-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 6 Chapter 1

Chapter 1 - Siswa Teladan dan Anak Berandalan

Sejak pertemuan pertama Naoya dengan Koyuki, tanpa sadar musim telah berputar satu putaran penuh. Kembali lagi ke musim di mana bunga sakura berjatuhan. Menjelang tahun ajaran baru, terdapat campuran antara harapan dan sedikit kekhawatiran di hati setiap orang. Dan tentu saja, angin baru juga berhembus di sekolah itu, SMA Otsuki.

Di ruang kelas 1 tahun ketiga,

    “M-Mengapa...?”

Koyuki gemetar dan wajahnya pucat, napas yang keluar dari bibirnya sangat terengah-engah. Rambutnya yang biasanya teratur pagi ini benar-benar berantakan, dan dia berdiri di mejanya dengan susah payah. Meskipun dia adalah seorang gadis yang cantik dan mempesona, ekspresi wajahnya saat ini membuatnya terlihat lebih menyedihkan lagi. Koyuki menghantam mejanya dengan kepalan tangannya dan berteriak sekuat tenaga,

    “Kenapa kamu ada di kelasku, Naoya-kun!?”

    “Lho, seharusnya itu membuatmu senang kan. Kenapa kau malah terlihat sedih?”, Naoya memberikan komentar tersebut padanya.

Mereka berada di kelas yang berbeda pada tahun kedua, tapi tahun ini mereka berada di kelas yang sama seperti yang terlihat sekarang. Dan kebetulan, karena nama belakang mereka adalah Sasahara dan Shirogane, tempat duduk mereka pun sangat dekat. Benar-benar kebetulan yang menguntungkan bagi Naoya.

Itu sebabnya Naoya tampak sangat senang, tetapi Koyuki tetap merasa terpuruk. Dia terlihat begitu tertekan walaupun sepertinya dia tidak akan segitu putus asanya jika dunia ini akan hancur. 

Bahkan Naoya sendiri pun tidak tahan melihatnya.

    “Jadi, kau tidak puas sekelas denganku? Padahal aku adalah pacar kesayanganmu.”

    “Itulah yang aku benci darimu!”

Sambil hampir menangis, Koyuki melayangkan protesnya, dan pada saat itu, sekelompok siswa masuk ke dalam ruang kelas. Kelompok tersebut berisikan tiga siswi, dan di antara mereka, ada wajah-wajah yang tidak asing bagi Naoya.

Begitu mereka melihat Koyuki, mereka mengangkat alis mereka dan mendekatinya dengan senyuman yang lebar.

    “Oh, itu Shirogane-san. Kita sekelas lagi ya, dan ada suamimu juga.”

    “Ku dengar kalian sudah bertunangan baru-baru ini. Selamat ya!”

    “Karena kita sekelas sekarang, kasih tahu kesanmu nanti ya.”

Masing-masing dari mereka menepuk bahu Koyuki sebelum akhirnya pergi meninggalkannya. Sulit membayangkan interaksi mereka saat ini jika mengingat masa lalu Koyuki sebagai 'Putri Salju yang Berbisa' dan dijauhi oleh orang-orang.

Menurut Naoya, Koyuki seharusnya sangat bahagia sekarang, akan tetapi──.

    “Ughuuuu...!”

Koyuki tertelungkup di atas meja dan mengeluarkan suara-suara aneh. Namun, tak lama setelah itu, dia tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menyerang Naoya. Wajahnya memerah dan matanya berkaca-kaca.

    “Ini karena acara pernikahan bodoh yang kamu rencanakan! Sekarang semua orang di sekolah sudah tahu tentang hal itu, kan!? Sudah jelas kan aku bakal jadi pusat perhatian karena sekelas denganmu!”

    “Ternyata ungkapan 'tidak ada yang dapat disembunyikan dari orang lain' memang benar ya.”, balas Naoya.

Pada hari itu, yang juga merupakan hari ulang tahun Koyuki, Naoya mengadakan upacara pernikahan sebagai bagian dari lamarannya. Upacara itu berupa acara kecil yang hanya mengundang kerabat-kerabat terdekatnya. Tetapi selama semester ketiga, rumor itu telah menyebar secara perlahan dan bertahap. Dan akhirnya, sekarang seluruh orang di sekolah sudah mengetahuinya.

Karena hal tersebut, mereka berdua sekarang menerima lebih banyak senyuman dari orang-orang dibandingkan sebelumnya.

    “Astaga, yang benar saja...”, Koyuki menghela napas panjang dan duduk di kursinya. Kemudian dia menatap Naoya dengan tatapan kesal.

    “Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Padahal sekarang ini waktu yang penting sebelum ujian masuk universitas, tapi aku pasti akan diganggu sama Naoya-kun.”

    “Dengan kemampuan akademismu, kau bisa masuk ke universitas mana saja kan, Koyuki.”

    “Kalau bukan karena elemen pengganggu sepertimu, aku pasti akan lulus dengan mudah!”

Koyuki terus mencacinya. Lalu ia menyandarkan bahunya dan menghela napas lagi.

    “Maksudku, Naoya-kun mungkin melakukan sesuatu di balik layar, kan...kalau tidak, kebetulan seperti ini tidak mungkin bisa terjadi.”

    “Beneran, aku tidak melakukan apa-apa. Memangnya aku ini Raja Iblis apa, bisa sampai segitunya.”

    “Ah yang benar...”, Koyuki masih menatapnya dengan curiga.

Naoya benar-benar tidak bersalah dalam hal ini. Memang, ia sangat ingin berada di kelas yang sama dengan Koyuki, tapi ia tahu bahwa melakukan sesuatu di balik layar itu curang. Jadi ia menahan diri untuk tidak melakukannya.

Lalu, bagaimana mereka bisa berada di kelas yang sama seperti ini?

Alasannya sudah jelas.

    Jika dia berada di kelas yang sama dengan Shirogane, bukankah Sasahara akan lebih tenang?”

    “Tidak ada pilihan lain...jadi, mari kita lakukan itu untuk tahun ini. Apakah ada yang keberatan?”

    ““Tidak ada.”““

Naoya punya firasat kalau rapat staf seperti itu telah diadakan.

    Apakah aku ini berbahaya atau semacamnya?

Mungkin ini saat yang tepat baginya untuk melakukan sesuatu terhadap reputasi buruknya yang telah menyebar di dalam dan di luar sekolah.

Saat Naoya memikirkan hal tersebut sambil melihat Koyuki yang sedang tertekan──.

    “Selamat pagi, Koyuki-chan!”

    “Kyaaaah!”

Koyuki pun menoleh dengan kaget ketika suara yang cerah tersebut menyerangnya secara tiba-tiba. Suara tersebut berasal dari Emika. Ia memeluk Koyuki dari belakang dan mengusap-usap pipinya.

    “Beruntungnya bisa sekelas lagi tahun ini! Ayo kita nikmati masa-masa sekolah terakhir kita, Koyuki-chan!”

    “Eh, Emi-chan...”

    “Umm, jangan lupakan aku juga.”

    “Ada Yui-chan juga ya...!”

Yui juga ikut muncul dari belakangnya.

Koyuki sedikit termenung saat melihat mereka berdua, tetapi kemudian dia menangis.

    “Uwaa, sahabat terbaikku...! Kalian satu-satunya yang bisa mengobati hatiku sekarang!”

    “Eh? Ada apa nih tiba-tiba?”

    “Naoya mengganggumu lagi ya?”

    “Jangan asal tuduh ya.”

Naoya hanya bisa mengeluh saat mendapat pandangan sinis dari Yui. Sementara itu, Tatsumi dan Arthur saling bertatapan.

    “Bisa-bisanya ya semuanya berkumpul di sini.”

    “Masih dengan wajah-wajah yang sama ya...”

Anehnya, semua anggota kelompok yang sudah akrab itu bisa berkumpul di satu kelas yang sama, kelas 3-1. Setelah menyadari hal ini, Koyuki semakin menatap Naoya dengan curiga.

    “Sudah kuduga...ini pasti ulah Naoya-kun, kan?”

    “Sudah kubilang bukan, kan.”

Naoya segera menyangkalnya. Meskipun anggota yang lainnya juga menatapnya sambil berpikir, 'Benar kan, pasti dia yang melakukannya...', dia memilih untuk mengabaikannya karena malas menghadapinya.

    “Koyuki sendiri juga akan lebih tenang kan kalau banyak yang sudah kau kenal di sini.”

    “Iya sih, tapi... Mmm...”

Koyuki menggerutu dengan ekspresi sulit di wajahnya. Meskipun dia perlahan-lahan bisa mengatasi rasa malunya, ia seringkali masih ragu untuk terjun langsung ke dalam kerumunan orang-orang asing. Karena itu, menghadapi tahun ajaran baru dengan dikelilingi oleh teman-temannya akan menjadi kesempatan baginya untuk merasa lebih nyaman dan menikmati semuanya secara alami. Koyuki tampak menyadari hal itu. Setelah beberapa saat merenung, dia akhirnya menghela napas pasrah.

    “Ya sudahlah. Mau gimana lagi, aku akan menutup mata dari aktivitas gelapmu, Naoya-kun.”

    “Terima kasih. Tapi aku benar-benar tidak melakukannya, oke?”

    “Iya, iya. Anggap saja begitu.”, Koyuki hanya melambaikan tangannya. Ia tak menanggapi dengan serius pembelaan dari Naoya.

Tatsumi dan yang lainnya juga saling bertatapan dan berbisik.

    “Lebih aneh tidak sih kalau dia tidak melakukannya...”

    “Iya...seperti yang diharapkan dari si Raja Iblis.”

    “Btw, Claire senang bisa sekelas dengan Sakuya-kun lagi. Terima kasih, Naoya! Ini pasti berkat kau!”

    “Sudah kubilang bukan aku yang melakukannya...tapi ya sudahlah. Iya, iya, aku ini si Raja Iblis.”

Naoya hanya bisa mengangkat bahunya. Sepertinya menyangkalnya lebih jauh lagi akan tetap sia-sia saja, dan ini adalah kesempatan baginya untuk merenungkan kembali tingkah lakunya sehari-hari. 

Di tengah suasana yang serius itu, hanya Emika yang tersenyum dengan lebar. Ia masih memeluk Koyuki sambil mengusap pipinya dengan bersemangat.

    “Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepada Sasahara-kun. Soalnya aku bisa sepenuhnya mencintai idolku tahun ini!”

    “Huh, idol? Apa maksudmu...?”, Koyuki menoleh dan menatap tajam teman masa kecilnya yang semakin bersemangat itu.

    “Emi-chan, kamu nanti juga akan ikut ujian masuk, kan? Apa kamu yakin bisa terus bersantai begitu?”

    “Tentu saja aku tidak akan mengabaikan persiapanku. Dan itu mungkin akan membuat rasa cintaku lebih berat lagi☆”

    “Lebih berat lagi...!? T-Tolong jangan sampai segitunya ya...”

Koyuki hanya bisa memalingkan wajahnya dengan tercengang. Setengah tahun yang lalu ia akhirnya berdamai dengan Emika setelah bertahun-tahun terlibat dalam kesalahpahaman. Ikatan yang terjalin setelah melewati lika-liku seperti itu seharusnya menjadi sangat kuat, namun masih tampak sedikit keragu-raguan di antara mereka. Sambil memandang kedekatan mereka, Naoya memanggil Emika.

    “Btw, Ketua, terima kasih buat sebelumnya. Album yang kuminta sudah sampai, foto-fotonya bagus banget.”

    “Iya dong, gampang itu mah! Untuk acara kemaren aku sampai beli kamera baru dan mengikuti pelatihan!”

    “Wah sampai segitunya ya...”

Pada acara pernikahan tersebut, Emika dan Sakuya bekerja sama sebagai fotografer profesional. Sudut pengambilan dan pencahayaan setiap foto terlihat sempurna, dan semua foto itu meninggalkan kenangan yang indah. Itulah mengapa Naoya merasa berhutang budi kepadanya, tetapi Koyuki menekan keningnya dan terlihat tidak nyaman.

    “Entah bagaimana perasaanmu, tapi ini adalah kehidupan SMA terakhirmu, oke? Cobalah untuk memperhatikan orang lain selain aku, Emi-chan.”

    “Aku tak bisa memikirkan sesuatu yang lebih penting dibanding Koyuki-chan. Tapi sebenarnya, apa maksudmu?”

    “Mmm, yah...”

Koyuki berpikir serius untuk beberapa saat. Dari sudut pandang Koyuki, ia ingin menyadarkan teman masa kecilnya itu agar tidak membuang masa mudanya.

Koyuki lalu menepuk kedua tangannya dan berkata dengan penuh kemenangan.

    “Oh iya! Bagaimana kalau kamu mencari pacar?”

    “Hee?”

Emika sangat terkejut saat mendengarnya, reaksinya benar-benar menunjukkan bahwa hal tersebut di luar dugaannya. Ia pun menarik diri dari Koyuki, dan melambaikan tangannya ke udara sambil tersenyum pahit.

    “Tidak, tidak mungkin. Penampilanku lho sederhana, mustahil bagiku untuk menjadi populer.”

    “Ee...masa sih. Aku yakin Emi-chan akan populer kalau kamu mau berusaha.”

    “Tidak, tidak. Koyuki-chan kurang pandai ya menilai orang.”

Koyuki tetap melihatnya dengan ragu, sementara Emika menolaknya dengan tegas. Lalu──.

    “Koyuki-chan, Koyuki-chan.”

    “Mn? Ada apa, Yui-chan?”

Sambil tersenyum-senyum, Yui memotong pembicaraan mereka dan berkata──.

    “Bukankah Ketua sangat aktif di festival budaya? Ia mengatur kostum untuk semua orang dan mengumpulkan orang-orang dengan kostum pelayan.”

    “Ya, terus kenapa?”

    “Setelah itu, nih lihat, kotak sepatu Ketua benar-benar menakjubkan, bukan?”

Koyuki melihat ponsel yang disodorkan oleh Yui, dan wajahnya menegang.

    “Wah, tumpukan surat apa ini...”

    “Tunggu!? Yui, kamu beneran memfotonya ya!?”, ujar Emika dengan panik dan tergesa-gesa menyita ponsel Yui.

Sesaat sebelum disita, terlihat sekilas foto yang menunjukkan tumpukan kertas surat yang memenuhi sebuah kotak sepatu. Meskipun Naoya, yang sudah tahu seberapa populernya Emika, merasa sedikit terkejut ketika dihadapkan dengan kenyataannya. Ia mengelus dagunya sambil menggerutu.

    “Wow, ternyata ada FMC romcom yang nyata di sini ya.”

    “Jangan bilang itu semua isinya surat cinta, Emi-chan. Apakah kamu menolak semuanya!?”

    “Ada surat penggemar juga kok, jadi bukan semuanya!”

Wajah Emika memerah dan ia membuat huruf 'X' dengan tangannya. Memang benar terdapat surat penggemar juga...tapi kemudian Naoya membeberkan faktanya,

    “Tapi delapan puluh persen isinya adalah surat cinta, kan.”

    “Orang ini walaupun berpenampilan normal, tetap saja populer. Ditambah lagi ia berpenampilan seperti gyaru saat berada di luar, jadi banyak yang terpesona dengan 'gap' itu.”

    “M-Menakjubkan...”, tambah Yui.

Sementara itu Koyuki berdeham lalu mengalihkan pandangannya ke Emika.

    “Jadi, kamu ternyata sudah populer kan. Masa kamu belum pernah bertemu seseorang yang baik sebelumnya?”

    “S-Soalnya, aku tidak terlalu mengerti tentang berpacaran dengan cowok...kalau cuma temenan saja, gapapa.”

Sambil tersipu malu, Emika berbicara dengan terbata-bata. Sebagai seseorang yang selalu mendorong Koyuki sebelumnya, kali ini ia terlihat begitu canggung. Meskipun begitu, ia masih berusaha keras untuk melawan, tetapi──

    “Koyuki-chan juga sudah sering ditembak sejak tahun pertama! Jadi, aku sendiri masih tidak ada apa-apanya kan.”

    “Ya benar sih, tetapi...bahkan aku sendiri belum pernah mendapatkan yang sebanyak itu.”

    “T-Tidak mungkin...”

Koyuki dengan santai membalasnya. Sementara itu, Naoya mengangguk dengan perlahan di sampingnya.

    Yah, kenyataannya yang sebenarnya populer itu memang Ketua. Kalau dipikir-pikir lagi.

Di antara seorang gadis cantik yang ditakuti dan memiliki julukan ‘Putri Salju yang Berbisa’ dengan siswa teladan yang berperan sebagai ketua kelas dan baik hati kepada semua orang, sudah jelas bahwa siswa teladan itu akan lebih populer, meskipun tidak mencolok.

Karena semua orang menatapnya dengan hangat, Emika semakin merasa tidak nyaman.

    “Uuu...sudahlah, cukup membahas tentang aku! Pokoknya sampai di sini saja!”

Ia mencoba untuk mengakhiri pembahasan itu dengan menepuk tangannya. Sikap tegasnya memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun, itu tidak berpengaruh pada Koyuki.

    “Oho, tidak semudah itu.”

    “Hee? Koyuki-chan, kenapa kamu terlihat begitu menakutkan?”

Koyuki tiba-tiba berdiri dan meraih tangan Emika. Kemudian dengan tatapan yang lurus dan mata yang berbinar-binar, ia berkata.

    “Aku ingin sikap Emi-chan bisa lebih terkendali kedepannya. Jadi...aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu menemukan seseorang yang luar biasa!”

    “Itu bukan urusanmu, dan kamu pasti terhibur kan!? Sasahara-san, istrimu ini sangat buruk!”

    “Apa maksudmu istrinya! Kamu harus membayar semua ejekanmu sebelumnya...!”

    “Iya-iya, jangan kasar-kasar di dalam kelas, oke.”

Emika melarikan diri dan Koyuki mengejarnya. Namun dengan segera kejar-kejaran yang terjadi di ruang kelas yang sempit itu berakhir.

    Brukk!

    “Ukyaa!?”

Emika menabrak seseorang yang baru saja memasuki ruang kelas.

    “Astaga, Emi-chan, apa kamu baik-baik saja...Ehh!?”

Koyuki yang awalnya mengkhawatirkannya, tiba-tiba mengeluarkan jeritan kecil ketika melihat orang yang Emika tabrak.

    “Aa...?”

Orang itu adalah seorang siswa dengan mata yang tajam. Lengannya yang terlihat dari seragamnya yang berantakan penuh dengan luka gores. Selain itu, dia cukup tinggi. Bagi Koyuki yang kecil, dia tampak seperti sosok yang begitu besar.

Melihat Koyuki yang ketakutan dan Emika yang memegangi dahinya, anak laki-laki itu mengerutkan keningnya.

    “…Suzuhara? Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?”

    “Auch... Maaf ya, Fushitora-kun. Aku menabrakmu.”

Berbeda dengan Koyuki, Emika masih bersikap seperti biasanya. Ia menundukkan kepalanya dengan pelan, kemudian memberikan senyuman yang cerah kepada anak laki-laki tersebut.

    “Kita sudah sekelas sejak tahun pertama kan, mohon kerjasamanya lagi tahun ini!”

    “...Yo.”

Anak laki-laki itu membalas Emika dengan datar, lalu pergi ke tempat duduknya dengan membawa tasnya. Kemudian, Koyuki mendekati Naoya dan berbisik padanya.

    “Hei, dia pasti siswa berandalan kan...!”

    “Siswa berandalan?”

Naoya hanya memiringkan kepalanya. Meskipun ini adalah pertama kalinya mereka berada di kelas yang sama, Naoya tentu saja sudah mengenalinya. Nama anak laki-laki itu adalah Ryuichi Fushitora, dan sebenarnya dia sudah cukup terkenal.

    “Tch...”

Mungkin karena menyadari tatapan Naoya, Ryuichi memandang sekilas ke arah mereka. Namun, dengan segera ia berpaling dan menghela napas dengan keras. Tatsumi lalu berkomentar dengan nada kecewa.

    “Jadi, Ryuichi juga ada di sini toh. Kelas ini penuh dengan wajah yang aku kenal.”

    “Ah, aku mungkin pernah mendengar tentangnya. Dia selalu terluka dan sering terlambat. Apakah dia bos di sekolah ini?”

    “Bos...! Seperti ninja atau samurai, ternyata beneran ada ya!”

Mata Arthur berbinar-binar dengan antusias. Meskipun sudah setengah tahun sejak ia datang ke Jepang, kebanyakan pengetahuannya masih dipengaruhi oleh manga.

Terlepas dari antusiasme tersebut, wajah Koyuki tetap pucat. Sepertinya ia masih bingung setelah bertemu seseorang yang begitu asing baginya.

    “Aww... Apakah aman sekelas dengan orang yang menakutkan seperti itu?”

    “Iya kah? Tapi, aku tidak merasa takut sih dengannya.”

Emika hanya membalasnya dengan santai. Koyuki menepuk bahu teman masa kecilnya itu dengan lembut dan berkata padanya seolah-olah menegurnya.

    “Emi-chan... Itu sebabnya kamu populer, tahu.”

    “Apa maksudmu 'itu sebabnya'!? Aku ini tidak populer, oke!?”

Emika berseru dengan keras──.

    “Cih...”

Ryuichi diam-diam menggertakkan lidahnya. Naoya dengan tajam melihatnya dan tidak melewatkan momen tersebut.

 

***

 

Dengan demikian, semester baru yang cerah dimulai. Pada hari itu, hanya ada upacara pembukaan dan aktivitas kelas ringan di pagi hari. Teman-temannya yang lain memiliki kegiatan klub atau urusan lainnya, sehingga Naoya dan Koyuki berjalan pulang bersama. Hari ini, mereka memilih rute melalui taman untuk berjalan-jalan. Mungkin karena cuaca yang hangat sejak pagi, taman terasa menyenangkan di setiap sudutnya. Ada anak-anak kecil bermain di sana, karyawan yang sedang makan siang, serta merpati yang mencari sisa-sisa makanan. Di tengah pemandangan yang damai seperti itu ──.

    “Muuu...”

Koyuki terlihat dalam kebingungan. Alisnya berkerut dan wajahnya cemberut. Dia terlihat tegang, bahkan membuat anjing kecil yang melewatinya terkejut. Sementara itu, Naoya yang berjalan di sampingnya tersenyum dengan riang.

    “Walaupun kau sedang cemberut, Koyuki tetap terlihat menggemaskan.”

    “Iya, iya. Baguslah kalau begitu.”

Koyuki mengucapkan kata-kata pujian itu tanpa banyak mengubah ekspresinya. Namun, ekspresinya sedikit melunak. Di dalam hatinya, dia sedikit bahagia dengan pujian itu. Oleh karena itu, Naoya semakin tersenyum. Dari sudut pandang orang lain, mungkin dia terlihat seperti seseorang yang masokis.

    “Kenapa sih, kau sedang bingung memilih makan siang?”

    “Ya engga lah. Aku sedang memikirkan Emi-chan.”

Koyuki menggeram dengan wajah yang muram. Sepertinya dia masih memikirkan apa yang mereka bicarakan di pagi hari. Lalu ia mengepalkan tangannya dengan erat, dan api semangat yang menyala terlihat di wajahnya.

    “Aku tidak akan menyerah. Tahun ini, aku akan menemukan sesuatu yang bisa membuat Emi-chan tertarik dibandingkan dengan diriku! Kalau tidak, aku tidak akan tahan...!”

    “Mungkin lebih baik kau menyerah, sih.”

    “Tidak akan! Kalau begini terus, aku pasti akan lebih sering mendapatkan tatapan-tatapan itu!”

Koyuki memukul lembut tubuh Naoya yang sedang tersenyum masam. Setelah dirinya sekelas dengan Naoya, dia tidak bisa menghindari antusiasme Emika. Dan hal itu benar-benar mengganggunya.

    Sebenarnya kalau dia meminta Ketua untuk berhenti, Ketua pasti akan memakluminya. Mungkin dia tidak ingin bersikap kasar pada teman masa kecilnya.

Naoya melihat Koyuki yang tampak serius dengan tatapan hangat. Tanpa menyadarinya, Koyuki masih terjebak dalam pemikirannya.

    “Cara yang paling mudah adalah dengan mencarikannya pacar...tapi dia sangat populer. Naoya-kun, apakah ada pria yang bisa kamu kenalkan ke Emi-chan?”

    “Kau sendiri tahu sirkelku, kan? Hanya teman-teman kita biasanya dan beberapa orang yang aku kenal melalui konsultasi percintaan. Dan kurasa, mereka semua tidak memiliki peluang dengan Emika.”

    “Atau mungkin pria-pria berandalan yang kamu taklukan...tidak mungkin sih ya.”

Koyuki menghela napas panjang. Karena berbagai alasan, Naoya tahu segala kelemahan para berandalan di sekitarnya. Karena itu, jumlah kasus kenakalan remaja di kota itu menurun secara drastis dalam setahun terakhir. Bahkan beberapa hari lalu, ia mendapatkan hadiah dari seorang pejabat kepolisian melalui ayahnya. Namun ia merahasiakannya dari Koyuki karena ia tahu Koyuki akan semakin merasa aneh jika ia mendengarnya.

Di sisi lain, Koyuki masih tidak menyerah dengan gagasannya. Ia lalu melanjutkan percakapannya sambil menganggukkan kepalanya.

    “Aku juga tidak punya siapa-siapa untuk dikenalkan kepadanya. Apa ya yang harus kita lakukan...mn?”

Lalu, tiba-tiba ia berhenti. Dengan raut wajah heran, Koyuki menatap ke arah semak-semak, dan tiba-tiba tersentak. Dia menarik lengan Naoya dengan keras dan berbisik padanya.

    “N-Naoya-kun! Lihat! Di sana!”

    “Hee, itu kan Fushitora.”

Naoya melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Koyuki dan ikut terkejut. Di balik semak-semak itu, terdapat pepohonan yang tumbuh berderet-deret dan rumput liar yang tumbuh ke segala arah. Di bawah naungan pohon tersebut, ada seorang siswa laki-laki yang baru saja berinteraksi dengan Koyuki pagi ini──Ryuichi Fushitora. Dengan wajah muram, dia menatap kotak karton di kakinya.

Koyuki lagi-lagi menarik lengan Naoya dengan kuat, sambil berbisik pelan.

    “Si anak berandalan itu! Dan lihat, di dalam kotak itu! Ada seekor kucing liar!”

    “Oh, iya. Ada kucing hitam di sana.”

Naoya menganggukkan kepalanya dengan santai. Dari dalam kotak terdengar suara gemerisik. Tak lama kemudian, seekor anak kucing berwarna hitam muncul dari dalam kotak tersebut. Kucing tersebut membuka matanya yang bulat, dan dengan polos mengeluarkan suaranya yang nyaring.

    “Miiuー”

    “...Tch.”

Ryuichi mengerutkan alisnya lebih dalam lagi dan menggeretakkan lidah dengan keras. Dia perlahan-lahan membungkuk dan dengan lembut mengulurkan tangannya ke anak kucing tersebut. Melihat hal ini, wajah Koyuki semakin pucat seolah-olah ia akan pingsan.

    “Jangan-jangan dia mau menyiksa kucing itu...!”

    “Eh, dia? Engga kok. Coba lihat lagi deh.”

    “Kok bisa sih kamu bersikap santai begitu...eh!?”

Pada saat Koyuki tersentak, tangan besar Ryuichi mencapai kucing tersebut. Dia dengan lembut mengelus dahi kecilnya seperti sedang menyentuh sesuatu yang sangat rapuh. Dan ketika kucing itu membuka dan memejamkan matanya dengan tenang, dia dengan lembut mengangkatnya dengan kedua tangannya. Dia mengayun-ayunkan tangannya dan mencoba menenangkannya, lalu ia berkomentar dengan nada kesal.

    “Sialan, kucing ini pasti dibuang...masih saja ada orang yang bertindak seburuk itu.”

    “Miiuー”

    “Kau pasti lapar ya. Semuanya baik-baik saja kok sekarang.”

    “Miiu!”

Kucing itu merespons dengan suara yang lebih keras, seolah-olah setuju dengan apa yang Ryuichi katakan. Ryuichi semakin tidak tega ketika melihat responnya──sementara itu, Koyuki tiba-tiba berteriak.

    “Dia berandalan yang suka dengan kucing ya!?”

    “Ah...?”

Ryuichi melihat ke arah mereka dengan tatapan tajam. Ketika dia menyadari kehadiran Naoya, dia sedikit mengernyitkan keningnya, namun kemudian ia menghela napas kecil.

    “Oh, kalian berdua toh. Shirogane dan Sasahara ya?”

    “Halo. Maaf ya, kita diam-diam melihatmu.”

    “Tidak apa-apa...tidak masalah jugaan.”

Ryuichi mengalihkan wajahnya dan membalasnya dengan dingin. Dan entah bagaimana, Koyuki bisa melihat bahwa itu caranya tersendiri untuk menyembunyikan rasa malunya. Karena itu, Koyuki menurunkan ketegangannya. Lalu dengan ragu-ragu, Koyuki mendekati Ryuichi dan memiringkan kepalanya.

    “Apakah Fushitora-kun suka binatang? Rasanya itu mengejutkan.”

    “Bukannya aku menyukainya, tapi aku tidak bisa mengabaikannya... Kau tahu rumahku kan Shirogane, seharusnya kau bisa mengerti.”

    “Eh, dimana memangnya rumah Fushitora-kun?”

Di atas kepala Koyuki, tanda tanya besar muncul. Lalu, Naoya memberikan penjelasan dengan singkat.

    “Lihat, di seberang jalan dua blok dari sini, ada klinik hewan bernama Tiger, kan?”

    “Iya, tahu... itu tempat perawatan rutin Su-chan, kan.”

Koyuki masih terlihat kebingungan. Su-chan adalah kucing peliharaan keluarga Shirogane. Naoya sudah beberapa kali menemaninya untuk vaksinasi di sana. Klinik itu tidak hanya merawat anjing dan kucing, tetapi juga hewan peliharaan langka seperti reptil, sehingga banyak sekali hewan-hewan yang menarik setiap kali mereka pergi ke sana. Koyuki, yang sangat menyukai tempat itu pun tertawa.

    “Dokter di sana juga baik banget lho. Walaupun wajahnya sangar, sehingga aku merasa takut awalnya.”

    “Iya, dan dia anak dokter itu, Fushitora.”

    “Yang benar!?”

Koyuki memandang Ryuichi dengan penuh semangat. Karena dia berteriak dengan keras, anak kucing itu pun terkejut. Ryuichi menggoyangkan anak kucing itu dengan lembut untuk menenangkannya, lalu dia menatap Koyuki dengan ekspresi terkejut.

    “Kita kan sudah pernah berpapasan di klinik sebelumnya, kau tidak tahu ya?”

    “M-Maaf ya... Tiap aku ke sana, pandanganku hanya tertuju pada hewan-hewan lain.”

    “Koyuki, waktu itu kau sedang terpaku melihat seekor anjing besar.”

Karena terpaku pada anjing besar yang terlihat lembut, Su-chan yang cemburu pun mengamuk di dalam kandangnya. Ryuichi ada di sana pada saat itu, tapi Koyuki sama sekali tidak menyadarinya.

Ryuichi mengangkat bahunya dan berkata──.

    “Ya ampun, memang banyak pemilik hewan seperti itu ya...eh, aduh!?”

    “Miiu.”

Dia melontarkan sedikit jeritan. Tampaknya cakar anak kucing itu menusuk jarinya. Ryuichi mengerutkan keningnya dan menatap anak kucing tersebut.

    “Kau ini...berhenti ya.”

    “Miiu-miiu.”

    “Aduh sakit, sudah kubilang berhenti.”

Meski Ryuichi berusaha menegurnya, anak kucing itu malah semakin senang dan terus mencakar jarinya. Koyuki memperhatikan pemandangan yang lucu ini dengan seksama.

    “Apa mungkin, luka-luka di Fushitora-kun itu karena hewan-hewan...”

    “Iya, betul. Sepertinya aku terluka oleh beberapa hewan peliharaan dan hewan-hewan yang dirawat di sana.”

    “Jadi bukan karena berkelahi ya!?”

Koyuki terkejut. Dan ternyata, Ryuichi juga sering terlambat karena kesibukannya merawat hewan-hewan tersebut. Setelah menjelaskan hal itu, Ryuichi menatap Naoya dengan wajah masam.

    “Bagaimana kau bisa tahu? Ini pertama kalinya kita berbicara langsung, kan?”

    “Karena bekas luka dari perkelahian jelas berbeda kan. Kau pasti bisa tahu hanya dengan melihatnya sekilas.”

    “Ternyata benar seperti rumor-rumor yang beredar ya, kau ini...”

Ryuichi menatap Naoya dengan tajam. Mendengar hal itu, Koyuki mengeluarkan suara terkejut.

    “Jadi, kamu ini bukan berandalan ya? Terus kenapa kamu tidak menyangkalnya? Ada banyak gosip yang beredar tentangmu, tahu.”

    “Aku paham. Pasti sangat merepotkan untuk menjelaskannya setiap saat.”

Ryuichi menggelengkan kepalanya dan menatap Naoya lagi terkejut. Meskipun raut wajah waspadanya terlihat sangat jelas, itu hal yang sudah biasa dihadapi Naoya, jadi ia tetap tenang seperti biasanya.

    “Cuma Sasahara yang bisa langsung tahu hanya dengan sekali melihat. Kau ini sebenarnya apa sih?”

    “Itu kata-kata yang kasar, tahu. Jarang-jarang kan ada orang yang tidak berbahaya sepertiku.”

    “Bohong.”

Koyuki tanpa ampun melontarkan komentarnya. Tapi kemudian ia memutar kepalanya seakan tersadar akan sesuatu.

    “Tapi, kalau begitu, kenapa kamu terlihat tidak senang saat melihat Naoya-kun? Entah kenapa rasanya kamu terlihat seperti orang yang sedang terjebak dalam masalah.”

    “Ugh, kalau itu, hmm...”

Ryuichi bergumam dan terlihat ragu. Sementara itu, Naoya menatapnya dengan hangat dan ia pun memelototi Naoya dengan tatapan yang lebih tajam. Ryuichi kemudian menggelengkan kepalanya dan berusaha mengganti topik pembicaraannya, sambil membelai anak kucing yang berada di pelukannya.

    “Sudah, lupakan saja masalah aku. Yang lebih penting sekarang, apakah kalian berdua bisa memelihara kucing ini?”

    “Oh, kucing itu?”

    “Iya, kami sudah cukup sibuk di rumah, jadi aku harus mencarikannya pemilik lain.”

    “Mnn... tawaran yang menarik, tapi...”

Koyuki mengernyitkan keningnya sambil bermain-main dengan anak kucing tersebut menggunakan ujung jarinya. Meskipun dia dihadapkan dengan kucing kecil yang sedang menggerakkan kakinya dengan polos, ekspresinya tetap muram. Dia adalah pecinta kucing sejati, jadi mungkin dia ingin membawanya pulang sekarang juga. Namun, Koyuki menggelengkan kepalanya dengan berat, seakan sedang menahan diri.

    “Kami juga sudah cukup kewalahan dengan Su-chan. Dia pemalu dan kalau aku membawa anak kucing ini, pasti mereka akan bertengkar.”

Kemudian, dia menatap Naoya dengan penuh harapan.

    “Bagaimana kalau di rumahmu, Naoya-kun?”

    “Keluargaku juga melarang adanya hewan peliharaan di rumah.”

    “Eh, tapi Naoya-kun dan paman, kalian berdua bisa berurusan dengan hewan, bukan?”

    “Itu sebabnya. Karena kami terlalu memahami perasaan mereka, perpisahan akan menjadi lebih sulit, kan?”

    “Ah...iya, bisa dimengerti.”

Umur manusia dan hewan berbeda. Hari ketika mereka harus mengucapkan selamat tinggal kepada hewan peliharaan yang sudah mereka anggap sebagai keluarga pasti akan datang suatu hari nanti.

    Aku pernah mengalami berbagai hal dengan kekuatan ini...tapi aku tidak ingin mengalaminya lagi.”, kata ayahnya, Housuke. Ternyata, dia pernah berpisah dengan anjing peliharaannya saat masih kecil.

Baru-baru ini, Naoya juga dapat berkomunikasi dengan hewan, jadi dia sangat memahami perasaan itu. Oleh karena itu, memiliki hewan peliharaan di rumah Sasahara adalah hal yang dilarang.

Sambil mengusap-usap anak kucing, Ryuichi berkata dengan sedikit lesu,

    “Begitu ya. Ya sudah, aku akan membuat poster di rumah untuk mencari pemilik barunya.”

    “Aku juga akan menanyakannya ke teman-temanku! Kita akan mencari pemilik yang baik untuknya!”

    “Oh, terima kasih. Kalau kau mau membantu, aku akan melupakan panggilan anak berandalan itu.”

    “Ugh, itu...s-sungguh, aku minta maaf ya. Memang tidak enak rasanya disalahpahami begitu.”

Koyuki yang awalnya sangat bersemangat, tiba-tiba merasa sedih. Karena dia juga pernah dijauhi sebagai 'Putri Salju yang Berbisa', dia menjadi sangat sensitif terhadap hal-hal semacam itu.

Di sisi lain, Ryuichi, hanya tersenyum dengan santai.

    “Yah itu sudah biasa, jadi tidak masalah bagiku. Tapi kalau kau mau membantu, aku akan memintamu untuk bekerja sekeras mungkin.”

    “Tentu saja. Demi kebahagiaan anak kucing ini!”

Kedua orang tersebut mulai berbicara dengan serius. Terlihat bahwa mereka benar-benar peduli dengan nasib anak kucing tersebut, dan Naoya pun bahagia melihatnya.

Koyuki lalu menatap tajam ke arah Naoya.

    “Naoya-kun, kamu juga harus membantu lho ya.”

    “Iya. Tidak masalah.”

Naoya hanya mengangguk pelan. Karena ia terlibat, sudah menjadi tugasnya untuk ikut membantu mereka. Ia sama sekali tidak keberatan dengan itu, namun tiba-tiba Naoya menunjuk ke belakangnya.

    “Kalau masalah pemiliknya, mungkin akan segera ketemu.”

    “Hee?”

Saat itulah Koyuki melebarkan matanya.

    “Eh, tidak biasanya kalian bersama. Sedang apa ya?”

    “A...!?”

Tiba-tiba sebuah suara ceria terdengar, membuat Ryuichi terkejut dan menahan napasnya. Ia membalikkan tubuhnya dengan cepat dan melihat Emika berdiri di sana. Koyuki pun memiringkan kepalanya dengan heran saat melihatnya.

    “Emi-chan? Bukannya kamu ada urusan sebagai ketua kelas?”

    “Oh iya, aku baru saja selesai dan mau pulang. Ada apa nih kalian berkumpul di sini...eh!”

Emika mendekat dengan langkah ringan, tapi matanya seketika berbinar ketika melihat anak kucing di pelukan Ryuichi. Ia melompak ke arah Ryuichi dengan penuh semangat dan terpaku melihat anak kucing tersebut.

    “Lucu banget anak kucing hitam ini!”

    “A, iya...kucing ini.”

Ryuichi mengangguk dengan gugup saat mendengar kata-kata Emika. Matanya berenang-renang, dan suaranya menjadi serak. Wajahnya memerah seperti gurita rebus. Reaksinya terhadap Emika jelas berbeda dengan reaksinya terhadap Naoya dan Koyuki. Namun, Emika tidak peduli dan dengan semangat mendekati Ryuichi.

    “Lucu banget ya. Apakah ini kucingnya Fushitora-kun?”

    “B-Bukan, sebenarnya...ini kucing terlantar... Dan kami sedang mencari pemilik barunya...”

    “Eh, benarkah? Ada saja ya orang yang kejam begitu...”, ujar Emika sambil membelai anak kucing yang sedang membuka mulutnya tersebut.

    “Yosh, yosh. Bukankah si kecil ini sudah berjuang dengan baik.”

    “Miiu!”

Anak kucing itu merespons dengan nada tinggi, seolah-olah ingin menunjukkan betapa hebatnya dirinya.

Dalam diam, Emika terus membelai anak kucing tersebut. Kemudian, dengan tekad yang tergambar di wajahnya, dia mengangguk kecil dan menatap wajah Ryuichi.

    “Hei, bagaimana kalau aku memelihara anak kucing ini di rumahku?”

    “...Eh?”

    “Orang tuaku juga menyukai hewan. Rasanya mereka akan setuju kalau aku memintanya. Gimana? Boleh ya?”

    “T-Tidak masalah kok, tapi...”

    “Benarkah!? Bagus deh! Mulai hari ini, kamu adalah anakku!”

    “Miiu?”

Emika menerima anak kucing itu dari Ryuichi yang wajahnya memerah sampai ke telinganya dan tersenyum lebar padanya. Ia kemudian menunjuk ke arah Koyuki dengan penuh semangat.

    “Koyuki-chan, ajari aku cara merawat kucing ya! Kamu veteran dalam hal kucing, kan?”

    “Haa... Iya, bisa sih.”, jawab Koyuki dengan tetapan kosong.

Meskipun pemilik baru untuk anak kucing itu sudah ditemukan, Koyuki tidak terlihat begitu bersemangat. Terlepas dari hal itu, Emika benar-benar menyukai anak kucing itu.

    “Wah, imutnya, lucu banget. Kalo masalah imut, kamu tidak kalah dengan Koyuki-chan!”

    “Miuu~”

Anak kucing itu mengeong dengan bangga. Meskipun mereka baru saja bertemu, rasa saling percaya sepertinya sudah terbentuk di antara mereka. Ini adalah pertemuan yang luar biasa.

    “Hmm?”

Koyuki memutar kepalanya dengan heran melihat interaksi antara teman masa kecilnya dan anak kucing itu. Dia kemudian berbisik pelan kepada Naoya, sambil menunjuk Ryuichi yang berdiri kaku di dekatnya.

    “Nee, nee, Naoya-kun. Apa mungkin Fushitora-kun itu...?”

    “Iya, dia jatuh cinta dengan Ketua.” jawab Naoya sambil mengangguk. Hal itu sudah terlihat sangat jelas bagi mereka.

 

Catatan Tambahan:
Judul chapter ini harusnya "A Honor Student and A Mad Dog", tapi karena terjemahannya "Anjing Gila" jadi aneh, jadinya aku ambil langsung arti ungkapannya aja~

Oiya, aku juga masih agak ragu kalau nama character baru itu "Ryuichi Fushitaro", soalnya di raw yg aku punya udah ga ada furigananya, jadi kalau ada di antara kalian yg tau nama pastinya, tolong komen ya ^^ Makasii

 

|| Previous || ToC || Next Chapter ||

Post a Comment

Post a Comment

close