[Bagian 3]
Setelah turun dari kereta, Yuna-san membawa kami ke sekolah persiapan. Meskipun kami tidak familiar dengan bagian kota ini, nama sekolah persiapan tertulis di jendela bangunan besar tepat di luar gerbang tiket stasiun. Kami tidak akan tersesat bahkan jika kami pergi sendiri. Sekolah persiapan itu sebenarnya cukup terkenal di kota kami.
"Ohh, ternyata ramai juga~ Kurasa kita bukan satu-satunya yang mencoba untuk belajar di sini, ya?"
Seperti yang Amami-san katakan, ada banyak siswa/i yang mengantri di lantai pertama, dimana meja resepsionis berada. Seperti kami, mereka berada di sini untuk mendaftar kelas musim panas. Ada beberapa seragam di antara kerumunan yang tidak aku kenal.
Setelah selesai mendaftar, kami naik eskalator menuju ruang kelas tempat kelas kami akan diadakan.
Ruangan itu sejuk karena sudah dipasang AC di dalamnya. Ada papan tulis yang besar dan panjang, meja dan kursi panjang. Itu adalah jenis pengaturan yang kau lihat di ruang kuliah di universitas-universitas terkenal. Selain itu, ada kamera yang dipasang di belakang. Mereka akan merekam isi kuliah dan mengunggahnya secara online sehingga kami bisa memeriksanya pada waktu kami sendiri.
"Nah, kurasa sudah cukup. Kalian bisa melakukannya sendirian, bukan? Ah, jika adik perempuanku yang bodoh tertidur. Sentil saja dia, oke?"
"Aku tidak akan ketiduran! Kalau sudah selesai, cepat sana pulang!"
"Astaga. Ya, iya. Tidak ada salahnya untuk bersikap lebih manis kepada Kakak perempuanmu, kau tahu? Pokoknya, belajarlah dengan giat, semuanya. Lakukan yang terbaik."
Setelah kami mengucapkan selamat tinggal kepada Yuna-san, kami pergi untuk mengamankan tempat duduk. Tempat yang ideal bagiku adalah di pojok belakang di mana aku akan mencoba untuk tidak mencolok.
"Nah, sekarang kita mau duduk di mana?
"Di depan! Ada tempat kosong untuk kita berempat di sana!"
Ada kursi kosong di belakang juga, tetapi sudah ada orang yang duduk di sana. Jadi, kami tidak bisa duduk bersama jika kami duduk di belakang. Karena Amami-san memiliki kecenderungan untuk tertidur selama pelajaran, akan lebih baik untuk duduk bersama untuk memastikan bahwa dia mendengarkan pelajaran dengan baik.
"Kalau begitu, ayo kita ke depan. Jangan khawatir tentangku, Umi, aku baik-baik saja. Lagipula tidak ada tempat lain untuk duduk. Selain itu, mejanya tepat di tengah sehingga lebih mudah untuk melihat papan tulis."
"Kalau kamu bilang begitu... Bagaimana denganmu, Nina?"
"Aku akan pergi kemanapun kalian pergi. Ah, kamu dan Rep tidak boleh duduk bersebelahan, oke? Aku tidak ingin melihat kalian ngebucin selama pelajaran berlangsung!"
"Apa maksudmu? Kita juga tahu tempat untuk melakukan itu... Mungkin sih.."
"Kenapa kamu ragu-ragu di akhir sana?"
Yah, memang benar bahwa aku akan terganggu jika Umi duduk di sampingku. Aku memutuskan untuk menerima saran Nitta-san karena pertimbangan untuk semua orang.
Jadi, kami mengambil tempat duduk kami dalam urutan berikut dari kiri ke kanan: Nitta-san, aku, Amami-san, Umi. Amami-san diapit di antara Umi dan aku sehingga kami bisa mengawasinya. Ini akan menjadi tugas kami untuk membangunkannya jika dia tertidur.
Sedangkan untuk Nitta-san... Yah, karena dia berada di sampingku, aku akan menjadi orang yang membantunya jika dia gagal memahami sesuatu.
"Ehehe, ini pertama kalinya aku duduk di antara kalian berdua saat belajar~ Aku sangat senang! Mohon bantuannya, kalian berdua~"
"Ojou-chan, kamu tidak berpikir untuk tertidur sekarang, kan? Aku akan memberitahumu bahwa jika kamu melakukannya, aku tidak akan membiarkanmu pergi tanpa cedera. Aku tidak peduli dengan lingkungan sekitar kita, aku akan membuatmu mengalami neraka. Jadi, bersiaplah."
"M-Maki-kun... B-Bantu..."
"Haha, lakukan yang terbaik, Amami-san."
Amami-san menembakku dengan tatapan mata anak anjingnya, tapi itu tidak akan berhasil padaku karena aku berada di pihak Umi di sini. Selain itu, kami berada di sini untuk belajar. Jadi, aku tidak boleh terlalu memanjakan Amami-san.
Yah, dia mungkin terlihat seperti anak manja. Tapi seperti yang bisa dilihat dari hasil ujiannya, dia bisa melakukannya jika dia menaruh fokusnya pada itu. Jadi, aku yakin bahwa dia akan mengikuti pelajaran dengan serius ketika dimulai.
Tidak lama kemudian, guru masuk ke dalam kelas. Jadi, kami berhenti berbicara dan mengalihkan perhatian kami ke papan tulis.
Ini pertama kalinya aku mengikuti pelajaran di kelas musim panas seperti ini. Mungkin karena mata pelajaran tersebut merupakan bidang keahlian mereka, penjelasan guru jelas dan mudah dimengerti olehku. Mereka mengajarkan kami beberapa trik untuk menyelesaikan soal-soal ujian yang tidak diajarkan di sekolah, itu cukup menarik.
Sementara aku tidak memiliki masalah dalam memahami isi pelajaran, Amami-san dan Nitta-san tampaknya mengalami kesulitan.
"Ah, aku masih belum selesai mencatat..."
"Sial, aku sedikit melamun dan kita sudah berada di halaman berikutnya..."
Mereka bergumam sendiri. Pelajaran dilanjutkan dengan asumsi bahwa para siswa/i memahami materi sampai batas tertentu, sehingga kecepatannya lebih cepat daripada di sekolah.
Guru mengatakan bahwa para siswa/i dipersilakan untuk bertanya kapan saja jika mereka tidak memahami sesuatu, tetapi kecepatannya sangat cepat sehingga sebelum para siswa/i dapat mengetahui apa yang tidak mereka pahami, guru sudah pindah ke halaman berikutnya. Oleh karena itu, sekali kau tersandung, akan sulit bagimu untuk mengikuti pelajaran lagi.
Karena mereka merekam pelajarannya, kami bisa menonton ulang kapan pun kami mau atau kami bisa bertanya kepada guru setelah pelajaran selesai. Hal ini cukup nyaman bagiku, tetapi aku bisa memahami orang lain yang mengalami kesulitan dengan gaya mengajar seperti ini.
Meskipun beberapa dari kami mengalami kesulitan dengan cara mengajarnya, namun pelajaran itu berlangsung selama sembilan puluh menit.
"Ugh, kupikir aku sudah siap untuk ini, tapi seperti yang diharapkan, ini sulit... Apa kamu mengerti apa yang dikatakan guru, Ninacchi?"
"Sejujurnya, aku tidak mengerti setengahnya... Bagaimana dengan kalian berdua? Yah, aku yakin kalian baik-baik saja."
"Yah, kami belajar mata pelajaran ini di kelas 1, kau tahu? Terlebih lagi, guru kebanyakan berbicara tentang masalah terapan. Jadi, bisa dimengerti bahwa kamu akan merasa sulit. Bagaimana menurutmu, Maki?"
"Ya, ini baru hari pertama, normal bagi kalian berdua untuk sedikit tersandung. Kalian akan terbiasa dengan hal ini jika kalian terus begini. Jadi, jangan khawatir dan luangkan waktu kalian. Dan, um... kurasa aku akan membantu kalian kapanpun aku bisa."
Akan sulit jika mereka hanya mendengarkan ceramah tanpa semangat. Mereka harus menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan bekerja untuk mencapainya. Jika mereka melakukan itu, aku yakin mereka bisa mencapai banyak hal di kelas musim panas ini.
"Dasar pamer, padahal cuma Rep~"
"Berisik... Daripada itu, kita memiliki beberapa waktu sampai pelajaran berikutnya dimulai. Mau pergi ke tempat lain? Udara di sini buruk."
Mendengar kata-kataku, ketiga gadis itu mengangguk dengan senyum masam.
Aku sudah berkonsentrasi pada pelajaran. Jadi aku tidak terlalu memikirkannya, tetapi ketika waktu istirahat tiba, aku bisa merasakan tatapan yang dikirim ke kelompok kami.
Aku bisa mendengar mereka bergumam tentang penampilan Amami-san dan kehadiranku di dekatnya, gumaman bodoh yang sama seperti yang biasa kudengar. Meskipun aku sudah terbiasa dengan hal itu, bukan berarti aku tidak akan kesal mendengarnya lagi dan lagi.
'Si anjir, beruntung bet bisa deket dengan tiga gadis imut.'
Kami memutuskan untuk mencari tempat di mana kami bisa beristirahat bersama.
Post a Comment