetar lagi, dan dia membalas stiker karakter
kelinci yang tidak terlalu imut dengan wajah gak sabaran.
"Oksip, sebaiknya aku juga bersiap-siap."
Sebuah tawa tanpa sadar keluar dari bibirku dan Sambil
menaruh Kembali ponselku.
Shirakawa-san datang ke sekolah menjelang akhir jam pelajaran
pertama. Rambut bergelombang dan kilapan bibirnya sempurna seperti biasanya.
Sama seperti dia untuk gak repot-repot dengan dandanannya.
Melihat penampilannya yang kawai, aku teringat saat-saat
seperti mimpi kemarin, aku tahu aku seharusnya melakukian hal itu bersamanya
...., dan karena itu aku diselimuti oleh rasa penyesalan.
Kemudian ketika waktu istirahat tiba, Shirakawa-san dengan
santai mendekati tempat dudukku.
"Pagii."
".... Pa-pagi"
Aku khawatir dengan pandangan di sekitar dan seperti orang
yang mencurigakan, aku melihat sekeliling.
"Kau terlambat, ya."
Aku ingin mempersingkat pembicaraan jadi aku memulainya
sendiri tanpa jeda.
"Emm, aku ketiduran."
"Kenapa? Apa kau tidur larut malam?"
Saat aku melanjutkan percakapan, Shirakawa-san berbicara
dengan ekspresi rumit di wajahnya.
"Saat aku memikirkan Ryuuto, entah kenapa aku gak bisa
tidur."
"Heh?"
Aku sangat terkejut hingga tanpa sadar aku lupa untuk
memeriksa apa yang terjadi di sekitarnya dan sambil menatapnya.
"Karena ini pertama kalinya aku pacaran dengan cowok seperti
Ryuuto. Entah kenapa, ini agak aneh."
"Eh, gitu kah ....?"
Aku sedih mengatakannya sendiri, tapi kurasa aku tipe
suram.... Yah, kurasa itu pasti tipe yang tidak akan bisa berada di samping
Shirakawa-san.
"Runa!"
Saat itulah seorang gadis cantik memanggil Shirakawa-san dari
belakang kelas.
Bahkan di antara kelompok gadis cantik, kehadirannya cukup
kuat, dia adalah teman terdekat Shirakawa-san, seorang gadis dengan tatapan
yang tajam.
"...."
Aku merasakan dia memelototiku, dan aku menundukkan kepalaku,
mencoba berbaur dengan udara.
"Emm~?"
Tanpa sadar, Shirakawa-san memberiku sedikit ucapan "Sampai
jumpa ~" sambil pergi.
Bahkan sehabis itu, Ketika sudah waktunya istirahat Shirakawa-san
melanjutkan untuk berbicara denganku.
Di satu sisi aku senang, dan di sisi lain aku tidak bisa
menahan perasaan khawatir tentang tatapan di sekelilingnya.
Terutama tatapan tajam seorang gadis yang menatapku seperti
aku adalah musuh.
".... Jawablah, Shirakawa-san."
Setelah dipelototi untuk kesembilan belas kalinya, aku tidak
bisa menahan diri untuk mengatakan ini pada Shirakawa-san dengan berbisik.
"Kau belum memberi tau siapa pun bahwa kita berpacaran,
kan?"
"Eh?"
Shirakawa-san menatapku dengan mata yang seakan menanyaiku
dengan, "Kenapa kau menanyakan itu padaku?"
"Tapi, aku sudah memberi tau sahabatku Nikoru."
"...."
Itu gadis dengan tatapan tajam. Kalau gak salah namanya
Yamana Nikoru. Sejak tahun pertama, dia sering bersama Shirakawa-san.
"Kenapa? Bukankah itu bagus? Apa Ryuuto enggak kasi tau
teman dekatmu?"
Shirakawa-san bertanya padaku dengan polos.
"Yah .... Aku punya dua orang teman yang tau hubungan
kita."
"ngerti ~"
Dan keadaan menjadi lebih buruk, Ini tidak seperti aku juga
diberitahu untuk merahasiakannya jadi aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
Pertama-tama, Ichi dan Nishi adalah orang yang membuat
kesempatan sebelum aku berpacaran dengan Shirakawa-san, dan sepertinya aku juga
belum memberitahunya tentang hal itu jadi mau bagaimana lagi.
".... Hanya saja, ketika aku berbicara dengan
Shirakawa-san, kita seperti, terlihat mencolok ...."
Aku mengatakan itu padanya sambil melihat sekeliling.
Itu dialihkan oleh suasana waktu istirahat yang tidak teratur
tetapi, jika seorang gadis seperti Shirakawa-san berbicara dengan pria suram
seperti aku berkali-kali dalam sehari, itu pasti aneh di mata para pengintai
Shirakawa-san (aku yakin mereka ada di luar sana. Aku juga salah satunya).
".... Apakah itu berarti, kita gak boleh terlalu banyak
bicara di sekolah, dan merahasiakannya saat kita berpacaran?"
Aku ditanya oleh Shirakawa-san dengan suara rendah dan aku
menganggukkan kepalaku.
"Em .... he, kurasa, ya. Dan itu akan membantuku jika
kau bisa melakukan itu ...."
Aku tidak tahu apakah aku dalam posisi untuk membuat
permintaan seperti itu, tetapi jika aku mengatakannya, fakta bahwa aku berpacaran
dengan Shirakawa-san sendiri sudah di luar posisi aku sebagai pria suram.
"....Aku ngerti."
Shirakawa-san menyetujuinya dengan rasa enggan.
"Jadi, gak apa-apa jika aku berbicara dengan
Ryuuo?"
"Eh"
Aku terkejut saat ditanyai itu secara tiba-tiba.
".... M-mungkin kita bisa bertemu di akhir pekan atau
apa?
Aku ingin tahu apakah terlalu berani bagiku untuk mengatakan
hal seperti itu secara tiba-tiba. Diriku yang lain yang ada dikepala memberi saran
kepadaku bahwa seratus tahun terlalu awal bagi pria suram sepertiku untuk menemani
Shirakawa-san untuk diriku sendiri di hari libur, tetapi, itulah satu-satunya
hal yang muncul dalam pikiran aku setelah sesaat berpikir secara mendadak.
"Apa itu artinya, kencan?"
"Bueh !?"
Aku mengeluarkan suara aneh karena Shirakawa-san tiba-tiba
kembali ke volume suaranya yang normal dan bertanya padaku.
Untungnya, pelajaran sebelumnya ada di ruang IPA dan siswa
masih secara tidak pasti kembali ke kelas masing-masing, jadi seharusnya tidak
ada teman sekelas yang mendengarkan ucapannya.
"Ku-kurasa begitu ...."
Sebuah kata kencan membuat hatiku berdebar-debar dan mataku
berkeliaran karena tidak tenang.
"Jika itu gak apa-apa, maka aku setuju-setuju ajasih
...."
Tunggu, seburuk apapun itu, aku adalah "pacarnya"
dan akan sangat mengejutkan jika dia menolak kencannya. ‘Tidak, aku gak mau
itu.’
Shirakawa-san segera menjawab.
"Aku ada janjian di hari Minggu, tapi aku bebas di hari
Sabtu jadi .. kita akan pergi kemana?"
Dan saat itu, bel kelas berbunyi dan aku meninggalkannya
sendirian sambil berkata "Na-nanti ...."
Dengan jantung yang masih berdebar-debar, aku menyiapkan buku
pelajaran dan sejenisnya di mejaku, dan setelah beberapa saat, secara dengan
sendirinya aku bergumam.
"Maksudku, bukankah hari Sabtu .... itu besok."
Kencan pertama aku secara tak terduga besok dan aku tidak punya
rencana.
Meskipun pasangannya adalah Shirakawa-san !?
***
Aku gak bisa fokus selama sisa jam pelajarn.
Tidak peduli seberapa banyak aku menghancurkan otakku, ini
masih gak bisa di percaya.
seorang pria suram yang tidak populer yang dengan tujuan kencan
yang bagus dan akan memuaskan Shirakawa-san.
Bahkan jika aku diam-diam mencari "Tempat kencan"
di ponsel aku yang tersembunyi di laci mejaku, hasil teratas hanyalah ide
biasa.
Karena aku terus melakukan itu, aku mulai merasa mual karena
terlalu khawatir, jadi aku memutuskan untuk melupakan kencan untuk sementara.
Sepulang sekolah, Seperti biasa Shirakawa-san dengan senang
hati mengobrol dengan sahabatnya "Nikoru", jadi aku agak gelisah,
meninggalkan kelas bersama Ichi.
Itu terjadi tepat setelah aku sampai di rumah, dan memutuskan
untuk beristirahat di kamarku dengan menonton video baru KEN dengan Hp.
Notif LINE dari Shirakawa-san pun tiba.
"Eh!?
Itu bukan pesan. Ini panggilan Hp.
Apalagi itu video call.
"Emmm, Woahh....!?"
Setelah memastikan tidak ada hal aneh untuk dilihat di
belakang, aku duduk seiza di atas tempat tidur dan menekan tombol jawab.
(Tln: Di Jepang ada tradisi tentang
tata cara duduk yang sudah menjadi budaya di kalangan masyarakatnya, mereka
menyebutnya dengan Seiza atau duduk dengan tepat.)
"Ha-Hallo....!?"
"Iyeey itu Ryuuto ~!"
Terlihat di layar adalah Shirakawa-san yang melambaikan
tangannya dengan wajah bahagia.
Saat aku melihat latar belakangnya, sepertinya Shirakawa-san
juga ada di kamarnya sendiri.
Jadi itu artinya dia pulang tidak lama setelah itu, ya.
"A-ada apa?"
Saat aku dalam keadaan bingung dengan hoodie pink
Shirakawa-san yang sepertinya adalah pakaian tidurnya (Ritsletingnya banyak
dibuka sehingga Opp41-nya terlihat jelas), Shirakawasan sedikit mencibir
bibirnya.
"Ini tentang kencan besok. Kau sendiri yang mengajakku
kencan! Jangan bilang kau lupa?"
"Ah.... ya...."
Kencan .... Tidak peduli berapa kali aku mendengarnya, itu
adalah kata yang sangat kuat. Sebaliknya, apakah itu masih secara teknis aku
mengajaknya kencan ....? Dalam hal ini, aku bersyukur untuk itu.
"Benar, kencan! Kemana kita pergi?"
"Emm...."
Apa yang segera aku ingat adalah suatu hal yang aku cari
selama kelas.
"Ini ... kencan pertama kita, jadi .... kayak, nonton film?"
"Hmm?"
Wajah mungil di layar perlahan miring.
"Apa kau yakin ingin pergi ke sana? Adakah, seperti film
yang ingin kau tonton? Apa Ryuuto suka film?"
"Eh, Ti-tidak
Aku hanya pergi ke bioskop sekali setahun dan aku bahkan
tidak mendapat informasi lengkap tentang pemutaran film saat ini.
"Apa yang ingin Ryuuto lakukan denganku? Kenapa kau
mengajakku kencan?"
Aku merasa seperti Shirakawa-san menatapku dengan mata menawan.
Dengan keadaan sedikit gugup, aku memberitahunya.
"Karena aku .... ingin tahu lebih banyak tentang
Shirakawa-san."
"Kau ingin tahu lebih banyak, tentangku?"
Aku menelan ludahku saat Shirakawa-san membuat gerakan, dan
kemudian menekan kedua lengannya, opp41-nya menjadi sedikit lebih terlihat.
"Gakpapa. Aku akan melakukan semua yang Ryuuto mau, oke
....?"
Wajah Shirakawa-san terlihat ramah. Dia memiliki senyuman
seorang dewi yang dapat memenuhi keinginan pria mana pun dengan segera.
Namun, jika saja sekarang aku bisa mengatakan sesuatu seperti
"Kalau begitu ayo pergi ke hotel!", Aku tidak akan murung selama 16
tahun!
Selain itu, memang benar aku ingin menjaga hubunganku dengan
Shirakawa-san dengan hati-hati. Aku akan menunggu sampai Shirakawa-san
mengatakan dia ingin melakukannya denganku. Tidak ada .... ragu-ragu dari pemikiran
itu.
Jika keinginan aku didorong seperti ini, aku kehilangan sedikit
kepercayaan diriku. Aku senang Shirakawa-san tidak ada di depanku sekarang ....
".... Bagaimana dengan Shirakawa-san?"
Aku kehabisan kata-kata, jadi aku mengembalikan pertanyaan itu.
"Shirakawa-san, apa yang ingin kau lakukan di hari
libur?"
"Eh....?"
Shitakawa-san menanggapi heran pada pertanyaanku.
"Maukah kau mengikuti apa yang ingin aku lakukan
....?"
"Ya. Aku gak ada apa-apa yang benar-benar ingin
kulakukan di kota, jadi .... Kalau begitu, menurutku lebih baik mengikuti orang
yang ingin melakukan sesuatu "
Itu karena menghabiskan waktu bersama Shirakawa-san itu
sendiri adalah peristiwa besar dalam hidupku. Bahkan jika aku memikirkannya
lagi, aku tidak dapat benar-benar menemukan apa pun yang aku inginkan lebih
dari itu.
Kata-kataku membuat Shirakawa-san berkedip karena terkejut.
".... Entah bagaimana, Ryuuto agak sedikit berbeda kan."
Dia tertawa pelan setelah mengatakan itu.
"Ini pertama kalinya aku punya pacar yang mengatakan hal
seperti itu."
Sekarang aku yakin. Shirakawa-san bukanlah gadis j*l*ng.
Dia berusaha menyesuaikan dalam segala hal pacar. Sebagai
hasil dari penyesuaian dengan pacarnya, dia menjadi gadis yang lebih nyaman
daripada pacar. Pacarnya bosan padanya, dan akhirnya menggantikannya. Dia gadis cantik yang
malang.
Sambil melihat ke arah Shirakawa-san, yang masih bergumam
pelan, aku bergumam pada diriku sendiri bahwa aku tidak menyukai seorang mantan
pacar di hatiku.
Kemudian kami berbicara tentang pertemuan tersebut dan kami
mengakhiri panggilan.
"Oklah! Sampai jumpa besok!"
"Ya, sampai jumpa besok."
Ketika wajahnya menghilang dari layar, aku merasa lega
sekaligus menyesal.
Dan hal berikutnya yang terlintas dalam pikiran adalah.
"Yeaaaaaaaahhh────!"
Aku melakukan panggilan video dengan seorang gadis yang imut
....!
Dan, gadis cantik itu adalah, pacarku .....!
"mntpp coegg────!"
Karena aku berada di kamar aku sendiri, aku berguling-guling
di tempat tidur sesuka hati karena bahagia.
"Ah, Shirakawa-san ...."
Shirakawa-san juga manis dengan pakaian Loungewear, sedikit
nakal, itu yang terbaik.
(Tln: Loungewear mungkin sebutan untuk pakaian yang lagi
tren. Loungewear ada beberapa jenis yg gwa tau, yaitu: Kimono, Set Jumpsuits,
Legging.)
Penampilan Shirakawa-san di kamarnya sendiri, mungkin jarang
diketahui beberapa orang di sekolah.
Kamar Shirakawa-san, ya .... Baunya sangat wangy.
Aku ingat saat aku mengunjungi rumahnya. Aku merasakan gairah
aku kembali dan pada saat yang sama aku diserang oleh rasa penyesalan.
"Hadeh, Kenapa aku enggak melakukannya...."
Udah terlambat, Shirakawa-san mungkin tidak dengan santai
mengundangku ke kamarnya lagi.
Tapi, aku tidak ingin disamakan dengan mantan pacar.
Yah, aku yakin orang sepertiku tidak bisa samakan dengan
orang-orang tampan yang ceria itu ....
"....enggak buruk!"
Memikirkan hal-hal ini, dan malam terus berlalu.
***
Pertama kali aku benar-benar jatuh cinta yaitu pada seorang
gadis cantik, dan sopan dengan rambut hitam panjang. Aku menyatakan perasaanku
pada gadis itu sejak kelas 1 SMP, dan yang membuatku trauma akan hal itu.
Awalnya, aku selalu menyukai gadis seperti itu. Bahkan dalam
game dan anime, aku pasti lebih menyukai tipe polos daripada karakter gadis agresif.
Itulah mengapa rasanya aneh menemukan diriku ditemani seorang
gadis cantik, sangat mencolok, kebalikan dari seleraku.
Terlebih lagi, gadis cantik ini adalah .... pacarku.
Ketika aku memikirkan hal itu, aku tidak bisa menahan diri
dan masih belum terbiasa, aku agak gelisah.
Apa yang harus dilakukan jika seseorang melihatku. Ini tidak
seperti aku keberatan dilihat tetapi aku takut dikritik karena pria suram
sepertiku kencan bersamanya.
Sabtu, hari kencan. Aku berjalan bersama Shirakawa-san sambil
memikirkan itu dan merasa gugup dalam banyak hal.
"Apa, enggak mungkin! Bukankah ini suuuuuuuuuper imut
!?"
Di lantai gedung stasiun Shinjuku, aku melihat Shirakawa-san
yang bersemangat.
"Sangat imut !! Ini terlalu imut ~ !! Ini adalah saat kau
ingin membeli banyak warna berbeda ~!"
Sejujurnya, aku tidak mengerti kebaikan dari apa yang sangat
dia puji. Dia menjadi bersemangat dengan hal-hal yang dia ambil yang di luar
pemahamanku, seperti, atasan dengan punggung terbuka yang aku tidak yakin
bagaimana memakainya, atau lipstik yang terlalu merah dan pekat.
Ngomong-ngomong, pakaian Shirakawa-san hari ini juga luar
biasa.
Dia mengenakan atasan putih dengan bahu terbuka, rok mini
ketat hitam dengan tekstur mirip kulit, juga hak hitam yang cukup tinggi, dan
sebagai tambahan, dia membawa tas dengan pola seperti kulit ular.
Dia seorang gadis. Bahkan menggelikan, bahwa DK (Doutei
Koukousei) yang ada secara massal sepertiku berjalan berdampingan dengannya,
seorang gadis baik yang tidak akan malu kemanapun dia pergi.
Dan dia masih sangat imut.
"Eh, hei, gadis itu, bukankah dia sangat imut?"
"Apakah dia seorang model atau semacamnya? Aku enggak
cukup tau tentang cewek, jadi agak gak paham…"
Aku juga mendengar apa yang tampak seperti dua mahasiswi
berbisik satu sama lain ketika mereka melihat Shirakawasan.
Sudah kuduga, keimutan Shirakawa-san berada pada level yang
membuatnya menonjol bahkan di pusat kota.
Ketika aku memikirkannya, aku merasa terintimidasi tetapi
senang berjalan-jalan sebagai "pacar" seorang gadis, dan aku semakin
gugup.
Ya, seharusnya aku berhubungan s*ks dengannya .... Tidak,
tidak, aku berbeda dari mantan pacarnya, kepalaku sibuk berpikir hal yang tidak-tidak.
Sementara aku terhanyut dalam pikiranku, di sebelahku ada
Shirakawa-san yang terhanyut dalam produk.
"Wah imut! Super imut ~ ayo kita ambil ini ~!"
Dia telah menggunakan kosakata yang hampir sama beberapa kali,
tapi dia terlihat Bahagia sekali
Kelopak mata yang agak terlihat seperti orang bule, dan bulu
matanya yang terlihat banyak, Bibirnya yang mengilap seperti kalau di sentuh
akan mengeluarkan suara decitan, dan itu membuatku tertarik.
Apa sebenarnya aku .. suka cewek gal ....?
Tidak, itu karena Shirakawa-san sangat imut. lalu, make-up
dan fashion saat ini benar-benar cocok untuknya, jadi meskipun itu bukan
kriteriaku, aku pikir aku bisa menerimanya.
Dengan pemikiran ini, aku menghabiskan waktu sekitar dua jam
untuk mengamati Shirakawa-san berbelanja kosmetik dan pakaian.
Setelah itu kami mengunjungi kafe instagramable,
Shirakawa-san yang sedang menikmati minuman parfait seketika itu bertanya padaku.
"....Nee, Ryuuto."
Nada suaranya jauh lebih rendah daripada saat dia sangat
bersemangat tadi di toko.
"Apa kau baik-baik saja? Apakah kencan seperti ini
membosankan?"
"Enggak kok."
Aku menjawab seperti itu karena aku benar-benar berpikir
begitu tetapi alis cokelat muda Shirakawa-san mengerut.
".... Bohong. Maksudku, Ryuuto enggak melihat barang apa
pun di toko, kan?"
"E-Eh? enggak, emm, itu ...."
Itu memang benar. Maksudku, ketika seorang pria melihat barang fuhion wanita
.... relatif tidak apa-apa jika itu produk unis*x, tetapi jika seorang pria melihat
pakaian yang sangat ditujukan untuk wanita, tidak mungkin dia akan tertarik. Tidak
ada yang bias kulakukan saat itu.
(TLN: Unis*x adalah pakaian yang di
rancnag untuk pria dan wanita)
".... Maksudku, itu enggak membosankan sama sekali ....
Aku memang .... melihat Shirakawa-san."
Takut dianggap menyeramkan, aku menambahkan bit terakhir
dengan takut-takut.
Wajah Shirakawa-san tampak terkejut dengan jawabanku.
"Maksudnya?"
"Eeh!?"
Aku tidak berharap dia menggali lebih dalam jadi aku sedikit
bingung.
"Yah, umm .... seperti, memperhatikan jenis pakaian apa
yang kamu suka, atau betapa imutnya kamu saat bahagia .... Emm, maap. Aku agak menyeramkan,
kan ....?"
Ketika aku tidak tahan lagi dan mencela diri sendiri,
Shirakawa-san menggelengkan kepalanya dengan wajah serius.
"Apakah kamu senang saat melihatku berbelanja?"
Aku ditanyai itu dan aku mengangguk.
"Saat aku melihat Shirakawa-san bersenang-senang ....
entah bagaimana, aku mulai menikmati diriku sendiri."
"...."
Shirakawa-san terdiam seperti bingung.
Apakah aku mengatakan sesuatu yang buruk ?, dan ketika aku melihatnya,
pipinya mulai memerah.
".... Apa itu .... Ini agak memalukan ...."
"...."
Imoeetts
Shirakawa-san malu !?
".... Ryuuto, bagaimanapun juga, berbeda, kan."
Senyuman malu-malu yang dia tunjukkan saat dia mengatakan itu sama polos dan indahnya dengan seorang Loli.
Apa yang harus dilakukan.
Aku suka Shirakawa-san.
Tidak, aku selalu mengira aku tertarik padanya tapi sejak
kami mulai berpacaran, aku semakin jatuh cinta padanya.
Pada saat itu, ponsel Shirakawa-san yang di taruh di atas
meja bergetar.
"Ah, ini dari Nikoru."
Layar gelap ponsel menyala dan banyak pesan pop-up muncul.
Shirakawa-san memberitahuku, "Enggak lama, oke?",
Dan sambil menggenggam teleponnya dan mulai mengetik dalam diam. Dia mungkin
mengirim kembali pesan.
Aku kehabisan hal yang harus dilakukan jadi aku hanya melihat
sekeliling hiasan kafe.
Tempat yang Shiarakawa-san bawa untukku adalah sebuah kafe dengan
tempat duduk teras yang terinspirasi oleh resor pantai. Jalurnya adalah dek
kayu yang terlihat seperti tepi pantai dan sebenarnya ada juga area yang
tertutup pasir putih. Ini adalah kafe yang penuh dengan orang-orang ceria yang
pasti tidak akan aku masuki sendirian.
Apakah tidak apa-apa bagi pria suram sepertiku berada di
tempat ini ?, jadi karena aku mulai merasa gelisah, aku mengembalikan pandanganku
ke Shirakawa-san di depanku.
Tidak peduli dari sudut mana kamu melihat, Shirakawa-san
benar-benar imut. Aku benar-benar merasa seperti itu saat kami melakukan banyak
hal bersama-sama hari ini.
Aku ingin tahu bagaimana denganku? Tidak peduli dari sudut
mana, aku terlihat seperti orang bodoh .... tidak ganteng .... Aku baik-baik
saja jika aku tidak tampil seperti itu ....
"...."
Yah, tidak ada gunanya memikirkannya. Aku tidak bisa mengubah
diriku menjadi pria tampan untuk dapat cocok dengan Shirakawa-san jadi
setidaknya aku harus tegas di dalam .... Tapi aku tidak yakin tentang itu ....
Shirakawa-san masih mengetik di ponselnya. Aku pikir dia
sangat dekat dengan "Nikoru".
Aku terlalu malas untuk mengetik pesan dan aku jarang
mengirim pesan LINE ke Ichi atau Nishi. Jika aku melakukannya, itu hanya
masalah mengirim satu atau dua pesan berulang.
Sepertinya tadi malam Shirakawa-san memiliki panggilan
telepon yang panjang sampai larut malam dengan "Nikoru". Karena ini
adalah rutinitasnya sebelum hari libur, dia mengatakan kepadaku bahwa dia akan
senang jika kencan kami dilakukan pada tengah hari. Makanya sekarang sudah
lewat jam empat sore.
Meskipun mereka seharusnya berbicara di telepon kemarin, jadi
kenapa dia begitu sibuk berkomunikasi, aku bertanya-tanya? Ketika aku melihat
bahwa dia tidak melepaskan ponselnya untuk waktu yang lama, aku yakin dia
memasuki keadaan mengobrol.
.... Mungkin, dia mengeluh tentangku?
Tidak, hentikan! Menjadi paranoid itu tidak baik.
(Tln:
Paranoid adalah masalah psikologis yang ditandai dengan munculnya rasa curiga
dan takut berlebihan)
Ini semua salahku karena kurang percaya diri yang membuatku
berpikir seperti ini.
Aku harus berubah ... sekaligus .. agak mustahil tetapi aku
akan mencoba sebaik yang kubisa.
Ini bukan seperti Shirakawa-san untuk menghilangkan rasa
tidak percaya diri secara paksa. .... Ya, aku harus menghilangkan kebiasaaan
itu.
Kecuali aku mengatasi trauma karena tidak bisa mempercayai
seorang gadis cantik, aku tidak akan bisa terus berkencan dengan pacar yang
super imut ....
Tapi .... Aku heran, meskipun menurutku Shirakawa-san adalah
gadis yang jujur dan baik, pada saat itu juga, wajahnya terkadang tumpang
tindih dengan gadis cantik yang menolakku.
Mereka adalah dua tipe yang sangat berbeda .
".... Ya ampun ~ Sih Nikoru ~!"
Pada saat itu, Shirakawa-san, yang sampai saat ini diam dan
mengutak-atik ponselnya, mengetuk layar satu kali dan mendekatkan ponsel ke
telinganya.
"Seperti…yang….kubilang, Saat ini aku sedang berkencan
dengan Ryuuto."
Datang dari telepon, "Aku tahu! Itu sebabnya aku menelponmu!",
Adalah suara seorang gadis dengan nada tinggi.
".... Eeeh ~? ... Aah, gak apa-apa, kita akan bicara
nanti, jadi ...."
Mungkin ditanya dengan keras, Shirakawa-san berbicara dengan
suara sedikit kesal.
"Yaaa ~ kita ke Lumine, cari baju di Cecil ~, lihat
kosmetik Etude House ~, datang ke cafe pantai ~ .... Yap, betul, aku bilang mau
kunjung semuanya."
Shirakawa-san sepertinya senang membicarakannya.
".... Kurasa begitu. Ini pertama kalinya aku berkencan kayak
sekarang."
Shirakawa-san menatap gelas minuman yang tampak manis di atas
meja, dan menunjukkan senyuman manis yang hanya bisa ditunjukkan kepada orang
yang benar-benar dipercaya.
Ketika aku melihat wajah itu, aku merasakan sesuatu yang jauh
di dalam diri aku berkibar, sedemikian rupa sehingga apa yang telah aku
pikirkan sebelumnya menjadi tidak penting.
Gadis yang imut ini adalah pacarku.
Shirakawa-san di sini memiliki banyak pengalaman dengan
mantan pacarnya di masa lalu, dan sekarang, dia duduk di depanku sebagai
pacarku. Hal itu adalah kebenaran yang pahit dari sudut pandangku ....
Jika hubungannya sebelumnya bahagia, dia mungkin tidak ada di
sini sekarang. Orang-orang yang dia pacari sebelumnya memperlakukannya seperti
kenyamanan, dan membuangnya.
(Tln: Teringat
gw satu LN….Ahh sudahlah :v)
Aku tidak akan melakukan apa yang dilakukan mantan pacar itu.
Aku ingin membuatnya bahagia ....
Dan itulah yang aku pikirkan.
Pada akhirnya, aku tidak yakin apa yang harus kulakukan
untuknya.
Seperti yang aku pikirkan, sepertinya pemikiran negatif aku
berasal dari "Kurang percaya diri sebagai pacar".
Meskipun sekarang setelah aku menyadarinya, aku masih belum
yakin hal terbaik yang harus kulakukan.
"Ada apa, Ryuuto?"
Sebelum aku menyadarinya, Shirakawa-san telah mengakhiri
panggilan dengan sahabatnya dan menatapku dengan rasa ingin tahu.
"Ah, Ya .... Aku ingat ulangan kanji minggu depan, jadi
kupikir, ini buruk."
Mendengar ini, alis Shirakawa-san berkerut dengan luar biasa.
"Waaah ~ sungguhan. Sepuluh poin turun ~ .... Aku benar
lupa tentang itu ~!"
"Bagus untukmu, kan."
"Aku ingin melupakannya ~~!"
"Maka kamu harus lebih giat belajar, oke."
Saat aku melontarkan candaan dan tersenyum padanya sambil
memegangi kepalanya, dan bertingkah seperti orang dewasa, aku mencicipi kopi
hitam yang telah aku pesan di depanku dan dengan kepahitan di hatiku.
1 comment