[Bagian 2]
Untuk menekan hasrat batinku, aku memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.
Makan siang itu terdiri dari makanan pembuka yang kami bawa dari penginapan Shimizu, beberapa hidangan rebusan yang sudah disiapkan Mizore-san dan Sora-san untuk kami dan beberapa onigiri berbentuk bale.
Semuanya tampak lezat dan aku tergoda untuk melahap semuanya. Satu-satunya hal yang menghentikanku untuk melakukan itu adalah rasa takut akan sakit perut nantinya. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk memakan setengahnya saja untuk saat ini. Setelah aku selesai bermain dengan Umi, aku akan menghabiskan sisanya.
"Makanannya enak, pemandangannya bagus, ini baru hidup."
"Fufu, benar.."
Kami berdua meringkuk saat kami makan siang. Kami memercikkan kaki telanjang kami di permukaan sungai yang lembut. Suasana ini terasa seperti karyawisata.
Sampai sekarang, aku selalu sendirian dalam perjalanan sekolah dan bukannya menikmati suasana tempat yang aku kunjungi, aku malah selalu memikirkan tentang rasa sakit dan kerumitan pergi ke tempat-tempat itu.
Sekarang, semuanya menyenangkan. Dan itu semua berkat pacarku yang cantik.
"Nah, karena kita sudah selesai makan siang. Ayo kita bermain~"
"Oke, tapi sebelum itu. Ganti dulu bajumu. Aku akan berbalik. Jadi, beritahu aku saat kau selesai berganti pakaian."
"'Kay. Meskipun, kamu tidak perlu melakukannya. Aku sudah memakainya, aku hanya perlu melepas pakaianku."
"Aku tahu, aku hanya mencoba untuk menahan diri di sini..."
Aku mendorong turun doronganku dan berbalik sebelum berganti pakaian renang.
Sungai itu dangkal dan tidak ada cukup ruang bagi kami untuk berenang. Jadi, aku berpikir untuk membiarkan bajuku tetap dipakai, tetapi memikirkan betapa repotnya jika bajuku benar-benar basah kuyup membuatku berpikir sebaliknya.
Ketika aku memasukkan pakaianku ke dalam tas yang kubawa, kotak '0.01' terlihat. Aku buru-buru mencoba menyembunyikannya di bawah handukku.
... Tidak ada yang melihatnya, kan?
"Sekarang kamu boleh berbalik ke sini Maki."
"Mm."
Ini bukan pertama kalinya aku melihat baju renang Umi sejak aku melihatnya ketika kami membelinya. Pada saat itu aku tidak bisa melihat dengan baik, karena aku terlalu khawatir tentang sekelilingku. Karena itu, aku merasa aneh kali ini.
Ketika aku berbalik, aku melihat Umi mencoba menghindari tatapanku. Ada sedikit warna merah di wajahnya.
"Um... Bagaimana menurutmu?"
"U-Um..."
Dia mengenakan baju renang yang dibelinya untuk bersenang-senang dengan Amami-san dan yang lainnya. Itu adalah dua potong berwarna hitam. Warnanya memberikan suasana sejuk yang sangat cocok dengan Umi, tetapi pada saat yang sama, embel-embel pada bagian dada membuatnya terlihat lucu.
"Um... Selera fashionmu luar biasa seperti biasa. Kau terlihat cantik, Umi. Baju renang itu sangat cocok untukmu..."
Aku yakin aku mengatakan sesuatu yang serupa ketika kami membeli baju renang ini, tetapi tindakan yang tepat di sini adalah memujinya. Ini agak memalukan. Tapi selama dia mendapatkan pesannya, semuanya baik-baik saja.
"B-Begitukah? S-Senang mendengarnya. Usahaku membuatkan hasil.."
"Hei, Umi. Kenapa kau begitu gugup sekarang?"
"A-Ap--!? Dasar, rasakan ini!"
"Woah!"
Dia menyendok air di kakinya dan memercikkannya langsung ke wajahku.,
Poniku benar-benar basah dan menutupi kedua mataku. Melihatku seperti ini, dia mengeluarkan serangkaian tawa nakal.
"Hehe, orang mesum sepertimu pantas mendapatkan sesuatu seperti ini."
"....Baiklah, kau yang memulainya. Ambil ini!"
"Kyah, dingin sekali! Fufu, berani juga. Rasakan ini, ,Eeei!"
Di sungai yang dikelilingi oleh hutan yang tenang, suara Umi dan aku bermain bergema.
Kami menikmati waktu kami di dalam air dengan saling berkejaran satu sama lain. Kami benar-benar basah kuyup, tetapi rasanya memuaskan karena kami tidak perlu menahan diri.
Tawa kami memenuhi tempat itu.
Itu sangat menyenangkan sampai-sampai kami lupa waktu.
"Ayo, aku di sini, Maki~ Eh? Kyah!"
"Umi?!"
Tiba-tiba, Umi kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Mungkin dia menginjak tempat berlumut.
Aku dengan cepat terjun, mencoba menyelamatkannya dan berhasil menangkapnya sebelum jatuh.
Dengan percikan keras, kami terjatuh.
"Apa.kau baik-baik saja?"
"Mn, makasih. Airnya agak dalam di sini. Jadi, tidak apa-apa bahkan jika aku terjatuh.."
"Aku tahu itu. Meski begitu, aku akan tetap melakukannya.."
Ketika Umi berada di sisiku, aku selalu berusaha menjaganya. Jika sesuatu terjadi padanya, sekecil apapun itu, tubuhku akan bergerak untuk melindunginya.
Aku bertindak seperti seekor anjing yang mencoba untuk melindungi tuannya. Tapi yah, aku tidak keberatan.
"Kulitmu itu sangat halus dan putih. Jadi, jika kau terluka, sekecil apapun luka itu. Itu akan terlihat. Itu sebabnya, sebagai pacarmu, aku ingin melakukan yang terbaik untuk melindungimu..."
"Hm~"
"A-Apa dengan tatapan itu?"
"Bukan apa-apa kok~ Hanya saja, kamu semakin jantan 'bukan, Maki?"
,
Mengatakan itu, Umi membelai kepala dan pipiku dengan lembut.
Kulitnya yang halus yang menempel padaku sangat nyaman.
"Maki."
"Apa?"
"Apa kamu ingin tahu alasanku mengenakan baju renang ini hari ini?"
"Ah, tentu. Kenapa?"
Aku sebenarnya penasaran tentang hal itu sejak awal. Dia membeli dua baju renang tempo hari dan aku mengharapkan dia memakai yang satunya lagi.
Itu lebih terbuka daripada yang satu ini dan dia bilang dia akan memakainya kapanpun ketika hanya kita berdua.
Itu sebabnya, aku merasa gugup sebelumnya.
"Aku ingin memakai yang itu pada awalnya... Maksudku, ini adalah kesempatan langka dimana kita bisa bersama sendirian seperti ini dan kamu mungkin akan lebih bersemangat jika aku memakai yang itu... Aku akan memakainya ketika aku mengganti pakaianku kembali di kamar kita, tapi..."
"Tapi?"
Jadi, dia membawa kedua baju renang itu, ya? Tetap saja, aku bertanya-tanya apa yang membuatnya berubah pikiran.
"....Janji dulu kalau kamu tidak akan tertawa."
"Aku janji, aku tidak akan menertawakannya"
"Um..."
Dengan ekspresi malu, dia melanjutkan.
"Yang itu.. tidak pas untukku.."
"Apa?"
"Ukurannya... Saat aku mencobanya, terasa sangat ketat... Yah, memang agak ketat ketika pertama kali aku mencobanya di toko tempo lalu. Tapi, tidak seketat sekarang.."
"Er... Itu artinya..."
"Mereka menjadi lebih besar..."
...pinggulnya, bukan dadanya.
"...Pfft."
Aku agak menduga bahwa itulah yang terjadi dan berhasil menahannya sampai dia selesai berbicara, tetapi aku tetap menertawakannya.
"Muu!! Kenapa kamu tertawa!? Kamu bilang kamu tidak akan tertawa!"
"Maaf, maaf... Hanya saja... Kau pantas mendapatkannya karena telah menjadi orang yang rakus... Pfft."
"Kamu tertawa lagi! Dasar bodoh, Maki bodoh!"
Kalau dipikir-pikir, dia memang makan banyak sejak perjalanan kami dimulai.
Soft serve yang besar, sushi di rumah Mizore-san, makanan lengkap dan makanan penutup ekstra di penginapan dan makanan ringan tepat sebelum dia tidur tadi malam. Dia biasanya berhati-hati, tetapi kali ini dia benar-benar lengah.
Dia memercikkan lebih banyak air ke wajahku.
"Maaf, ya.. Nah, karena suda mulai dingin. Haruskah kita keluar sekarang?"
"Mn. Kita harus menghabiskan sisa makanan kita juga... Ada apa dengan wajah itu, Maki?"
"Bukan ada apa-apa."
Setelah itu, kami mengeringkan diri dengan handuk kami, berganti pakaian dan memakan sisa makan siang kami.
Karena pengakuan lucu Umi, kami tidak terbawa suasana dan melakukan sesuatu yang mesum. Tapi sejujurnya, fakta bahwa kami bisa menikmati waktu bersama seperti ini membuatku merasa puas.
Selain itu, seharusnya ada banyak kesempatan bagi kami untuk melakukannya. Kami hanya perlu menunggu waktu yang tepat.
'Rikkun, tunggu aku! Astaga, aku bilang tunggu!'
Saat kami berjalan ke arah kami dan dan hendak mengambil sepeda kami yang terparkir, saat itu kami mendengar suara yang tidak asing di telingaku.
"Maki, barusan itu...?"
"Shizuku-san dan..."
Mengesampingkan alasan mengapa mereka berada di sini sejak awal, kami segera menyembunyikan diri. Kedua teman masa kecil yang hubungannya cukup rumit, Shizuku-san dan Riku-san, ada di sana.
Post a Comment