Chapter 109 – Liburan Musim Semi Bersama Pacarku
Hari pertama liburan musim semi.
Untuk beberapa alasan aku khawatir karena Umi tidak menelponku untuk membangunkanku pagi ini. Tapi, kekhawatiranku hilang begitu aku mendengar bel pintu berbunyi.
{Selamat pagi, Maki. Aku tahu ini libur sekolah. Tapi, kakiku membawaku ke sini secara refleks, hehe~}
Melihat ke monitor, aku dapat melihat Umi berdiri di depan pintu ... Seperti biasa, hari ini dia mengenakan Hoodie, topi dan sepatu kets.., menyeringai padaku melalui monitor.
Tidak heran dia tidak meneleponku.
Semalam aku berjanji padanya bahwa hari ini aku akan menemaninya pergi bermain.. Meski begitu, Umi tetaplah Umi. Dia datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan.
... Ah, karena dia sudah ada di sini dan kebetulan aku baru saja bangun, aku akan memintanya merapikan rambutku.
"Pagi, Umi~"
“Pagi juga~ .... Astaga, lihat rambutmu berantakan, Maki.."
"Aku baru saja bangun, membuatku sedikit malas... Btw, apa kau sudah sarapan? Ah, pasti kau belum sarapan, bukan? Kalau begitu, ayo ikut sarapan denganku.."
"Mnm! Sebelum itu, cuci mukamu dulu.."
"Ah, ya.."
Segera setelah itu, aku pergi ke kamar mandi.. mencuci muka dengan air dingin, lalu aku kembali ke ruang tamu.
"Maki, kemarilah."
"Hm? Baik ..."
Aku duduk di dekat Umi saat dia mulai menyisir rambutku.
“Nee, Maki.. Apa kamu tidak sadar bahwa rambutmu panjang? Lihat, ponimu ini.. Apa itu tidak mengganggumu?"
“Nggak juga… Aku hanya perlu mengaturnya ke samping…”
"Ditolak! Dengar, Maki ... kamu harus mempertimbangkan untuk memotongnya. Kalau kamu membiarkannya begitu saja, orang lain akan memperlakukanmu seperti orang yang murung, tahu .."
“Eee... Tapi, mencukur rambut itu merepotkan, mengeluarkan biaya. Selain itu.."
"Kamu tidak ingin orang lain menyentuh rambutmu?"
"Nah, itu .."
Aku masih mencoba mengikuti peraturan sekolah tentang panjang rambut. Jadi, aku mengunjungi toko tukang cukur sesekali, tetapi aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sudah terbiasa.
Aku selalu gelisah setiap kali orang asing menyentuh rambut dan leherku. Tukang cukur selalu memperingatkanku tentang hal itu dan kadang-kadang orang yang menyaksikannya akan menertawakanku. Aku tidak memiliki banyak kenangan indah ketika pergi ke tukang cukur karena hal ini.
Tapi, itu hanya berlaku untuk orang asing. Jika seseorang yang dekat denganku seperti Ibuku atau Umi menyentuhku, aku tidak akan bereaksi seperti itu.
"Hm, begitu 'ya .... Kalau begitu, bagaimana kalau aku saja?"
“Eh?”
"Mungkin aku tidak bisa membuat potongan rambut yang keren. Tapi, aku bisa memangkas ujung rambutmu dan meringankan volumenya. Ibuku selalu memotong rambut Ayahku. Jadi, aku belajar satu atau dua hal darinya.”
Aku membayangkan adegan Umi bermain-main dengan rambut Daichi-san.
Yah, dia memiliki rambut pendek dan poni sampingnya dipangkas. Jadi, bahkan jika Umi membuat sedikit kesalahan, mereka bisa memotong rambutnya lebih pendek untuk memperbaikinya.
Kalau dipikir-pikir, Daichi-san mengalami kesulitan, ya? Harus berurusan dengan putrinya yang mengacak-acak rambutnya....
"Bagaimana, Maki? Kalau kamu membiarkanku melakukannya, kamu tidak perlu membayar. Sebagai gantinya, uangnya bisa dipake buat kencan kita~ .... Tunggu, itu ide yang bagus. Sudah diputuskan, biar aku yang melakukannya untukmu!”
“Hm, baiklah…”
... Oh! Itu artinya, menggunakan uang itu untuk kencan kita bisa dihitung sebagai aku membayar jasanya, kan?
Mengesampingkan hasilnya potongan rambutnya, aku ingin Umi melakukannya untukku.
Dan juga, aku tidak akan terlalu gelisah jika Umi menyentuh rambutku.
“Baiklah, kurasa aku akan mengandalkanmu…”
"Oke. Mari kita pergi ke rumahku setelah sarapan. Aku akan memberitahu Ibuku dulu ...”
Tapi meski begitu, aku masih sedikit ragu untuk membiarkan dia menata rambutku karena dia adalah seorang amatir dan kekhawatiranku berlipat ganda setelah mendengar suara gembira Sora-san melalui telepon.
…Hari demi hari, aku merasa semakin mirip dengan Daichi-san…
* * *
“Selamat datang, Maki-kun~ Aku sudah siap untuk memotong rambutmu lho~ ... Ah, maaf.. kita harus melakukannya di taman."
"Pagi, Sora-san ... Maaf, pagi-pagi sudah merepotkanmu..."
“Fufu, tidak apa-apa, aku tidak keberatan. Aku tidak punya banyak kesempatan untuk memotong rambut suamiku akhir-akhir ini. Mendapatkan kesempatan untuk memotong rambutmu membuatku merasa bersemangat~”
Setelah selesai sarapan, kami langsung pergi ke rumah Umi. Di sana, Sora-san menyambut kami dengan senyum dan suara penuh semangat.
Dia terlihat sangat bahagia dan itu membuatku bahagia juga. Tapi senyumnya, dikombinasikan dengan gunting di tangannya, tampak sangat tidak menyenangkan.
“Nggak boleh! Kan, sudah kubilang bahwa aku yang akan merapikan rambutnya! Tugas Ibu hanya duduk manis dan mengawasi saja!"
“Eee …”
“Nggak usah mengeluh! Kemarilah, Maki.."
“B-Baik…”
Aku menguatkan diri dan duduk di kursi di tengah taman. Begitu aku duduk, Umi langsung mengelus rambutku.
"Apa kamu punya permintaan?"
“Eh…”
Sejujurnya, aku tidak tahu apa-apa tentang gaya rambut. Setiap kali aku pergi ke tukang cukur, aku hanya memberitahu mereka untuk merapikan rambutku dan selesai dengan itu.
Melakukan itu sekarang akan terasa hambar.
“…Aku akan menyerahkan semuanya pada profesional.”
"Nah, itu permintaan yang merepotkan ... Kamu yakin ingin menyerahkan segalanya kepadaku?"
"Ya, aku percaya pada penilaianmu."
Aku tidak terlalu peduli dengan gaya rambutku sendiri, aku baik-baik saja dengan apa pun yang membuat Umi bahagia.
Aku melakukan ini agar dia memujiku. Jadi, ini adalah pilihan terbaik.
"Baiklah! Kalau begitu, aku akan mengubahmu menjadi pacar idealku… Kenapa kamu menyeringai, Bu?”
“Hm? Hehe… aku hanya mengenang masa lalu. Ah… masa muda…”
"Kamu berbicara seperti wanita tua, Bu ..."
“Fufu, aku adalah satu dari mereka~”
"Uh-huh, terserahlah.."
Aku merasakan tatapan hangat Sora-san padaku. Aku memejamkan mata dan menyerahkan segalanya pada Umi.
“Umi, jangan terburu-buru memotong rambut, Maki-kun'oke? Pikirkan tentang tujuanmu terlebih dahulu, lalu lakukan semuanya dengan perlahan sehingga kamu tidak akan gagal di tengah jalan.”
"M-Mengerti."
Setelah menerima saran dari Sora-san, Umi mulai memotong rambutku.
Semakin banyak rambutku jatuh ke tanah, semakin membuat kepalaku ringan.
"Ini akan sedikit menggelitikmu. Jadi, bersabarlah."
"Dimengerti."
Kupikir aku akan lebih gelisah, tetapi jika hanya sebanyak ini, aku bisa menanggungnya. Skinship sebanyak ini adalah hal yang biasa bagi kami.
Membiarkannya menata rambutku terasa menyenangkan. Kurasa aku tidak akan pergi ke tukang cukur kecuali aku ingin mewarnai rambutku atau semacamnya.
Akhirnya, satu jam berlalu dan sesi potong rambut selesai.
“Yup, selesai~ ... B-Bagaimana menurutmu?"
"…Hmm…"
Panjang keseluruhan rambutku lebih pendek dari yang diharapkan, tetapi rasanya menyegarkan untuk dilihat.
Itu adalah gaya rambut yang sempurna untuk iklim hangat yang kami alami saat ini dan jika aku berusaha lebih keras, penampilanku secara keseluruhan akan lebih rapi dari biasanya.
“…Ini terlihat sangat bagus. Terima kasih, Umi.”
“Hehehe~ Ini pertama kalinya aku melakukan ini sendiri. Jadi, aku sebenarnya merasa agak bangga… Bagaimana menurutmu, Bu?”
“Kamu terlihat keren, Maki-kun. Kamu adalah pria paling tampan kedua yang pernah kulihat dalam hidupku. Ah, tentu saja.. Suamiku di posisi pertama~"
Mereka sepertinya menikmati ini. Jadi, kurasa tidak akan ada masalah jika aku meminta bantuan mereka lagi.
Namun, aku tidak bisa terus mengandalkan mereka. Kurasa aku harus mencoba pergi ke tukang cukur sendiri, lain kali.
Sementara aku melakukan itu, aku akan meminta Nozomu untuk memperkenalkan padaku tempat pangkas rambut yang bagus.
“Fufu… Melihat kalian berdua, aku punya keinginan untuk memotong rambut seseorang. Ah, benar, Riku akan mencari pekerjaan, baiklah, waktunya memotong rambutnya~”
"Emak?! Tunggu, aku akan pergi ke tukang cukur sendiri! Tinggalkan aku sendiri! Tidak, tidak! Biarkan aku pergi! Singkirkan gunting itu–”
Pertengkaran antara Riku-san yang melawan dan Sora-san yang pantang menyerah berlanjut selama sekitar satu jam.
|| Previous || Next Chapter ||
5 comments