NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kyou mo Ikitete Erai! [LN] Volume 1 Epilog

Epilog - Perasaan Buruk

Sejak hari itu, Fuyuki dan aku memiliki hubungan yang jelas-jelas istimewa. Namun, hal itu tidak banyak mengubah hidup kami. Bagaimanapun juga, sejak awal hubungan di antara kami memang terasa agak aneh karena sudah tinggal bersama, tetapi bukan sesuatu yang mengherankan jika tidak banyak yang berubah setelahnya. Namun, aku sendiri merasa bahagia karena bisa beraktivitas sebagaimana biasanya.

"Belakangan ini, aku merasa seperti ada bayangan buruk di sekitarmu, Haru- kun."

"A-Apa yang kau bicarakan ...?"

"Ini adalah intuisi sensitif yang dialami para gadis. Aku punya firasat yang tidak enak."

Sambil berbicara seperti itu, Fuyuki dan aku berjalan bersama menuju ruang kelas. Setelah insiden itu, tatapan negatif sudah banyak berkurang, tetapi ada jenis tatapan tersendiri yang tampaknya telah meningkat, yang pada akhirnya membuatku ragu apakah memperbaiki penampilanku ini adalah hal yang baik atau buruk. Meski bisa dikatakan bahwa masalah perasaan di antara telah selesai dan membuatku lega, saat itu—

"Ah, Toujou-san dan Inamori-kun. Selamat pagi."

"Eh? S-Selamat pagi."

Begitu memasuki ruang kelas, Satou-san langsung menyapa kami berdua. Aku yang tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, seketika dibuat kehabisan kata-kata. Adapun Fuyuki yang berada di sampingku, balik menyapa tanpa ragu sembari menunjukkan senyum sopan di wajahnya. Namun, tiada kesan sinis dari mereka, hanya nuansa normal seperti sebelumnya.

Sehari setelah perubahanku, mereka datang untuk meminta maaf atas perilaku kasar mereka terhadapku. Aku sendiri tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi untuk sementara waktu hubungan antara Fuyuki dan para gadis itu telah kembali normal. Sebenarnya, ada saat-saatnya aku melihat Fuyuki merasa sangat enggan saat berada di belakang mereka, tetapi melihat bahwa aku, orang yang bersangkutan, merasa tidak peduli, dia memutuskan untuk memaafkan mereka sekali saja.

"Aku masih belum bisa menerimanya."

"Ada apa, tiba-tiba?"

"Ini tentang mereka. Tiba-tiba datang dan bersikap sopan, mereka pasti punya motif tersembunyi."

Fuyuki, yang mengikutiku hingga ke tempat dudukku setelah bertukar sapa dengan Satou-san, mengutarakan pandangannya dengan suara yang tidak bisa didengar oleh orang lain. Tampaknya dia masih belum bisa menghilangkan ketidakpercayaannya pada hubungan antarmanusia. Bagaimanapun juga, ini adalah sesuatu yang telah mengakar dalam pengalaman pribadinya, sehingga sulit untuk dihilangkan.

"Y-Yah, mungkin dia ingin hanya ingin berteman sama Fuyuki lagi. Dalam hal itu, kau tidak bisa mengatakan bahwa dia punya motif tersembunyi."

"Tidak, bukan itu! Aku tidak berbicara tentang diriku, yang kumaksud itu tentang dia yang mungkin punya motif tersembunyi terhadapmu, Haru-kun!"

"...Eh?"

"Aku selalu merasa was-was … ketika kamu menata rambutmu dengan benar dan meremajakan kulitmu yang terlihat sedikit kusam karena kelelahan, semua orang akan mulai melihat pesona aslimu dan tidak akan memberikanmu waktu untuk sendiri! Ketika kamu bilang ingin menjadi lelaki yang layak untuk berada di sisiku, maka aku sangat ingin meyakinkanmu bahwa kamu tetaplah orang yang luar biasa meskipun apa adanya saja!"

"J-Jadi begitu, ya..."

"... Tapi, pada saat yang sama, aku sangat senang bahwa kamu mencoba berubah demi aku. Karena, berubah bukanlah hal yang mudah, hampir sama dengan menyangkal dirimu yang sebelumnya."

Ya, apa yang dikatakannya itu ada benarnya. Aku ingin mengubah diriku sendiri, artinya aku tidak ingin menjadi diriku yang sebelumnya. Di balik tujuan positif itu, bersemayam emosi negatif yang menyertainya.

"Tetap saja, aku senang kamu berusaha berubah demi aku, dan akhirnya menerima pendapatmu, Haru-kun. Tapi, itu mungkin sebuah kesalahan."

"Fuyuki?!"

"Habisnya, pesona Haru-kun semakin menyebar, jumlah rubah betina yang ingin mendapatkan Haru-kun pasti telah meningkat! Ini adalah situasi yang serius! Kita harus segera mengambil tindakan pencegahan!"

Ah, aku bisa melihat api hitam di mata Fuyuki. Sejak kami memperjelas hubungan kami, ekspresi perasaannya menjadi semakin jelas. Api ini, tentu saja, adalah rasa cemburu.

"Apa yang kalian bicarakan pagi-pagi seperti ini?"

"Oh, tampaknya si pengganggu telah tiba."

"Sialan… kau langsung menunjukkan wajah aslimu hanya karena Haru telah menjadi milikmu, ya?”

"Ya. Aku tidak tertarik dengan apa yang dipikirkan orang lain tentang aku kecuali Haru-kun."

Meski dia mengatakannya seperti itu, tetapi aku mengerti. Jikalau dia benar- benar tidak membuka hatinya kepada orang lain, Fuyuki hanya akan mengatakan sesuatu yang biasa saja. Caranya berbicara adalah dengan terampil memanipulasi topik dan tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyentuh aspek penting seseorang. Jadi, ketika dia berbicara seperti ini tanpa menahan diri, itu berarti bahwa Fuyuki telah mengakui keberadaan Masaya dalam kadar yang cukup.

"Agak disayangkan bahwa waktu Haru-kun akan diganggu oleh Nishino-kun, tapi yah, aku tahu bahwa kamu adalah sosok yang ia perlukan, jadi aku akan bersabar di sini.”

Aku mungkin akan selalu mengingat raut keberatan di wajah Fuyuki ketika dia mengatakan itu.

"Hah… hei, Haru. Apa sih yang kau sukai dari dia?"

"Eh? Um ... semuanya?"

"Aku ingin bilang, itu menjijikkan—tapi aku ingat pernah mengatakan hal yang sama padanya, jadi aku akan menahannya sekarang."

"Barusan, kau hampir saja mengatakannya, dah."

Percakapan santai itu menyenangkan, dan kami larut dalam gelak tawa. Di sisi lain, Fuyuki juga kelihatan bahagia.

"Oh, ya. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

"Apa?"

"Kamu bakalan tetap bekerja paruh waktu, kan?”

"Ya, rencananya aku bakalan balik bekerja sekitar tiga kali dalam sepekan. Situasi keuangan memang memaksaku untuk bergantung pada Fuyuki, tetapi setidaknya aku ingin membeli pakaian dan barang-barang lain yang aku suka dengan uang penghasilanku sendiri.”

Aku diberikan izin untuk bekerja paruh waktu ini dengan kesepakatan bahwa hal itu dilakukan sampai aku lulus SMA. Meskipun Fuyuki merasa agak keberatan, tetapi aku berhasil mendapatkan izin dengan konsep kesepakatan yang agak tidak biasa yaitu berhenti bekerja setelah lulus. Hal yang mengejutkanku adalah bahwa Fuyuki benar-benar serius berencana untuk tidak membiarkanku bekerja. Yah, karena aku sudah mengatakan bahwa aku ingin menjadi miliknya, maka aku tidak punya pilihan selain mengikuti kebijakannya.

"Hmm, aku mengerti."

"Ada masalah dengan itu?”

"Eh, tidak. Aku hanya teringat kalau ada seorang kouhai yang sangat mengagumimu di tempat kerja. Sepertinya, dia juga kouhai di sekolah ini, kan?”

"Mengagumiku? Yah … bisa jadi, sih."

Aku teringat akan seorang kouhai yang berambut merah setengah panjang, diikat satu ke belakang. Aku juga tidak pernah merasa risih dengan tingkahnya yang selalu mengikutiku, sambil terus memanggilku, "Senpai, Senpai.". Aku penasaran bagaimana kabarnya sekarang. Oh iya, seharusnya aku memberitahunya bahwa aku telah mengambil cuti kerja untuk sementara waktu, tetapi sepertinya aku melupakan hal itu.

"Senpai! Tolong jelaskan apa yang terjadi!"

Nah, seperti itu suaranya—Eh!

"Kenapa harus membahas gosip itu, dah ….” Aku mengeluhkan teriakannya.

"Bagaimana bisa kamu menjalin hubungan dengan gadis lain tanpa memberikan penjelasan kepada Yakumo Sera ini! Apa-apaan maksudmu itu! Aku menuntut penjelasanmu!"



Dengan ekspresi yang menunjukkan kemarahannya, Yakumo Sera, yang merupakan adik kelasku, menerobos masuk ke dalam kelasku. Meskipun ada banyak hal yang ingin kukatakan, tetapi sebelum aku sempat menjawab, Fuyuki telah datang menghalangi di antara dia dan aku.

"Siapa kamu?” tanya dia ke Fuyuki.

"Senang bertemu denganmu, kamu kouhai-nya Haru-kun—Yakumo-san, kan? Aku Toujou Fuyuki, tunangannya Haru-kun."

"Ah—Jadi kamu, yaaaa?!!"

Sebuah suara amarah bergema di dalam kelas. Oh, sepertinya akan ada sedikit masalah.

TL: Zhone-sensei

ED: Retallia

|| Previous || ToC || Next Chapter ||

Post a Comment

Post a Comment

close