[Bagian 1]
Bagi sebagian besar murid, pasti ada satu atau dua kejadian tidak menyenangkan yang harus mereka alami selama masa sekolah.
Perkenalan diri yang selalu terjadi setiap tahun ajaran baru dimulai, berbagai ujian, kelas tambahan saat liburan musim panas, Festival Olahraga yang berlangsung di bawah teriknya matahari, lari maraton saat musim dingin dan sebagainya. Setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda, tetapi hampir tidak ada orang yang tidak menikmati setiap acara yang ada.
Namun, jika ada satu acara yang paling tidak mereka nantikan, itu adalah wawancara orang tua dan guru yang akan diadakan pada pertengahan bulan Oktober.
Sekolah sudah mengumumkan hasil ujian tengah semester kemarin. Sedangkan untuk peringkat, nilai rata-rata dan detail lainnya akan diumumkan oleh wali kelas saat wawancara.
Jika nilaimu bagus, kau tidak perlu khawatir, tetapi jika tidak...
Saat aku sedang bersantai sambil minum kopi dengan Umi, yang datang menjemputku, tiba-tiba dia menyinggung soal wawancara.
"Jadi, wawancara orang tua-guru hari ini, tapi ibumu pergi ke mana? Apa dia tidak akan datang?"
"Ya, tentu saja. Tempat kerjanya mengatakan bahwa dia bisa menghadiri wawancara, tetapi dia harus kembali bekerja lagi sampai larut malam untuk menebusnya."
"Oh, begitu. Ibuku berpikir untuk mengundangnya makan malam, tapi sepertinya dia tidak bisa, ya?"
Menurut jadwal, kelas kami akan mengadakan wawancara orang tua dan guru pada tanggal yang sama, pada waktu yang sama. Jadi, ini adalah pertama kalinya orang tua kami bisa bertemu satu sama lain.
Jika ibuku bisa mengambil cuti beberapa jam lagi, dia dan Sora-san mungkin akan mulai mengungkap masa lalu kami yang memalukan satu sama lain ... Aku merasa kasihan pada ibuku, tapi di saat yang sama, aku merasa lega karena aku tidak perlu mengalami hal itu.
... Atau mungkin tidak. Mereka masih bertemu satu sama lain di sekolah, jadi ada kemungkinan besar mereka akan melakukannya di sana.
"Ngomongin tentang wawancara orang tua dan guru... Kira-kira orang seperti kita berdua tidak akan punya masalah dengan itu 'ya, Maki? Apa yang kamu tulis di kertas pilihan karirmu? Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?"
"Ya. Aku bingung dengan pilihan universitas ketigaku."
Suatu hari, aku menyerahkan kertas pilihan karirku kepada Wali Kelasku. Sesuai rencana, aku menulis bahwa aku akan melanjutkan studi di sebuah Universitas.
Lebih tepatnya, universitas yang sama dengan universitas yang akan dituju oleh Umi. Aku bahkan menuliskan bahwa aku akan mengambil jurusan yang sama dengannya.
Sama seperti saat SMA, kami juga akan pergi ke kelas bersama, makan siang bersama, belajar bersama, menghirup udara yang sama dan mudah-mudahan... tinggal di bawah satu atap. Mungkin terdengar seperti angan-angan, tapi kami berdua sudah sepakat untuk tidak tinggal di rumah yang berbeda setelah lulus nanti.
Kami terlalu bergantung satu sama lain. Sepertinya, kami akan benar-benar mati jika kami menjalin hubungan jarak jauh.
"Oh, begitu. Kalau dipikir-pikir, kita akan lulus 1 setengah tahun lagi... Kita harus mulai memikirkan masa depan kita dengan baik... Mulai dari apa tujuan kita di universitas dan di mana kita akan bekerja setelah lulus nanti..."
"Benar. Mereka bilang setelah kalian lulus SMA, kalian sudah menjadi orang dewasa."
Sekarang, setelah mereka menurunkan usia 'dewasa' dari 20 tahun menjadi 18 tahun, aku dan Umi akan segera diperlakukan sebagai orang dewasa oleh masyarakat.
... Namun, meskipun saat itu sudah ada di depan mata, aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang dewasa.
"... Umi."
"Hm?"
"Sudahkah kamu memikirkan apa yang ingin kamu lakukan di masa depan?"
"Yah, pertama-tama, aku ingin menjadi istri yang baik untukmu~"
"Pfft!"
Mendengar dia mengatakan sesuatu yang begitu keterlaluan membuatku hampir menumpahkan kopiku. Aku berhasil menahannya agar tidak keluar dari mulutku dan menodai seragamku, tetapi itu terlalu dekat untuk kenyamanan.
"Apa kamu baik-baik saja? Muu, serius, kamu sangat ceroboh, Maki! Kemarilah, biar aku bersihkan untukmu~"
"M-Maaf... Aku baik-baik saja, aku hanya... Terkejut..."
"Ehehe, maafkan aku. Aku hanya ingin mengatakannya~ tapi, itu beneran~"
Umi memasang raut wajah bersalah (?), tapi aku juga bisa melihat rona merah samar di sana. Dia menyeka kopi yang keluar dari mulutku dengan sapu tangannya.
... Bagaimanapun, sepertinya bukan hanya aku yang merasa sadar akan prospek 'pernikahan' di sini. Saat ini, kami berada dalam hubungan yang serius. Meskipun kami tidak secara terbuka mengumumkan hal ini kepada semua orang, tetapi kami telah melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pasangan. [TN: Ewe]
"... Um, Umi-san?"
"Iya?"
"Err ... Mulai sekarang, aku akan bekerja lebih keras lagi untuk studiku."
"Untukku?"
"Iya. Untukmu."
"Baiklah, lakukanlah. Semester depan, setidaknya kamu harus masuk 10 besar."
"... I-Itu cukup berat..."
"Bukannya tadi kamu bilang kamu akan belajar lebih giat lagi?"
"... Ya, benar."
"Hehe, kalau begitu, semangat~ Pokoknya, aku akan melakukan yang terbaik juga."
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi aku memutuskan bahwa untuk saat ini, aku akan melakukan semuanya satu per satu.
Dan rintangan pertama yang harus kuatasi adalah permintaan konyol Asanagi-sensei.
Post a Comment