NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Shimotsuki-san wa Mob ga Suki V1 Chapter 3 Part 2

Chapter 3 - Bagian 2
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Aku tinggal di rumah dua lantai yang tidak memiliki banyak fitur.

“Ohh! Jadi, ini rumah Nakayama-kun.”

Namun, Shimotsuki-san melihat sekeliling rumah dari pintu masuk dengan ekspresi penasaran yang menakutkan di wajahnya.

“Tidak ada yang menarik di sini. Ini hanya rumah biasa.”

“Tidak. Aku sangat tertarik dengan rumah Nakayama-kun, tahu.."

Untuk tertarik pada pria yang membosankan sepertiku, menurutku Shimotsuki-san itu aneh.

"Silahkan masuk. Keluargaku tidak ada di sini sekarang. Jadi, buat dirimu nyaman."

"Iya. Ojamashimasu!”

Mengajaknya masuk, Shimotsuki-san melepas sepatunya dengan sopan sebelum melangkah masuk ke dalam rumah kami.

Aku membimbingnya ke ruang tamu.

Dengan hanya sofa dan TV, itu adalah ruangan yang membosankan, tetapi karena ini adalah satu-satunya tempat yang cocok untuk tamu, dia harus tahan dengan itu.

"Teh atau jus, kau mau yang mana?"

"Jus! Aku suka makanan cepat saji dan minuman….dan, kapan orang tuamu pulang? Sebagai temanmu mulai sekarang dan selama bertahun-tahun yang akan datang, aku ingin menyapa mereka.”

“Meskipun kau pemalu ini, apa kau yakin bisa menyapa mereka dengan benar?"

“T-Tentu saja! Jangan mengejekku, oke? Aku tipe orang yang baik-baik saja begitu mereka bertambah tua…. Yah, aku mungkin masih sedikit malu. Muu, Nakayama-kun ini.."

Dapat dimengerti bahwa Shimotsuki-san tersinggung dan mengeluh padaku.

Setelah tersenyum dan meminta maaf, aku dengan ringan menjelaskan keadaan keluarga kami.

“Orang tuaku sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Jadi, jangan khawatir tentang itu.”

Orang tuaku menjalankan perusahaan yang berhubungan dengan perjalanan. Jadi, mereka sangat sibuk.

Berkat itu, kami tidak sering bertemu.

“Sayang sekali. Tapi, yah.. mau bagaimana lagi.. Ah, itu artinya Nakayama-kun, kamu tinggal sendirian dong? Apa kamu nggak merasa kesepian?"

......Tidak, aku sebenarnya punya adik ipar, Azusa. Jadi, aku tidak benar-benar sendirian.

Tapi, akhir-akhir ini, Azusa jarang pulang ke rumah. Jadi, kurasa ungkapan 'Sendirian' belum tentu salah.

Sejak dia bertemu Ryuuzaki, Azusa sering bermain di rumahnya pada siang hari. Rumor juga mengatakan bahwa Yuzuki dan Kirari juga terlihat sering mengunjungi rumah Ryuuzaki. Aku mendengar desas-desus bahwa itu adalah situasi seperti harem.

Pada suatu saat, Azusa sering pulang sekitar jam 9 malam. Tapi saat itu, aku sudah berada di kamarku. Jadi, kami tidak banyak mengobrol.

“Kurasa aku sudah terbiasa menghabiskan waktu sendirian.”

Menjelaskan tentang Azusa akan memakan waktu terlalu lama. Jadi, aku memilih untuk tetap diam.

“Jika aku di posisimu, aku pasti akan kesepian, sendirian sepanjang waktu.”

Jadi, dia sepertinya mengenaliku sebagai “anak tunggal.”

“Yah, kalau kamu ingin dimanjakan.. bilang saja padaku, oke? Hora, aku seperti Onee-san, bukan? Mungkin, aku bahkan memiliki bakat untuk memanjakan orang. Jadi, kupikir kamu bisa mengandalkanku."

....Tidak, Shimotsuki-san.. daripada Kakak perempuan, kau seperti adik perempuan bagiku.

Tapi, aku tidak keberatan melihat Shimotsuki-san memaksakan diri dan bertingkah seperti Kakak perempuan. Jadi, aku menganggukkan kepalaku tanpa membantahnya.

“Lalu, ketika aku kesepian, aku akan meminta bantuanmu.”

Saat aku mengatakan ini, dia menyipitkan matanya dengan sangat gembira.

Dan kemudian, Shimotsuki-san memberiku gelas kosong dan mengatakan,

“Isi ulang!”

......Sikapnya itu, sama seperti adik tiriku beberapa tahun yang lalu.

Ketika Azusa masih di SMP... Aku ingat dia sering mendorongku seperti ini.

“Nee, Nakayama-kun.. Bolehkah aku meminta tolong padamu?

"Tentu, apa itu?"

"Bisakah kamu memijat bahuku? Semalam aku terlalu banyak memainkan beberapa game dan sekarang bahuku terasa kaku. Aku terkejut bahwa aku menghabiskan waktu sekitar 5 jam untuk berburu monster, bahkan Ibuku juga terkejut melihatku seperti itu.”

Meskipun sebelumnya, dia mengatakan bahwa dia akan memanjakanku, tetapi sekarang.. malah aku yang memanjakannya.

.... Yah, selama itu membuatnya senang, maka aku tidak mempermasalahkannya...


“Mn~..aah, rasanya segar kembali, Terima kasih, Nakayama-kun~"

"Ah, iya."

"Nah, sekarang.. ayo kita melakukan itu?"

"Itu?"

Shimotsuki-san mengisyaratkan sesuatu yang berarti.

Dia berdiri dari sofa, matanya berbinar.

“Kalau kita main ke rumah teman. Sudah pasti kita akan melihat kamar teman kita, kan? Adegan seperti ini juga ada di anime yang pernah aku tonton. Dan, aku selalu ingin melakukannya!"

“Um…. Shimotsuki-san, tidak ada yang menarik di kamarku.”

Sejujurnya, aku tidak ingin menunjukkan kamarku padanya.

Bukannya aku ingin menyembunyikan sesuatu darinya atau semacamnya.. Hanya saja, kamarku itu adalah ruangan yang sangat membosankan.

“Tidak apa-apa. Aku ingin melihatnya! Nah, dimana kamarmu itu?"

"Di lantai dua.."

"Begitu, kalau begitu. Ayo kita pergi ke kamarmu!"

Shimotsuki-san berlari keluar dari ruang tamu seperti anak kecil.

Dia membuka pintu ruang tamu dan naik ke atas.

“T-Tunggu, ah ….”

Tidak ada waktu bagiku untuk menghentikannya. Jadi, aku menyerah dan mengikuti di belakangnya.

Saat aku memasuki kamarku, Shimotsuki-san sudah ada di sana.

"Luar biasa! Ada begitu banyak buku di sini.”

Dia melihat sekeliling kamarku dan mengamati dengan matanya.

.... Yah, itu bisa dimengerti. Bagaimanapun juga, ini hanya ruangan yang penuh dengan buku, meja dan tempat tidur.

"Maaf, kamarku agak berantakan."

Ada banyak buku yang berserakan di lantai dan juga di rak buku yang menutupi dinding.

"Nakayama-kun, apa kamu suka membaca buku?"

“Begitulah.. atau lebih tepatnya, hanya itu satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.."

Aku pikir akan lebih tepat untuk menggambarkannya sebagai rutinitas sehari-hari daripada hobi.

Sejak kecil, aku tidak pernah pandai bersosialisasi. Jadi, aku membaca buku untuk menghabiskan waktu dan situasi itu masih berlanjut hingga hari ini.

"Ah! Aku tahu light novel ini! Ini yang sudah mendaptkan adaptasi anime!"

“Aku tidak tahu itu… karena aku tidak menonton anime.”

Melihat light novel yang diambil Shimotsuki-san, tiba-tiba aku merasa nostalgia.

Kalau dipikir-pikir, Kirari juga menyukai light novel itu...

Jika aku tidak salah, itu adalah karya tentang protagonis membosankan tanpa fitur khusus yang berteman dengan seorang gadis cantik di sekolah yang menyukainya. Ini adalah genre yang relatif umum dalam light novel. Tapi, tiba-tiba aku teringat bahwa Kirari memiliki keterikatan yang kuat dengannya.

Novel yang satu ini membuatku dan Kirari memiliki pemikiran yang sama tentang light novel.

Dulu, aku hanya tertarik dengan karya sastra. Dan, Kirarilah yang memperkenalkanku pada light novel dan sebagian besar light novel yang aku miliki ini didapat darinya.

Namun, setelah itu.. kami jarang berbicara satu sama lain, baik di sekolah maupun di luar. Itu adalah kejadian di masa SMP-ku.

“Jadi, Nakayama-kun adalah tipe orang yang hanya membaca buku. Aku, di sisi lain, tidak suka membaca buku. Aku hanya menonton anime, TV dan game.”

Shimotsuki-san tanpa henti mondar-mandir di sekitar kamarku, dengan harapan mencari sesuatu.

"Oh, ya.. Apa kamu punya konsol game? Aku selalu ingin bermain game bersama teman-temanku... Ah, apa mungkin kamu juga tidak suka bermain game?"

“Yah, kurasa begitu."

Yang aku miliki di kamarku hanyalah buku. Tentu saja, aku tidak punya game, tidak ada TV. Jadi, aku bahkan tidak bisa menonton anime. Sejak awal, tidak banyak hal yang bisa kita bicarakan.

Itu sebabnya, aku tidak terlalu optimis untuk membiarkan Shimotsuki-san masuk ke kamarku.

"Maaf tentang ruangan yang membosankan."

Secara naluriah, aku meminta maaf.

Sebuah ruangan seperti cermin yang mencerminkan kepribadian seseorang, dalam hal ini, kamarku, yang membosankan, juga merupakan sifat manusia dari Nakayama Koutaro.

Padahal Shimotsuki-san sudah datang jauh-jauh ke sini. Tapi, aku tidak bisa membuatnya menikmati dirinya sendiri.

Aku merasa benar-benar menyesal tentang itu.

“Kenapa kamu meminta maaf? Kamu tidak melalukan kesalahan apapun dan ini tidak membosankan kok."

“Tidak, tapi… kupikir itu membosankan.”

Apakah dia kecewa denganku?

Kecemasaan dan pikiran negatif yang biasanya aku simpan di benakku tiba-tiba keluar dari mulutku saat aku mengatakan hal selanjutnya.

“Sangat membosankan melihat kamar karakter mob sepertiku, kan?"

Pada saat itu, suhu di dalam ruangan turun drastis.

“──Apa maksudmu dengan itu?”

Senyum Shimotsuki-san, yang tadinya begitu cerah, tiba-tiba membeku.

Suaranya juga menjadi dingin, seolah-olah dia sedang berbicara dengan orang lain.

“Nakayama-kun. Jangan katakan hal yang menyedihkan seperti itu.”

"Eh? Tapi, seseorang sepertiku.. itu.."

"Berhenti mengatakan 'seseorang sepertiku', aku tidak suka itu.."

Daripada marah, dia tampak terlihat sedih.

Meski ekspresi wajahnya sulit dimengerti, tetapi entah bagaimana aku mendapat kesan bahwa dia sedih.

“Aku tidak suka orang lain berbicara buruk tentang temanku. Bahkan jika itu kamu, aku tidak suka kamu merendahkan dirimu sendiri.."

Sebelum aku menyadarinya, dia memegang tanganku dengan lembut.

Seolah-olah dia memberitahuku, 'Jangan khawatir'.

“Aku tertarik padamu, Nakayama-kun. Aku ingin tahu orang seperti apa kamu itu, aku ingin tahu apa yang kamu suka dan pemikiran seperti apa yang kamu miliki… Aku tidak peduli apakah ruangan ini menarik atau tidak.”

Selama ini, aku selalu berpikir bahwa aku tidak 'cukup baik'.

Aku terjebak dalam rasa rendah diri. Dibandingkan dengan kehadiran spesialnya, aku terus meremehkan diriku sendiri.......

Namun, untuk Shimotsuki-san, itu sepertinya melekat padanya.

“Lagipula, kamu itu tipe orang yang selalu menyangkal banyak hal, Nakayama-kun. Setiap kali aku memujimu atau berterima kasih padamu, kamu selalu menyangkalnya. Itu benar-benar terasa seperti kamu tidak menerima perasaanku sama sekali… itu membuatku sedih, tahu? Aku ingin orang-orang senang ketika aku memuji mereka.”

“….Begitu, ya.."

Aku baru menyadarinya setelah dia memberitahuku.

Lebih dari sekali, aku sangat tidak sopan terhadap Shimotsuki-san.

“Itu sebabnya.. Jangan pernah mengatakan hal menyedihkan seperti 'orang sepertiku atau karakter mob' lagi, oke?"

Ketika Shimotsuki-san mengatakan itu padaku, aku mengerti bahwa aku telah salah mengartikan sesuatu.

Agar tidak menyusahkannya...Aku mau tidak mau memilih kata-kata itu. Namun, jika itu memberikan efek yang berlawanan dengan Shimotsuki-san, maka tidak ada gunanya.

"Maaf, Shimotsuki-san. Mulai sekarang, aku akan mencoba untuk tidak mengatakannya."

“Kalau begitu, janji. Ayo, jari kelingkingmu.”

Sekali lagi, seolah memberitahu seorang anak kecil, Shimotsuki-san mengulurkan jari kelingkingnya.

Jarinya yang ramping dan kecil terasa seperti akan patah saat aku memegangnya.

Biasanya, aku akan berkata, "Tidak usah," dan mencoba melarikan diri.

Tapi, mulai sekarang, aku ingin menghadapinya dengan benar.

"Ya, aku janji."

Aku mengangguk jujur dan menghubungkan jari kecil Shimotsuki-san dengan jariku sendiri.

Tepat saat aku melakukan itu, ekspresi Shimotsuki-san akhirnya menjadi santai.

“Selama kamu mengerti, maka tidak apa-apa. Ah, satu hal lagi. Aku tertarik padamu karena sikap rasionalitasmu, Nakayama-kun. Ketika kamu melakukan kesalahan, kamu langsung meminta maaf dan merenungkannya. Yah, itu hal yang wajar. Tapi tetap saja, hanya sedikit orang yang bisa melakukannya dengan benar.”

“Aku pikir begitu.."

Aku masih tidak berpikir aku luar biasa.

Tapi, Shimotsuki-san sangat memujiku. Jadi, aku sedikit bangga pada diriku.

Mungkin tekad itu tersampaikan.

Shimotsuki-san kembali ke ekspresi aslinya dan berbicara padaku, tersenyum dan tertawa seperti biasa.

“Oh, ya.. Barusan kamu berpikir bahwa ruangan ini membosankan, bukan? Kenapa kamu tidak membuat ruangan ini agar terlihat menyenangkan? Aku akan membawa bamyak konsol game dan lainnya."

"Oh, boleh juga. Aku menantikannya. Tapi, bukankah kita ada ujian dua minggu lagi? Kupikir tidak baik bagi kita untuk menghabiskan waktu dengan bermain game."

“Aku tidak peduli dengan ujian! Tugas pelajar adalah bermain game! Lagipula, aku tidak tahu mengapa banyak orang yang rela membuang waktu mereka untuk mengerjakan tugas yang begitu membosankan."

"Shimotsuki-san, itu sedikit.."

"Ah! Tapi, kalau kamu mau menemaniku belajar, aku mungkin akan melakukannya."

"Kalau begitu, mari kita belajar bersama."

Padahal, belajar bersamaku itu sama sekali tidak menyenangkan.

Sangat aneh bagiku, karakter mob.. mengajari, Shimotsuki-san.. yang seperti Main Heroine.

Aku mencoba menghilangkan pikiran negatif seperti itu dari kepalaku.

"Serius nih!? Fufu, itu berarti aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Nakayama-kun~! Oh, tapi.. kalau kamu mau mengajariku belajar.. lakukan dengan serius, oke? Aku tidak ingin kamu mengabaikanku seperti yang kamu lakukan hari ini."

Omong-omong, aku juga khawatir tentang masalah Ryuuzaki….Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi akhirnya, aku sadar.

Kita tidak bisa menyembunyikan ini darinya. Tapi, kalau kita memberitahunya dengan benar....

"Ah, um.. kurasa kita tidak bisa melakukannya di sekolah, Ryuuzaki pasti curiga, terlebih lagi dia sering terlibat dalam beberapa urusan di sekolah."

“Eh? Kenapa…?"

"Aku benar-benar minta maaf. Sebagai gantinya, kita bisa melakukannya di rumahku. Kau bisa datang ke rumahku kapanpun sepulang sekolah. Jadi, bisakah kau memaafkanku untuk ini?”

Aku juga mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya tentang kasus Ryuuzaki tanpa menyembunyikannya.

Berkat itu, Shimotsuki-san sepertinya mengerti alasan mengapa aku tidak berbicara dengannya secara proaktif dan ekspresinya santai, terlihat sedikit lega.

“Hm, begitu 'ya … Singkatnya, gara-gara orang itu, kamu tidak mau berbicara denganku di sekolah, huh..."

"Ya. Setiap kali aku berbicara dengan Shimotsuki-san, Ryuuzaki akan menjadi menakutkan.”

“Aku mengerti... Yah, aku juga tidak mau berurusan dengan orang itu. Tapi, tidak suka orang itu menghalangi kesenanganku.”

Meskipun Shimotsuki-san cemberut, aku tidak bisa menyerah padanya kali ini.

Untuk menghindari terluka, Shimotsuki-san harus benar-benar waspada terhadap Ryuuzaki.

“Lagipula, Shimotsuki-san. Kau di sekolah pemalu dan tidak pernah berbicara dengan orang lain. Jadi, itu tidak akan membuat banyak perbedaan, kan?”

“Ugh! Mendengarmu mengatakan itu sedikit membuatku kesal, meskipun itu kebenarannya. Tapi, yah.."

Meskipun itu hanya sedikit.

Saat Shimotsuki-san memarahiku, rasanya pandanganku melebar.

"Jika itu masalahnya, maka mau bagaimana lagi."

Lihat, apa yang telah menggangguku diselesaikan lebih mudah dari yang kupikirkan.

Menjadi begitu penurut dan sering murung, mungkin malah bersikap kasar kepada Shimotsuki-san.

Aku merasa jika aku melakukan itu, aku akan bisa bergaul lebih baik dengan Shimotsuki-san.

“Sebenarnya, aku sangat ingin berbicara dengan Nakayama-kun di sekolah. Tapi, aku akan menahannya. Sebagai gantinya, kamu harus memberiku banyak perhatian sepulang sekolah, oke? Aku itu tipe orang yang jauh lebih kesepian daripada yang kamu pikirkan, Nakayama-kun.”

......Dan sekali lagi, aku terkejut dengan betapa dia mempercayaiku.

Dan dia sendiri tampak terkejut melihat betapa dia sangat perhatian.

“Sungguh, Nakayama-kun, sungguh mengherankan......kenapa aku merasa begitu nyaman saat berada di sampingmu? Terlebih lagi, kenapa aku menjadi anak yang sangat manja......Suara Nakayama-kun sangat menenangkan. Aku tidak bisa tidak merasa santai.”

Gadis yang terlahir lebih "istimewa" daripada manusia mana pun memiliki perasaan khusus untukku.

Jika ini adalah diriku beberapa waktu yang lalu, aku akan menyangkal fakta itu, dengan mengatakan, “Tidak, itu tidak benar.”

Tapi sekarang, aku bisa dengan jujur ​​menerima perasaannya.

“Aku tidak peduli apa alasannya. Bagaimanapun, aku senang Shimotsuki-san berpikir begitu.”

"Benarkah? Senang mendengarnya.”

Mustahil untuk tidak merasa terganggu.

Dia biasanya seorang gadis tanpa ekspresi, tetapi hanya di depanku dia menunjukkan senyum polos.

Bagaimana mungkin aku tidak senang tentang itu──.




|| Previous || Next Chapter ||
11

11 comments

  • Anonymous
    Anonymous
    28/4/22 05:56
    Lanjut min
    Reply
  • Marriage
    Marriage
    22/4/22 22:58
    Semangat min..update nya
    Reply
  • Rizky Ezra
    Rizky Ezra
    21/4/22 20:29
    belom ada kelanjutan kah?
    Reply
  • GholamAnas
    GholamAnas
    12/4/22 22:30
    Gas min lanjut
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    10/4/22 10:40
    Lanjutt
    Reply
  • GholamAnas
    GholamAnas
    8/4/22 21:26
    Gas ken min, lagi seru serunya
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    5/4/22 08:24
    Semangat min 👍😁🔥🔥🔥
    Reply
  • Yntkts
    Yntkts
    4/4/22 21:37
    Lanjut min
    Reply
  • Reikhan
    Reikhan
    4/4/22 21:08
    Lanjuut min :)
    Reply
  • Fyuumn.
    Fyuumn.
    4/4/22 00:37
    lanjutt
    Reply
  • Danurendra
    Danurendra
    4/4/22 00:22
    Semangat nge tlnya min, semoga sehat selalu
    Reply



close