Chapter 6 - Suka, Suka, Suka
“Baiklah, berhenti sekarang juga. Letakkan alat tulis kalian di meja.”
Seperti yang telah diperintahkan oleh guru, aku pun meletakkan pulpenku di atas meja dan menjauhkan tanganku.
Hari ini ujian tengah semester telah berakhir.
Materi pelajaran yang diujikan hanya mencakup lima mata pelajaran (Jepang, Matematika, Sains, Sejarah dan Bahasa Inggris), sehingga hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk menyelesaikannya.
Tentu saja, pelajaran bahasa Jepang sendiri meliputi Sastra dan Klasik, dan untuk Sains meliputi Fisika, sehingga jumlah materinya secara total mendekati sepuluh. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, jumlah tersebut masih di bawah jumlah materi yang diujikan pada ujian akhir semester.
“Hmm... Masaya, bagaimana denganmu────”
“Mampus.”
“Cepat sekali kau menjawab…”
Seperti yang terlihat, dia sudah berbaring di atas mejanya dan tidak bergerak. Tampaknya dia masih tidak bisa belajar seperti biasanya.
Namun dia mungkin hanya akan nyaris mendapatkan nilai merah.
Aku yakin dia sudah belajar dengan cukup tanpa mengganggu kegiatan klubnya, dan melihat Masaya tahun lalu, seingatku dia tidak pernah mendapat nilai merah.
Walaupun begitu, sepertinya dia lebih serius dari kelihatannya.
“Bagaimana kabarmu? Apakah kau mendapatkan hasil yang baik setelah belajar dengan seseorang yang kau cintai itu?”
“Jangan berbicara seperti itu... Tapi sepertinya aku dapat mengerjakannya dengan lancar. Kurasa aku mungkin akan mendapat nilai yang lebih baik sekarang.”
“Yah jelas sih. Melihat dengan siapa kau belajar…tentu saja kan.”
Sungguh, gaya mengajar Fuyuki sangat mudah untuk dimengerti.
Jika dia menjadi seorang guru, dia pasti akan sangat populer dengan penampilannya.
Dia pasti akan menjadi pusat perhatian bagi para siswa muda.
“Tapi sekarang kita akhirnya bebas kan! Ayo keluar dan bersenang-senang!”
“Ya, akhirnya aku bisa pergi denganmu setelah sekian lama.”
Fuyuki telah memberiku ijin untuk pergi bersama Masaya hari ini.
Dia bilang tidak apa-apa bagiku untuk pulang terlambat, setidaknya untuk menebus semua ajakannya yang sudah ku tolak selama ini.
Interaksi terkait ijin keluar ini tampak seperti yang biasa dilakukan oleh pasangan yang baru saja menikah bagiku────tapi sebaiknya aku segera menghentikan pemikiran itu.
Wajahku akan memerah jika aku membayangkannya lebih jauh lagi.
“…Haru, sepertinya kau begitu serius memandangi Tojo.”
“Hee!?”
“Yah, ada banyak pria lain sepertimu sih, jadi mereka tidak akan menganggapmu mencurigakan. Namun ada baiknya kau harus lebih berhati-hati atau kau akan berada dalam bahaya.”
“Ba-baiklah.”
“Serius, apa kau benar-benar mengerti dengan situasimu? Jika orang lain mengetahui hubungan kalian, kau sudah pasti tidak akan bisa menjalani kehidupan SMA yang normal lagi.”
“Masalah itu...”
Aku ingin mengatakan, kalau reaksinya terlalu berlebihan.
Tapi jika aku memikirkannya lagi dengan matang, aku yakin pasti akan menjadi pusat kebencian begitu hubungan kita diketahui oleh orang-orang.
Ada banyak orang yang memendam perasaan terhadap Fuyuki, dan tidak dapat dihindari bahwa aku akan selalu berada di bawah bayang-bayang rasa cemburu dan iri yang lainnya.
Satu-satunya cara untuk menghindarinya adalah dengan menjadi pribadi yang layak untuk mendampingi Fuyuki────.
“Yah, tidak apa-apa jika kau sudah mengerti dengan situasimu. Soalnya, misal tiba-tiba seseorang menusukmu dari belakang pada malam hari, jelas itu sudah bukan lelucon lagi.”
“Itu tidak akan terjadi...”
“Hah? Kau tidak mengerti tentang cinta! Orang menjadi bodoh ketika mereka mencintai seseorang. Sampai-sampai mereka tidak bisa berpikir dengan jernih!”
“…Dari mana kau mendapatkan pemikiran itu?”
“Dari drama yang aku tonton terakhir kali.”
“Ah, begitu toh.”
Aku setidaknya lega kalau ternyata itu bukan dari pengalaman yang nyata.
***
“────Bagaimana rasanya tinggal bersama dengan Tojo?”
“Astaga, kenapa tiba-tiba begitu.”
Masaya tiba-tiba bertanya secara acak padaku di bar karaoke.
Yah, aku bisa memahami kekhawatirannya, dan aku ingin memuji Masaya atas kesabarannya untuk bergosip sebelumnya.
“Ya, kalau kau bertanya bagaimana…untungnya, aku bisa tinggal di sana dengan nyaman. Dia memasak untukku, dan aku bisa tidur di ranjang yang empuk.”
“...Dalam kasusmu, kehidupanmu sebelumnya sangatlah buruk.”
Masaya benar, aku tidak memiliki cukup makanan untuk mengisi perutku setiap hari, dan tempat tidurku hanyalah futon yang tipis.
Setidaknya aku beruntung karena lantainya adalah tatami, tapi aku jadi merinding membayangkannya jika lantainya terbuat dari kayu.
Alih-alih bisa mengistirahatkan tubuhku, aku malah akan menyakitinya.
“Baru dua minggu, kan ya? Walaupun belum berlangsung setahun, tapi kondisimu sudah terlihat jauh lebih baik.”
“Ya, tentu saja aku merasa lebih baik. Aku jadi bisa berkonsentrasi belajar untuk ujian karena tidak bermalas-malasan lagi.”
“Hoho, seperti yang ku harapkan dari Tojo-sama────bentar, bukan itu yang ingin aku tanyakan.”
Mata Masaya berkaca-kaca dan dia tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arahku.
“Jadi, apakah kau akhirnya menyukai Tojo?”
“Eh?”
“Eh? Itu masalahnya, bukan!? Apakah kau menerima pertunangan Tojo atau tidak, itu yang benar-benar harus kau pikirkan, bukan?”
“Ugh!”
Masaya benar, itu bagian yang terpenting.
Perjanjian satu bulan itu sudah terlewati setengahnya.
Tidak sopan bagi Fuyuki jika aku tidak segera memutuskannya.
“Jadi, bagaimana menurutmu?”
“Yang jelas aku tertarik padanya.”
“Oh!”
Aku sama sekali tidak memiliki kesan buruk dengannya sejak awal, dan seiring aku menghabiskan waktu bersamanya, aku semakin melihat sisi dari dirinya yang menarik, dan aku sangat sadar bahwa aku semakin tertarik padanya dari hari ke hari.
Tapi di minggu pertama, aku tidak bisa percaya dengan perasaan ini.
Aku terus meragukan diriku sendiri, berpikir bahwa perasaan ini tumbuh hanya karena aku tertarik pada kekuatan finansialnya.
Tapi sekarang aku bisa mengatakan bahwa itu tidak benar.
“Pada akhirnya, aku tertarik pada Fuyuki Tojo secara personal... Mungkin bahkan jika kita tidak hidup bersama seperti sekarang, namun aku memiliki kesempatan untuk mengetahui sisi lainnya itu, aku akan tetap tertarik padanya.”
“────Hmm.”
Dengan ekspresi serius di wajahnya, Masaya meminum soda melon yang dia ambil dari bar minuman.
“Aku lega. Kalau kau ternyata tidak sekedar menganggap kalau Tojo hanyalah pasangan yang bisa dimanfaatkan.”
“Ya, tentu saja aku tidak berpikir begitu!”
“Aku tahu kau bukan pria seperti itu. Tetapi kau telah melalui banyak hal dalam hidupmu, bukan? Jika kau tiba-tiba pindah ke lingkungan yang mewah, aku khawatir karaktermu akan berubah.”
────Maaf.
Itulah yang Masaya katakan padaku.
“…Ada apa dengan permintaan maaf itu?”
“Kupikir kita akan berteman dalam waktu yang lama, tapi aku mengkhawatirkan sesuatu yang tidak kuinginkan. Itu berarti aku tidak cukup mempercayaimu, atau tidak cukup mengenalmu, kan? Kalau dipikir-pikir lagi, aku jadi merasa bersalah karena seakan hanya berpura-pura menjadi temanmu.”
Masaya tersenyum pahit dan bermain dengan es yang mengambang di soda melonnya dengan sedotan.
Di mana wajah cerahnya yang biasanya? Sepertinya dia benar-benar merasa bersalah padaku.
“...Aku tidak bisa mengharapkanmu untuk mengerti semuanya.”
“Hm?”
“Aku bukan Masaya dan Masaya bukan aku, jadi wajar saja jika ada perasaan curiga dan ragu. Aku juga khawatir ketika pertama kali aku mengetahui kalau kau memiliki pacar.”
“Eh? Apa maksudmu...”
“Tidakkah kau akan membual tentang dia sepanjang waktu dan menjadi brengsek? Kalau kau tidak akan bermain denganku lagi. Tapi nyatanya kau tidak banyak berubah, malah kau menjadi pria yang lebih baik sekarang karena dirinya.”
“Astaga...ini memalukan.”
“Ah, tapi kau memang bangga kan dengan pacarmu?”
“Hentikan itu!”
Kami pun saling menertawakan.
Kami tidak berubah sejak pertama kali kami saling mengenal.
Jika memang ada yang telah berubah, bisa dibilang sangat sedikit hal yang berubah menjadi lebih buruk.
“...Aku lega sekali lagi. Melihatmu bisa tertawa seperti itu.”
“Fuyuki juga mengatakan itu padaku, apakah selama ini ekspresiku benar-benar mati?”
“Yah tidak sih. Hanya saja kau terlihat seperti zombie di masa-masa burukmu dulu, kawan.”
Itu terlalu berlebihan.
Lagipula aku tidak bisa mengangkat kepalaku di hadapan Fuyuki sebelumnya.
“…Oh iya, Masaya. Kalau aku memang terlihat memanfaatkan Fuyuki untuk kepentinganku sendiri atau melakukan hal bodoh seperti itu────”
“Iya, aku tahu. Aku akan menghajarmu dan membuatmu sadar.”
“Hahaha… Terima kasih.”
Ke mana pun aku pergi, Masaya adalah teman yang paling aku percaya.
Aku bahkan bangga bisa mengenal orang sebaik itu.
“Jadi, karena kau sadar sudah menyukainya, apakah kau akan menerima pertunangan Tojo?”
“...Hmm.”
“Kau tahu, di luar hal yang kita bicarakan sebelumnya, aku tidak suka kalau kau tidak memiliki pendirian seperti itu, oke?”
“Iya tahu, tapi kami baru hidup bersama selama dua minggu atau lebih, dan kupikir masih terlalu dini untuk mengatakannya.”
“Astaga! Bodoh sekali kau! Di dunia ini ada yang namanya cinta pada pandangan pertama, kan!? Semudah itu orang bisa jatuh cinta hanya dalam sekejap! Dan kau, sebaliknya… Kalau cinta pada pandangan pertama hanya terjadi selama sedetik, kau sudah melewatinya selama dua minggu…Jadi, umm…berapa ya…mungkin sekitar seribu kali lebih banyak?”
“Seratus dua puluh sembilan ribu enam ratus kali...kalau dihitung sesuai perkataanmu ya.”
“Diam! Lihat banyak sekali waktu yang kau miliki, tidak heran kalau kau akan jatuh cinta padanya! Jadi, ayolah bersikap seperti seorang lelaki!”
Anehnya, kata-katanya terasa persuasif, meskipun aku tahu kalau aku hanya sedang dipaksa olehnya.
Apakah karena jumlah itu terlihat besar?
“Bahkan masa percobaan satu bulan itu tidak harus selesai, kan? Tojo pasti akan berterima kasih jika kau bisa menyimpulkannya lebih awal, bukan?”
“Itu...mungkin ya.”
“…Aku tidak bermaksud kasar pada Tojo, tapi kita baru berusia 17 tahun. Jika kita menyadari bahwa kita telah melakukan kesalahan, kita masih bisa menghindari kemungkinan buruk yang akan terjadi. Jadi, tentu saja pertunangan bukanlah hal yang semudah itu.”
Aku mengerti apa yang Masaya coba katakan.
Mungkin ini tidak akan terjadi, tapi jika Fuyuki dan aku merasa tidak cocok dengan satu sama lain, kami masih bisa putuh.
Dan seolah ada bagian yang membuat ini begitu sulit untuk dipikirkan jika kita harus “secara mutlak” terus bersama di sisa hidup kita.
────Meskipun demikian.
“Kalau menerima lamaran pertunangan Fuyuki, aku ingin menghadapinya dengan niat untuk menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Jadi aku masih butuh waktu untuk membuat keputusan itu. Jika aku menerimanya dengan setengah hati, aku mungkin tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri kedepannya.”
Lagipula, Haruyuki Inamori sendiri masih tidak percaya diri dengan dirinya sendiri, yang Fuyuki Tojo bilang disukai olehnya.
Aku tidak ingin dia menyesal sudah menyukaiku.
Dengan kesungguhan hati, aku ingin membuat Fuyuki bahagia.
“Kau pasti sudah sangat menyukai Tojo.”
“…Hahaha, aku rasa begitu.”
Melihat wajahku saat mengatakan hal tersebut, Masaya tersenyum dan sepertinya dia akhirnya menyerah.
“Hah, kau masih keras kepala ya seperti biasanya. Ya mau bagaimana lagi kalau begitu.”
“Begitu kah?”
“Hmm…ya menurutku sih. Kau bahkan hidup sendiri karena tidak menyukai kerabatmu.”
Jika dia mengatakannya seperti itu, maka itu benar.
“’Kesiapan’ disini maksudnya kau menginginkan kepercayaan diri, bukan? Aku cukup memahami perasaan itu, dan aku akan mendukungmu dalam hal itu juga. Setidaknya aku bisa memberimu nasihat jika kau membutuhkannya...sebagai senior dalam hal cinta, kan.”
“...Yah, kau memang sudah berpartisipasi kan.”
“Hahaha! Baiklah, mari kita bersenang-senang hari ini. Aku akan menyanyikan semua lagu populer terbaru, jadi setidaknya pelajarilah salah satu sebelum kau pulang, oke?”
“Oke, aku akan ikut denganmu.”
“Yosh, mari kita mulai!”
Untuk hari ini, aku tidak perlu memikirkan apapun terlalu keras.
Akan tidak sopan kepada Masaya jika aku terus memikirkan Fuyuki, padahal aku sudah berjanji untuk bermain bersamanya hari ini.
Jadi aku akan meluangkan waktuku hari ini untuknya, karena sudah sekian lama aku tidak bisa bermain dengannya hingga sekarang.
────Dan seperti biasa, Masaya memang buruk dalam bernyanyi.
***
Keesokan harinya setelah aku dan Masaya bernyanyi hingga serak.
Aku mengenakan pakaianku yang biasanya dan menunggu Fuyuki di pintu masuk.
Hari ini, sehari setelah ujian adalah hari libur, dan merupakan hari yang sudah aku janjikan dengannya.
“Maaf membuatmu menunggu. Maaf, aku sedikit terlalu bersemangat saat bersiap-siap tadi...”
Aku terpana saat melihat Fuyuki muncul.
Aku sudah melihatnya dalam pakaian kasualnya sekitar beberapa kali dalam dua minggu terakhir, tapi tetap saja penampilannya selalu mengejutkanku tidak peduli seberapa sering aku melihatnya.
Dia mengenakan dress terusan berwarna putih polos dan kalung yang mencolok.
Dia juga memakai ikat pinggang sederhana di atas pinggangnya, yang semakin menonjolkan dadanya yang besar.
Bahkan aku, yang tidak mengerti sama sekali dalam hal fashion, bisa mengerti kalau gaya pakaiannya itu hanya bisa dipakai oleh mereka yang 100% mengetahui daya tarik mereka sendiri.
“Apakah ada yang salah?”
“Ah, tidak. Menurutku…pakaianmu itu terlihat sangat bagus.”
“Oh, benarkah? Aku senang. Aku sedikit khawatir kalau mungkin saja aku terlihat terlalu berlebihan untuk mempersiapkan diriku sendiri.”
Wajah Fuyuki terlihat sedikit berbeda dari biasanya saat dia menepuk dadanya, dan saat itulah akhirnya aku menyadari kalau dia sedang memakai make-up.
Walaupun begitu, riasannya terlihat cukup natural, dan tidak ada perubahan yang signifikan karenanya.
Tampaknya dia mengenakan lipstik berwarna terang dan memberikan sedikit riasan di sekitar mata dan pipinya.
Mungkin karena sejak awal wajahnya memang sudah sangat cantik, jadi aku tidak bisa bilang kalau dirinya jadi terlihat lebih menarik dari sebelumnya, tapi setidaknya aku senang dia bahkan berusaha merias diri hanya untuk pergi keluar bersamaku.
Aku merasa seolah telah diistimewakan olehnya, dan keyakinan tumbuh memenuhi hatiku.
“Aku jadi merasa...tidak pantas untuk berjalan di sampingmu. Aku berharap memiliki pakaian yang lebih bagus untuk dipakai.”
“Jangan khawatir! Haruyuki-kun selalu terlihat keren dan menarik kok!”
Meskipun dia mengatakan demikian, perbedaannya jelas terasa jika melihat perbandingan antara apa yang dia pakai dengan apa yang aku pakai.T-shirt putih murah dengan beberapa tulisan berbahasa Inggris di atasnya, dan celana panjang biru tua.
Tidak ada aksesoris apapun. Bahkan rambutku tidak terawat.
Aku berusaha meyakinkan diriku kalau aku tidak jelek, tetapi tetap saja aku tidak terlihat cukup baik untuk berjalan di samping Fuyuki yang berpakaian sangat menarik.
“Maksudku, kita akan pergi berbelanja untuk beberapa pakaian. Jadi tidak masalah seperti apa penampilanmu sekarang.”
“...Benarkah, jadi Fuyuki mau membelikanku pakaian?”
“Tentu saja! Aku tidak akan menyerahkan posisi ini kepada siapa pun!”
Tidak akan ada yang mau mengambil posisi itu────.
Aku menahan diriku untuk tidak mengatakannya, dan kami pun meninggalkan rumah.
Hino-san menjemput kami dan menurunkan kami di tempat tujuan seperti biasanya, dan sekarang kami sudah berada di sebuah pusat perbelanjaan besar yang berjarak beberapa halte dari rumah.
Awalnya aku punya prasangka buruk kalau orang kaya hanya akan mengunjungi toko-toko yang menjual barang-barang bermerek terkenal, seperti toko-toko khusus yang mewah.
Namun menurut Fuyuki, memiliki beberapa potong pakaian yang bermerek untuk acara-acara khusus sudahlah cukup, dan yang lainnya akan dia beli di pusat perbelanjaan agar dia bisa sekaligus berbelanja kebutuhan pokok.
Baginya, pakaian bukanlah hobi melainkan kebutuhan hidup.
“Aku suka baju-baju yang cantik dan semacamnya, tapi aku hanya suka memakainya, bukan mengoleksinya. Ah, makanya aku juga sangat suka cosplay.”
Sembari mengatakannya, Fuyuki sedang memilah-milah pakaian pria.
Tentu saja, dia tidak memilah-milah pakaian itu untuk dirinya sendiri, tetapi untukku.
Pakaian di toko ini dijual dengan harga yang tidak akan mampu untuk aku bayar sendiri.
Bahkan di sebuah pusat perbelanjaan, tampaknya ada juga yang menjual pakaian dengan harga yang tinggi seperti ini.
“Haruyuki-kun memiliki tubuh yang tegap dan ramping, jadi menurutku kamu akan terlihat cocok dengan celana skinny. Bukan dalam konteks erotis────aku hanya ingin membuatnya terlihat seksi. Warna biru laut paling cocok denganmu, dibandingkan warna lainnya yang mencolok. Untuk atasannya, T-shirt putih seperti yang kamu kenakan saat ini juga sudah bagus, jadi aku akan mencari T-shirt lain dengan bahan kain yang lebih baik dan juga kemeja biru muda untuk luarannya. Jika pakaiannya terlalu terihat dewasa, sepertinya tidak akan cocok dengan wajahmu, jadi lebih baik dengan model pakaian anak muda pada umumnya. Oh iya, kita juga akan membeli sepatu kets putih. Yap, itu ide yang bagus. Lalu sebagai pelengkapnya, kita juga akan membeli kalung perak.”
‘Bagaimana menurutmu?’, dia kemudian menanyakannya padaku sambil tersenyum, dan yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk.
Orang ini benar-benar lebih mengetahui diriku dibanding diriku sendiri.
Dia lalu memintaku untuk segera mencobanya, dan aku pun menuju ke kamar pas dan memakai pakaian yang sudah dipilihnya.
Aku memikirkan kapan terakhir kali aku memakai pakaian yang tidak berbau deterjen atau pelembut kain.
Di ruangan kecil yang ditutupi oleh tirai tersebut, aku melihat bayanganku di cermin yang besar.
Hmm…bagus juga.
Mungkin mata Fuyuki yang pandai dalam menilai seseorang juga dapat membantu dalam hal ini.
“Maaf membuatmu menunggu...”
“Huwaah!”
“Hm?”
Saat aku dengan malu-malu keluar dari kamar pas, Fuyuki, yang sedang menunggu di luar, tiba-tiba mengeluarkan suara yang aneh.
Entah mengapa dia menutup mulutnya dan menatapku dengan mata yang berbinar.
Tapi seketika dia menyadari kebingunganku, dan dengan berdeham sekali, dia mendapatkan kembali ketenangannya.
“Itu sangat cocok untukmu. Sepadan dengan usahaku untuk memilihnya dengan cermat!”
“Senang mendengarnya, tapi aku masih harus membayar untuk ini────”
“Sudah jangan dipikirkan, Haruyuki-kun. Aku gadis jahat yang suka mendandanimu.”
Dia tidak jahat, malah lebih seperti malaikat.
Tapi tidak peduli apa yang aku katakan, dia sudah membayar pakaian ini.
Aku sendiri tidak mampu membelinya dengan uangku sendiri, jadi aku tidak punya pilihan lain selain pasrah dan mengambil keuntungan darinya.
Aku merasa sangat menyedihkan, jadi aku akan memakai pakaian ini hanya di depannya, setidaknya sebagai pertahanan terakhirku.
Walaupun aku pikir tetap saja itu tidak akan sepadan dengan harganya, tapi────.
“Jika waktunya tidak memungkinkan untuk hari ini, aku akan membawamu ke penata rambut favoritku lain kali. Mari kita pastikan kalau penampilanmu akan sempurna dari atas sampai ke bawah.”
“…Baiklah, mohon bantuannya.”
“Lalu, bisakah kamu menemaniku pergi berbelanja sekarang?”
“Ah, memang itu kan rencananya.”
“Terima kasih. Kalau begitu, ayo kita berkeliling ke sana.”
Aku pun berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan dengan Fuyuki di sampingku.
Mungkin karena aku belum pernah berkencan dengan seorang gadis sebelumnya, rasanya diriku lebih bersemangat dari yang kubayangkan.
Hanya berjalan-jalan sembari membicarakan hal-hal trivial berdua ternyata sangat menyenangkan.
“Ini adalah toko tempatku membeli pakaian sehari-hari. Harganya masuk akal dan sangat membantu.”
Toko yang kita singgahi kali ini adalah toko pakaian yang bahkan sudah sangat aku kenal, toko yang merupakan kawan dari orang-orang biasa sepertiku.
T-shirt yang dijual di sana dapat dibeli dengan harga antara 1.000 dan 2.000 yen, dan berbagai jaket yang bagus dengan harga sekitar 5.000 yen.
“Aku cenderung langsung membeli dalam jumlah yang banyak karena harganya murah, tidak apa-apa kan?”
“Tentu saja. Aku akan membawakan semua barangmu.”
“Terima kasih. Kalau begitu, ayo kita ke────”
Sambil mengatakannya, dia menuju ke bagian T-shirt.
Dia melihat-lihat pakaian yang berjejer di sana dan melemparkannya ke keranjang.
Seperti ibu rumah tangga di supermarket di hari diskon.
“Saya ingin mengenakan baju di balik seragamku. Dan karena musim panas akan datang, akan lebih baik jika menyiapkan banyak baju untuk dipakai sehari-hari.”
“Hmm benar juga ya...”
“Aku juga akan membelikannya untuk Haruyuki-kun. Ukuran L tidak apa-apa, kan?”
Memang benar ukuran yang biasa aku pakai adalah L, jadi aku hanya mengangguk padanya.
Dia kemudian berjalan ke tempat di mana baju pria berjajar dan mulai melemparkannya ke dalam keranjang lagi, terutama yang berwarna hitam dan putih.
Dia melakukan apa yang dia katakan begitu cepat sehingga tidak ada waktu untuk menghentikannya.
Ini buruk...aku sudah mulai merasa kram.
Karena tingginya harga barang belanjaan sebelumnya, semua T-shirt di sini jadi terlihat murah.
Tentu saja, itu hanya berlaku untuk Fuyuki. Sementara bagiku, uang seribu yen sudah cukup untuk hidup selama seminggu.
Aku ingin menyimpan pemikiran itu selama mungkin di kepalaku, tetapi aku mulai khawatir karena terus bersamanya, pemikiran tersebut mulai terasa kabur.
“Yah kalau semua bajunya sudah ku dapatkan, tidak ada lagi yang aku inginkan di toko ini. Bagaimana kalau kita ke toko lainnya sekarang?”
“Oh baiklah.”
“Oke, apakah kamu baik-baik saja? Jika bawaanmu terlalu banyak, aku bisa menguranginya sedikit.”
“Tidak! Aku tidak apa-apa kok.”
Aku mengambil keranjang belanjaan darinya dan menuju kasir.
Memang berat untuk ukuran pakaian, tapi bukan itu masalahnya.
Masalahnya adalah total harga belanjaannya.
Meninggalkan toko kedua, pemberhentian berikutnya adalah toko yang menjual pakaian bermerek.
Harga setiap potong pakaian di sana melonjak seketika di banding toko sebelumnya, dan ada pakaian yang dipajang dengan begitu stylish yang tentu saja tidak akan pernah bisa ku beli, bahkan jika kedua orang tuaku masih hidup.
Celana yang ada di dekatku ini harganya 30.000────oke, rasanya aku tidak ingin melihatnya lagi.
Aku kemudian mengetahui kalau toko tempat aku membeli pakaianku sebelumnya, dan bahkan toko ini, masih belum ada apa-apanya dalam dunia fashion.
Ada toko di dunia ini yang menjual satu potong pakaian dengan harga ratusan ribu dolar, dan beberapa orang kaya bahkan hanya membeli pakaian mereka di toko-toko tersebut.
Yah maaf, tapi rasanya aku tidak akan pernah mengerti dengan kehidupan tersebut.
“Karena Haruyuki-kun sudah mendapatkan pakaian yang baru, kupikir aku juga ingin mencocokkannya.”
Fuyuki mengatakannya ketika kita sampai di toko ini, dan melihat-lihat pakaian di sana satu per satu.
Toko seperti ini, yang menjual berbagai macam pakaian wanita, terus terang terasa tidak nyaman bagiku.
Aku jadi merasa malu entah mengapa, jadi aku pun memutuskan untuk mengikuti Fuyuki saja dari belakang, sambil memperbaiki ekspresi di wajahku.
“Maaf tiba-tiba, Haruyuki-kun. Tapi di antara keduanya, mana menurutmu yang lebih cocok untukku?”
“Eh?”
Tepat ketika aku sudah mulai menenangkan diri, dia tiba-tiba memanggilku dan aku menatapnya.
Fuyuki membawa dua jenis pakaian.
Satunya adalah dress putih yang terbuat dari bahan rajutan tipis, dengan rok yang panjangnya dari atas pinggangnya hingga di bawah lututnya dan berwarna merah muda muda.
Satunya lagi adalah baju sebahu berwarna biru muda yang longgar, dengan celana pendek berwarna putih pudar.
Keduanya memiliki nuansa yang berbeda, menjadikannya pilihan yang sulit.
“Aku kesulitan memilih di antara keduanya, jadi aku ingin Haruyuki-kun yang memilih…”
“Ah, umm...”
Setelah melihatnya lagi, dapat dipastikan keduanya benar-benar cocok untuk Fuyuki.
Dia sendiri tahu akan hal ini, itu sebabnya dia menjadi kebingungan.
“Jika aku harus memilih salah satunya, aku akan memilih yang ini.”
Setelah mempertimbangkannya dengna keras, aku menunjuk ke dress rajutan berwarna putih dengan rok merah berwarna muda muda.
Kalau memang keduanya cocok untuknya, maka sekarang semuanya akan bergantung ke selera ku.
“Haruyuki-kun, jadi kamu lebih suka yang ini ya?”
“Agak memalukan mendengarmu mengatakannya seperti itu, tapi...yah, kurasa begitu.”
“Kalau begitu aku akan membeli yang ini. Aku ingin mencocokkannya dengan selera Haruyuki-kun.”
Meskipun dia baru saja membuat pilihan, Fuyuki terlihat cukup senang saat dia menuju kasir.
Kemudian, setelah membayar, dia menuju ke kamar pas dan kembali dengan pakaian yang baru saja dia beli.
“Bagaimana, apakah kamu menyukainya?”
“...Kupikir itu terlihat sangat bagus untukmu. Bisa dibilang…kau terlihat imut.”
“Hwaaah”
Ketika aku memberikan kesan jujurku, Fuyuki mengerutkan keningnya dan memegang dadanya.
Untuk sesaat, kekhawatiran muncul di dalam diriku, tetapi kemudian aku menyadari kalau dia sedang tersenyum girang. Aku pun jadi kebingungan.
“Haruyuki-kun...bilang aku imut…fufufu...”
Untuk pertama kalinya, aku merasa Fuyuki sedikit, iya, sangat sangat sedikit menakutkan.
Setelah itu, kami lanjut mengelilingi toko, dan tas belanja pun semakin penuh.
Aku kira kami hampir selesai dalam berbelanja, tetapi entah bagaimana, aku berada dalam kesulitan terburuk hari ini.
“Apakah kau yakin ingin masuk ke sini?”
“Ya, aku berharap Haruyuki-kun akan memilihkannya untukku.”
Di sinilah kami berdiri.
Kami berada di depan bagian pakaian dalam wanita.
Ada pakaian dalam berwarna cerah dan berbentuk unik yang dipajang, dan di dalamnya aku bisa melihat manekin-manekin memakainya.
Ini bukan karena aku ingin melihatnya, tapi karena aku benar-benar bisa melihatnya.
“Yah, tapi...apakah laki-laki boleh masuk ke sana?”
“Kurasa tidak ada larangannya, kan? Jika kamu bersamaku, tidak akan ada yang curiga.”
Bahkan jika mereka tidak curiga, tetap saja kita tidak terlihat proporsional, bukan?
Seolah mengabaikan pikiranku, Fuyuki memegang tanganku yang membawa tas belanja dan masuk ke sana.
“Lihat, tidakkah menurutmu ini lucu?”
Dengan satu tangannya yang bebas, dia mengambil sepasang pakaian dalam merah di dekatnya.
Menurutku renda dan sulamannya cantik, tetapi aku terlalu malu untuk mengatakan pendapatku padanya.
“Yah, tapi aku tidak bisa memakai ukuran ini...”
Dengan ekspresi kecewa di wajahnya, Fuyuki mengembalikan celana dalam merah yang dia ambil ke tempat semula.
“Aku dengar sering ada perdebatan tentang apakah payudara yang lebih besar atau lebih kecil lebih baik untuk wanita, tetapi dalam hal kemudahan memilih pakaian dalam, yang lebih besar jelas dirugikan. Sulit membeli sesuatu dengan motif yang lucu di tempat seperti ini, dan agak mahal untuk memesannya secara online...”
Fuyuki mengusap dadanya sendiri saat dia mengatakan hal tersebut.
Dia melirik ke wajahku dan aku menyadari bahwa dia sedang menggodaku lagi.
“Fuyuki...berhenti menikmati ekspresi wajahku...bukannya aku tidak menyukainya, tapi...aku merasa malu.”
“Fufufu, maafkan aku. Hanya saja ekspresi Haruyuki-kun yang kesal sangat menawan bagiku.”
Fuyuki menyipitkan matanya dan menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang.
Saat kami mulai menghabiskan waktu bersama, aku menyadari kalau Fuyuki sepertinya benar-benar memiliki sifat sadis.
Yah walaupun dia bukan tipe orang yang suka menyakiti orang lain, tapi setidaknya ekspresi wajahku yang bermasalah adalah sesuatu yang dia nikmati.
Dan entah kenapa, aku tidak merasa benci ketika dia memperlakukanku seperti itu.
Setiap kali Fuyuki menggodaku seperti itu, aku merasa dia menyukaiku.
Perasaan ini membuatku bertanya-tanya apakah aku sudah kehilangan akal sehat, tapi kenyataannya perasaan ini bukan hanya imajinasiku saja.
Lagi pula, aku sudah memikirkan kalau Fuyuki────.
“Haruyuki-kun, Haruyuki-kun. Menurutmu mana yang lebih cantik?”
Seakan menginterupsi pikiranku, aku mendengar suara Fuyuki.
Dia memegang dua jenis pakaian dalam yang berbeda.
Satu set berwarna biru muda, dan satu set lainnya berwarna hitam.
Dan aku tidak dapat menjelaskan detail dekorasinya karena kurangnya pengetahuanku terhadap hal ini.
Tapi akan sangat tidak wajar bagiku, seorang anak SMA, untuk mengetahui tentang motif, tipe, dan sebagainya dari sebuah pakaian dalam wanita.
“Saya senang ternyata ada ukuran yang muat untukku. Aku pikir yang biru muda lebih sesuai untuk usiaku, atau bisa dibilang lebih polos...tapi tetap saja yang hitam terlihat lebih seksi. Terlihat jauh lebih dewasa.”
“Ya sudah, yang mana saja yang lebih kau suka kan.”
“Ini sama seperti pakaian sebelumnya, aku benar-benar bingung memilih di antara keduanya. Jadi aku ingin membuat keputusan akhir berdasarkan selera Haruyuki-kun, karena kamu satu-satunya yang akan ku perlihatkan.”
Aku kembali merasa malu ketika mendengar kata ‘satu-satunya’ darinya, tetapi aku mencoba menghiraukannya.
Ketika dia mengatakan ini terkait seleraku, tatapanku entah mengapa tertarik ke yang berwarna hitam.
Misalnya Fuyuki mengenakan pakaian dalam seperti itu.
Ketika aku membayangkannya, wajahku seketika terasa panas.
Atau misal yang biru muda.
Dengan begitu aku bisa sedikit menepis pikiran nakal yang ada di kepalaku terhadap Fuyuki, setidaknya begitu menurutku.
────Namun.
“Yang hitam...adalah favoritku.”
“...Fufufu, aku sangat senang mendengar pendapat jujurmu. Kalau begitu aku ambil yang ini, oke?”
“Oke, aku akan menunggu di luar.”
“Iya, maaf sudah membuatmu menunggu. Santai saja dulu di sana ya.”
Fuyuki sepertinya merasakan kalau aku mulai lelah secara mental, jadi dia membiarkanku pergi.
Syukurlah. Akhirnya aku bisa meninggalkan toko dan bersandar di dinding di luar agar tidak mengganggu orang yang lewat.
Entah mengapa aku mengeluarkan pendapat jujurku.
Aku hanya bisa berasumsi kalau aku telah kehilangan sedikit akal sehatku.
Untuk seseorang sepertiku yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dengan wanita, tempat ini terlalu berbahaya.
Tapi tetap saja hari ini terasa menyenangkan…
Hari belum berakhir, tapi hatiku sudah dipenuhi dengan perasaan senang.
Ini adalah momen yang manis nan unik, berbeda dengan saat aku pergi bersama Masaya.
Ketika aku memikirkannya, perasaan yang aku miliki pada Fuyuki bukanlah rasa persahabatan.
“Pernikahan, huh...”
Seraya aku mengatakannya, mataku tertuju pada pelanggan lain yang datang bersama dengan keluarganya.
Pasangan yang bahagia dengan seorang putri kecil.
Jika aku menikahi Fuyuki, apakah kita akan seperti mereka di masa depan?
“...Senangnya.”
Sekali lagi, sebuah suara keluar secara tak terduga dari mulutku.
Kebahagiaan seperti itu adalah sesuatu yang telah hilang dari hidupku.
Jika aku bisa mendapatkannya kembali, betapa bahagianya diriku.
────Tetapi bagaimana jika aku kehilangannya lagi?
Aku benar-benar bodoh.
Aku harus mengakuinya sekarang.
Dalam pikiranku, Fuyuki Tojo sudah tak tergantikan.
Memikirkan kehilangannya saja sudah sangat membuatku cemas.
===================================================================
“Maaf, Haruyuki-kun...”
Setelah melihat Haruyuki-kun keluar dari toko, aku melihat pakaian dalam hitam yang ada di tanganku.
Label di bra itu bertuliskan ‘D’.
Bra yang biasa aku pakai ukurannya sekitar tiga huruf lebih besar dari ini, jadi tetap saja ini terlalu kecil untuk aku pakai.
Dan tentu saja, aku sudah tahu perbedaan ukurannya ketika aku mengambilnya.
Tapi aku tetap mengambilnya karena aku hanya ingin tahu yang mana yang dia suka.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu?”
Seorang asisten toko memperhatikanku menatap pakaian dalam hitam itu dan mendekatiku.
Pas sekali, aku hendak bertanya padanya.
“Umm, apakah kalian memiliki stok lain dengan pola yang sama dengan pakaian dalam ini, tetapi dengan ukuran yang lebih besar?”
“Hmm...kami hanya memiliki stok dengan ukuran hingga ‘E’ saja. Maaf.”
“Yah... kalau begitu, bolehkah aku memfotonya? Setidaknya aku bisa mencari sesuatu yang mirip dengan ini nanti.”
“Kalau begitu, tidak apa-apa.”
“Terima kasih banyak.”
Setelah mendapatkan ijin, aku mengambil foto pakaian dalam itu dengan ponselku.
Kemudian aku mengirim foto-foto itu ke karyawanku.
>(Fuyuki): Tolong minta produsen pakaian dalam ini untuk membuatkanku satu dengan ukuran yang sesuai dengan payudaraku dan dengan pola yang sama. Berapa pun harganya.
>(Karyawan): Baik, akan saya hubungi lagi di awal minggu nanti.
>(Fuyuki): Terima kasih. Tolong ya.
Begitulah.
Sayang sekali aku tidak bisa langsung menunjukkannya pada Haruyuki-kun, tapi mau bagaimana lagi.
Mari berharap pesananku akan selesai sesegera mungkin.
Sejujurnya, aku tidak pernah menyukai bentuk tubuhku.
Sejak SMP, aku hampir tidak tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi payudara dan pantatku yang tumbuh semakin besar, dan pria-pria melihatku secara seksual, sementara wanita-wanita lain melihatku dengan tatapan cemburu.
Ada kalanya aku berpikir sangat menyebalkan ketika aku harus mempelajari lebih banyak keterampilan hidup dari seharusnya, hanya untuk menghindari masalah.
Dan sekarang aku lega sudah melakukannya.
Tapi itu tidak membuat traumaku hilang.
Aku yakin dia pasti tidak mengingatnya, tapi orang yang mengubahku adalah Haruyuki Inamori.
Berkat dia, aku menjadi seorang yang narsis dan mencintai diriku sendiri.
Baiklah…saatnya untuk pergi.
Aku kembali melihat pakaian dalam yang ada di tanganku.
Aku telah meminta ijin untuk mengambil fotonya, dan aku bertanya-tanya apakah aku harus keluar begitu saja tanpa membeli apa pun.
Aku tahu aku tidak bisa memakainya, tapi Haruyuki-kun sudah terlanjur mengira aku datang untuk membeli pakaian dalam ini, jadi aku harus membelinya agar dia tidak curiga.
Aku pun membayarnya di kasir dan keluar dari toko.
Setelah melihat sekeliling, aku melihat Haruyuki-kun yang berada sedikit lebih jauh.
Saat aku mendekat, wajahnya muncul dalam pandanganku.
“Ah────”
Ekspresinya berbeda dari biasanya, seperti sedang dihancurkan oleh rasa cemas.
Orang tua Haruyuki-kun meninggal dalam kecelakaan sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Dia harus menghadapi itu ketika dia masih belum dewasa secara mental, jadi tentu saja efek dari kejadian itu pasti masih kuat berada dalam dirinya sekarang.
Tolong hentikan...Haruyuki-kun.
Jantungku rasanya melompat.
Ah, ah.
Tolong jangan lakukan itu, Haruyuki-kun.
Jangan membuat ekspresi itu di hadapanku.
Jangan membuat ekspresi yang membuatku merasa sangat ingin melindungi────.
“Fuu...fuu...”
Aku memperlambat langkahku sedikit dan mengatur napasku.
Aku masih mencintai Haruyuki-kun, dan aku tidak bisa menahannya.
Aku ingin melindunginya, aku tidak ingin dia menderita lagi, aku tidak ingin dia kesakitan, dan aku tidak ingin dia lari dari hal-hal buruk, aku ingin dia menjalani hidupnya dikelilingi oleh hal-hal yang bahagia saja.
Dan jika memungkinkan, aku ingin────dia membutuhkanku.
Aku ingin memanjakannya, memanjakannya hingga dia tidak bisa hidup tanpaku.
Aku ingin memasak makanan yang membangun tubuh Haruyuki-kun sebanyak mungkin.
Aku ingin berada dalam kenangan indah Haruyuki-kun sebanyak mungkin.
Aku ingin merayakan ulang tahun Haruyuki setiap tahun. Dan aku ingin dia mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ padaku di hari ulang tahunku.
Aku ingin mengatakan ‘Aku mencintaimu’ setiap hari dan juga mendengar kata ‘Aku mencintaimu’ darinya setiap hari.
Aku ingin mengisi hati Haruyuki-kun dengan segalanya.
Untuk saat ini, bersikaplah normal. Tenanglah, diriku.
Aku menenangkan diri dan memasang ekspresi normalku.
Kalau aku tidak hati-hati, wajahku akan berubah menjadi ekspresi kegirangan.
Bahkan Haruyuki-kun pasti akan menarik diri jika melihatnya, dan aku akan sedih jika itu terjadi.
Ketika aku akhirnya mengatur kembali napasku dan ekspresiku dengan baik, aku berjalan menuju tempat Haruyuki-kun berada.
Dia akhirnya memperhatikan kehadiranku, dan menatapku.
Dan ketika dia melihatku, dia terlihat seolah sangat lega.
Ekspresinya sangat lucu sehingga aku────.
Ah~~~~mou! Aku suka, aku suka, aku suka!
Karena tidak bisa menahannya, aku pun berlari ke arahnya.
|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment