Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Shizuku-san dan Reiji-kun, kami pergi ke rumah Mizore-san untuk menjemput Sora-san. Dia menunggu sambil menyeruput teh di ruang tamu dengan ekspresi bosan di wajahnya. Percakapan Shizuku-san dan Riku-san berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan. Jadi, dia sudah menunggu cukup lama.
"Apa kamu sudah mengucapkan selamat tinggal pada Shizuku-chan, Riku?"
"Ya... Juga, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, bu. Aku akan memberitahukannya saat kita sampai di rumah."
"Baiklah. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bicara serius, bukan? Ayahmu juga harus ikut bergabung."
Sebelumya Umi sudah menjelaskan inti permasalahannya ketika dia menelepon Sora-san. Dia tidak tampak terkejut dengan perkembangan itu.
Yah, bagaimanapun juga, Sora-san adalah Ibunya. Sora-san sudah merawat Riku-san sejak dia masih kecil. Itu sebabnya, dia pasti tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua. Dengan perluasan, Mizore-san kemungkinan juga tahu.
"Lagi ngapain sih, Nek? Dari tadi naik turun tangga seperti anak kecil saja.."
"Hah? Apa kau buta? Seperti yang kau lihat. Aku sedang bersih-bersih rumah.. Lain kali kalian datang ke sini, semuanya akan bersih dan kalian bisa tinggal di sini tanpa mengeluh."
Atau begitulah katanya. Kemungkinan besar dia melakukannya untuk Riku-san, karena sudah diputuskan bahwa Riku-san akan segera kembali ke tempat ini.
Sora-san menghampiriku dan berbisik, 'Seperti yang kamu lihat, Maki-kun. Sebenarnya dia itu mudah kesepian.'
Meski Mizore-san sering mengomeli Riku-san, tetapi perhatiannya terhadap Riku-san sungguh tulus. Ia tampak sangat gembira karena cucunya yang berharga akan tinggal bersamanya lagi.
"Yup, kita tidak punya waktu lagi. Ayo kita pulang. Sebelum itu, Umi. Ucapkan selamat tinggal kepada nenekmu."
"Mm. Sampai jumpa nanti, nenek. Aku senang melihatmu lagi setelah sekian lama. Jika aku punya waktu, aku pasti akan mengunjungimu lagi."
"Ya, lakukan itu. Ah, jangan lupa ajak anak laki-laki di sana, oke?"
"Iya!"
Setelah mengucapkan selamat tinggal, Umi segera menempel pada lenganku. Sekarang, aku akhirnya bisa mengatakan bahwa semua anggota keluarga Asanagi menyetujui hubungan kami.
Tentu saja, aku masih belum menjadi bagian dari keluarga mereka. Tetapi, cara mereka menyambutku membuatku merasa seperti mereka adalah keluarga keduaku.
"Meskipun ini pertama kalinya kita bertemu dan jarang mengobrol berdua. Tapi, aku sangat menghargai semua yang kau lakukan untukku, Mizore-san. Berkatmu, liburan kita kali ini terasa sangat menyenangkan."
"Begitukah? Senang mendengarnya. Lain kali, datanglah kemari bersama Umi-chan sendirian, oke? Rumah Nenek selalu terbuka untukmu.."
"Tentu."
Aku mendengar Sora-san merengek dengan suara pelan karena Mizore-san tidak mengatakan apapun padanya, tapi aku pura-pura tidak mendengarnya.
Aku harus meninggalkan Riku-san untuk menangani hal ini karena aku tidak cukup baik untuk menengahi mereka berdua. Mungkin dia dan Shizuku-san bisa menemukan cara untuk membuat mereka berdua akur.
Setelah kami selesai berpamitan, kami pergi dengan mobil kami, dikemudikan oleh Riku-san.
Awalnya, seluruh perjalanan ini dimulai karena keinginanku yang egois, tetapi ternyata lebih intens daripada yang kupikirkan.
Walaupun, kami gagal melakukan apa yang kami rencanakan karena masalah di antara Riku-san dan Shizuku-san. Tapi, setidaknya perjalanan ini secara umum cukup berkesan bagi kami.
Umi dan aku sangat bersenang-senang. Kesuraman yang selalu menghiasi wajah Riku-san telah menghilang.
Namun, ada sesuatu yang menggangguku...
"Nii-san, aku senang tentang hubunganmu dengan Shizuku-san kembali. Tapi, bagaimana dengan Yuu? Bukankah kamu menyukainya?"
"Hah? Aku dan Yuu-chan? Apa yang kau bicarakan?"
Ya, aku juga bertanya-tanya tentang itu. Mendengar pertanyaan itu, Riku-san menatap Umi dengan pandangan jijik.
"Um, Riku-san, kudengar saat kau pertama kali bertemu dengan Amami-san, kau mulai bersikap.... Canggung? ...Seperti, kau mulai terengah-engah dan, kau tahu..."
Wajahnya langsung berubah menjadi pahit. Kurasa bagian dari cerita itu benar, ya?
"Bagaimana kau bisa tahu tentang itu? ...Yah, saat kami pertama kali bertemu, dia masih SMP. Saat itu, mentalku tidak stabil karena aku baru saja berhenti dari pekerjaanku. Jadi, saat dia mengunjungi rumah kami, aku benar-benar gugup... Itu pertama kalinya aku melihat seorang gadis yang cantik dari dekat, kau tahu..."
"B-Begitu."
Jadi, itu adalah kesalahpahaman di pihak kami.
Perilakunya pada waktu itu dipertanyakan, tetapi sampai sekarang, kami tidak pernah mendengar tentang keadaannya sama sekali.
"Ara. Makanya Yuu-chan jarang berkunjung ke rumah akhir-akhir ini. Ibu pikir itu karena kalian berdua bertengkar. Tapi, sepertinya Ibu salah paham~"
"Eeh? Kamu tidak tahu tentang hal ini, Bu?"
"Itu bahkan tidak terlintas dalam pikiranku. Maksudku, daripada gadis muda yang imut seperti Yuu-chan, Kakakmu lebih memilih seorang wanita (tipe Onee-san) yang suka memanjakannya, seperti Shizuku-chan. Menurut majalah yang dia sembunyikan di belakang rak bukunya-..."
"Oi, Emak. Tolonglah, jangan bahas itu."
Sora-san mencoba untuk membantunya. Tapi, dia tanpa sadar malah membocorkan rahasianya.
Kali ini, Umi yang menatap Kakaknya dengan tatapan jijik.
"Hee.. Lain kali, aku akan memberitahu Shizuku-san tentang hal ini..."
"Oi, tolong jangan lakukan itu. Ayolah, menyimpan hal semacam itu normal bagi kami para pria, kau tahu. Bahkan, Maki seharusnya memilikinya juga. Benar, Maki?"
"Eh!? T-Tidak, aku tidak menyimpan hal semacam itu..."
Ya, aku akui bahwa aku punya fetish sendiri, tetapi aku tidak pernah menyimpan majalah, DVD atau semacamnya. Mencari mereka di internet sudah cukup bagiku. Selain itu, sejak aku mulai berpacaran dengan Umi, aku jarang melihat hal semacam itu.
"Yah terserahlah, kurasa semuanya hanya kesalahpahaman. Tapi tetap saja, aku merasa tidak enak pada Yuu. Gara-gara Kakakku yang bodoh ini, dia bahkan tidak bisa nongkrong di rumah kami dengan tenang."
"Itu... Kurasa aku harus meminta maaf padanya ketika aku mendapatkan kesempatan, ya?"
Aku melihat foto Amami-san ketika dia masih SMP. Seperti biasa, dia cukup imut. Bahkan, menurutku kecantikannya seperti Main Heroine yang keluar dari manga. Jika aku tidak bertemu Umi, aku mungkin akan memiliki reaksi yang sama seperti Riku-san.
Tentu saja aku sudah terbiasa dengan kecantikannya sekarang. Bagiku dan yang lainnya, Amami-san hanyalah seorang gadis SMA biasa.
"Y-Yah, yang berlalu biarlah berlalu. Mari kita berhenti membicarakan hal itu..."
"Nee, Bu. Masih ada lagi, bukan?"
"Ah, benar juga. Ibu baru ingat. Jika aku tidak salah lihat. Ada sebuah gim yang dimainkan Riku dengan foto gadis-gadis cantik di dalamnya di dalam kotak yang agak besar-"
"Emak, hentikan!!!"
Meski dia ingin menghentikan keduanya, tetapi karena dia sedang menyetir, dia bahkan tidak bisa bergerak bebas jika dia mau.
Sebenarnya, aku bisa saja menghentikan mereka berdua, tetapi itu akan sia-sia. Tidak mungkin aku bisa menghadapi Umi dan Sora-san sekaligus.
Jadi, aku memutuskan untuk tetap diam dan menyimpan dengan baik setiap informasi yang Sora-san tumpahkan.
Post a Comment