NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Shimotsuki-san wa Mob ga Suki V1 Chapter 3 Part 3

Chapter 3 - Bagian 3
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Hanya ada satu kursi di ruangan itu. Itu melekat pada meja dan aku duduk di sana. Tentu saja aku mencoba membuat Shimotsuki-san duduk. Tapi, dia tampaknya menemukan tempat favoritnya dan tidak beranjak dari sana.

"Kamu tidak memiliki monitor di ruangan ini. Jadi, kalau kita ingin bermain game, mengapa kita tidak bermain di ruang tamu? Aku akan mendapatkan konsol game. Jadi, mari kita bermain bersama oke, Nakayama-kun?"

Shimotsuki-san sedang duduk di tempat tidur, memeluk bantal di dadanya dan berbicara sepanjang waktu.

"Apa tempat ini terhubung ke internet? Eh, kabel LAN!? Ibuku anti-game di rumah kami. Jadi, dia bahkan tidak mengizinkanku terhubung ke internet…. Aku hanya pernah bermain game online atau game offline, tetapi di sini aku bisa bermain game kompetitif online! Aku ingin memainkan game penembak di mana kamu menembak tinta dengan pistol air─Hm, eh?"

Itu sangat tiba-tiba.

Shimotsuki-san, yang telah membicarakan berbagai hal 10 kali lebih banyak dariku, tiba-tiba berhenti.

…Tidak, dia tidak berhenti begitu saja. Telinganya yang sedikit terbaca berkedut ringan.

Seolah-olah dia merasakan semacam kebisingan.

"Nakayama-kun, kamu anak tunggal kan? Lalu, suara langkah kaki ini...?"

Tiba-tiba, dia menatap tajam ke arahku.

"A-Apa maksudmu?"

Aku bingung, tidak mengerti arti dari tatapan gelisahnya, ketika akhirnya aku mendengar “suara” yang dia dengar.

Yang kudengar adalah langkah kaki menaiki tangga.

"Aku pulang~"

Itu suara adikku, yang tidak ada hubungan darah denganku.

"Dasar pembohong. Aku tidak tahu kamu punya pacar…"

Pada saat yang sama, Shimotsuki-san berbalik sambil cemberut.

Dengan pernyataan itu, aku akhirnya mengerti apa yang salah darinya.

Dia memiliki pendengaran yang bagus dan dia mendeteksi langkah kaki Azusa sebelum aku menyadarinya. Terlebih lagi, dia sepertinya tahu bahwa itu langkah kaki perempuan.

Jadi, mungkin itu sebabnya dia punya kesimpulan ini.

Aku belum memberitahu Shimotsuki-san jka Azusa. Jadi… mungkin dia mengira kalau Azusa adalah “pacar”ku!?

Tidak seperti biasanya, Azusa pulang lebih awal hari ini.

Aku akan merahasiakannya tentang dia, tetapi kurasa aku harus mengakuinya sekarang.

"Shimotsuki-san, tenanglah... Aku akan memperkenalkanmu padanya dengan benar."

"Ugh…. Temanku punya pacar, hatiku merasa sangat tidak nyaman ..."

Dari kelihatannya, aku tidak berpikir Shimotsuki-san marah. Tapi aku tahu dia sedih karena ada banyak air mata di matanya dan suaranya gemetar.

Aku harap aku bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini dengan cepat dan membuat Shimotsuki-san kembaki seperti biasanya.

"Azusa, bolehkah aku meminta waktumu sebentar?"

Aku membuka pintu dan memanggil Azusa, yang hendak memasuki kamarnya.

Kemudian seorang gadis kecil berbalik, rambut hitamnya yang berekor ganda berayun.

Mungkin karena begitu tiba-tiba, tapi matanya terbuka lebar.

"Eh? Ah, tentu… aku tidak keberatan, ada apa?"

Tapi, matanya menatap lurus ke arahku.

Sejak bertemu Ryuzaki, Azusa yang mabuk cinta menjadi agak tenang hari ini, meskipun aku mencoba berbicara dengannya di rumah.

Yah, mereka biasanya bermain di rumah Ryuzaki pada jam segini… Jadi, mungkin ada alasan kenapa dia pulang lebih awal.

Aku penasaran tentang itu. Tapi sekarang, prioritasku adalah menjernihkan kesalahpahaman dengan Shimotsuki-san.

"Temanku sekarang ada di kamarku… Bolehkah aku mengenalkannya pada Azusa?"

"Teman Onii-chan? Itu tidak biasa… Mn, boleh kok."

Azusa setuju, bahkan saat dia bingung dengan kata-kataku.

Azusa berjalan beberapa langkah dan mengintip ke kamarku.

"Halo-... eh, serius? Kenapa Shimotsuki-san ada di sini?"

Kemudian dia jelas terkejut dengan kehadiran Shimotsuki-san, kali ini dengan matanya yang melihat sekeliling.

"Teman O-Onii-chan benar-benar mengejutkan, ya."

".... Ah, benar. Aku teman Nakayama-kun. Salam kenal, Azusa. Hmm, Nakayama-kun, kamu pacaran dengan gadis imut ini bahkan setelah dekat denganku?"

Begitu Azusa muncul, suara Shimotsuki-san menjadi melengking. 

Mungkin ada sedikit rasa malu dari kata-katanya. Namun, alasan mengapa dia bergumam tanpa diam mungkin karena dia memiliki pikirannya sendiri.

"Eh? A-Aku tidak bisa mendengarmu... Apa yang kamu katakan?"

Sepertinya suara Shimotsuki-san tidak sampai ke Azusa di pintu masuk ruangan.

"Ah, bukan apa-apa kok. Aku hanya sedikit terkejut."

Penerjemah… Atau lebih tepatnya, aku akan mencoba mencari tahu apa yang dia maksud saat memberikan terjemahan kasar. 

Bagaimanapun, aku harus menjelaskan bahwa aku dan Azusa hanyalah Kakak-adik yang normal.

Tapi, aku ingin tahu apakah dia tidak menyadarinya. Kami berada di rumah yang sama, kami memiliki nama keluarga yang sama dan dia memanggilku “Onii-chan”, Jadi, itu seharusnya sudah jelas.

"Shimotsuki-san, tenanglah… Azusa adalah adik tiriku. Meskipun kami tidak memiliki hubungan darah, dia tetaplah adikku.. keluargaku."

"A-Adik tiri!? Hubungan yang patut ditiru ... Itu berarti dia pacarmu?"

Bahkan setelah semua penjelasan, kesalahpahaman masih berlanjut.

Tentu, dalam Light Novel dan semacamnya, adik tiri berada dalam lingkup Main Heroine... Tapi, aku dan Azusa tidak memiliki hubungan seperti itu.

"Hei, Onii-chan. Apa yang Shimotsuki-san katakan?"

Azusa juga sepertinya tertarik dengan percakapan kami.

Dalam hal ini, aku punya perasaan bahwa Shimotsuki-san tidak akan diyakinkan hanya dengan kata-kataku.

Jadi, aku memutuskan untuk mengajarkan perhatian Shimotsuki-san agar Azusa bisa menjelaskan dengan baik.

"'Kalian tinggal satu atap. Itu artinya kalian pacaran, kan?' itulah yang dia katakan."

"Eehhh… Itu salah, tahu? Azusa, bukankah pacar Onii-chan. Kami hanya keluarga."

"..Eh, benarkah?"

Dengan kata-kata Azusa, tampaknya Shimotsuki-san akhirnya menyadari kesalahannya.

"I-Itu benar, keduanya memiliki suara dingin yang sama... Eh, kalian berdua benar-benar hanya saudara tiri?"

"Unn, sepertu yang aku katakan sebelumnya."

Aku mengangguk dengan senyum kecut.

Shimotsuki-san sangat tajam dan akan merasakan kalau aku tidak berbohong.

"...Aku ingin pergi dan mati..."

Wajahnya sangat merah sehingga tampak seperti akan meledak dan dia menyembunyikan wajahnya dengan bantal di lengannya.

"Maaf, tolong maafkan aku!"

Mungkin terlalu malu dengan kesalahannya, Shimotsuki-san berdiri dengan wajah menempel di bantal dan berlari keluar ruangan dengan bantal itu.

Dia melewati Azusa dan langsung menuruni tangga.

"H-Hei, lihat kedepan kalau jalan! Atau kau bisa jatuh!"

Aku bergegas mengejarnya dari belakang dan menyusulnya di pintu depan.

"Jangan lihat aku! Kalau kamu melihatku sekarang, aku akan mati karena malu!"

Dia masih bersembunyi di bantal. Karena itu, suaranya teredam.

"Kau tidak perlu menunjukkan wajahmu. Tapi, kalau kau mau pulang, setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang. Lagipula, kau tidak punya uang 'kan? Itu berarti kau tidak bisa naik bus untuk pulang."

"A-Aku tidak kikuk!"

Tidak, tidak. Sedangkan aku, aku ingin mengantarnya pergi karena aku khawatir.

Tapi, bukan itu masalahnya, kan? Kau melambaikan bantal di sekitar. 

"Jangan khawatir, aku akan menelepon Ibuku dan menyuruhnya menjemputku."

...Yah, jika dia menelepon orang tuanya, maka tidak apa-apa.

"Sampai jumpa, Nakayama-kun! Aku akan ke sini lagi besok, oke? Untuk saat ini, aku mau pulang!"



Mengenakan sepatunya, Shimotsuki-san berjalan keluar seolah mencoba melarikan diri.

"Ah, bantalnya…"

Seperti yang diharapkan, kupikir aku akan mendapatkannya kembali sebelum dia pergi, tetapi Shimotsuki-san mengambilnya begitu saja.

Aku mungkin sedikit kesulitan tidur malam ini karena Shimotsuki-san...


"Aku melihat bahwa Onii-chan berhubungan baik dengan Shimotsuki-san."

Ketika aku kembali ke kamarku, Azusa masih ada di sana. Aku bertanya-tanya apakah dia penasaran dengan hubungan kami. 

Mungkin sudah lama sejak seseorang menunjukkan minat padaku.

"Ngomong-ngomong, kalian juga bersama saat makan siang. Aku terkejut pada waktu itu juga."

"Um, kami menjadi teman sehari sebelum kemarin. Itu sebabnya, kami makan siang bersama."

"Hmm. Begitu, ya.."

Azusa sedang duduk di kursi. Jadi, aku membalas perkataannya sambil berdiri.

Namun, percakapan antara Kakak-adik, yang tidak pernah dilakukan selama sekitar dua bulan, jauh lebih canggung dari sebelumnya.

""…………""

Keheningan segera terjadi dan suasana halus mulai melayang di udara.

Azusa mungkin tidak perlu mengkhawatirkannya jika aku mengakhiri percakapan lebih awal. ......saat aku memikirkan itu, Azusa tiba-tiba menggumamkan sesuatu.

"Aku ingin tahu apakah Ryoma Onii chan tahu tentang ini.."

Mendengar nama itu, aku langsung membeku.

Tidak, lebih tepatnya, mengapa aku tidak menyadarinya?

Saat ini, Ryuuzaki tergila-gila dengan Shimotsuki-san dan tidak peduli seberapa banyak Azusa dan yang lainnya mendekatinya, dia tidak goyah.

Dalam situasi stagnan seperti itu, Shimotsuki-san bisa bergaul dengan baik dengan lawan jenis, kecuali Ryuuzaki.

Dari sudut pandang Azusa, dia bisa mengambil kesempatan 'sempurna' ini dan memberitahu Ryuuzaki tentang semua itu.

Jika Ryuuzaki menyerah, mengetahui bahwa aku dan Shimotsuki-san berhubungan baik, maka tidak apa-apa.

Tapi, aku tidak berpikir orang itu akan menyerah. Sebaliknya, dia mungkin akan terbawa suasana dalam keadaan buruk ini dan bahkan lebih terlibat dengan Shimotsuki-san.

Ini adalah sesuatu yang harus aku cegah, apa pun yang terjadi.

"Maaf, Azusa…Tapi, bisakah kau merahasiakan hubunganku dengan Shimotsuki-san? Aku tidak bisa membiarkan Ryuuzaki tahu tentang ini."

Untuk alasan itu, aku memohon pada Azusa.

Aku tidak bisa mengambil kembali kesalahanku sekarang. Sekarang setelah Azusa mengetahui tentang hubungan di antara kami, satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah membuatnya berjanji untuk merahasiakan ini.

"Aku mohon padamu, Azusa."

Apa karena aku terlalu putus asa?

 Tanpa sadar, aku mendekat ke Azusa dan terlebih lagi, memegang kedua bahunya.

"O-Onii-chan? T-Tenanglah, kenapa kamu begitu putus asa?!"

Azusa bingung dengan sikapku. Tapi, akan sulit untuk memberitahunya alasannya secara detail.

Lagipula, ketidaknormalan Ryuuzaki tidak bisa dimengerti, bahkan oleh Azusa.

Karena dia jatuh cinta dengan pria itu, itu jelas.

"M-Maaf.. Dan juga, jangan bilang siapapun tentang ini, tolong.."

Aku menundukkan kepalaku sekali lagi.

Sejujurnya, kupikir meminta Azusa untuk memenuhi permintaanku akan sulit.

Karena jika dilihat dari sudut pandangnya, bukankah ini kesempatan bagus untuk lebih dekat dengan orang yang dicintainya?

Tapi, 

"──Mn, aku mengerti. Aku akan merahasiakannya."

Itu lebih mudah dari yang aku pikirkan.

Azusa menggelengkan kepalanya dengan mudah sehingga hampir antiklimaks.

Aku tidak menyangka meminta permintaannya semudah ini, karena itu, bahkan aku bingung dengan pergantian peristiwa ini.

"Aku tidak begitu mengerti situasinya, Tapi...jika itu yang Onii-chan ingin aku lakukan, maka aku akan melakukannya."

"...Apa kau yakin tidak apa-apa?"

"Bukankah seharusnya baik-baik saja? Sebaliknya, aku tidak mengerti mengapa Onii-chan sangat menyesal."

Kemudian Azusa memberiku senyuman kecil.

Itu adalah senyum ramah pertama yang kulihat dari Azusa dalam waktu yang lama.

"Dan juga, tindakan Azusa akan tetap sama tidak peduli apa yang Shimotsuki-san katakan atau lakukan. Aku hanya akan melakukan yang terbaik untuk membuat Ryoma Onii-chan menyukaiku── itu saja."

Aku bisa merasakan keyakinan dalam kata-katanya.

...... Mungkin, aku meremehkan perasaan Azusa.

Ini hanya spekulasi, tapi.

Misalnya, katakanlah aku memberitahu Ryuuzaki tentang hubungan antara Shimotsuki-san dan aku. Ryuuzaki menjadi depresi karena itu dan Azusa memanfaatkan situasi ini untuk memudahkan hubungan mereka...Tapi, untuk melakukannya dengan cara seperti itu, aku ragu Azusa akan sangat bahagia.

Sejauh itu, orang lain akan berpikir bahwa Azusa mendapatkan Ryuuzaki dengan adil dan jujur.

Karena itu, aku merasa malu, salah paham dengan situasi seperti itu dan mulai merenung.

"Maaf."

"Eh… Kenapa kamu meminta maaf? Onii-chan selalu sangat sulit dimengerti. Sejak awal, aku selalu merasa sulit untuk memahamimu."

Mengatakan ini, Azusa dengan lembut melepaskan tanganku dari bahunya.

Percakapan berakhir saat itu juga.

"Yah, kalau begitu aku akan kembali ke kamarku...Azusa akan melakukan yang terbaik. Jadi, Onii-chan juga harus melakukan yang terbaik."

Itu adalah hal terakhir yang dia katakan, sebelum memasuki kamarnya.

...Seperti yang kupikirkan, dia pasti sudah menebak bahwa ada sesuatu yang terjadi antara aku dan Shimotsuki-san.

Entah bagaimana, aku punya perasaan itu.

Tapi, mungkin dia pura-pura tidak memperhatikan, menutup matanya untuk saat ini.

"Terima kasih Azusa…dan, semoga berhasil."

Aku berterima kasih kepada adik tiriku atas kebaikannya.

Aku tahu dia tidak bisa mendengarku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya dengan keras.

Aku ingin mengirimkan kata-kata dukunganku kepadanya juga.

Sebenarnya, aku benar-benar ingin memberikan dukungan sebanyak yang aku bisa. Tapi, aku tidak memiliki kekuatan untuk campur tangan dalam komedi romantis Ryuuzaki Ryoma. Jadi, aku hanya bisa menonton dengan penuh perhatian dan menunggu.

Aku minta maaf karena tidak kompeten. Namun, aku masih berharap untuk kebahagiaan Azusa, bahkan sekarang──


Dia keluar dari kamar kakaknya. Memastikan pintunya tertutup dengan baik, bagaimanapun, Azusa tidak bisa bergerak dari tempat itu untuk sementara waktu sekarang.

Onii-chan tidak marah padaku…


Sudah lama sekali aku tidak mengobrol dengan Onii-chan...

Namun, dia tetap baik seperti biasanya... ini masih sangat aneh.

'Aku ingin tahu apakah Onii-chan mungkin bukan Onii-chan yang ideal. Onii-chan ideal yang mungkin dicari Azusa adalah… Ryoma Onii-chan....'

Saat upacara masuk SMA, setelah bertemu Ryuuzaki Ryoma.

Ketika dia sampai di rumah, Azusa tidak sengaja mengatakan hal seperti itu.

Dia ingat waktu itu dengan baik.

Segera mengikuti apa yang dia katakan, Koutarou, yang biasanya tidak menunjukkan banyak emosi, terlihat sedih, dia tidak pernah bisa melupakan momen itu.

Meskipun Azusa mengatakan hal yang mengerikan...dia masih bertindak sebagai Onii-chanku...

Dia tidak akan terkejut jika dia tidak menyukainya lagi.

Alasan mengapa dia tidak berbicara dengan Koutarou di rumah lagi, adalah karena dia pikir Koutarou tidak menyukainya.

Tapi, itu adalah kesalah pahaman dari pihak Azusa.

'Terima kasih Azusa…dan, semoga berhasil.'

Tiba-tiba, suara gumaman yang agak keras terdengar di dalam ruangan.

"……"

Awalnya, Azusa terkejut menemukan Koutarou masih berada di depan pintu.

Apa yang harus aku lakukan? Apakah lebih baik aku membalasnya?

Jika aku kembali ke kamar Onii-chan lagi, dia mungkin akan mengucapkan kata-kata manis kepadaku lagi.

Seperti di masa lalu...Aku ingin tahu apakah Onii-chan akan memanjakanku lagi....

Tiba-tiba, dia merindukan masa-masa itu, dimana dia masih dekat dengan Koutarou.

Dia ingin kembali seperti dulu. Tapi, dia merasa malu pada dirinya sendiri.

──Hal yang nyaman, aku tidak bisa melakukan itu.

Dengan paksa menahan tangan kirinya, yang hendak memutar kenop pintu, dengan tangan kanannya.

Dia menunggu beberapa saat, tapi Koutarou tidak keluar. 

Jadi, beberapa kata yang Onii-chan katakan beberapa waktu yang lalu, tidak ditujukan kepadaku, tetapi itu hanya sebuah bentuk solilokui.

Setelah mengkonfirmasi ini, Azusa dengan cepat kembali ke kamarnya.

Aku sangat menyedihkan mengambil keuntungan dari kebaikan Onii-chan...

Dia melompat ke tempat tidur dan menutup matanya erat-erat.

Merasa lemah, dia tiba-tiba mulai menangis.

Hanya karena hal-hal yang tidak berjalan baik dengan Ryoma Onii-chan tidak berarti aku bisa melakukan hal yang licik...

Biasanya, dia akan bermain di rumah Ryuuzaki pada jam seperti ini. 

Kemarin juga sama.

Tapi, dia tidak menikmatinya.

Terlebih lagi, hari ini, dia tidak memiliki keberanian untuk menghadapi Ryuuzaki. Jadi, dia langsung pulang dari sekolah untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Pengakuan ... aku gagal.

Kemarin, saat makan siang. Saat dia bertemu dengan Koutarou dan Shiho, Azusa akan menyatakan perasaannya kepada Ryuuzaki jika tidak ada yang terjadi, tetapi pada akhirnya tidak berhasil.

Karena itu, dia sedikit tertekan.

Kalau dipikir-pikir, Onii-chan juga mencoba membantuku saat itu...

Dan kemudian, dia ingat bahwa itu adalah bagian dari kebaikan Koutarou juga.

Shiho tampak sakit dan Ryuuzaki menginstruksikan Azusa untuk menemaninya untuk mengantarnya ke UKS. Saat itu, Koutarou mengatakan sesuatu seperti ini.

'Tunggu sebentar. Ryuuzaki, bukankah kau seharusnya berbicara dengannya tentang sesuatu? Aku akan membawa Shimotsuki-san ke UKS. Jadi, kau bisa berbicara dengannya.'

Dia mencoba membantuku. Jelas, dia mencoba meninggalkan Azusa dan Ryuuzaki sendirian.

Mungkin, Onii-chan mencoba membantuku…?

Koutarou sepertinya sudah menduga kalau Azusa akan mengaku pada Ryuuzaki.

Untuk berpikir bahwa dia akan membantu imouto-nya seperti itu…

Pada akhirnya, dia tidak bisa mengaku.

Namun, kebaikan Koutarou sedikit menyelamatkan Azusa.

Setidaknya, aku tidak akan menghalangimu, Onii-chan...

Dia menghargainya. Azusa bertekad untuk tidak melakukan apapun untuk mengganggu kehidupan cinta Koutarou.

Sebelumnya, aku berpikir untuk memberitahu Ryoma Onii-chan tentang hubunganmu dengan Shimotsuki-san…Tapi, sekarang setelah aku memikirkannya, aku tidak ingin melakukan hal pengecut seperti itu...

Dia akan berbohong jika dia mengatakan dia tidak memikirkannya. Dia tahu bahwa jika dia memberitahu Ryuuzaki tentang hubungan mereka, itu mungkin bisa membuat kehidupan cintanya sendiri lebih mudah.

Tapi, dia sengaja pura-pura tidak tahu dan mengingat Koutarou dan Shiho.

Maaf, Onii-chan...

Ini adalah bentuk penebusannya sendiri.

Kenapa aku…bisa mengatakan hal yang mengerikan padanya?

Tidak peduli seberapa miripnya Ryuuzaki Ryoma dengan Kakak kandungnya yang telah lama meninggal, bukan berarti dia tidak menyukai Koutarou.

Bahkan, dia berterima kasih kepada Koutarou karena mencoba menjadi 'Onii-chan' untuknya.

Namun, setelah bertemu Ryuuzaki, Azusa kehilangan kendali atas dirinya.

Kenapa aku sangat mencintai Ryoma-chan?

Azusa menjadi begitu asyik dengan Ryuuzaki sehingga dia tidak bisa melihat apa pun kecuali dia.

Bahkan dia tidak mengerti alasannya. Seolah tertarik oleh kekuatan tak terlihat, Azusa jatuh cinta pada Ryuuzaki. Karena itu, dia membandingkan Ryuuzaki dengan Koutarou dan di atas semua itu, dia mengatakan hal-hal yang menyakitkan padanya.

Sepertinya aku bukan diriku sendiri ……

Dia juga, menyadari anomalinya sendiri.

Tapi, itu tidak berarti dia bisa membatalkan apa yang salah dengannya.

Aku ingin tahu apakah ini artinya jatuh cinta..

Dia mengutamakan Ryoma, di atas segalanya.

Itu sebabnya, dia mengutamakan Ryuuzaki, bahkan jika itu berarti menyakiti keluarganya.

Ini cinta pertamaku. Aku harus melakukan yang terbaik lagi besok….. Lagipula, Azusa sangat mencintai Ryoma Onii-chan.

Tidak ada jalan kembali untuknya. Dia diracuni oleh protagonis, Ryoma Ryuuzaki. 

Sama seperti obat.

Nakayama Azusa menjadi tergantung pada Ryuuzak Ryoma.

Catatan Penerjemah: 

Bucin boleh, tapi jangan sampai melupakan keluargamu sendiri.. apalagi sampai menyakiti perasaan keluargamu sendiri.




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
7

7 comments

  • Anonymous
    Anonymous
    13/5/22 20:12
    Ditunggu kelanjutannya👍 😁
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    13/5/22 09:29
    Lanjut min
    Reply
  • GholamAnas
    GholamAnas
    5/5/22 22:20
    Lanjut min, udah lihat WN nya sih, tapi keknya agak berbeda sama LN nya
    Reply
  • GholamAnas
    GholamAnas
    5/5/22 22:19
    This comment has been removed by the author.
  • Anonymous
    Anonymous
    5/5/22 19:30
    Gua udh baca WN nya dan selain adeknya MC yang Laen bitch banget udh ngehina MC
    Reply
  • Zexdexz
    Zexdexz
    4/5/22 22:20
    Kok mau sama Ryouta yg punya harem ngk sakit hati kah
    Reply
  • Nanashi
    Nanashi
    4/5/22 20:33
    Mungkin si adek dan harem yang lainnya kena pelet????? Eh....di jepang emang ada pelet gtu?
    Reply



close