Chapter 49 – Asanagi Umi dan Amami Yuu
[Bagian 1]
Sekitar tujuh tahun yang lalu. Aku, Asanagi Umi bertemu dengan sahabatku, Amami Yuu.
Aku sedang berjalan pulang dengan teman-temanku setelah sekolah berakhir. Aku melihat sosok kecilnya berjalan sendirian.
Kesan pertamaku padanya adalah dia sangat cantik. Dia memiliki rambut emas panjang dan kulit putih.
Segera setelah aku melihatnya, aku meninggalkan teman-temanku dan mendekatinya.
"Hei ..."
"…Eee?…"
Gadis itu tiba-tiba gemetar.
Dia tampak seperti tupai, itu lucu.
“A-Apa?”
Wajah gadis itu tampak seperti boneka. Pipinya bulat dan montok, menambah kelucuannya. Mata biru jernihnya menatapku dengan hati-hati.
Kupikir dia adalah orang asing. Tapi, dia benar-benar bisa berbicara bahasa Jepang dengan fasih.
... Yah, itu tidak penting sekarang.
“Aku Asanagi, Asanagi Umi. Kalau kamu ...?"
“Eh? Um… A-Aku Yuu… Amami Yuu…”
“Senang bertemu denganmu, Yuu-chan! Btw, kamu kelas berapa?"
“Kelas tiga… Aku baru saja pindah ke sini…”
Dia jauh lebih pendek dariku. Jadi, aku berasumsi bahwa dia lebih muda dariku, tetapi faktanya kami seumuran.
Ngomong-ngomong, aku ingat teman-temanku di kelas lain memberitahuku bahwa ada siswi pindahan..
.... Jadi, gadis ini murid baru?
"Kenapa kamu sendirian? Dimana teman-teman mu?"
“…Aku tidak punya teman…”
"Tidak punya teman?"
Meskipun dia seimut ini? Kupikir dia akan menarik perhatian semua orang.
“Kau tahu, sebelum aku pindah ke sini, semua orang menghindariku karena warna rambut dan mataku berbeda dari semua orang… Mungkin, semua orang di sini juga akan memperlakukanku sama… aku takut…”
"Itu…"
Yuu bercerita tentang sekolah tempat dia pindah dan semua hal buruk yang dia alami. Mendengarnya saja sudah cukup membuatku marah.
Bahkan jika dia terlihat berbeda dari orang lain, dia tidak pantas diperlakukan seperti itu.
Meskipun dia seimut ini....
Kalau saja aku bertemu dengannya lebih awal, aku akan bisa melindunginya.
“Fuuh, aku mengerti. Lalu, kenapa kita tidak berjalan pulang bersama mulai sekarang?”
“Eh?”
Dia menatapku dengan tatapan bingung.
…Kenapa dia begitu terkejut? Dia butuh bantuan, bukan? Bukankah wajar bagiku untuk membantunya jika itu masalahnya?
"Apa kamu tidak kesepian berjalan pulang sendirian? Atau mungkin aku tidak cukuo baik untukmu?"
“T-tidak, bukan itu… T-tapi… apa kamu yakin?”
"Tentu saja! Buat apa kamu ragu-ragu?”
“…Maksudku, kalau orang lain melihatmu bergaul denganku, Asanagi-san akan–”
“Nggak apa-apa~ Jangan pedulikan hal semacam itu."
Aku meraih tangannya dan memegangnya erat-erat dengan tanganku sendiri. Meskipun dia terkejut,. Tapi, aku tidak memiliki niat untuk melepaskan tangannya.
“Bahkan jika semua orang menghindariku, aku tidak akan sendirian! …Maksudku, aku sudah punya kamu 'kan?"
“… Asanagi-san!”
“Kamu bisa memanggilku Umi, sebagai gantinya, aku akan memanggilmu Yuu.”
Aku sudah mengambil keputusan ketika aku memutuskan untuk mendekatinya dan berbicara dengannya.
Aku tidak akan pernah membiarkan dia sendirian.
“Nee, Yuu.”
“Ada apa, Umi-chan?”
“Bisakah kamu tersenyum untukku~?”
“Eh?? …T-tapi, itu memalukan…”
“Tolong~ Sekali ini saja~ Tolong lakukan untukku. Aku ingin melihat senyum manismu!”
“U-Uu… Kalau begitu, sekali ini saja, oke?”
Jadi, di gang kosong itu, Yuu menunjukkan senyum canggung padaku.
"…I-Imut banget…"
Segera setelah aku melihatnya, aku secara tidak sadar mengatakan itu.
Dan pada saat yang sama, aku memikirkan sesuatu.
Ekspresi muramnya tidak cocok untuknya, dia seharusnya tidak pernah menunjukkan ekspresi itu lagi.
Sebaliknya, dia harus menunjukkan kepada semua orang senyum malaikatnya.
“Kalau begitu, ayo pulang bersama, Yuu.”
"Mn, Umi-chan."
“Oh, ya. Kamu bisa panggil aku 'Umi' saja."
“Eh? K-Kalau begitu… Umi…”
"Mn, seperti itu. Kamu memanggil namaku dengan benar, gadis baik, gadis baik~”
“Ehehe…”
Sejak saat itu, aku dan Yuu menjadi teman.
Di sinilah semuanya dimulai.
* * *
Keesokan harinya, aku langsung memperkenalkan Yuu kepada teman-temanku yang lain.
Mereka adalah Nitori Sanae dan Houjou Manaka. Kami bertiga sangat dekat sejak kami mulai sekolah dasar dan kami biasanya pergi ke sekolah bersama.
“Ayo, Yuu.”
“T-Tapi…”
“Jangan khawatir, mereka berdua gadis yang baik, sama sepertiku~”
“…Kalau Umi mengatakan itu…”
Aku bertanya-tanya apakah itu ide yang baik untuk memperkenalkannya kepada teman-temanku yang lain. Tapi, aku memutuskan bahwa itu akan baik-baik saja dan jika aku melakukannya, lebih cepat lebih baik. Saat ini, Yuu sangat terikat padaku. Kalau aku membiarkan dia bertindak seperti ini untuk waktu yang lama, dia mungkin berhenti mencoba untuk mencari lebih banyak teman dan menjadi terlalu bergantung padaku.
Aku ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengannya. Tapi, aku tidak bisa berada di sana sepanjang waktu. Lagipula aku punya kehidupanku sendiri.
Itu sebabnya, aku memutuskan untuk memperkenalkannya kepada teman-temanku. Semakin banyak teman yang dia miliki, semakin tidak kesepian dia.
“…Namaku Amami Yuu… Aku dari kelas 3-1… Senang bertemu dengan kalian…”
“Ya, senang bertemu denganmu juga, Yuu-chan!”
“Yuu-chan, kamu sangat cantik! Imut sekali!"
Tentu saja Sanae dan Manaka menerimanya.
Yah, aku membahas tentang ini dengan mereka berdua sebelumnya, tapi siapa yang peduli~
“Bagus untukmu, Yuu ~”
“Mm! Terima kasih, Umi! Berkatmu, aku mendapat lebih banyak teman!”
"Yah, aku tidak melakukan banyak hal, jangan pedulikan itu."
Bukan bermaksud menyombongkan diri. Tapi, aku punya banyak teman. Aku paling sering bergaul dengan Sanae dan Manaka. Tapi, aku juga punya teman di kelas lain.
Kalau aku membiarkan dia memasuki lingkaran pertemananku, semua orang akan bisa bergaul dengan baik dan bersenang-senang dengannya dan dia tidak akan mudah kesepian.
Dan aku benar tentang itu.
“Ehehe ~ Umi, Sana-chan, Mana-chan ~ Lewat sini, begini ~!”
Yuu mulai lebih sering tersenyum di depan semua orang. Dia dengan mantap mendapatkan kembali kepercayaan dirinya yang telah hilang, ketika dia diisolasi di sekolah sebelumnya.
Seperti yang kuharapkan, dia akhirnya bisa menunjukkan senyum malaikatnya dengan bebas.
Sampai saat itu, semuanya berjalan sesuai rencana. Saat aku berdiri di sampingnya, aku merasa bangga melihatnya tumbuh seiring berjalannya waktu.
Sampai saat itu, semuanya berjalan dengan baik.
…Sampai saat itu… ya…
|| Previous || Next Chapter ||
1 comment