Bagian 1
Aku merindukan pancaran para Idol —cahaya mereka begitu terang hingga membakar mataku.
Idol telah menjadi harapanku, impianku dan akhirnya, keputusasaanku.
Mereka adalah harapanku. Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan mereka capai.
Setiap Idol memiliki mimpi dan mereka bernyanyi dan menari di atas panggung untuk mewujudkannya.
Aku menyukai seorang Idol seperti itu ....
Pada satu titik, mendukung impian mereka menjadi impianku. Aku percaya bahwa dengan memenuhi impian mereka, aku juga memenuhi impianku.
Pergi ke konser, membeli merchandise, CD dan mendukung aktivitas Idol favoritku menjadi tujuan hidupku. Aku tidak bisa tidak menikmati kehidupan seperti itu.
Tak perlu dikatakan, perasaan itu tidak bertahan selamanya.
Dan dengan cara yang tidak diinginkan juga.
Idol pertama yang membuatku jatuh cinta—walaupun dia termasuk dalam kelompok yang melarang asmara—dengan berani menjalin hubungan romantis dengan seorang pria dan kemudian memutuskan untuk pensiun.
Ketika aku mendengar berita itu, aku ingat duduk di depan TV, kaget.
Bukan karena aku terkejut bahwa Idol favoritku punya pacar.
Hanya saja mimpi yang dia ceritakan kepada kami tidak melibatkan… mendapatkan pacar dan pensiun.
Kami —penggemar yang percaya pada mimpinya — benar-benar ditinggalkan ketika dia pensiun.
Aku merasakan kekecewaan yang luar biasa. Tapi pada saat itu, aku dapat meyakinkan diri sendiri bahwa Idol juga manusia.
Padahal pensiunnya juga bisa jadi akibat skandal.
Telah dilaporkan bahwa anggota grup telah dilecehkan oleh anggota lain di belakang layar.
Dugaanku adalah bahwa dia adalah pelaku utama di balik pelecehan itu. Jadi dia menangis, meminta maaf dan kemudian mengumumkan pengunduran dirinya.
~
Hatiku dipenuhi dengan apa-apa selain kekosongan.
Dia adalah pelaku utama, jadi dia pensiun.
Tapi kemudian, bagaimana dengan anggota yang tersisa?
Dalang di balik pelecehan itu telah pergi. Tapi, bagaimana dengan anggota lain yang juga berpartisipasi dalam hal itu?
Dengan kepergiannya, sulit untuk membayangkan bagaimana kinerja grup tersebut untuk bergerak maju.
Sebaliknya, bahkan jika aktivitas mereka berlanjut seperti biasa, mau tak mau aku memikirkan sisi lain dari cerita ini.
Aku tidak bisa memaksa diriku untuk sepenuh hati mendukung anggota yang tersisa. Jadi, aku berhenti mendukung grup Idol itu sendiri.
~
Setelah mengalami pensiunnya Idol favoritku dua kali, aku mendapati diriku menjadi takut mendukung Idol.
Pada akhirnya, aku hanya percaya pada mereka sendiri dan merajuk tentang pengkhianatan mereka sendiri. Aku tahu itu.
Tetapi…
Aku ingin percaya pada sesuatu. Aku ingin menerima kekuatan dari sesuatu. Aku membutuhkan cahaya untuk menyelamatkanku dari perasaan tidak berdaya.
Keinginan itu hancur dan aku putus asa.
Mari kita menjauh dari Idol sekarang.
Mari kita lanjutkan hidup kita…
Tepat saat aku memutuskan untuk melakukannya, dia tiba-tiba muncul di dunia Idol.
Dia memiliki jenis kinerja yang membedakannya dari yang lain.
Dedikasinya untuk mimpinya.
Dan layanan penggemarnya yang menyeluruh.
Semuanya lebih hidup dan mempesona dibandingkan Idol mana pun yang pernah kulihat…
Sebelum aku menyadarinya, aku telah menemukan harapan terakhirku dalam dirinya.
Ini terakhir kalinya aku mendukung seorang Idol setelah sejak lama.
Aku akan mengikutinya sampai akhir sebagai Idol dan memutuskan bahwa aku akan menjalani hidupku sendiri kali ini.
Ya, ini yang terakhir kalinya ....
Seperti sebuah doa, aku bergumul dalam hatiku.
Karena ini terakhir kalinya, apakah boleh memberikan semua kepercayaanku?
|| Previous || Next Chapter ||
5 comments