PoV Maki
Setelah dia menyelesaikan ceritanya, Riku-san menatap langit-langit dan menghela nafas.
Ini pertama kalinya aku mendengar tentang masa lalunya. Sepertinya dia mengalami lebih banyak kesulitan dan perjuangan selama masa sekolahnya daripada Umi atau aku.
Dia mungkin tidak pernah membicarakan hal ini dengan Umi.
"Aku tahu bahwa aku seharusnya menerima pengakuannya saat itu ... Hanya saja, beberapa kata-kata orang yang tidak menarik membuatku, apa dengan pidato mereka tentang bagaimana aku harus fokus pada ujianku daripada mencoba bermain-main dengan asmara ..."
Dalam situasi seperti itu, akan lebih meyakinkan untuk memiliki pacar di sisimu untuk menyemangatimu.
Aku memiliki Umi yang selalu ada di sisiku. Berkatnya, nilaiku meningkat pesat.
Yah, mungkin nilaiku saat ini tidak seberapa dibandingkan dengannya. Tapi, tahun depan.. aku akan melakukan yang terbaik agar bisa satu kelas dengannya lagi.
Dari cerita yang dia ceritakan padaku, saat itu, Riku-san mirip denganku, dengan Shizuku-san di sisinya. Bahkan ketika dia berada dalam situasi yang sulit, Shizuku-san selalu bisa membuatnya merasa lebih baik.
Sayang sekali Riku-san mengambil jalan yang berbeda.
"Saat itu, hal yang memenuhi pikiranku adalah bahwa aku tidak ingin orang yang kucintai melihat sisi diriku yang tidak keren. Sungguh pamer. Pada akhirnya, aku gagal total dalam ujian. Aku berhasil masuk ke kampus swasta. Jadi, meski segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, jalan tidak sepenuhnya tertutup bagiku."
Yang dikatakannya adalah fakta. Riku-san adalah mantan SDF. Akhirnya, dia lulus ujian dan berhasil mulai bekerja dengan pasukan.
Sedikit yang dia tahu bahwa itu adalah awal dari kemunduran lain ...
"Maaf untuk menanyakan hal ini, tapi... Kenapa kau berhenti dari pekerjaanmu?"
"Sebagian besar karena aku tidak bisa membiasakan diri. Bukan secara fisik atau mental, tetapi secara sosial. Sulit bagiku untuk bergaul dengan rekan kerjaku. Aku berhasil bertahan selama 3 tahun, tetapi suatu hari, aku akhirnya pingsan karena stres dan setelah itu aku tidak bisa bekerja dengan baik lagi... Jadi, Ayah menyuruku untuk berhenti."
"Jadi begitu, ya."
"Jangan menatapku seperti itu. Aku baik-baik saja sekarang. Aku cukup baik untuk menjadi orang baik yang bermain gim setiap hari."
Ini mungkin alasan mengapa Daichi-san dan Sora-san tidak tegas padanya. Mereka tidak memaksanya untuk melakukan apapun, mereka hanya menunggunya untuk pulih dan bergerak.
"Itulah kenapa aku tidak bisa mengatakan apapun padanya sekarang. Maksudku, apa yang bisa kukatakan padanya? Aku menganggur, aku bahkan tidak bisa mengurus diriku sendiri, sekarang aku ingin mengurusnya? Apa gunanya aku mengatakan perasaanku padanya dan meminta maaf padanya karena begitu menyedihkan saat itu? Aku hanya akan menyusahkannya. Kami bukan anak-anak lagi, kami sudah dewasa. Katakanlah bahwa aku menyatakan perasaanku padanya dengan penuh gairah, apa yang akan terjadi? Itu hanya akan menyusahkannya, terutama karena dia memiliki anak sekarang."
"....."
Sejujurnya, aku harus setuju dengannya di sini. Jika dia mencoba dan mengejar Shizuku-san sekarang, Reiji-kun akan selalu menghalangi. Rintangan untuk mencoba bersama dengan seorang Ibu tunggal akan terlalu berat bagi Riku-san, yang bahkan belum pernah berpacaran dengan siapapun sebelumnya. Tidak peduli seberapa dekat mereka sebagai teman masa kecil, Riku-san masih akan mengalami kesulitan.
Itulah alasan mengapa dia mengatakan hal itu padanya saat itu.
"Aku paham. Kalau itu yang kau pikirkan, Riku-san, aku menghormatinya. Sejujurnya, kupikir kau membuat keputusan yang tepat di sana."
"Kupikir kau akan memarahiku seperti yang dilakukan Umi. Aku tidak keberatan kalau kau memarahiku, aku sangat sadar bahwa semuanya adalah kesalahanku."
"Tidak sepertimu, Riku-san, sampai saat ini, aku adalah anak kecil yang selalu berusaha menghindari membuat masalah untuk diriku sendiri. Aku tidak punya hak untuk memarahimu untuk apa pun."
Selain itu, tidak seperti dia, aku selalu memiliki Umi di sisiku. Aku tidak akan mengerti rasa sakit seperti apa yang harus dia lalui sendiri. Aku benar-benar tidak memiliki hak untuk berkomentar tentang keputusannya.
Nah, itu tadi. Tapi, aku masih punya satu hal yang bisa kukatakan padanya.
"Kita sudah cukup lama berendam, ayo kita keluar, Riku-san. Kalau kita terlambat, Umi akan khawatir."
"Benar. Serius, gadis itu terlalu overprotektif padamu."
"Yah, itulah yang aku suka darinya. Terkadang sikapnya membuatnya terlihat imut, kau tahu."
"Haah, sulit memang kalau sudah bucin. Yah, tolong jaga adik bodohku itu, Maki..."
"Tentu, aku akan menjaganya apapun yang terjadi."
Setelah kami menyelesaikan obrolan kami, kami berdua keluar dari bak mandi dan berganti dengan pakaian yukata.
Kami menyelesaikan semuanya dalam 5 menit tanpa berbicara satu sama lain seperti penyendiri.
"Maki."
"Ya?"
"Err, begini... Terima kasih karena mau mendengarkan ceritaku... Aku tidak pernah memiliki seseorang yang bisa kuajak bicara tentang hal-hal semacam ini sebelumnya. Jadi, itu membuatku merasa sedikit lebih baik."
"Sama-sama... Tapi pelayananku tidak gratis, Riku-san. Kau harus melakukan sesuatu untukku sebagai gantinya."
"Apa?"
'Rikkun'
Begitu kami keluar dari ruang ganti, Shizuku-san memanggilnya.
Dia melihat kami dengan ekspresi bingung. Jelas terkejut dengan kehadiran kami. Dia kemungkinan besar tidak menyangka bahwa Umi akan membawanya kepada kami.
"Maki, kau..."
"Nah, permintaanku itu. Maukah kau memberitahu Shizuku-san apa yang kau katakan kepadaku tadi? Aku tahu ini sudah terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan? Selain itu, apa kau benar-benar yakin bahwa kau ingin berpisah saat ini?"
Aku tahu bahwa tindakanku mungkin tidak akan mengubah apa pun. Maksudku, jika memang semudah itu bagi mereka untuk kembali seperti dulu, seluruh masalah ini tidak akan terjadi sejak awal.
Seandainya, setelah mereka membicarakan semuanya, mereka memutuskan untuk berpisah, maka hal itu tidak bisa dihindari. Setidaknya, hal itu akan memberi mereka semacam penutupan.
Sejujurnya, apa yang aku inginkan itu sederhana. Aku ingin mereka mempertimbangkan segala sesuatunya dengan tenang sebelum membuat keputusan. Selesaikan semuanya seperti orang dewasa.
Itulah satu-satunya permintaanku sebagai seseorang yang lebih muda dari mereka.
Post a Comment