Chapter 1 - Pertukaran Dunia Yang Berbeda
Meskipun sudah diputuskan bahwa Lexia akan belajar di Akademi Ousei, ada banyak hal yang tidak bisa kulakukan sendiri. Jadi, seperti yang kulakukan dengan Yuti, aku memutuskan untuk meminta nasihat dari Kaori dan sepulang sekolah, aku menghampirinya.
"Kaori!"
"Yuuya-san. Ada apa?"
"Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu..."
"Apa itu?"
Aku melihat sekeliling, merendahkan suaraku sedikit dan berkata pada Kaori.
"Um... Apa kau masih ingat Lexia-san dan Luna?"
"Iya, tentu saja, aku ingat mereka. Lexia-san... Putri dari dunia lain, kan?"
"Ya. Sepertinya... Lexia-san ingin belajar di dunia ini..."
"Eh?"
Seperti yang diharapkan, Kaori juga meninggikan suaranya, mungkin karena dia tidak menduganya.
Kemudian orang-orang di sekitar kami memandang kami dengan heran dan Kaori buru-buru menurunkan suaranya.
"Belajar di dunia ini... Mungkinkah yang kamu maksud dia ingin hidup di Bumi?"
"Ya, itu benar."
"U-Um... Kita tidak bisa menghentikan tindakan Lexia-san dan yang lainnya, tentu saja. Tapi, apa tidak masalah? Bukankah Lexia-san itu seorang Putri Kerajaan?"
"Sepertinya tidak masalah. Sebaliknya, Ayah Lexia-san, Raja sudah memberinya izin... Yah, meskipun dia telah memberiku banyak syarat.
"Syarat?"
"Ya, aku akan mengawasinya. Juga, dia akan tinggal di rumahku bersama dengan Yuti."
"Di rumah Yuuya-san? K-Kenapa?"
Saat aku mengatakan aku akan menjaga Lexia-san dan yang lainnya, Kaori bergegas menghampiriku.
Tapi saat ia menyadari tatapan dari orang-orang di sekitar kami lagi, ia menjauh dariku dengan raut malu.
"A-Aku minta maaf... Aku hanya terkejut... T-Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi?"
"Sepertinya Raja merasa lebih aman jika dia bersamaku, kurasa."
"Itu... Itu mungkin benar, tapi..."
Kaori memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya setelah mendengar penjelasanku.
Yah, itu wajar saja. Bahkan sekarang, aku tinggal bersama seorang gadis bernama Yuti dan sebentar lagi Lexia-san dan yang lainnya akan bergabung dengan kami.
Dari luar, wajar jika aku khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak beres.
Aku juga khawatir tentang banyak hal... dan Arnold-sama mengatakan kepadaku untuk sangat berhati-hati dan tidak melakukan sesuatu yang aneh.
Kaori, yang sedang berpikir keras, akhirnya menghela nafas.
"Haa... Terserah deh. Seperti tidak ada gunanya aku mengatakan sesuatu. Daripada itu, apa yang akan kamu lakukan kepada keduanya? Tadi kamu berbicara tentang sekolah, bukan?"
"Um... Mungkin aku tidak berhak mengatakan ini. Tapi, apa tidak apa-apa jika mereka berdua bersekolah di Akademi Ousei?"
Umumnya, tidak mungkin kau bisa langsung menghadiri Akademi Ousei begitu saja.
Namun, jika Akademi Ousei ini tidak bisa, Akademi Nittei adalah satu-satunya sekolah lain yang aku tahu atau bisa memperkenalkannya pada mereka ...
Lexia-san dan yang lainnya mengatakan mereka ingin belajar di sekolah yang sama denganku dan yang lebih penting, Arnold-sama menjadikannya sebagai syarat belajar di luar negeri agar mereka aman. Dalam artian, jika mereka bisa bersekolah di Akademi Ousei bersamaku, aku bisa melindungi Lexia-san jika terjadi sesuatu.
Selain itu, Lexia-san dan yang lainnya berada di sini untuk belajar di luar negeri untuk mempelajari budaya planet ini. Dalam hal ini, Akademi Ousei akan menjadi tempat yang tepat bagi mereka untuk menantang diri mereka sendiri dan mengalami berbagai hal.
Namun, tidak ada keraguan bahwa aku meminta sesuatu yang nekat.
Jika tidak berhasil, aku harus memikirkan cara lain...
Ketika aku memikirkan itu, Kaori berkata seolah-olah tidak ada yang salah.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengurus prosedur pemindahannya."
"Eh? A-Apa kau yakin tidak masalah?"
Aku terkejut melihat betapa mudahnya dia menerima permintaanku, tetapi dia tersenyum padaku.
"Iya. Di atas segalanya, ini adalah permintaan dari Yuuya-san!"
"Permintaan dariku, katamu... tapi aku tidak terlalu penting..."
"Tidak, itu tidak benar! Berkat peran aktif Yuuya-san di sekolah ini, Ayahku juga mengatakan kalau pekerjaannya sebagai Ketua Dewan berjalan dengan baik."
"Begitu..."
Ayah Kaori, Tsukasa-san, memang Ketua Dewan Akademi Ousei, tetapi aku tidak berpikir aku memiliki pengaruh dalam pekerjaan itu.
"Pokoknya, Yuuya-san, jangan khawatir tentang hal itu! Aku akan mengurusnya."
"Terima kasih, Kaori."
Berkat Kaori, aku bisa masuk ke sekolah ini.
Aku benar-benar tidak bisa melawan Kaori...
"Jadi, aku akan memintamu lagi, tapi aku ingin tahu apakah kau bisa membantu Lexia-san dan yang lainnya menyiapkan kebutuhan sehari-hari yang mereka perlukan untuk hidup di dunia ini, seperti yang kau lakukan pada Yuti..."
"Tidak masalah! Kita juga perlu menyiapkan seragam sekolah ini. Jadi, ayo kita siapkan bersama-sama!"
Aku berhasil membuat Kaori bekerja sama denganku dan kami membuat rencana untuk membawa Lexia-san dan yang lainnya kembali ke Bumi.
* * *
"Kaori! Lama tidak ketemu!"
"Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?"
"Lexia-san, Luna-san! Lama tidak bertemu juga!"
Lexia-san dan Luna tiba dengan selamat di Bumi melalui pintu rumahku.
Mereka bertiga sangat senang bertemu satu sama lain setelah sekian lama. Sejenak, Lexia-san menatapku dan mulai berbicara dengan Kaori dengan suara pelan.
"... Kaori. Sekarang aku datang untuk hidup di dunia ini seperti ini, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan padamu sebagai saingan mulai sekarang, oke?"
"Hmph! Seperti yang kuduga, Lexia-san ada di sini karena alasan itu... "
"Yup, tentu saja!"
"Itu tidak mungkin benar... Y-Yah, itu salah satu alasan utama dia, tapi kuharap dia bisa belajar banyak hal di dunia ini dan menggunakannya untuk perkembangan negaranya sendiri."
"... Begitu. Tapi, aku juga tidak akan kalah...!"
"Ya, itulah yang kuinginkan!"
Tampaknya ada beberapa percikan api di antara mereka bertiga, tapi... aku tidak merasakan sesuatu yang serius dalam suasana itu. Apa yang sedang mereka bicarakan...?
"Nah, untuk saat ini, kami sudah menyiapkan apa yang kami bisa terlebih dahulu. Jadi yang tersisa hanyalah menyiapkan pakaian yang kalian berdua perlukan, seperti ukuran kalian."
"Oh, silakan!"
"Satu-satunya pakaian yang kumiliki dari dunia ini adalah pakaian yang aku dapatkan dari Mai sebelumnya. Aku tidak sabar untuk melihat seperti apa nanti."
Aku mengikuti Kaori saat ia menyiapkan pakaian untuk Lexia-san dan Luna.
"Ara, ini lucu sekali! Bagaimana menurutmu, Yuuya-sama?"
"Nee, Yuuya! Jangan hanya Lexia tapi... aku juga..."
"Y-Yah, kurasa itu cocok untukmu.."
"Muu~! Bilang aku imut napa!"
Setelah mencoba satu demi satu pakaian di toko pakaian, Lexia-san dan Luna selalu meminta pendapatku.
Sejujurnya, berbelanja dengan wanita adalah rintangan yang sangat tinggi bagiku, tapi ketika aku diminta untuk memberikan pendapat tentang pakaian mereka, itu adalah hal yang sangat sulit untuk aku lakukan.
Di atas segalanya, sejak beberapa saat yang lalu, ada banyak sekali tatapan dari orang-orang di sekelilingku.
'Hei, lihat mereka...'
'Tampan dan Cantik-cantik. Apa mereka artis?'
'Benar, ketiga gadis itu sangat cantik dan imut. Juga, lihat pria tampan itu. Sangat enak untuk dipandang.'
'Sial, pria di sana... M-Membuatku iri saja!'
Beberapa pria memelototiku seolah-olah mereka akan meneteskan air mata darah, yang sangat menakutkan.
Aku sangat ketakutan sehingga aku tidak bisa bersantai karena aku tetap waspada dengan keadaan sekitar kalau-kalau terjadi sesuatu pada Lexia-san dan yang lainnya.
Jadi, setelah kami selesai berbelanja dengan perasaan tegang, hal terakhir yang kulakukan adalah mencoba seragam Akademi Ousei yang telah disiapkan Kaori untuk mereka.
"Wow...! Pakaian ini sangat lucu!"
"B-Benar. Um, Kaori. Apa kamu selalu memakai pakaian ini di sekolah?"
"Yup. Jika sekolahnya berbeda, seragamnya akan berbeda lagi..."
"Begitu, ya..."
"Ada banyak seragam yang bagus di SMA di dunia ini, tetapi seragam dari akademi yang dihadiri oleh keluarga kerajaan dan bangsawan anehnya formal, sulit untuk bergerak dan merepotkan."
"Kaori dan murid-murid lain yang bersekolah di sini mengenakan seragam yang sama, bukan? Bagian itu berbeda dengan kita."
"Heh..."
Aku terkejut mendengar penjelasan Luna.
Karena ini adalah sekolah, aku mengira bahwa tidak akan ada perbedaan besar dalam penampilan, hanya ada sesuatu yang berbeda untuk merepresentasikan setiap tingkat kelas, meskipun desainnya berbeda.
Tetapi, setelah mendengarkan Lexia-san dan Luna, tampaknya ada beberapa perbedaan.
Saat aku memikirkan hal ini, Lexia-san tersenyum nakal dan mengalihkan pandangannya ke arahku.
"Jadi, bagaimana menurutmu? Apa seragam ini cocok untukku?"
"T-tentu saja, itu terlihat cocok untukmu."
"Lalu... Apa aku imut?"
"Ugh! Y-Ya, kau i-imutm..."
"Ehehe! Yuuya-sama bilang aku imut! Sekarang kita tidak punya pilihan selain menikah!"
"Eehh?"
"Kamu memaksa dia untuk mengatakannya. Selain itu, dia tidak pernah mengatakan bahwa kamu imut. Dia bilang kamu manis dengan seragammu."
"Ara, apa kamu mengatakan sesuatu?"
"Ahaha... Mereka berdua benar-benar akrab, ya?"
"Ya."
Lexia-san menekan Luna dan menghujaninya dengan keluhan demi keluhan.
Tapi Luna menepis Lexia-san dan sepertinya tidak merespon sama sekali.
──Beginilah persiapan untuk program studi Lexia-san dan Luna di luar negeri berakhir tanpa insiden.
* * *
Beberapa hari setelah perjalanan belanja bersama Lexia-san dan yang lainnya.
Berkat usaha Kaori untuk berbicara dengan Tsukasa-san tentang pemindahan dan menindaklanjuti prosedurnya, akhirnya diputuskan secara resmi bahwa Lexia-san dan Luna akan belajar di sekolah kami.
Setelah itu, seperti halnya Yuti, Lexia-san dan Luna juga memperoleh kemampuan [Pemahaman Bahasa] di bawah bimbingan Kaori sebelum memulai kehidupan sekolah mereka.
Sedangkan untuk berbicara bahasa, tampaknya karena efek dari [Pintu Menuju Dunia Lain], itu tidak menjadi masalah sejak awal. Jadi yang harus mereka lakukan adalah belajar membaca dan menulis.
Memikirkan hal itu, aku mencoba mencari tahu lebih banyak tentang pintu itu sebelum Lexia-san dan Luna datang berkunjung, tapi aku menundanya sampai nanti. Aku harus memeriksanya dengan benar pada akhirnya.
Dan persiapan pun berjalan dengan lancar, dan akhirnya, tibalah hari pertama mereka belajar di luar negeri.
Pada awalnya, Lexia siap untuk belajar di kelas yang sama dengan Yuuya, tetapi karena usianya, dia akhirnya berada di SMP. Ia menangis dan akhirnya berada di kelas yang sama dengan Yuti.
Di sisi lain, Luna, yang seumuran dengan Yuuya, ditempatkan di kelas yang sama dengannya.
"Tidak adil, tidak adil, tidak adil! Aku juga ingin berada di kelas yang sama dengan Yuuya-sama!"
"Hmph... sebaiknya kanu terima saja nasibmu."
"Urghh! Kenapa Luna sekelas dengan Yuuya-sama?"
"Fufu, itu karena aku dan Yuuya seumuran. Ups, Lexia akan menjadi Kouhai-ku.."
"Kiiiiii!"
Setelah diejek Luna terus-terusan, Lexia terlihat sangat frustrasi. Tapi pada akhirnya, dia berhasil menelan kenyataan dari situasi tersebut dan menemukan kepuasannya sendiri.
"... Ini tidak bisa dihindari. Selain itu, menjadi Kouhai berarti... Yup! Aku bisa memanggil Yuuya-sama, Yuuya-senpai! Itu bagus sekali!"
Lexia merasa positif tanpa henti.
Setelah sanggahan yang menyakitkan ini, kedua gadis itu memutuskan untuk pergi ke kelas mereka dan ini adalah hari pertama mereka di sekolah.
"Hai, semuanya. Duduklah di tempat duduk kalian!"
Yanagi-sensei, yang ditugaskan sebagai wali kelas Yuti dan Lexia, meminta para siswa-siswi untuk duduk dengan nada tenang.
"Sebelum kita memulai pelajaran, aku ingin memperkenalkan seorang murid pindahan yang akan bergabung dengan kita hari ini."
"!?"
Teman-teman sekelas Yuti tercengang melihat situasi yang sama sekali tidak terduga.
"Murid pindahan! Aku ingin tahu orang seperti apa murid pindahan itu."
"Kira-kira murid pindahan ini memiliki warna rambut yang sama seperti Yuti-san tidak ya?"
"Aku sangat menantikannya!"
Ketika setiap siswa-siswi menantikan diskusi, teman Yuti, Haruna, memanggil Yuti dengan nada bersemangat.
"Nee, nee! Sensei bilang tadi ada murid pindahan! Sebagai sesama orang asing, apa kamu juga penasaran dengan hal itu, Yuti-san?"
"Hmm? Tidak. Aku sudah tahu."
"Eh? K-Kamu sudah tahu murid pindahan itu?"
"Iya."
"Seperti apa──"
"Nah, silakan masuk!"
Saat Haruna hendak mengajukan serangkaian pertanyaan pada Yuti, seorang siswi masuk ke dalam kelas setelah mendapat aba-aba dari Yanagi-sensei.
Siswi itu memiliki rambut pirang yang indah dan mata biru yang jernih dan seragam Akademi Ousei sangat cocok dengannya.
Melihat murid seperti itu──Lexia, semua orang yang ada di dalam kelas terdiam.
Terkejut dengan kehadiran Lexia, keheningan berlanjut dan Lexia membungkuk dengan anggun tanpa terlihat goyah.
"Senang berkenalan dengan kalian. Namaku Lexia von Arcelia. Masih banyak yang belum aku ketahui tentang negara ini, tapi aku berharap bisa belajar dengan kalian semua."
Kemudian, sambil mengangkat kepalanya, Lexia menambahkan seolah-olah mengingat sesuatu.
"Oh, ya! Yuuya-sama yang ada di gedung sebelah itu tunanganku! Salam kenal!"
"Eh."
Seisi kelas membeku mendengar kata-kata yang diucapkan dengan santai.
Dan kemudian──.
"Eeeeeeeeeeeeeehhhh!"
Sebuah suara keras bergema di seluruh gedung SMP.
* * *
"Hmm!? A-Apa itu? Sepertinya ada kesalahpahaman yang terjadi di suatu tempat..."
Hari ini adalah hari pertama Lexia-san dan Luna belajar di Jepang.
Setidaknya, sepertinya belum ada informasi tentang Lexia-san dan Luna di SMA dan saat jam-jam pagi berlalu seperti biasa, aku dikejutkan oleh rasa dingin yang aneh.
Sementara aku memelintir leherku karena aku tidak tahu apa yang membuatku kedinginan, Sawada-sensei memasuki kelas.
"Baiklah, aku ingin memulai pelajaran, tapi sebenarnya ada murid pindahan yang masuk ke kelas ini."
"Eehh?"
"Ngomong-ngomong, murid pindahan itu adalah orang asing dan juga murid pertukaran pelajar."
"Eehhhh?"
Informasi yang tiba-tiba tentang murid asing itu menyebabkan kehebohan di kelas.
"Murid pindahan..."
"Bagaimana aku mengatakannya? Sepertinya ada banyak hal yang terjadi sejak Yuuya-kun...?"
"Aku terkejut pada saat kedatangan Merl-san."
"Aku ingin tahu muridv seperti apa yang datang?"
"Itu adalah orang asing, bukan? Jarang sekali──dan begitu juga dengan Merl-san."
Sementara semua orang berspekulasi tentang murid baru yang belum mereka lihat, Merl memiringkan kepalanya.
"Apa jarang ada murid pindahan?"
"Hmm... tentu saja jarang."
Dalam kebanyakan kasus, siswa pindah dari satu sekolah ke sekolah lain karena alasan keluarga, tapi kupikir itu tidak biasa bagi siswa SMA untuk pindah ke sekolah lain. Tidak seperti SMP, setiap sekolah akan mengadakan ujian sendiri-sendiri.
Namun, kali ini, daripada kelangkaan murid pindahan itu sendiri, semua orang tampaknya terkejut dengan fakta bahwa murid pindahan datang ke kelas ini secara berurutan.
Biasanya, kelas-kelas akan dibagi menjadi kelas-kelas yang lebih terpisah, tetapi Kaori pasti sangat perhatian dan menempatkan semua orang di kelas yang sama.
"Ngomong-ngomong, itu adalah seseorang yang Merl kenal juga, kau tahu?"
"Eh, benarkah?"
Saat kami berbicara seperti itu, Sawada-sensei bertepuk tangan.
"Ya, ya, tenanglah. Aku tidak bisa memperkenalkan murid asing itu pada kalian sampai saat itu, kan? Sekarang, kamu bisa masuk."
"──Permisi."
Diminta oleh Sawada-sensei, seorang siswi memasuki ruangan.
Gadis dengan rambut perak yang bersinar itu memiliki penampilan yang menarik dan mengenakan seragam Akademi Ousei dengan indah.
Seluruh kelas terdiam saat melihat kecantikan yang agak tidak realistis ini.
Tanpa memperhatikan keadaan kelas, gadis itu──Luna, membuka mulutnya.
"Namaku Luna. Meski aku baru saja pindah ke sini, tetapi aku tidak sabar untuk bergaul dengan kalian semua."
"Nah, seperti yang dia katakan. Mulai hari ini Luna akan bergabung di kelas ini dan seterusnya .."
"....."
"Oi, kalian? Sensei mengerti perasaan kalian bahwa Luna cantik dan kalian mengaguminya, tapi ini saatnya kalian kembali ke dunia nyata."
"Are?"
"Ya ampun... Baiklah, mari kita putuskan di mana tempat duduk Luna... Kamu bisa duduk di sebelah Merl. Lihat, ada gadis berambut biru di sebelah sana."
"Baik."
Selain aku yang tahu tentang pemindahan Luna, Merl juga terkejut melihatnya.
Luna berjalan menghampiri kami dan berbisik pelan.
"Yuuya, Merl. Mohon bantuannya, oke?"
"Ahaha..."
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang, tapi aku hanya bisa tersenyum kecut.
* * *
"Lu-Luna-san! Bolehkah aku bertanya, dari mana kamu berasal?"
"Wow, kulitmu sangat indah..."
"Nee, nee, apa kamu sudah punya pacar?"
"Apa kamu sudah memutuskan klub apa yang akan kamu ikuti?"
"U-Um..."
Setelah jam pelajaran selesai dan tiba waktunya istirahat, banyak gadis-gadis yang mendatangi Luna untuk bertanya.
Luna goyah di bawah tekanan teman-teman sekelasnya, tidak menyangka mereka begitu tertarik padanya.
Luna telah menjalani kehidupannya sebagai seorang pembunuh bayaran... dan sekarang dia kewalahan menghadapi murid-murid SMA seusianya.
Ini mungkin sangat membingungkan baginya, tetapi perubahan lingkungan ini bisa menjadi hal yang sangat baik.
Ketika aku memikirkan hal ini setelah mengamati Luna, Ryo dan yang lainnya datang.
"Uwah... kelas kita sering kedatangan orang-orang yang menonjol, bukan?"
"B-bener juga. Yang pertama adalah Yuuya-kun, lalu Merl-san dan sekarang Luna-san..."
"Apa kami begitu mencolok?"
"Tidak, kau benar-benar mencolok."
Sedangkan aku, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang, tapi itu tidak selalu memungkinkan dan akibatnya, aku terlibat dalam banyak peristiwa dan masalah.
Namun, tidak seperti di masa lalu, aku tidak merasa tidak nyaman dengan hal ini. Jadi, aku menikmati hidupku apa adanya.
Kemudian Luna akhirnya tidak tahan dengan tekanan semua orang dan mengalihkan pandangannya ke arahku.
"Yu-Yuuya! Tolong aku!"
"Ah..."
"Eh?"
Aku tidak memberitahu siapapun di kelas bahwa aku dan Luna saling mengenal, meskipun aku tidak menyembunyikannya. Jadi, kata-kata Luna mengejutkan semua orang di kelas.
Kaede kemudian mengajukan pertanyaan yang mewakili keraguan semua orang.
"M-Mungkinkah... Yuuya-kun dan Luna-san adalah teman...?"
"Um... ya... Bisa dibilang begitu."
"Iya. Aku menginap di rumah Yuuya."
"Oi, Luna-san!"
"""Eeeeeehhhhhh!?"""
Seluruh kelas berteriak mendengar kata-kata Luna.
Sial... ini adalah hal yang sama yang juga terjadi pada Yuti...!
Aku tidak menyembunyikan apapun, tapi fakta bahwa Luna tinggal di rumahku adalah informasi yang cukup untuk menimbulkan kesalahpahaman.
Bahkan, semua orang sepertinya mulai membuat berbagai macam asumsi dan suasana pun menjadi berisik.
"Yu-Yuuya-kun? Apa maksudnya Luna-san tinggal bersamamu?"
"Kau tahu... Luna saat ini tinggal di rumahku atau bisa dibilang..."
"Hubungan macam apa yang kalian milikki?"
"... T-Tidak, bukan apa-apa..?"
"Ada apa dengan jawaban itu?"
Rin memberiku tatapan bingung ketika aku berhasil mengeluarkan jawaban.
Meski begitu, aku tidak bisa berbicara tentang dunia lain dan tidak punya cara untuk menjelaskannya.
Kemudian, Luna menjatuhkan bom lain, bertanya-tanya apa yang akan dipikirkannya ketika melihat tatapan heran Kaede.
"Ngomong-ngomong, Yuuya dan aku memiliki hubungan yang cukup dalam."
"H-h-hubungan yang dalam!?"
"Luna-san!"
Kenapa kau berbicara dengan cara yang membingungkan?
Memang benar kita berlatih bersama di Great Devil's Nest v di dunia lain, tapi k a u tidak perlu mengatakannya seperti itu...!
Ketika aku melihat Kaede, sepertinya jiwanya telah terkuras dari mulutnya, seolah-olah dia telah terbakar, tapi reaksi orang lain berbeda.
"S-Seperti yang diharapkan dari Yuuya-kun... Aku tidak tahu kalau kau sudah mendekati Luna-san..."
"Yah... Mau bagaimana lagi kalau itu Yuuya, kurasa itu bisa dimengerti..."
"'Kuh! Aku sangat cemburu padamu yang memiliki hubungan yang mendalam dengan seorang gadis cantik berambut perak!"
"Um, ini salah paham! Kalian semua salah paham!"
Aku mati-matian mencoba yang terbaik untuk berbicara dan menjernihkan kesalahpahaman semua orang.
Mungkin karena itulah, pada akhir istirahat, semua orang tampak yakin bahwa Luna dan aku tidak memiliki hubungan semacam itu.
Pada akhirnya, hanya beberapa orang, seperti Kaede, yang masih meragukannya...
"A-Aku lelah..."
"Mm... kamu tidak perlu menyangkalnya dengan putus asa, kan? Itu benar-benar menyakitiku juga."
"Oh, A-Aku minta maaf! Tapi itu akan menjadi masalah bagimu jika kesalahpahaman seperti itu terjadi."
Aku tidak tahu apa yang dia maksud dengan komentar itu, tapi pasti akan sangat mengganggu Luna jika seseorang menganggapnya sebagai pacarku.
"... Sepuh ini suka merendah."
"Eh?"
"Bukan apa-apa. Daripada itu, karena Yuuya adalah Senpai bagiku. Jadi, kamu akan mengajariku banyak hal, oke?"
"B-Baik."
──Kelas menjadi ramai lagi setelah menyambut Luna sebagai murid pertukaran pelajar.
* * *
Pelajaran di kelas telah usai dan saatnya pulang.
Saat kami hendak pulang, Sawada-sensei mengumumkan sesuatu kepada kelas seolah-olah dia baru saja mengingat sesuatu.
"Oh, ya, benar sekali. Akhir-akhir ini, ada beberapa kejadian yang mencurigakan di sana-sini di sekitar sekolah. Jadi, berhati-hatilah untuk tidak terlibat. Kalau kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan, pastikan untuk memanggil gurumu, oke?"
"Kejadian mencurigakan?"
Aku memutar kepalaku, tidak tahu apa yang dia bicarakan dan Yukine memberitahuku.
"... Akhir-akhir ini, ada beberapa kejadian aneh di kota, seperti bangunan yang rusak dan benda-benda yang seharusnya ada di sana menghilang. Apa kamu pernah mendengar tentang hal itu?"
"Aku belum pernah mendengar hal itu sebelumnya. Tapi itu berarti ada seseorang yang melakukannya... dan itu dilakukan oleh orang yang mencurigakan itu, kan?"
"... Aku juga berpikir begitu, tapi mereka belum menemukan bukti apapun. Area yang juga rusak memiliki CCTV yang terpasang, tetapi tidak ada yang tertangkap kamera dan hanya barang-barang yang dicuri."
"Hal semacam itu... tidak mungkin benar..."
Bagaimana mungkin ada sesuatu yang dicuri dan CCTV bahkan tidak menunjukkan pelakunya?
Tidak mungkin, kau ingin mengatakan itu adalah perbuatan setan?
Kemudian Merl memikirkan hal yang sama dan menyangkalnya dengan ekspresi tidak sabar.
"A-Aku tidak percaya pada keberadaan yang tidak ilmiah seperti itu. Tidak ada yang namanya... hantu...!"
Merl mungkin ingin menyangkal keberadaan hantu, tetapi aku dan Merl pernah bertemu dengan hantu sungguhan di rumah hantu di taman hiburan. Aku benar-benar terkejut pada waktu itu.
Ya, memang ada orang-orang dari dunia lain dan alien. Jadi, tidak terlalu mengejutkan jika kau memikirkannya dengan tenang.
Saat aku tanpa sadar memalingkan muka, Yukine mengalihkan pandangannya ke arahku.
"... Jadi, aku akan menyelidiki fenomena misterius ini... bagaimana menurutmu?"
"Fenomena m-misterius? Dan kau akan menyelidikinya?"
"...Karena ini adalah masalah besar. Bagaimana jika kamu, Merl-san dan Luna-san ikut menyelidiki denganku?"
"A-Aku juga!?"
"Hmm... aku tidak keberatan, tapi kenapa aku juga?"
Luna belum begitu dekat dengan Yukine. Jadi, dia tampaknya mempertanyakan fakta bahwa dia diundang.
"... Karena kamu tinggal serumah dengan Yuuya, aku bertanya-tanya apakah akan lebih baik jika kita bekerja sama. Selain itu, untuk menyelidiki fenomena misterius ini, kita akan melihat-lihat berbagai tempat di kota ini dan Luna-san mungkin belum tahu banyak tentang kota ini. Jadi, aku akan menjadi pemandumu juga."
"A-Ah, begitu."
Memang benar bahwa Luna hanya berada di dunia ini untuk waktu yang singkat.
Dalam hal ini, aku bersyukur kami bisa melihat-lihat kota ini bersama-sama, terlepas dari apakah kami akan menyelidiki fenomena misterius ini secara serius atau tidak.
"Hmm, kalau itu niatmu. Aku sangat berterima kasih. Tapi, bolehkah aku mengundang orang lain untuk bergabung dengan kita?"
"Oh, mungkinkah Lexia-san?"
"Iya. ... Akan sangat berisik jika dia tahu kalau aku meninggalkannya dan pergi bersamamu."
"Ahaha..."
Aku bisa dengan mudah membayangkan Lexia-san mengeluh tentang hal itu dan aku tidak bisa menahan senyum masam.
Yukine mengangguk pada kata-kata Luna.
"... Tidak apa-apa, bagaimanapun juga, ayo panggil yang lain dan kita semua bisa melihat-lihat kota bersama-sama."
Dengan cara ini, Yukine memanggil berbagai orang dan sebagai hasilnya, kelompok orang yang biasa, seperti Kaede, Rin, Ryo dan Shingo-kun, berkumpul bersama.
* * *
"Namaku Lexia von Arcelia! Senang bertemu denganmu!"
Sepulang sekolah.
Ketika semua orang berkumpul untuk memulai investigasi fenomena misterius yang diusulkan oleh Yukine, Lexia-san dan Yuti, yang dipanggil Luna sebelumnya, hadir.
Mereka juga memutuskan untuk meminta Kaori untuk bergabung dengan tim investigasi dan tak lama kemudian, kelompok itu telah berkembang menjadi cukup besar.
Melihat Lexia, sang Putri dari dunia lain, Ryo dan yang lainnya menyipitkan mata karena terpesona.
"Ugh! Cantik sekali! Aura apa ini!?"
"Y-Ya...! Aku hanya berdiri di sini, tapi aku kewalahan...!"
"Hahaha..."
Ini mungkin tampak agak berlebihan, tetapi suasana sebenarnya di sekitar Lexia-san agak berlebihan dan membuatmu menyadari bahwa dia benar-benar seorang Putri.
Kemudian, melihat Lexia seperti itu, Kaede terlihat agak cemas.
"U-Um... Lexia-san juga tinggal di rumah Yuuya-kun, kan...?"
"Oh. I-Iyaa. Itu benar, tapi... sama seperti Luna, aku hanya numpang nginap!"
"Aku mengerti itu, tapi... Mmm..."
"Fufu~ Kaede, nggak usah cemberut lah~ Nee, Kaede. Bukankah ini kesempatan yang bagus bagimu membalikkan keadaan?"
"R-Rin-chan!? Apa maksudmu dengan membalikkan keadaan... Ah, itu benar, tapi...!"
Sementara pertukaran seperti itu terjadi, Kaori juga memiliki ekspresi sulit di wajahnya.
"... Aku tidak menyangka keduanya begitu berani.. Apakah ini berarti Lexia-san dan Luna-san serius dengan Yuuya-san...?"
"Hm, Kaori? Ada apa?"
"Ehh! T-Tidak, bukan apa-apa! Lebih penting lagi, aku sangat senang bisa berpergian dengan mereka seperti ini!"
"Ya, itu benar. Beginilah seharusnya kehidupan anak SMA Jepang."
"... Merl, seperti biasa, dari mana kau mendapatkan informasi eksentrik itu...?"
Bagaimanapun, aku juga menantikannya, karena ini adalah pengalaman baru bagiku untuk bermain sepulang sekolah dengan sekelompok besar orang.
"Tapi, alangkah baiknya jika Akira juga ikut bersama kita."
"Benar, kupikir dia adalah tipe pria yang ingin menjadi bagian dari kesenangan seperti ini, tetapi dia agak sibuk setiap hari!"
Akira juga diundang untuk berpartisipasi dalam investigasi ini, tapi sepertinya dia ada urusan lain dan pulang ke rumah dengan berlinang air mata.
Ryo memang benar. Dia selalu terlihat sibuk.
Saat kami semua berkumpul dengan cara ini untuk memperdalam persahabatan kami, Yukine membuka mulutnya.
"... Nah, karena semua orang sudah berkunjung. Jadi, ayo gaskuen.."
"M-Mnm! Meski aku sedikit takut. Tapi, dengan jumlah orang sebanyak ini..."
"Seperti biasa, Kaede penakut. Btw, apa kau sudah memutuskan mau pergi kemana?"
"... Jelas dong. Sebenarnya ada fenomena misterius yang terjadi tepat di sebelah sekolah. Jadi, kupikir kita akan pergi memeriksanya di sana."
Kali ini, investigasi yang dilakukan adalah untuk menemukan penyebab fenomena misterius, tetapi juga termasuk tujuan untuk menunjukkan Lexia-san dan Luna berkeliling kota. Tidak ada yang salah dengan hal itu, tetapi aku memiliki beberapa kekhawatiran tentang fenomena misterius tersebut.
Aku memanggil Kuro, kekuatan 'Evil' yang bersembunyi di tubuhku.
"(Hei, Kuro. Aku ingin tahu apakah mungkin bagi Beast Evil untuk dipanggil ke dunia ini seperti sebelumnya?)"
> (Kuro): Hah? Yah, itu tidak akan terjadi dengan cara yang normal. Tapi itu sebenarnya sudah muncul sebelumnya. Tidak akan mengejutkan jika itu muncul di dunia ini lagi secara kebetulan.
"(Seperti yang aku pikirkan...)"
Aku bertanya-tanya, apakah ada makhluk jahat yang terlibat dalam fenomena misterius ini.
Jika identitas pelakunya tidak diketahui bahkan setelah kehebohan publik seperti itu, sepertinya kejahatan itu tidak lagi tampak seolah-olah dilakukan oleh tangan manusia.
Dan, jika memang itu adalah perbuatan Beast Evil, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.
Sementara aku memasang wajah sulit, Yuti menatapku dengan rasa ingin tahu.
"Pertanyaan. Ada apa?"
"Hmm? A-Ah, tidak ada apa-apa."
"Oi, Yuuya! Ayo pergi sekarang."
"Ya!"
Untuk saat ini, aku menunda memikirkan hal-hal yang sulit dan mengikuti Yukine ke tempat di mana fenomena misterius itu terjadi.
Dalam perjalanan ke sana, Lexia-san muncul di sampingku dan tersenyum.
"Nee, bagaimana menurutmu dengan seragamku? Yuuya-senpai?"
"S-Senpai?"
"Aku benar, kan? Aku berada di kelas di bawah Yuuya-sama. Kalau begitu, wajar jika aku memanggilmu 'Senpai', bukan?"
"I-itu benar, tapi..."
"Kalau begitu, aku juga Senpaimu, Lexia."
"Luna tetap Luna!"
"Hei, kenapa?"
Kaede dan yang lainnya terkejut melihat mereka berdua terus berdebat, tapi Yuti, yang terdaftar di SMP yang sama dengan Lexia-san, menatapku dengan kepala miring.
"Pertanyaan. Yuuya, seorang Senpai?"
"Heh? Y-Yah, dari segi posisi, ya..."
"Yuuya-senpai... Aneh."
"Aneh, katamu...?"
Tentu saja, aneh tiba-tiba dipanggil Senpai oleh Yuti karena dia tidak pernah memanggilku Senpai sebelumnya.
Seharusnya begitu juga dengan Lexia-san, tapi dari sudut pandang Lexia-san, dia terlihat senang memanggilku Senpai.
"Aku mengerti ... Jadi, hubungan hierarki di Bumi terbentuk dengan cara ini."
"Tidak, bukan berarti ini satu-satunya cara..."
"Tapi, kamu mengatakan bahwa mereka yang berada di kelas di atasmu harus dipanggil Senpai, kan?"
"Itu benar, tapi..."
Sedangkan untuk Merl, dia juga mencoba untuk mendapatkan banyak informasi untuk menyesuaikan diri dengan budaya Bumi. Apakah arah itu benar atau tidak.
Setelah berjalan-jalan dengan gembira seperti itu, akhirnya kami tiba di tempat tujuan.
"... Aku yakin itu ada di suatu tempat di sekitar sini."
Itu adalah gang belakang dengan sedikit pejalan kaki, tempat yang biasanya tidak aku lewati.
Daerah itu dipenuhi sampah dan sejujurnya, sulit untuk mengatakan bahwa ada fenomena misterius yang terjadi di sini.
"Uwh, bagaimana aku mengatakannya? Jorok banget.."
".. Apakah tempat seperti ini ada di setiap negara? Tapi, sepertinya masih lebih baik di san daripada di sini."
"Perbandingan yang sangat jauh..."
Sementara Lexia-san mengerutkan kening, Luna, yang telah hidup di dunia bawah sebagai pembunuh bayaran milik Dark Guild, tampaknya tidak memikirkan apapun tentang gang belakang ini.
Saat kami terus menyusuri gang sempit, Yukine tiba-tiba berhenti.
"... Ah."
"Hii!?"
Ryo melihat ke tempat di mana Yukine berhenti dan berteriak terkejut.
Tertangkap oleh suara itu, kami mengalihkan pandangan kami...
"A-Apa ini...?"
"Bekas cakar...?"
Ada bekas cakar tajam yang terukir di dinding beton, seakan-akan ada makhluk raksasa yang berkeliaran di sini.
"Oi, oi.. Apakah ada beruang liar di sekitar sini!?"
"B-Bukankah itu terlalu besar?"
Shingo-kun benar. Bekas cakar itu terlalu besar untuk seekor beruang. Lagipula, bekas cakar yang ditinggalkannya jauh lebih panjang dari tinggi badan kami.
Kemudian Merl menyentuh bekas cakar itu.
Setelah memeriksa sesuatu, dia memberitahuku dengan berbisik sehingga Ryo dan yang lainnya tidak bisa mendengarnya.
"(... Ini aneh. Tanda cakar ini sepertinya tidak cocok dengan cakar makhluk apapun di Bumi yang ada di databaseku...)"
"(Juga, itu bukan bekas cakar dari makhluk Bumi. Tapi, makhluk dari dunia lain. Mungkin Beast Evil atau...)"
"(Negatif. Bekas cakar itu tidak seukuran Beast Evil. Dan aku tidak merasakan sisa-sisa dari 'Iblis'. Itu adalah makhluk yang berbeda.)"
> (Kuro): Kurasa Yuti benar. Tidak ada tanda-tanda Iblis di sekitar sini.
Tidak hanya Yuti, tetapi juga Kuro telah menyangkal kemungkinan adanya makhluk jahat.
Dalam hal ini, akan lebih baik untuk berpikir bahwa bekas cakar ini disebabkan oleh makhluk lain, yang berbeda dari Beast Evil.
Jika itu benar, makhluk apa yang bisa membuat goresan ini...?
Saat aku merenungkan berbagai hal di depan bekas cakar itu, Kaede, yang sepanjang jalan terdiam, membuka mulutnya.
"N-Nee, gimana kalau kita pulang saja? L-Lihat! Kita bisa memeriksanya seperti ini! Benar kan?"
"Meski kau mengatakan itu, gimana Yukine?"
"... Itu benar. Aku tidak berpikir kita bisa menemukan apapun dengan melihat lebih jauh."
"B-Begitu, ahaha!"
"Astaga... Kaede, jika kamu begitu takut. Dari awal seharusnya kamu bilang aja dan nggak usah ikut."
"Eehh? Rin-chan, jahat banget!"
Kami memutuskan untuk meninggalkan gang belakang karena kami menyadari bahwa kami tidak akan mendapatkan apa-apa dari sana.
"Ara? Apa kita sudah selesai dengan tempat ini?"
"Kurasa begitu. Kurasa kita tidak akan menemukan sesuatu yang lebih dengan berada di sini..."
"Hmm... aku tidak tahu tentang itu, tapi apakah ada makhluk di dunia ini yang bisa meninggalkan bekas cakar itu?"
"Tidak mungkin. Aku belum pernah melihat bekas cakar sebesar itu sebelumnya."
"Hmm? Lalu bekas cakar apa itu?"
Lexia-san dan yang lainnya sepertinya menemukan tempat itu sendiri, gang belakang di Bumi, tidak biasa dan melihat sekeliling. Tapi untuk saat ini, tidak ada gunanya berada di sini lebih lama. Jadi, kami setuju untuk pergi.
"Benar juga! Karena kita sudah berkumpul. Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan ke suatu tempat!"
"Oh! Kedengarannya bagus! Dengan jumlah orang sebanyak ini, mungkin ke pusat olahraga?"
"Atau ke karaoke?"
Ketika semua orang membicarakan tentang apa yang harus dilakukan, kami akan meninggalkan gang belakang... saat itulah hal itu terjadi.
"!?"
Tiba-tiba, aku merasa kedinginan dan keringat dingin keluar di punggungku. Bagaimana aku bisa menggambarkannya? Aku merasakan rasa jijik yang tidak tertahankan.
Aku bingung dengan situasi yang tiba-tiba ini dan tampaknya bukan hanya aku yang merasakan sensasi ini.
"A-Apa ini?"
"Tiba-tiba, aku merasa kedinginan..."
"... Mungkin kita mendapatkan jackpot?"
"Apa maksudmu, jackpot?"
Yukine adalah satu-satunya yang berbicara tanpa beban, tapi semua orang melihat sekeliling dan waspada.
Luna juga melindungi Lexia-san di belakangnya dan tak lama kemudian, dia juga menyiapkan senjatanya, sebuah tali.
"... Yuuya, apa kamu tahu kehadiran apa ini?"
"T-Tidak. Aku juga tidak pernah merasakan kehadiran semacam ini sebelumnya..."
"(Aku akan memberitahumu satu hal, tidak ada tanda-tanda dari Beast Evil atau lainnya.)"
Jika Kuro sudah mengatakan hal itu, maka rasa dingin ini pasti disebabkan oleh entitas yang sama sekali tidak dikenal.
Aku menatap Merl, yang sedang mengoperasikan alat yang terpasang di lengan kirinya sambil bersembunyi dari Ryo dan yang lainnya.
"... Ini aneh. Aku tidak melihat bentuk kehidupan tertentu di sekitarnya..."
Aku sudah mencoba juga dengan kemampuan Presence Detection milikku dan tidak ada reaksi di sekitarku yang terlihat seperti itu.
Untuk keluar dari situasi ini, untuk saat ini, kami mencoba keluar dari gang belakang.
Pada saat itu──.
"Kiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
"!?"
Tiba-tiba, monster yang belum pernah kami lihat sebelumnya muncul tepat di depan kami.
Monster itu memiliki fisik yang tampak seperti siswa sekolah dasar pada pandangan pertama, tapi kepalanya botak dan bersih, tidak mengenakan pakaian di tubuhnya, perutnya sangat bengkak dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan kulit hitam kemerahan.
Ciri yang paling khas dari tubuhnya adalah cakarnya, yang sangat panjang dan tajam, tidak proporsional untuk sosok yang masih anak-anak.
Karena cakarnya begitu besar, monster di depan kami berjalan sambil menyeret cakarnya.
Kemunculan monster yang tidak dikenal ini secara tiba-tiba, membuat semua orang yang berada di tempat itu terkesiap kagum.
Kemudian, monster itu mengalihkan pandangannya yang cekung ke arah kami.
"──"
"Kuh!"
"Yuuya!"
Itu hampir seperti sebuah refleks.
Segera setelah aku dengan cepat menyodorkan tas di tanganku ke depan tubuhku, monster itu menusuk tas itu dengan cakarnya.
"Hahh"
"Kii!"
Setelah menangkis serangan monster itu, aku membuang tas itu dan pada saat yang sama, aku melemparkan diriku ke arah monster itu dan menghantamkan tendangan ke tubuhnya.
Monster itu terlempar oleh tendanganku dan aku berteriak kepada semua orang saat masih di udara.
"Semuanya, lari!"
"Lari, katamu...!"
"──Kishaaaaaa!"
"Kaget. Tendangan Yuuya tidak berhasil sama sekali!"
Monster di depan kami sepertinya tidak mengalami kerusakan sama sekali, meskipun aku pikir aku telah melepaskan tendangan dengan banyak kekuatan.
Namun, bahkan jika aku mencoba melawan monster itu, Kaede dan yang lainnya akan terjebak di tengah-tengahnya dan aku tidak bisa mengeluarkan pedang atau tombak di tengah kota.
Apa yang harus kulakukan...!
* * *
Apa yang harus kulakukan...!
Kemudian Merl dengan cepat mengoperasikan alat yang terpasang di lengannya dan saat berikutnya, Kaede dan yang lainnya tiba-tiba pingsan di tempat.
"A-Are? Entah kenapa aku merasa mengantuk..."
"A-Aku harus pergi dari sini..."
Detik berikutnya, kelompok itu tiba-tiba pingsan di tempat ini.
"Karena situasi darurat, aku sudah menidurkan semua orang untuk sementara waktu. Di saat yang sama, aku juga sudah mengirimkan sinyal radio untuk menghambat pengenalan. Jadi, aman untuk bertarung di sini!"
"Sankyu...!"
Berkat Merl, kami bisa bertarung dan kami masing-masing menyiapkan senjata kami.
"Kaori, Lexia-san! Kalian berdua awasi semua orang yang sedang tidur!"
"Iya!"
"Serahkan saja padaku!"
Kami akan menghadapi monster itu sementara dua orang yang tidak memiliki kekuatan untuk bertarung mengawasi Kaede dan yang lainnya.
Saat itu, aku mengaktifkan skill [Identifikasi] ku...
"Apa-? Diblokir!"
Aku terkejut karena skillku tidak berhasil.
Sementara aku terkejut, Luna berteriak.
"Yuuya, dia datang!"
"Kishaaaaa!"
"Pada satu waktu. Kita lumpuhkan saja dulu."
Yuti sudah memperkirakan pergerakan monster itu dan mencoba melepaskan anak panah, tapi...
"!? Bingung. Aku tidak bisa memprediksinya...?"
"Eh?"
"... Berubah. Bergeser ke serangan normal."
Tak disangka, bahkan kejelian Yuti tak bisa digunakan, tapi Yuti dengan cepat menenangkan kegelisahannya dan menembakkan panah tajam.
Namun, monster itu memblokir serangan itu dengan menggunakan cakarnya sendiri sebagai perisai.
Selain itu, meskipun cakarnya terkena ketika digunakan sebagai perisai, bahkan panah Yuti, yang terbang dengan kecepatan tinggi, tampaknya tidak menimbulkan kerusakan sama sekali.
Namun, fakta bahwa cakarnya sangat besar berarti penglihatan lawan juga terhalang dan Luna tidak melewatkan kesempatan itu.
"Rasakan ini! Spiral!"
Benang yang tak terhitung jumlahnya yang Luna lepaskan digabungkan menjadi satu dan mereka berputar dengan kecepatan tinggi, menuju ke arah monster itu.
Serangan itu adalah teknik ganas yang tidak hanya menembus tubuh lawan tapi juga memberikan lebih banyak kerusakan dengan merobek bagian dalam...
"Kiiiiiiiiiiiiiii!"
"Apa?"
Serangan itu, yang dilepaskan dengan tepat mengeksploitasi celah pada monster itu, memang mencapai tubuh monster itu.
Namun, benang Luna tidak menembus tubuh monster dan menghilang di tempat.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Seranganku tidak berhasil?"
"Lalu bagaimana dengan ini!"
Kemudian Merl mengangkat pisau kecil yang dia ambil dari suatu tempat dan menusukkannya ke cakar monster itu.
"Ini adalah pisau mono-molekuler! Dengan ini, baju besi apa pun bisa──"
"Kishaaaaaaa!"
"Kyaaaah!"
"Merl!"
Anehnya, pisau Merl ditangkis tanpa bisa menimbulkan goresan sedikitpun.
Merl terhempas oleh ayunan lengan monster itu, tapi setelah menyesuaikan posisinya di udara, dia mendarat dengan selamat.
"Tidak mungkin... serangan seperti itu tidak berhasil sama sekali!"
"Jika serangan fisik tidak berhasil, maka...!"
Aku dengan cepat menggunakan Magic Armor, membalut tubuhku dengan kekuatan sihir dan menyerang lagi dengan Omni-Sword di tanganku.
Kupikir aku pasti bisa menyelesaikannya kali ini dengan penguatan dari kekuatan sihir dan efek dari Omni-Sword, tapi──.
"Kishaaaaaaa!"
"Kuh!"
Tiba-tiba, monster itu berteriak.
Gelombang kejut dari suaranya memiliki dampak fisik, menyebabkan dinding di sekitarnya retak dan jendela-jendela bangunan pecah.
Tetapi bahkan saat aku menahan gelombang kejut, aku berhasil masuk ke dalam dada monster itu dan menghunus pedangku──.
"Eh?"
Omni Sword tidak mengiris tubuh monster itu tapi melewatinya seolah-olah baru saja menebas awan.
Dengan cara yang sama, aku sudah bertarung dengan Iblis di dunia lain sebagai lawan yang tidak efektif menggunakan serangan fisik.
Namun, aku bisa memberikan kerusakan padanya dengan menggunakan senjata yang diwarisi dari Zenovis-san, seperti Omni-Sword atau dengan serangan yang mengandung kekuatan magis.
Namun, monster ini tidak bisa dirusak bahkan oleh senjata Zenovis-san, apalagi dengan kekuatan sihir.
Omni-Sword seharusnya bisa memotong benda apapun selama targetnya ada, tapi seolah-olah monster di depan kami tidak ada.
Jika aku mengerahkan kekuatan lagi, area sekitarnya akan berada dalam keadaan yang mengerikan. Jadi, aku bertarung sambil dengan sengaja menyimpan kekuatanku, tapi aku tidak mampu lagi melakukannya.
Oleh karena itu, sebagai sarana yang tersisa, aku juga mengaktifkan Holy Evil Creation dan Otoritas Ilahi dan menyerang monster itu ...
"Kishaaaaaaaaaa!"
"Bahkan otoritas ilahi pun tidak bisa menembusnya, apalagi Holy Evil Creation…!”
Terlepas dari kenyataan bahwa aku sudah menggunakan semacam otoritas ilahi yang sangat kuat, yang mengejutkanku, itu sama sekali tidak bisa menembus monster itu.
Namun, karena serangan lawan bisa menembus kami, kami harus bertahan.
"Nee, Yuuya! Jika kita tidak mengalahkannya, akan ada korban di antara kita.."
"Ya, aku tahu. Tapi...!"
Aku tidak bisa memikirkan jalan keluar dari situasi ini dan aku mati-matian mencoba memikirkan sesuatu untuk dilakukan.
"Ugh!"
"Yuuya!"
Tiba-tiba, aku merasakan panas yang naik dari kedalaman tubuhku.
Sementara aku bingung dengan situasi yang tiba-tiba itu, panas itu perlahan-lahan memenuhi seluruh tubuhku dan meluap keluar dari tubuhku.
Kemudian, aura ungu yang aneh mulai muncul dari tubuhku.
Seolah-olah aku bereaksi terhadap monster di depanku.
"A-Apa ini...?"
Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merasa ini adalah kedua kalinya aku memanifestasikan kekuatan ini.
Tapi aku yakin aku belum pernah melihat kekuatan semacam ini sebelumnya.
Aura ungu yang meletus dari tubuhku berkilauan dan membungkus Omni-Sword seperti itu.
Aku terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba itu, tetapi Luna dan yang lainnya melihatku lebih terkejut lagi.
"Yu-Yuuya... kekuatan apa itu...?"
"Entah kenapa, aku tidak bisa menghentikan tubuhku yang bergetar...!"
"Ketakutan. Saat aku melihat kekuatan itu, aku bergidik..."
"Eh?"
Bagiku, agak menakutkan bahwa aura tak dikenal mulai muncul dari tubuhku, tapi aku tidak memiliki perasaan takut yang sama seperti Luna dan yang lainnya.
Namun, sepertinya bukan hanya Luna dan yang lainnya yang merasakan ketakutan dari aura ini, dan monster di depan kami, yang telah mengamuk, mengubah perilakunya.
"Ki-kishaaaaaa..."
Monster itu mulai mundur seolah-olah ketakutan oleh kekuatan ungu ini.
... Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi dengan kekuatan ini...!
Ketika aku menyerangnya dengan seluruh kekuatanku di tanganku yang memegang Omni-Sword, monster itu menunjukkan tanda melarikan diri untuk pertama kalinya dalam pertarungan ini dan menunjukkan punggungnya padaku.
Aku tidak melewatkan kesempatan itu dan mengayunkan Omni-Sword dan aku bisa memotong monster itu, yang serangan kami sebelumnya tidak efektif, menjadi dua.
"Ki-kiki-kii──..."
Dan monster itu, yang tubuhnya telah terpotong, hancur dan menghilang seperti abu di tempat.
"A-Apa sudah berakhir...?"
Untuk sementara, aku mengangkat Omni-Sword dan tetap waspada, tapi tidak ada tanda-tanda kebangkitan monster itu.
Aura ungu yang menyelimuti tubuhku beberapa menit yang lalu menghilang seolah tidak ada yang terjadi.
"Kekuatan apa itu...?"
"Yuuya-sama─!"
Saat aku menatap tercengang ke arah tanganku, Lexia-san dan Kaori berlari menghampiriku.
"Yuuya-sama! Apa kamu baik-baik saja?
"Eh? Ah, ya. Aku baik-baik saja, tapi... di mana Kaede dan yang lainnya?"
"Kaede-san dan yang lainnya aman!"
Kata-kata Kaori membuatku sedikit lega.
Tapi...
"Kerusakan ini... apa yang harus kita lakukan...?"
Gang belakang berada dalam kondisi yang sangat buruk karena pertarungan melawan monster itu lebih sulit dari yang diperkirakan.
"Oh, ya! Mungkin aku bisa melakukan sebanyak ini dengan otoritas ilahi..."
Ketika aku mengaktifkan otoritas ilahi dengan pikiran dan mengalihkan perhatianku ke sekeliling, dinding dan tanah di sekitarnya, yang telah hancur lebur dan memar, langsung dikembalikan ke keadaan semula.
Melihat ini, mata Lexia-san dan Kaori membelalak.
"Yuuya-sama, kapan kamu memperoleh kekuatan seperti itu?"
"I-Itu luar biasa... Apa itu juga sihir...?"
"T-Tidak, ini adalah jenis kekuatan yang berbeda..."
"... Tanpa aku sadari kamu menjadi semakin kuat."
Apakah aku menjadi lebih kuat atau tidak, tidak ada keraguan bahwa aku telah memperoleh banyak kekuatan.
Namun, sudah pasti bahwa otoritas ilahi milikku, Iris-san dan yang lainnya tidak sekuat para pengamat yang tinggal di alam surga.
Para pengamat bahkan dapat menciptakan kehidupan dengan otoritas ilahi ini, tetapi kami tidak memiliki kekuatan seperti itu.
Ini mungkin akibat dari fakta bahwa para pengamat harus berhenti menjadi manusia untuk selamanya.
Meski begitu, tampaknya otoritas ilahiku pun dapat melakukan hal-hal seperti mengembalikan bangunan seperti ini ke keadaan semula tanpa masalah.
"Ayo tinggalkan tempat ini untuk saat ini."
"Benar. Ayo kita gunakan perangkat anti-gravitasi untuk membawa semua orang pergi sambil mengaktifkan gelombang radio yang menghambat pengenalan."
Jika kami tinggal di sini terlalu lama, tidak ada jaminan bahwa monster itu tidak akan muncul lagi. Jadi, kami menyelinap keluar dari gang belakang dan beristirahat di taman terdekat, menunggu semua orang bangun.
"... Hmm? E-Eh? Di mana aku?"
"Oh, kau sudah bangun?"
"Mn? Yu-Yuuya-kun!"
Ketika aku memanggil Kaede, yang merupakan orang pertama yang terbangun, ia melompat dengan panik.
Mungkin karena terkejut oleh suara itu, yang lainnya pun ikut terbangun.
"Hmm? A-Apa aku tertidur?"
"Nn! Ada apa? Kenapa aku ada disini...?"
"S-Seperti yang aku ingat, Yukine-san menyarankan agar kita pergi untuk melihat dimana fenomena misterius itu terjadi..."
"A-Ahaaaahhh! Benar! Apa yang terjadi dengan makhluk misterius itu?"
Kaede melihat sekeliling dengan panik saat dia mengingat monster itu.
Faktanya, Merl telah menidurkan semua orang dalam keadaan darurat, tapi ingatan melihat monster itu tidak bisa dihapus.
Mendengar kata-kata Kaede, Rin dan yang lainnya juga teringat saat itu dan buru-buru melihat sekeliling...
"E-Eh? Ini, taman?"
"Ya. Makhluk itu sudah lenyap.."
"Lenyap, katamu...?"
"... Sayang sekali. Padahal aku ingin mengambil foto makhluk misterius itu."
"Luar biasa!"
Untuk saat ini, kami merahasiakan bahwa kami sudah mengalahkan monster itu dan ceritanya mengarah pada lenyapnya monster itu secara spontan... Bagaimana mungkin Yukine mengatakan hal seperti itu setelah apa yang terjadi sebelumnya? ... Dia pasti punya banyak keberanian.
Bagaimanapun, setelah apa yang terjadi, aku tidak ingin nongkrong lagi. Jadi kami memutuskan untuk berpisah di sini.
* * *
"──Itulah yang terjadi."
"Monster, ya..."
"Woof?"
"Fugoo."
"Pii!"
Ketika aku kembali ke rumah, aku memberi tahu Ouma-san dan yang lainnya tentang kejadian hari ini, tapi dia menatapku dengan tatapan curiga.
"Monster tak dikenal, bukan Beast Evil atau apapun itu, tiba-tiba muncul di kota? Aku tidak merasakan kehadiran seperti itu, kau tahu?"
"Eh, kau tidak menyadarinya, Ouma-san?"
"Oh. Bukankah itu hanya imajinasimu saja?"
"Itu bukan imajinasiku... Aku benar-benar bertarung dengannya..."
Tentu saja, Ouma-san akan bisa merasakan dengan segera jika seekor Beast Evil muncul di Bumi dalam keadaan berada di rumah ini.
Bahkan Ouma-san, yang memiliki kekuatan sebesar itu, tidak bisa mendeteksi monster itu kali ini.
"Aku tidak berbohong! Aku mengalami waktu yang cukup sulit dengan itu!"
"I-Itu benar. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
"Benar."
"Aku tidak bisa mempercayainya...?"
Lexia-san dan yang lainnya sudah mengatakannya, tapi Ouma-san masih tidak percaya.
Saat aku mencoba mencari tahu bagaimana aku bisa membuatnya percaya, aura ungu misterius itu tiba-tiba meluap dari tubuhku.
"E-Eeh? Kenapa tiba-tiba?"
"Yu-Yuuya? Kekuatan apa itu...?"
Ouma-san sepertinya tidak tahu tentang kekuatan ini dan menatapku dengan ekspresi heran.
Aku menyadari bahwa aura ungu yang meluap dari tubuhku bereaksi terhadap sesuatu.
Sebelumnya aura itu berkilauan seolah-olah muncul dari tubuhku, tapi sekarang mengalir ke arah itu seolah-olah ditarik oleh sesuatu.
"Sebelah sini...?"
"H-Hei!"
Seolah dipandu oleh aura ungu, aku tiba di ruang penyimpanan di mana [Pintu ke Dunia Lain] ditempatkan.
Ada banyak hal misterius yang dikumpulkan Kakek di ruangan itu.
Kemudian, aku melihat apa yang tampak seperti gulungan yang sangat tua di rak di ruang penyimpanan.
Sepertinya aura ungu merespon gulungan ini.
Lexia-san dan yang lainnya menatapku dengan penuh ketertarikan saat aku bergerak seolah dipandu oleh aura ungu.
Dan ketika aku meraih gulungan itu──.
"Hohoho! Sudah lama sekali sejak aku berada di dunia ini──Uhuk, uhuk, uhuk! Eh, ada apa dengan semua debu ini?"
Aura ungu dan gulungan tua itu bereaksi satu sama lain dan tiba-tiba seorang pria muncul di ruang penyimpanan.
Post a Comment