-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 Chapter 1

Chapter 1 - Apa Kamu Menyukai Gadis Ring?


Penerjemah: One Day



Pada akhirnya, aku memutuskan untuk menemui Ketua kelas di sekolah setelah liburan musim panas. 

Merasa sangat aneh saat berhubungan dengan gadis lain selain Nanami. Kesimpulanku adalah kami tidak akan bertemu…. selama liburan musim panas. 

Nanami sudah berkali-kali memastikan kepadaku apakah itu benar baik-baik saja dan aku juga telah berkali-kali mengatakan kepadanya bahwa itu tidak masalah. Juga, Ketua kelas mengatakan hal yang sama kepada. Aku tidak menyangka menyangka kata-kata Nanami dan Ketua kelas akan tumpang tindih. 

Kalau dipikir-pikir, tidak ada gunanya bersikap ambigu. Itu sebabnya, aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak berniat untuk bertemu dengan gadis lain selama liburan musim panas... dia sepertinya mengerti pada akhirnya. 

Sekarang aku tidak perlu memikirkan tentang berbicara dengan Ketua kelas lagi, setidaknya selama liburan musim panas. 
Tapi, Nanami sepertinya mengkhawatirkan sesuatu yang berbeda tentang Ketua kelas.

Apa itu, aku sedikit tidak mengerti... 

Tentang hal itu, mungkin kita bisa membicarakannya di lain waktu. Sejujurnya, ada alasan mengapa aku tidak ingin menghabiskan waktuku untuk hal lain selain Nanami. Jadi aku sampai pada kesimpulan bahwa aku akan pergi… selama liburan musim panas.

Ini adalah sesuatu…. yang berhubungan dengan pengalaman pertama kali bagiku, tapi ini bukan pengalaman pertama bagi Nanami.  Aku akan mengatakannya karena tidak ada gunanya membuatnya menjadi misteri, itu adalah pekerjaan paruh waktu.

Pekerjaan paruh waktu pertamaku. 

"Aku mulai merasa sedikit gugup..."

Saat aku memikirkan tentang pekerjaan paruh waktu pertamaku, aku menjadi semakin gugup. Besok adalah hari pertama aku memulai pekerjaan paruh waktuku... Anehnya, itu juga waktu yang sama dengan dimulainya pekerjaan paruh waktu Nanami. 

Ngomong-ngomong, pekerjaan paruh waktuku adalah di sebuah restoran bergaya Barat di dekat sekolahku yang direkomendasikan oleh Shoichi-senpai. Tampaknya restoran ini dikelola oleh seorang kenalan Senpai dan memiliki reputasi yang baik. 

Pekerjaan paruh waktu di restoran... Apa aku bisa melakukannya? Meskipun aku tidak dalam posisi untuk memilih, tapi aku merasa khawatir dalam banyak hal. 

"Dari sekarang...?! Tidak perlu terlalu gugup..." Nanami menunjukkan senyum pahit di wajahnya. Mungkin karena dia sudah terbiasa, dia terlihat sangat santai. Sepertinya dia tidak terlalu memikirkan pekerjaan paruh waktunya yang akan dimulai besok. 

"Yah, kau tahu, aku belum pernah bekerja paruh waktu sebelumnya. Jadi, aku mulai gugup.. Lihat, aku mulai gemetar.."

"Jika kamu terus memikirkannya, nanti yang ada kerjaanya malah terbebani."

"Benar juga. Btw, Nanami. Apa kamu merasa gugup juga saat pertama kali bekerja paruh waktu?"

"Hmm.. Kalau dipikir-pikir, aku tidak terlalu gugup. Mungkin karena Hatsumi dan yang lainnya bersamaku? Sebaliknya, aku lebih gugup saat mengaku padamu dan kencan pertama kita."

Itu sangat meyakinkan. Tapi ya, jika dibandingkan dengan kegugupan saat kencan pertama atau lainnya... Yah, aku mungkin lebih gugup sekarang daripada saat itu. 

Mungkin lebih tepatnya aku terlalu sibuk pada saat itu sehingga aku tidak punya waktu untuk merasa gugup. Dalam hal ini, mungkin aku memiliki sedikit waktu luang sekarang. 

Waktu luang... Tidak juga... 

"Yoshin, mau megang Oppai-ku?"

"Hah?! Buat apa!? Juga, aku merasa kita sudah pernah melakukan percakapan seperti ini sebelumnya..."

"Saat itu kamu sama sekali tidak menyentuhku. Ah, aku tidak bermaksud melakukan hal mesum. Aku pernah mendengar bahwa mendengarkan suara detak jantung bisa membuatmu lebih rileks."

"Ah, aku pernah mendengarnya juga... Eh, kenapa kamu menyondongkan tubuhmu kedepan? Kamu tidak perlu memaksakan diri seperti itu."

Setelah mendengar itu, Nanami menyipitkan satu matanya sambil menjulurkan lidahnya. Itu adalah gerakan yang sangat menggemaskan sekaligus licik. 

...Aku merasa sedikit disayangkan, tapi aku rasa tidak adil untuk menyentuhnya disini sekarang. Kami sedang berada di luar sekarang, jadi kami tidak bisa melakukan itu. 

Aku dan Nanami saat ini sedang menikmati kencan terakhir kami sebelum memulai pekerjaan paruh waktu. Kami baru saja menonton film bersama, dan baru saja selesai makan siang. 

Aku bertanya-tanya apa yang enak untuk dimakan, tapi Nanami ingin makan ramen, jadi kami pergi ke restoran ramen yang terlihat cukup bagus. 

Cuaca disini cukup panas selama liburan musim panas, tapi mereka mengatakan bahwa makan ramen panas saat cuaca panas itu yang terbaik. 

Aku mengerti perasaan itu... Aku tahu, tapi... 

"Tapi, ini terasa panas karena kita makan ramen... Lihat, aku mulai berkeringat..."

Nanami memegang dadanya dengan kedua tangan dan membungkuk ke depan seolah-olah ingin memamerkan belahan dadanya. Meski tidak terlalu banyak orang di sekitar sini, tetapi bagaimana dengan perilaku yang di luar…. 

Hari ini Nanami mengenakan pakaian atas yang terlihat sejuk dan tipis serta mengenakan celana ketat di bawahnya yang memperlihatkan kaki panjangnya yang indah. Itu mempesona dan... sangat erotis jika melihatnya seperti ini...

Aku tidak terlalu memperhatikannya karena sampai saat ini kami berdua berkeringat saat makan ramen. Namun setelah tenang, itu terlihat sangat jelas. 

"Yoshin... Maukah kamu mengelap keringatnya?"

"Aku tidak masalah mengelap keringat di wajahmu, tentunya.. Tidak mungkin aku mengelap bagian dadamu di sini, oke.."

"Hmm~ Kalau begitu, kalau di dalam rumah. Kamu mau melakukannya ~?" katanya, tersenyum lebar menunjukkan giginya dan menggoyangkan tubuhnya dengan gembira. Setiap kali dia melakukan gerakan itu, keringatnya mengalir turun dari tubuhnya dan tetesan air terserap ke dalam pakaiannya. 

Jika tidak berada di luar... Tidak, itu juga tidak mungkin... Aku ingin mencoba mengelap dadanya, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku melakukannya... 

"Ngomong-ngomong... Keringat juga bisa menumpuk di bawah dada... Jika aku tidak mengelapmya dengan benar, itu akan memerah dan akan menimbulkan masalah..."

... Oke, aku mendapat pengetahuan baru. Daripada itu, keringat menumpuk di bawah dada itu... bagaimana rasanya?

Aku mencoba melihat ke bawah dadaku sendiri, tapi aku tidak tahu bagaimana rasanya keringat yang menumpuk di bawah sana. 

Anehnya rasa penasaranku ini terpicu, tetapi aku tidak bisa memintanya untuk menunjukkannya kepadaku lain kali. Tidak masalah jika reaksinya seperti sebelumnya, tapi aku akan sangat terpukul jika dia menatapku dengan jijik. 

"Pasti sulit ya..."

"Iya, itu sulit... Sulit bagi perempuan..."

Aku tidak bisa membahasa topik ini lebih jauh lagi. Jika tidak, aku merasa akan jatuh ke dasar jurang pikiranku. Sepertinya, aku tidak akan bisa melupakannya untuk sementara waktu.

Tapi, bagaimana bisa ada keringat di bawah dada...? Tidak, jangan pikirkan itu. 
Jangan pikirkan itu. Ah, tapi pandanganku selalu tertuju ke sana... Sialan... 

Saat aku memikirkan itu, mataku bertemu dengan mata Nanami. Lebih tepatnya, Nanami sedang menatap mataku, mengikuti arah pandanganku. 

Kupikir dia akan menggodaku lagi, tapi Nanami malah tersenyum lembut padaku.

"Apa kamu sudah rileks sekarang?"

"Eh?"

Suaranya tidak terdengar seperti sedang mengejek seperti sebelumnya, tetapi sekarang suaranya terdengar sangat lembut. Aku terkejut dengan kata-kata itu dan mendapati tanganku di dadaku.

Perasaan aneh yang aku rasakan sebelumnya sudah jauh berkurang. Masih ada sedikit, tapi tidak sampai membuatku tidak tenang. Jika ini masalahnya... mungkin tidak menjadi masalah. 

Mereka mengatakan bahwa memang memerlukan sedikit ketegangan. 

"Iya, mungkin masih ada rasa gugup. Tapi, kurasa aku akan baik-baik saja."

"Senang mendengarnya. Melihat Yoshin gugup, menjadi hal baru bagiku. Jadi, ini sama-sama menguntungkan."

"Apa melihatku panik... sangat menarik?" 

"Menarik, ya? Tidak, lebih tepatnya.. imut? Aku merasa ingin memelukmu. Aku ingin memelukmu sambil mengatakan 'anak yang baik, anak yang baik'."

 ...Aku merasa standar 'imut' menurut Nanami sepertinya sedikit berubah. Tidak, aku rasa itu sifat keibuan Nanami?

Nanami terus melakukan gerakan mengelus-elus sambil mengatakan 'anak yang baik'

Mungkin suatu hari nanti aku ingin diperlakukan seperti itu saat aku merasa sedih...

Bagaimanapun, aku pikir dengan ini aku akan bisa bekerja keras di pekerjaan paruh waktuku mulai besok. Akan terpisah dari Nanami... itu sudah cukup lama, tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja. 

Setelah itu, kami menyelesaikan pembayaran dan meninggalkan restoran. Ngomong-ngomong, kami membayar masing-masing... Saat aku mendapatkan gaji pertamaku, aku ingin mentraktir Nanami makanan yang enak.
 
Begitu keluar dari restoran, Nanami yang berjalan di sampingku mencoba mengaitkan lengannya dengan lenganku, tapi kemudian dia berhenti di tengah jalan.

Hm? Aku kira dia akan mengaitkan lenganku, tapi kenapa dia berhenti?

Mungkin dia berhenti mengaitkan lengannya karena panas. Aku tidak bisa berbuat banyak, tetapi aku merasa sedikit kesepian. .Ketika aku sedikit kecewa dalam hati, Nanami mulai mengayun-ayunkan lengannya. 

"Aku baru mengingat sesuatu, jadi bagaimana kalau kita menyelesaikannya?" 

"Menyelesaikan...?"

Masih dalam kebingungan, Nanami menelusuri telapak tangannya dengan jari-jarinya lalu mengarahkannya kepadaku. Di sana, aku bisa melihat telapak tangan Nanami yang indah dan jarinya yang panjang dan indah. Jari-jarinya selalu indah dan selalu membuatku terpesona karena keindahannya yang sangat berbeda dengan jariku. Hari ini, Nanami tidak memakai aksesoris apapun di jarinya.

Suatu hari nanti, aku mungkin ingin memberinya cincin atau sesuatu. Cincin... cincin. Aku ingin tahu kapan hari itu akan tiba…. 

Saat aku tenggelam dalam pikiranku, sebuah kata yang tidak terduga terlontar dari Nanami. 

"Ayo, minum ini sampai habis. Glup!"

Eh? Minum? Apanya yang di minum?

Tapi, Nanami tidak membawa apa-apa untuk diminum. Kami juga tidak membeli botol minum atau apa pun... 

"Mau membeli sesuatu dari mesin penjual otomatis?"

Menanggapi kata-kataku yang dipenuhi tanda tanya, Nanami dengan imut melambaikan telapak tangannya ke kiri dan ke kanan, mengatakan bahwa "tidak, tidak". Setelah aku melihat telapak tangan yang bergerak itu, aku bertukar pandang dengan Nanami. 

"Kamu tahu, jika kamu menulis 'seseorang' tiga kali di telapak tanganmu dan 'meminumnya', itu bisa menghilangkan rasa gugup tau."

"Oh, jadi begitu. Jadi, kamu menuliskan nama 'orang' itu di telapak tanganmu dan menyuruhku untuk meminumnya?"

"Yep, nah sekarang kami minum. Ayo, jangan ragu-ragu."

Aku semakin memiringkan kepalaku setelah mendengar kata-kata itu. Nanami dengan senang hati menunjukkan telapak tangannya kepadaku.

Minum dari telapak tangan... Eh? 

"Ada apa, Yoshin? Kamu tidak mau?" Nanami memiringkan kepalanya dengan bingung dan melambaikan telapak tangannya. 

"Tidak, bukan itu, bagaimana cara 'meminumnya'?"

"Hmm, mungkin dengan mengigitnya atau menciumnya..."

Saat aku bingung apa yang harus dilakukan... Nanami dengan sedikit gugup dan suara yang lebih pelan menambahkan sesuatu di akhir. 

"...atau menjilatnya."

Bukankah itu sedikit berlebihan?! Tidak, bukan itu maksudnya. Aku salah menanggapinya. Bukan itu masalahnya. 
Aku yakin ada hal yang lebih besar untuk ditanggapi. 

Mungkin aku yang salah... Penting untuk mengkonfirmasi sesuatu. Dalam segala hal, mengkonfirmasi itu adalah tugas penting. Karena itu bisa mengatasi perbedaan persepsi. Dengan hati-hati aku menunjuk ke telapak tangan Nanami dan membuka mulutku dengan ragu-ragu. 

"Bukankah itu sesuatu yang harus kita tulis di telapak tangan kita sendiri dan diminum...?"

"Eh...?" Nanami membeku dengan telapak tangannya yang masih terarah padaku,. 

Aku juga kehilangan kata-kata. 

Ada keheningan yang aneh di antara kami dan Nanami mengarahkan telapak tangannya ke arahku dan kemudian ke dirinya sendiri.

"Sama aja!"

"Ah, baik."

Dia bersikeras. 

Yah, sepertinya aku yang salah. Mungkin bukan masalah kepekaan... tapi sepertinya aku kurang memperhatikannya. 

Nah, apa yang harus kulakukan saat ini... menjilat... sepertinya itu terlalu sulit, menurutku mungkin lebih baik menciumnya dibandingkan dengan itu…

Saat aku memikirkannya, aku merasa seperti telah diracuni bahwa menjilat itu memiliki rintangan yang lebih tinggi dan mencium memiliki rintangan yang lebih rendah. Aku dengan lembut menyentuh tangan Nanami dan menempelkan bibirku ke telapak tangannya.

Kulitnya yang lembut dan lembap... saat aku menyentuhkan bibirku ke kulit Nanami yang halus seperti sutra, aku dapat menikmati kehalusannya meskipun hanya sebentar. 

Ketika aku melepaskan diri dan bertatapan dengan Nanami... tiba-tiba aku merasa malu. 

Tidak, setelah melakukannya, ini benar-benar memalukan!! Ini kelihatan seperti adegan dalam shoujo manga atau semacam itu, bukan?!  Lihat, Nanami juga tersipu malu..

Tanpa sadar, langkah kami menjadi lebih cepat. Seolah-olah kepanasan di pipi kami ini disebabkan karena kami berjalan terlalu cepat, kami berdua akhirnya harus berjalan dalam keheningan untuk sementara waktu.

Ngomong-ngomong, Nanami memberitahuku bahwa kebiasaan menelan kata 'orang' yang ditulis di tangan orang lain adalah hal yang sering dilakukan di keluarga Barato. 

Biasanya, Tomoko-san yang melakukan hal tersebut kepada Genichiro-san atau sebaliknya, Genichiro-san yang melakukannya kepada Tomoko-san. Jadi... aku pun berjanji pada Nanami bahwa ketika dia merasa gugup, aku akan membuatnya menelan kata 'orang' yang aku tulis di telapak tanganku. Bener atau tidak, itu tidak peduli.

* * *

Mengalami sesuatu untuk pertama kalinya selalu membuatku gugup. Tapi pada saat yang sama, ada juga perasaan aneh. Perasaan senang yang muncul di dalam hati. Ini adalah hal yang aneh dan aku tidak ingin hari itu tiba, tetapi pada saat yang sama, aku juga ingin hari itu segera datang.

Ujung jariku menjadi dingin dan kesemutan... Perasaan di hati mungkin tercermin dalam tubuh seperti itu. Mungkin kau ingin menghilangkannya dan menginginkannya segera datang. 

"Saya Misumai Yoshin, mulai hari ini saya akan berada di bawah pengawasanmu! 
Mohon bantuannya!"

Aku meninggikan suaraku dan menundukkan kepalaku dengan penuh semangat. Hari ini adalah hari pertama aku bekerja paruh waktu... itulah hari ini. Oleh karena itu, aku berusaha berbicara dengan semangat. Aku mungkin sedikit memaksakan diri karena aku gugup, tetapi kesan pertama itu penting. 

"Mohon bantuannya, aku adalah Manager toko, Kinaoshi Hitoshi."

"Kami juga, mohon bantuannya. Aku istrinya, Kinaoshi Raika."

Pasangan suami istri yang tampak baik hati itu menundukkan kepala kepadaku. Seorang pria yang berpenampilan lembut dengan rambut hitam yang sangat pendek dan seorang wanita yang berpenampilan baik dengan rambut bob pendek berwarna coklat muda dan mata yang sedikit murung. 

Ini adalah restoran bergaya Barat yang dikelola oleh pasangan suami istri tersebut aku tidak mengetahui sebelumnya, tetapi letaknya cukup dekat dengan sekolah. Guru-guru dari sekolahku juga sering datang untuk makan siang... mungkin karena dekat, terkadang mereka juga menyediakan layanan antar ke sekolah. 

"Astaga, ini sangat membantu karena Shibetsu-kun hanya memiliki sedikit shift selama liburan musim panas. Apa kau bekerja paruh waktu untuk pacarmu?" 

Manager toko itu tertawa ceria dan tiba-tiba menyebutkan tujuanku bekerja paruh waktu.

Shoichi-senpai... Memang aku tidak memintanya untuk merahasiakannya, tapi aku tidak menyangka dia akan membicarakan hal itu.
 
"Maaf, tujuank saya tidak murni..."

"Tidak, tidak, tidak, itu mengagumkan. Menurutmu apa yang Shibetsu-kun katakan tentang pekerjaan paruh waktu?"

"...Err, karena ini Senpai yang dibicarakan, mungkin dia ingin membeli peralatan basket?"

"Tidak, itu karena omurice kami enak, makanya dia ingin bekerja di sini."

 ...Senpai, apa itu alasannya. 

Yah, aku juga belum pernah mengikuti wawancara untuk pekerjaan paruh waktu, jadi mungkin itu alasan yang normal. Aku dipekerjakan disini tanpa wawancara, jadi mungkin itu normal. 

"Aku langsung dipekerjakan. Itu sangat menarik."

Ah, ya. Ini mungkin berbeda. Hanya karena itu sangat menarik sepertinya bukan tujuan yang normal untuk meramal. 

Maksudku, Manager restoran ini juga terlihat seperti orang yang aneh, seperti yang aku dengar dari Senpai. 

"Maaf ya... Suamiku pada dasarnya sangat menyukai orang yang menarik dan itu kriterianya untuk perekrutan. Orang-orang biasa dianggap tidak menarik, jadi dia tidak akan mempekerjakan mereka."

Aku bahkan mendapat permintaan maaf dari istrinya. Yah, karena aku sudah dipekerjakan berdasarkan kriteria itu, jadi sulit bagiku untuk mengomentarinya.
 
Tapi... 

"Saya itu biasa saja, bukan? Bukankah saya seharusnya tidak diterima berdasarkan itu…?"

Ya, aku hanyalah seorang siswa SMA laki-laki yang sangat normal. Aku tidak memiliki keahlian khusus seperti Shoichi-senpai yang jago basket dan aku tidak memiliki apa-apa yang menarik... 

Itulah yang aku pikirkan, tapi mata Manager mengatakan sebaliknya, dia mulai berbicara dengan penuh semangat.

"Apa yang kau bicarakan! Bisa punya pacar Gal itu hanya ada di manga atau anime, mana mungkin tidak menarik! Misumi-kun, kau juga cukup menarik!"

Eh…? Aku tidak tahu harus menjawab apa kalau kau mengatakan itu….

"Jadi, sampai kita membuka toko, ceritakanlah tentang dirimu. Karena kita tidak melakukan wawancara, anggap saja ini sebagai gantinya!!"

Aku sedikit terkejut dengan cara Manager yang mendatangiku secara langsung. 

Tidak ada yang menarik tentangku... Apa yang harus aku ceritakan... 

Saat aku sedang memikirkan itu, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang berat menindih tubuhku. 

"Ugh...?!"

Aku tidak terjatuh, tetapi aku kehilangan keseimbangan dan tubuhku sedikit terhuyung-huyung.

Apa yang terjadi tiba-tiba?! Eh? 

Ada sesuatu yang berat, hangat dan sangat lembut menekan punggungku. Ketika aku berhasil menyeimbangkan tubuhku dan melihat ke samping... ada sebuah wajah di sana. 

Itu wajah seorang wanita. 

Dan itu cukup mencolok. 

"Haii, Guten Morgen. Ah, apakah kamu Kouhai-kun yang mau bekerja paruh waktu di sini? Mohon kerja samanya mulai sekarang♪" 

Sambil membuat tanda peace di samping wajahku, dia berbicara kepadaku dengan nada yang agak ceria. Ketika aku tercengang, gadis itu segera menjauh dariku dan berputar-putar seperti sedang menari. 

Dia kemudian melihat sekeliling dan memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu. 

"Are? Shibe-chan tidak ada di sini hari ini?" 

"Ya... Shibetsu-kun mengambil cuti mulai hari ini."

"Oh, begitu ya. Jadi, itu sebabnya anak ini datang untuk membantuku."

Dia itu Gal, gadis ini Gal. Dan dia tipe Gal yang berbeda dari Nanami dan Otofuke-san. Dia terlihat seperti orang yang sangat bebas. 

Rambutnya berwarna mencolok, berkulit kecoklatan, memiliki atasan dan bawahan yang besar dan mengenakan banyak aksesoris.

Sepertinya ada semacam tato? 

Tampaknya ada tato berbentuk hati yang sekilas terlihat dari bagian dadanya.

Piye Iki cok? Bagaimana aku harus berinteraksi dengannya?! 

Saat aku sedang kebingungan, Gadis Gal itu dengan cepat mengulurkan tangan kanannya. 

"Aku Yutari Nao, sekali lagi, mohon kerja samanya~"

"Ah, aku Misumai Yoshin... Aku juga, mohon kerja samanya."

Tidak mungkin untuk menolak tangan yang diulurkan kepadaku, jadi aku membalasnya dengan menjabat tangannya. Aneh rasanya jika aku bilang aku tidak bisa berjabat tangan karena aku mempunyai pacar.
 
Setelah aku menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku, aku mungkin akan bertanya kepada Nanami tentang hal itu. Apa ini aman atau tidak. Tidak, menurutku ini aman. Meskipun begitu, aku akan memberitahu Nanami nanti. 

Sementara Yutari-san memegang tanganku, dia memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan, lalu dia membuka mulutnya dengan mata yang terlihat sedikit mengantuk. 

"Misumai... Misu mai... Misu-chan tidak imut, bolehkah aku memanggilmu Mai-chan?"

"Hah? Eh?"

"Kamu bisa memanggilku Nao-chan. Naonao atau semacamnya juga boleh."

...Dia benar-benar agresif sekali. Apa yang harus aku lakukan, aku belum pernah bertemu dengan tipe Gal seperti dia sebelumnya. Tidak, sejauh ini aku hanya mengenal tiga orang gadis Gal.

Cara dia menutup jarak di antara kita sangat cepat. 

Apakah ini yang disebut orang ekstrovert? Sepertinya gambaranku tentang orang ekstrovert selama ini akan berubah...

Mungkin orang-orang sebelumnya selama ini sedang menahan diri. 

Aku terdiam saat masih berjabat tangan, Yutari-san terlihat sedikit cemas dan memiringkan kepalanya lebih jauh lagi. Sekarang tubuhnya hampir miring sepenuhnya. 

"Apa kamu tidak suka? Kalau kamu tidak suka... mungkin nama panggilan seperti Suma-chan akan lebih baik?"

"Tunggu sebentar. Aku belum bisa memprosesnya, jadi tolong berbicara lebih lambat."

Meskipun menyedihkan, aku menyatakan bahwa aku menyerah.

Tidak, informasi yang diberikan terlalu banyak sehingga aku merasa tidak dapat memprosesnya. Sayangnya, spesifikasiku cukup rendah. Ini sudah terlalu banyak informasi.

Orang ini memiliki karakter yang paling kuat dan unik dari semua orang yang pernah aku temui...

Setelah aku memikirkan itu, aku segera sadar bahwa caraku berbicara mungkin terdengar kurang sopan. Saat aku hendak meminta maaf, dia menggumamkan satu kalimat tanpa terlihat terlalu mempermasalahkannya.
 
"Begitu ya, maaf ya." Senyuman yang dia tunjukkan di wajahnya membuatnya terlihat seperti seorang gadis kecil yang polos. 

* * *

Pekerjaan paruh waktu pertamaku berlalu dengan sangat cepat. 

Aku mengenakan celemek yang diberikan, memegang nota pesanan yang ditulis tangan yang mungkin sudah jarang ditemukan saat ini dan aku mendengarkan pesanan pelanggan. 

Aku pikir hanya ada sedikit pelanggan yang akan datang karena liburan musim panas, tetapi ternyata saat para pelajar sedang berlibur, para pekerja tidak... 

Saat siang hari, orang-orang dengan pakaian kantor datang berbondong-bondong. 

Restoran bergaya Barat ini tampaknya sangat populer dan selama 1 jam itu bisa dibilang seperti berada di medan perang. 

Aku hanya bisa berusaha untuk mengikutinya, mengambil pesanan, meneruskannya kepada Manager dan mengantarkan makanan. Aku berusaha keras untuk mengingat apa yang telah diajarkan sebelumnya. Aku berusaha keras, sepertinya sudah lama sekali aku tidak begitu berusaha keras. 

Tapi, orang-orang tampaknya sudah terbiasa dengan hal itu.

"Ah, Hashi-chan, lama tidak ketemu. Menu spesial hari ini adalah katsu, jadi silakan pesan yang lain ya."

"Apaan sih, Nao-chan?! Aku juga ingin makan katsu!"

"Ee? Bukannya Hashi-chan dilarang memakan gorengan oleh dokter, apa sudah tidak apa-apa sekarang?"

"Tidak apa-apa! Aku sudah minum obat, jadi tidak masalah jika hanya sesekali. Jadi, aku pesan menu spesial hari ini ya."

"Oke deh. Btw, siapa yang bersamamu itu? Baru ketemuan, kan? Ohh, apa hari ini Hashi-chan yang mentraktir? Enak banget, aku juga mau dong."

Dengan cara seperti itu, Yutari-senpai menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna sambil berbincang-bincang dengan pelanggan. Dari cara dia berbicara dengan pelanggan tetap, sepertinya dia adalah 'gadis poster' dari restoran ini. 

Dia memang benar seorang Gal, tapi celemeknya sangat cocok dengannya... Aku pikir dia sedikit mirip dengan Nanami dalam hal itu. Aku sangat berterima kasih kepada Senpai karena telah membantuku selama bekerja. 

Meskipun aku sibuk dengan hal-hal seperti menyajikan minuman dingin, mengelap meja dan pusing dalam menyajikan makanan, Senpai selalu memberiku instruksi yang tepat tentang apa yang harus aku lakukan selanjutnya. 

"Mai-chan, ada meja yang kosong, jadi tolong antar pelanggan ke sana ya."

"Roger!"

"Oh, jawaban yang bagus."

Apa yang aku coba lakukan adalah menjawabnya dengan semangat. Ini adalah saran yang aku terima dari Nanami.

Awalnya, aku pikir hal ini akan menggangu kenyaman orang lain jika aku terlalu bersemangat. Tapi menurut Nanami, itu sebaliknya. 

'Justru karena kita tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik, kita harus lebih bersemangat. '

Saran dari seseorang yang sudah berpengalaman dalam bekerja paruh waktu memang berbeda. Nanami juga mempelajari hal ini saat dia pertama kali bekerja paruh waktu. Jika kita bersemangat, akan lebih mudah untuk menindaklanjutinya meskipun kita membuat kesalahan. 

Aku menyadari bahwa diperlukan pola pikir yang berbeda dari belajar dan aku benar-benar merasakan bahwa bekerja itu memang sulit. 

Ayah, Ibu, terima kasih atas kerja keras kalian setiap hari. 

Di paruh kedua, aku benar-benar merasakan rasa terima kasih dan hormat kepada orang tuaku di dalam hatiku. Mereka berdua bekerja dari pagi hingga malam... Dan dalam waktu singkat, waktu makan siang pun berakhir. Setelah melayani pelanggan terakhir pada jam makan siang, restoran ditutup sementara. Nampaknya restoran ini akan ditutup sementara waktu untuk beristirahat dan melakukan persiapan sebelum dibuka pada malam harinya. Baru saat itu... aku bisa melepaskan keteganganku. 

"Wah, kau benar-benar membantu, Misumai-kun."

"Sungguh, aku tidak percaya ini pertama kalinya kamu bekerja paruh waktu."

"Be.. begitukah? Apa aku benar-benar membantumu...?"

Aku hanya bisa tersenyum ketika mendengar pujian dari manager. Aku merasa kehabisan napas karena rasa lelah yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, jadi aku memaksakan senyum di wajahku. 

Saat duduk di dalam restoran yang sudah tidak ada pelanggannya, aku merasa semua tenaga di tubuhku hilang seketika.

Aku ingin tahu, apakah aku masih bisa berdiri setelah ini? Para pekerja di dunia ini... benar-benar luar biasa bisa terus bekerja seperti itu...  Aku sangat menghormati mereka.

"Yup, itu benar. Mai-chan, kamu sangat bersemangat dan itu sangat bagus. Bahkan para pelanggan tetap juga memujimu." 

Mendapat pujian... itu sangat menyenangkan. Entah mengapa, hanya dengan mendengarkan kata-kata itu, membuat rasa lelahku sedikit berkurang.
 
Dan pada saat itu, perutku berbunyi keras. Mungkin karena aku belum makan siang, aku mulai merasa lapar. 

Oh, saat aku menyadarinya, aku merasa sangat lapar... 

"Ahaha, itu suara yang bagus. Mari kita makan. Kamu mau makan apa? "Oh, menu spesial hari ini! Aku sudah lama ingin makan katsu."

"Sayang sekali, menu spesial sudah habis terjual..."

Mendengar kata-kata istri manager, Yutari-senpai terkejut sampai dia tidak bisa berkata apapun. Katsunya memang terlihat sangat lezat.

Katsu renyah yang ditaburi saus tomat dan lemon di atasnya... dan aku yakin akan lebih enak jika memiliki lebih banyak sayuran sebagai pelengkapnya. 

"Misumai-kun, mau makan apa?" 

"Ah, err... aku..." Saat aku melihat menunya, ada satu hidangan yang menarik perhatianku. 

"Kalau begitu, aku mau omurice-nya.." 

"Oke. Mohon tunggu sebentar ya."

Omurice yang sempat disebutkan oleh Shoichi-senpai saat wawancaranya. Aku sedikit penasaran dengan itu. Aku pikir ini akan enak untuk makan siang, jadi sejujurnya aku sangat senang bisa memakannya.

Jika rasanya enak, aku mungkin akan datang ke sini untuk makan bersama Nanami. 

Tapi, bagaimana dengan membawa pacar ke tempat kerja paruh waktu? Apakah ada semacam aturan yang melarang hal semacam itu? Mungkin aku harus menanyakannya lain kali... 

"Ngomong-ngomong, Mai-chan itu Kouhainya Shibe-chan, kan? Bagaimana hubungan kalian? Apa Mai-chan juga main basket?" Sambil menunggu makanan, Yutari-senpai juga duduk di kursi dan berbicara padaku sambil memainkan smartphonenya. Lebih tepatnya, dia lebih banyak memperhatikanku daripada smartphonenya, sepertinya smartphone hanya sebuah alasan saja. 

Shibe-chan... Ini mungkin pertama kalinya aku mendengar seseorang memanggil Shibetsu-senpai dengan nama itu. Aku penasaran dengan pendapat Senpai tentang panggilan itu. Kemungkinan besar dia tidak terlalu memikirkannya.

Nah, hubunganku dengan Shoichi-senpai ya... Kami teman... itu sudah jelas dan kau tahu itu. Mungkin kau ingin mendengar sesuatu yang lain. 

Nah, bagaimana aku harus menjelaskannya. Aku sedikit pusing memikirkannya dan pada akhirnya, memutuskan untuk memberikan jawaban yang aman dan ambigu.

"Tidak, aku bukan bagian dari klub basket. Kami saling mengenal karena sesuatu hal."

"Oh, begitu ya. Shibe-chan memang terlihat menyusahkan. Meskipun dia sering dijahili, tapi sepertinya dia cukup dikagumi oleh adik-adik kelasnya."

Sulit untuk mengatakan bahwa 'kami bertanding dalam memperebutkan pacar dan aku menang dengan cara yang tidak adil'. Bahkan aku tidak yakin bagaimana menjelaskannya jika ditanya mengapa hal itu bisa terjadi. 

"Yutari-senpai..."

"Eh, panggilan itu tidak imut. Tolong panggil aku Naonao atau Nao-chan saja."

"Maaf, aku sudah punya pacar jadi aku tidak bisa memanggil gadis lain dengan nama mereka."

"Oh, jadi alasanmu bekerja paruh waktu adalah untuk pacarmu ya? Seperti untuk dana kencan... itu bagus. Hmm... kalau begitu, bagaimana dengan Yu-chan?" 

Apa itu sudah menjadi sebuah titik kompromi?

Memang benar itu hanya sebagian dari nama belakangnya… Aku bahkan hampir tidak pernah memanggil Nanami dengan tambahan 'chan', mungkin hanya sekali. 

Aku ingat itu terjadi sekali. 

Yutari-senpai menatapku dengan mata yang penuh harapan. 

Apa yang harus aku lakukan... aku merasa bingung. Aku merasa menolak permintaan seperti ini di tempat kerja paruh waktuku akan memperburuk hubunganku dengan orang-orang di masa depan. 

Meskipun hubungan Senpai-Kouhai tidak begitu ketat, tetapi jika menolaknya dengan tegas sepertinya akan memperburuk suasana. 

Tapi, memanggil gadis yang baru aku kenal dengan sebutan yang terlalu santai agak sulit... Yah, meskipun aku memanggil Tomoko-san dan Saya-chan dengan nama depan, tapi mereka adalah keluarga Nanami, jadi mereka itu pengecualian. 

Baiklah.... 

"Yu-senpai..."

"Oh, aku mengerti. Mai-chan itu orangnya serius ya... Aku suka keseriusanmu itu!" 

Aku sedikit terkesan, tapi ini adalah batas kompromiku. Sudah kuduga aku tidak bisa memanggil gadis selain pacarku dengan sebutan 'chan', aku harap dia bisa memaklumiku dengan menggunakan singkatan dari nama belakangnya ditambah panggilan 'Senpai'.

Yutari-senpai....Melihat reaksi Yu-senpai, sepertinya tidak ada masalah. Mulai sekarang, aku akan memanggilnya Yu-senpai. 

"Yu-senpai, bagaimana kau mengenal Shoichi-senpai?"

"Eh? Ah, kami berdua teman masa kecil. Kami sudah bersama sejak kami masih kecil."

... Osananajimi, katamu?! 

Aku berteriak keras di dalam hati agar tidak terlihat terkejut di wajahku. 

Ini mungkin pertama kalinya aku bertemu seseorang yang bersama teman masa kecil.

Tapi, Senpai tidak pernah menyebutkan tentang hal itu... Mungkin karena itu bukan informasi yang perlu disampaikan? 

"Jadi, kau bekerja bersama dengan teman masa kecilmu. Itu adalah hubungan yang aneh."

"Iya, aku, Onee, Onii dan Shibe-chan, kami berempat adalah teman masa kecil." 

Yu-senpai menunjuk dirinya sendiri, manager yang sedang memasak di dapur dan istri manager yang bersamanya. 

Jadi, seperti yang dikatakan bahwa restoran ini milik kenalan Senpai, tapi sebenarnya, semua orang di sini adalah teman masa kecilnya. 

Jika dia memanggilnya Onee dan Onii, itu berarti... Apakah itu artinya dia dan Istri Manager adalah Kakak-adik?

Aku merasa mereka seperti kakak beradik beberapa waktu lalu. 

"Ah, ini foto lama Onee. Dulu dia benar-benar Gal. Lihat ini. Dia sangat seksi dan imut. Shibe-chan selalu bilang dia ingin menikahinya."

Entah mengapa, aku merasa seperti sedang mendengar hubungan romantis Shoichi-senpai di masa lalu. Mungkin alasan Senpai menyatakan perasaannya kepada Nanami adalah karena dia mempunyai pengalaman seperti itu. 

Mungkin aku akan menanyakannya lain kali jika ada kesempatan. 

"Ngomong-ngomong, Yu-senpai... apa kau masih SMA?

"Eh? Apa menurutmu aku terlihat masih SMA? Aku mahasisiwi. Gadis yang masih memiliki masa muda."

Senpai tampak bersemangat sambil membuat pose gyaru peace. Jadi dia seorang mahasiswa. Itu artinya Shoichi-senpai yang paling muda. 

Entah kenapa, sepertinya Senpai berada di posisi adik bungsu itu cukup masuk akal. 

Setelah itu, Yu-senpai terus berbicara berbagai topik denganku. Seperti bagaimana Shoichi-senpai di sekolah, tentang pacarku… Nanami dan lain-lain. 

Sering dikatakan bahwa orang yang pandai berbicara adalah orang yang pandai mendengarkan. Aku tidak terlalu pandai untuk memulai pembicaraan, tapi aku merasa aku bisa berkomunikasi dengan lancar saat berbicara dengan Senpai. 

...Aku rasa ini juga berkat pengalamanku bersama Nanami. 

"Maaf sudah menunggu. Ini omurice untukmu, Misumai-kun, dan... napolitan untuk Nao. Dan ini dessert sebagai ucapan terima kasih atas kerja kerasmu di hari pertama."

Saat kami sedang mengobrol santai, manager dan istrinya datang membawakan makanan. Omuricenya terlihat lezat dengan aroma yang harum dan uap yang mengepul darinya. 

Untuk dessertnya adalah puding. Sepertinya itu buatan sendiri dan warnanya lebih gelap daripada yang yang dijual di pasaran.

Apa ini puding kukus? Ah, sudah lama sekali aku tidak makan puding.

Aku biasanya tidak memakan sebanyak itu, tapi aku menjadi bersemangat ketika disajikan di restoran bergaya Barat seperti ini. 

Aku ingin menunjukkannya kepada Nanami.

....Haruskah aku mengambil foto? 

Itulah yang aku pikirkan, tapi aku ingat bahwa aku meninggalkan smartphoneku di loker. 

Aku merasa tidak sopan jika aku pergi mengambil smartphoneku di depan makanan yang sudah disajikan... Aku rasa mungkin aku akan mengambil fotonya lain kali. Ah, Yu-senpai mengambil foto dengan normal…. itu cepat. 

"Ah, Mai-chan, aku akan mengambil fotomu. Ayo, beri pose."

"Eh?"

Aku segera membuat pose peace dan Yu-senpai langsung mengambil foto dengan smartphonenya. Karena aku disuruh secara tiba-tiba, apakah wajahku terlihat konyol? 

Yu-senpai berkata dia akan mengirimkan fotonya nanti dan mulai memakan napolitan yang dia pesan sambil mengucapkan "Ittadakimasu". Secara tidak terduga, mungkin aku bisa mengambil foto yang ingin aku tunjukkan kepada Nanami. 

Sebelum makanannya menjadi dingin, mungkin aku juga harus mulai memakannya. 

"Ittadakimasu." Aku menyatukan kedua tanganku dengan omurice di depanku dan kemudian bersiap dengan pisau. 

Ketika aku menusukkan pisau ke dalam telur diatasnya, telurnya terbelah menjadi dua bagian, membungkus nasi yang dibawahnya. Ini pertama kalinya aku memakan omurice yang dibelah seperti ini. 

Ini benar-benar membuatku bersemangat hanya dengan melihatnya dan aku mengganti pisauku dengan sendok untuk mulai menyantap omurice tersebut. 

Di bawah telur setengah matang yang lembut terdapat nasi dan sausnya bukan sekadar kecap biasa, melainkan mirip saus tomat. Warna merah, kuning dan putih yang terlihat sangat mencolok. 

Aku langsung memasukkan satu gumpalan yang ada di atas sendok ke dalam mulutku. Rasa manis dari telur dan rasa asam dari saus tomat mulai menyebar di dalam mulutku. Rasa asamnya itu sendiri menyegarkan dan menyeimbangkan rasa telur yang mungkin terasa terlalu kuat. 

Saat mengunyahnya, aroma telur yang manis dan aroma mentega yang kaya menembus hidung. Sedikit setelah itu, aku bisa merasakan aroma saus tomat yang mengandung rempah-rempah. 

Rasa dari berbagai bahan makanan tersebut mulai bercampur di dalam mulut. Masing-masing rasa menyebar dengan keseimbangan yang sempurna tanpa menghilangkan rasa yang lain.

Ini...

"Maknyus..."

Kata-kata itu keluar tanpa sadar. 

Rasanya yang begitu enak ini hampir membuat air mataku keluar. Mungkin karena ini pertama kali aku bekerja keras, aku merasa sangat terharu. Aku merasa bisa memakan ini tanpa henti. Sendokku tidak bisa berhenti. 

"Onii, apa kamu mengganti bakonnya? Bakonnya memiliki aroma yang lebih kuat dari biasanya."

"Kamu benar-benar tahu ya. Aku mendapatkan kualitas yang bagus jadi aku mencobanya. Bagaimana menurutmu?" 

"Iya, enak sekali. Dengan bakon seperti ini, rasanya akan lezat juga jika digoreng sederhana dengan bayam. Ah, aku ingin mencoba gratin bayam dan bakon lain kali!" Yu-senpai juga terlihat menikmati napolitannya. Dia terlihat sangat bahagia. 

Dia juga menyampaikan pendapatnya tentang berbagai rasa dan manager pun menjawabnya dengan senyuman. Mereka tampaknya orang-orang yang sangat akrab.

Aku benar-benar ingin datang ke restoran ini lagi bersama Nanami. Ini sangat lezat dan suasana tempatnya juga bagus. Aku bertanya-tanya apakah dia akan senang jika kami datang bersama saat berkencan... 

...Apa yang sedang Nanami lakukan sekarang, ya? Tidak, dia sedang bekerja paruh waktu. Aku penasaran bagaimana rasanya bekerja di sana. Apa pekerjaan paruh waktu di tempatnya juga sulit? 

Sampai saat ini, aku bekerja dengan keras, jadi aku bertanya-tanya apakah Nanami juga bekerja dengan keras sepertiku. Entah kenapa, mungkin karena kami terpisah, jadi aku terus memikirkan tentang Nanami. Ini adalah perasaan yang aneh, bukan merasa kesepian. 

Mungkin karena kami biasanya selalu bersama dan tiba-tiba kami terpisah?

Yu-senpai yang sedang ceria memakan napolitan... Meski ini masih hari pertamaku, aku merasa bisa akrab dengan Senpai. 

Artinya, aku harus berusaha keras agar tidak menjadi beban. 

"Hm? Ada apa, Mai-chan? Oh, apa kamu mau mencoba napolitan ini ? Yah, kamu masih remaja SMA, jadi nafsu makanmu lagi tinggi. Ayo, ah..."

"Hm? Apa masih kurang, Misumai-kun? Tidak perlu sungkan untuk memberitahuku..."

Tanpa sadar, napolitan sudah disodorkan di depanku.

Ah, mungkin karena aku terlihat linglung, jadi dia berpikir aku ingin mencobanya. Tidak, itu bukan maksudku. 

Atau lebih tepatnya, Yutari-senpai terlalu mudah menyodorkannya.

Apakah orang ini benar-benar tidak terlalu memperhatikan jarak ? Aku merasa…. sepertinya aku harus lebih berhati-hati tentang hal ini. 

"Maaf, tapi aku sudah mempunyai pacar, jadi aku harus menolak ini..."

Meski aku merasa bersalah, aku tidak bisa menerima garpu yang disodorkan itu. 

Aku menolaknya dengan tegas sambil meminta maaf. 

Aku berpikir untuk meminta maaf jika aku menyinggungnya... tapi sepertinya Senpai malah terlihat kagum dengan ekspresi terkejut di wajahnya. 

"Oh, seorang siswa SMA yang bisa menolaknya...!"

"Sudah lama sekali aku tidak melihat orang yang bisa menolak karena memiliki pacar..."

Eh, apakah itu sesuatu yang jarang? Bukankah itu normal? 

Karena aku memiliki pacar, aku pikir harus ada batasan dan jarak tertentu dalam berinteraksi dengan wanita lain, tapi sepertinya itu dianggap sesuatu yang jarang. 

"Maaf ya, Misumai-kun... Adikku ini memang punya masalah dalam menjaga jarak dengan orang lain..."

Oh, jadi dia memang adiknya... Istri dari manager menepuk ringan kepala Yu-senpai sambil mengerutkan alisnya dengan ekspresi kesal.

Senpai yang ditepuk tampaknya tidak terlalu peduli, hanya menjulurkan lidahnya dan tertawa ceria tanpa ada rasa bersalah. 

"Eh? Bukankah lebih baik jika semua orang bisa akrab? Itu yang disebut, 'Cinta dan Pertemanan'..."

"Kamu tidak bisa menjaga jarak dengan tepat... Kami pasti pernah mendapatkan masalah karena itu."

"Boo... Onee dulu juga seorang super gyaru, kulitmu sampai cokelat."

Istri manager mencoba menutup mulut Senpai, Senpai pun berusaha melawan. 

Manager hanya mengamatinya sambil tersenyum dan menikmati makanannya. Aku juga sedikit tersenyum melihat mereka berdua bertengkar dengan rukun. 

Sambil meninggalkan mereka berdua, manager menghadap ke arahku. 

"Kau benar-benar membantu hari ini. Apa masakannya cocok denganmu?" 

"Wuenak banget. Mungkin ini pertama kalinya aku memakan omurice yang selezat ini."

"Senang mendengarnya. Tapi, apa kau bisa mengatakan bahwa ini pertama kalimu? Bukankah masakan pacarmu akan lebih lezat?"

"Ah, tidak. Hanya saja aku belum pernah mencoba omurice buatannya."

Manager mengangkat bahunya sambil tersenyum. Mungkin lain kali aku akan membuat omurice bersama Nanami. Aku juga ingin belajar cara membuatnya dari manager

"Ngomong-ngomong, orang seperti apa pacarmu, Misumai-kun?"

"Err... Orangnya imut banget."

Ditanya seperti itu, aku merasa sedikit kesulitan untuk menjelaskannya.

Imut, baik hati, menyenangkan saat bersamanya...

Banyak sekali kata pujian yang terlintas di pikiranku, tapi aku bingung bagaimana menjelaskannya kepada orang lain. 

Aku tidak tahu apakah aku boleh menjelaskan bahwa dia itu juga gadis Gal. Tapi, mendengar kata-kata manager, aku melihat dua orang yang sedang asyik bertengkar tadi tiba-tiba bergerak ke arahku. 

Mereka berdua mendekatiku dengan langkah yang serasi dan membuka mulut mereka pada waktu yang bersamaan. 

"Aku ingin melihat seperti apa dia!!" Suara mereka yang serempak, seperti duet yang unik sampai ke telingaku. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa mereka akan meminta untuk melihatnya. 

Meskipun baru hari pertama, semua orang disini sepertinya agak antusias.

Apakah ini normal bagi orang-orang yang ceria? Kurasa Senpai juga memiliki sifat seperti ini. 

Saat ini aku tidak membawa smartphoneku, jadi aku tidak bisa memperkenalkan Nanami... Tapi mungkin, ini terdengar sebagai alasan yang lemah. Aku hanya perlu mengambil smartphoneku. 

Untuk saat ini, aku memutuskan untuk pergi mengambil smartphoneku dari loker. 

Di smartphone yang aku letakkan di loker yang sudah disediakan... ada pesan masuk dari Nanami. 

Eh? Bukankah dia mengatakan bahwa sulit untuk menghubungiku saat dia bekerja paruh waktu...? 

Dengan pemikiran seperti itu, aku membuka pesan dari Nanami... dan tanpa sadar aku mengeluarkan suara yang sangat kaget. Pesan itu... benar-benar di luar dugaan. 

"Apa?!" Di sana, foto Nanami telah dikirimkan. 

Foto Nanami yang mengenakan pakaian gadis ring.

"Hm? Tunggu, bukannya dia bilang hanya di belakang panggung...? Eh? 
Kenapa dia memakainya?! Dan kenapa ada foto nya juga...?!"

Yang terlihat di foto bukan hanya Nanami. Ada juga Otofuke-san dan Kamoenai-san yang mengenakan pakaian yang sama. Mereka bertiga seperti sedang berpose untuk foto promosi. 

Tidak, Nanami hanya berpegangan erat pada Otofuke-san saja. Kedua orang yang lain terlihat sangat menikmatinya... 

Aku menatap Nanami sekali lagi. 

Tidak... Nanami, bagaimana kamu bisa memakai ini... 

Bagian atasnya memiliki kain yang lebih banyak dibandingkan baju renang, tapi belahan dada dan bahunya terbuka dengan berani. Ada sebuah tali yang melewati belahan dada yang membentuk seperti tanda silang. 

Bagian bawahnya adalah celana pendek, dengan bagian perutnya yang terbuka dengan berani…. dan ada tali yang keluar dari celana pendek itu. Menunjukkan celana dalam… sesuatu seperti itu? Talinya terlihat sangat terentang pada sudut yang tajam. 

Meskipun begitu, celananya sangat pendek hingga memperlihatkan pahanya, jadi jika ada yang mengatakan itu adalah baju renang, aku mungkin akan percaya karena tingkat keterbukaannya yang tinggi. Jadi ini adalah jenis pakaian yang dikenakan oleh gadis ring. 

Keseluruhan pakaiannya berwarna hitam, tetapi garis-garis yang terdapat pada pakaian masing-masing memiliki warna yang berbeda. Nanami berwarna biru, Otofuke-san berwarna merah, Kamoenai-san berwarna oranye.

Dan yang paling penting... di sekitar pinggang, di samping pusarnya, ada sesuatu yang terlihat seperti tato berbentuk hati. Mungkin itu adalah sticker karena tidak ada saat dia memakai baju renang.  Warna hati itu juga berbeda-beda, sepertinya sesuai dengan warna pakaian mereka. 

Mungkin itu adalah stiker tato.

Aku kemudian mengalihkan pandanganku dari sosok Nanami dan menatap ke langit. 

"Begitu, itu tidak bisa di tolak ya..."

Mengingatnya kembali, saat Nanami mengatakan bahwa dia akan berada di belakang panggung jadi tidak perlu mengenakan kostum... sepertinya itu adalah sesuatu yang telah ditentukan. 

Yah, meskipun dalam kenyataannya mungkin berbeda, tapi aku tidak bisa tidak berpikir seperti itu. Rasanya seperti masa depan dimana Nanami akan mengenakan itu sudah ditentukan. 

...Apa ini baik-baik saja? Itu bukan paksaan, kan? 

Jika itu paksaan... Aku merasa mereka berdua tidak akan membiarkannya. Jadi, mungkin Nanami sudah menyetujui untuk mengenakan itu hingga batas tertentu. 
Meskipun begitu, itu terlalu seksi. 

"Ah, sial. Aku membuat semuanya menunggu..."

Sadar kembali, aku langsung mengambil smartphoneku dan kembali ke tempat manager dan yang lainnya. Aku kembali dengan sedikit berlari dan meminta maaf karena telah membuat mereka menunggu dan mereka pun bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi. 

"Ada sedikit pesan dari pacarku."

"Oh, apa tidak apa-apa jika tidak membalasnya? Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami."

Kalau dipikir-pikir, pengaruh dari foto itu terlalu kuat sampai aku tidak melihat isi penting dari pesannya. Itu mungkin alasan mengapa dia mengirimkanku foto seperti itu. 

...Mungkin dia meminta bantuan? Jika itu masalahnya, aku harus bergegas ke sana. Meskipun aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan ketika sampai di sana...

Tidak, dia mengirimku foto seperti ini, mungkinkah itu tidak benar juga...? Lagi pula, tidak mungkin kedua orang itu membuat Nanami melakukan sesuatu yang dia tidak suka. ...Tidak mungkin kan?

Meskipun aku punya banyak keraguan, aku memutuskan untuk memeriksa pesan yang datang dari Nanami. Dengan perasaan takut, aku menggulir fotonya dan melihat pesannya. 

> (Nanami): Halo, Yoshin. Apa kamu sedang berusaha keras di pekerjaan paruh waktumu? Aku juga sedang berusaha keras. Aku harus berusaha keras sekarang. Sepertinya ada kekosongan pada karyawan gadis... jadi aku juga harus mengenakan kostum... Namun, sepertinya hanya mereka yang mengenakan kostum yang bisa mendapatkannya, jadi aku akan memakainya dengan baik demi Yoshin yang menantikannya! Aku akan mengirimkan fotonya untuk saat ini. Tunggu sampai aku pulang... nantikan ya!!

Pesan yang dikirimkan terkesan agak putus asa. Tidak, mungkin dia benar-benar putus asa. 

Namun, setelah membaca pesan itu, aku merasa sedikit bingung. Aku pernah mendengar bahwa orang biasanya akan menyampaikan yang sebenarnya di bagian akhir pembicaraan. 

Mereka menyampaikan sikap formal terlebih dahulu, memberikan jeda sejenak, lalu baru menyampaikan yang sebenarnya. Dengan kata lain, bagian akhir dari pesan ini mungkin adalah maksud Nanami yang sebenarnya... yang berarti... 

Ini bukan salahku, kan!? Tidak, aku tidak tahu apakah ini benar-benar salahku. Tapi setidaknya, Nanami telah berusaha keras memakai kostum itu untukku. Ini sudah terlalu berlebihan. 

Saat aku sedang berpikir begitu, sebuah foto tambahan dikirimkan. 

Dia menyatukan kedua tangannya di bawah dada, menekan dadanya sambil mengedipkan matanya. Tapi, karena ada sedikit keringat dingin, aku bertanya-tanya apakah dia sedang memaksakan diri.

Jika dilihat dengan lebih dekat, kedipannya juga terlihat tegang. 

Oke. Hatur Nuhun ... tidak, bukan itu. Aku tidak seharusnya berterima kasih. Tidak, aku merasa ingin mengucapkannya. 
Sial, aku merasa sedikit membenci diriku sendiri karena menantikan lebih banyak dari foto itu. Yah, bagaimanapun aku remaja SMA yang normal.

"Ada apa, Misumai-kun...?" Tiba-tiba aku memegang kepalaku dan ketiga orang itu melihat ke arahku dengan khawatir.

Oh iya, aku masih di tempat kerja paruh waktu. Apa.aku membuat mereka khawatir? 

"Um, sepertinya ada kekosongan di tempat kerjanya... dan pacarku harus melakukan pekerjaan yang tidak terduga itu. Maaf sudah membuat kalian khawatir..."

"Ah... hal-hal seperti itu memang ada ya... Itu memang sulit."

"Err, aku terkejut melihat foto pacarku yang sedang bekerja paruh waktu."

"Eh?! Aku ingin melihatnya. Seragam di tempat kerja paruh waktunya lucu kan. 
Onee, kita buat seragam yang lucu juga. Seperti seragam pelayan gitu. Seperti apa tempat kerja pacar Mai-chan?"

Seragam lucu? Pakaian ini... bolehkah disebut sebagai seragam lucu? Tidak, mungkin ini memang lucu. Aku punya gambaran bahwa wanita menganggap pakaian dengan tingkat keterbukaan yang tinggi itu terlihat lucu. 

Mungkin itu hanya perasaanku saja. 

Tapi, Nanami dan Otofuke-san juga mengatakan bahwa pakaian yang cukup terbuka itu lucu, jadi mungkin tidak sepenuhnya salah. 

"Mana, seperti apa seragam kerja pacarmu itu?"

Saat aku sedang berpikir, Yu-senpai melompat ke belakangku dan mengintip ke layar smartphoneku. 

Kebetulan, benar-benar secara kebetulan, aku sedang menampilkan foto Nanami di layar sehingga dia bisa melihatnya dengan jelas. Tapi, mengingat senpai juga seorang gyaru, mungkin dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Tidak, malah mungkin Senpai akan menjadi lebih bersemangat dan senang saat melihat Nanami. Mungkin dia akan mengatakan hal seperti "ini juga bagus ya". 

Namun, dari Senpai... tidak ada kata-kata yang keluar. 

Hanya keheningan. Dalam situasi itu, aku memiringkan kepalaku, tapi manager dan lainnya hanya tersenyum pahit. Seolah-olah itu adalah hal yang biasa terjadi.

Senpai dengan tenang, sangat tenang, mundur satu langkah menjauh dariku... dan kemudian dia duduk di kursi yang ada di sana, seolah-olah dia kehilangan tenaga.

Dan... ketika aku melihat lebih dekat, dia menatapku dengan wajahnya yang telah memerah. 

"Ini... seragam ini... mungkin tidak terlalu cocok... Maksudku, pacar Mai-chan... 
sangat... itu..." Sambil ragu-ragu, dia membuka mulutnya dan berusaha memilih kata-kata yang tepat.

"...Sangat seksi ya."

..Itu kata-kata yang kau pilih, Senpai?

Tapi, melihat Senpai yang tersipu seperti itu... sedikit mengingatkanku pada Nanami. 

* * *

"Kalau begitu, terima kasih atas kerja kerasnya."

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Misumai-kun, sampai jumpa besok."

"Mai-chan. Sampai jumpa lagi." 

Setelah menyelesaikan pekerjaaan paruh waktuku, aku berpindah ke tempat kerja paruh waktu Nanami. Hari ini, Nanami bilang bahwa dia akan bekerja sampai malam, jadi sepertinya kami tidak bisa bertemu, dan aku juga merasa begitu.

Tapi, aku tidak bisa. Aku ingin bertemu dengannya... alasan utamanya adalah karena dia mengenakan kostum itu.

Aku khawatir jika aku tidak pergi ke sana, Nanama akan digoda oleh orang-orang yang ada di lokasi tersebut. Itulah kekhawatiran yang muncul di pikiranku.
 
Jadi, meskipun ini tidak seperti diriku, aku berpikir untuk pergi dan menunjukkan kepada mereka bahwa aku adalah pacarnya Nanami. Aku berpikir, orang-orang biasanya tidak akan mengganggu seseorang yang sudah memiliki pacar.

Orang-orang di tempat kerjanya juga pasti ingin menghindari skandal atau semacamnya. Ya, tapi aku masih khawatir, jadi aku akan pergi menemuinya.

Tubuhku yang baru selesai bekerja paruh waktu untuk pertama kalinya tidak merasa lelah sama sekali, mungkin karena aku akan bertemu dengan Nanami.

Bahkan, aku merasa ingin segera berlari ke sana. 

Mungkin karena ini adalah pekerjaan paruh waktu pertamaku, jadi aku malah merasa lebih bersemangat? 

Selama dalam perjalanan dengan kereta, aku memeriksa beberapa foto di smartphoneku. Foto-fotoku dengan para Senpai. Mereka dengan senang hati mengambil foto bersamaku.

Ada foto berempat, foto bertiga dan foto lainnya. Meskipun bukan restoran yang besar, pada dasarnya ada empat orang yang bekerja pada siang hari dan jumlah orangnya akan sedikit bertambah saat operasi di malam hari.

Aku sendiri tidak berencana untuk bekerja paruh waktu pada saat operasi di malam hari, jadi sepertinya ada beberapa orang yang tidak akan aku temui. Karena aku agak pemalu, aku merasa sedikit bersyukur. 

Tapi, manager dan yang lainnya itu orang-orang baik... Mungkin orang-orang yang bekerja di malam hari juga orang-orang yang baik.

Ngomong-ngomong, sepertinya Yu-senpai akan bekerja di shift malam juga. Dia menyebut dirinya sebagai 'gadis poster' yang populer bahkan di malam hari.

Bekerja sepanjang hari... sungguh melelahkan. Ternyata bekerja itu memang tidak mudah... 

Saat melihat foto yang telah diambil, aku tersenyum. Dia memberitahuku bahwa aku bisa menunjukkan foto itu kepada Nanami, bahkan dia mengatakan bahwa dia akan memberikan pelayanan untukku lain kali dan menyuruhku untuk datang makan bersama Nanami.

Itu adalah tawaran yang sangat baik dan aku menjawab 'ya' dengan senang hati.

Entah mengapa, tiba-tiba, aku merasa malu untuk membawa pacarku ke tempat kerja paruh waktuku.

Tidak, mungkin itu lebih baik daripada dia datang saat aku sedang bekerja paruh waktu... Entah mengapa, rasanya malu jika dilihat saat sedang bekerja paruh waktu… Saat aku berpikir sampai di sini, tiba-tiba aku menyadari.

Oh, mungkinkah Nanami juga merasakan hal yang sama? 

Sebenarnya, aku sudah mengirim pesan, 'Bolehkah aku mampir sebentar karena pekerjaan paruh waktuku telah selesai?' Tetapi ketika aku memeriksanya lagi, pesannya masih belum dibaca.

Apa... mungkin dia tidak menyukainya? 

Nanami juga sebenarnya cukup pemalu, mungkin dia tidak ingin aku melihatnya dalam penampilan seperti itu di tempat kerja. 

Ugh, meski aku merasa senang setelah selesai kerja, tapi sepertinya aku tidak berpikir dengan jernih.

Saat aku melihat ke layar untuk mengirim pesan tambahan... tiba-tiba ada tanda sudah dibaca muncul pada pesan tersebut. 

...Saat itu juga, aku terkejut dan tubuhku bergetar.

Apa pesan bisa dihapus? Mungkin seharusnya aku melakukan itu...

Meskipun pesannya sudah dibaca, aku tidak mendapat balasan dari Nanami untuk beberapa saat, jadi aku berhenti mengoperasikan smartphoneku dan menatap layar dengan fokus.

Suara yang mirip dengan dering di telinga berdengung di dalam diriku... diikuti dengan detak jantung dan suara di dalam kereta yang terdengar di telingaku.

Mungkin karena ketegangan, tenggorokanku mulai terasa kering.

Mungkin hanya berlangsung beberapa detik... tapi waktunya terasa sangat lama saat menunggu balasan dari Nanami.

Dan kemudian, aku mendapatkan balasan darinya.

> (Nanami): Eh, kamu mau ke sini?! Beneran mau ke sini!? Sebenarnya, aku pikir kita bisa bertemu sebentar kalau kamu memanggilku dari pintu belakang, aku akan datang menjemputmu!!

Melihat pesan itu, aku merasa lega. Jika dia mengatakan untuk tidak datang...
mungkin aku akan merasa sangat kecewa. Tapi karena aku penasaran, aku memutuskan untuk memastikannya lagi dengan Nanami. 

> (Yoshin): Apa kamu tidak masalah? Bukankah kamu tidak ingin aku melihatmu saat bekerja…. atau sesuatu seperti itu?

> (Nanami): Ini memang agak memalukan sih….tapi yah, menurutku kamu tidak akan bisa melihatku saat bekerja. Kalau hanya bertemu sebentar, aku tidak masalah.

Begitu ya, memang benar juga. Nanami yang memakai kostum sebagai gadis ring, yang berarti dia akan berkeliling di ring selama jeda pertandingan... Itu memang sesuatu yang tidak bisa aku lihat.

Ah, lega rasanya. Mengetahui aku bisa bertemu dengan Nanami tanpa masalah, rasa cemas yang kurasakan tadi seakan-akan adalah sebuah kebohongan dan hatiku merasa lebih ringan.

Lalu, pada saat itu, sebuah foto dikirimkan kepadaku. 

Entah bagaimana caranya, di sana ada foto Nanami yang sedang duduk di kursi dengan kostum gadis ring dan ada tulisan, "Aku tunggu ya ♡".

Dia menyilangkan kaki panjangnya sambil mengambil pose seperti sedang melempar ciuman. Mungkin sebagai tindakan pencegahan dari AC, dia mengenakan jaket yang membuat tingkat keterbukaannya menurun, tapi itu malah membuatnya terlihat sangat elegan. 

Apakah aku murni ingin bertemu dengan Nanami atau karena aku ingin bertemu dengan Nanami yang mengenakan kostum itu... Tidak, itu yang pertama, yang pertama. Aku murni merasa senang karena aku bisa bertemu dengannya.

Pokoknya, setelah turun dari kereta, aku langsung berlari menuju tempat pertemuan.

Tempat pertemuan... apa ya sebutannya. Bukan gedung olahraga... fasilitas? Gedung pertemuan? Ah, sudahlah, apapun itu tidak masalah. 

Tempatnya cukup luas, fasilitasnya besar. Sepertinya aku pernah melihat tempat ini sebelumnya. Juga ada pengumuman di sekolah bahwa salah satu klub akan berpartisipasi dalam turnamen di sini.
Aku sama sekali tidak tertarik, jadi aku tidak ingat. Aku yakin itu bukan klub basket. 

> (Yoshin): Aku sudah sampai

> (Nanami): Oke, datang ke pintu belakang. Aku akan menemuimu.

Mengikuti instruksinya, aku berputar dari depan ke belakang. Di sana terlihat ada seorang petugas keamanan, jadi aku berpikir bahwa aku tidak bisa melangkah lebih jauh lagi dan aku berhenti di tempat.

Pintu belakang memiliki pintu otomatis yang terletak di samping pos keamanan yang selalu dijaga oleh petugas keamanan, dan terlihat sesuatu yang seperti kartu akses. Dan di balik pintu otomatis itu, ada pintu lain lagi.

Sistem keamanan ganda... mungkin itu yang dimaksud. Kelihatannya tidak biasa karena di sekolah jarang terlihat pintu di balik pintu seperti itu.

Kemudian, pintu di balik pintu otomatis itu perlahan terbuka.

Aku kehilangan kata-kata. 

Sugoii...

Hanya bisa mengatakan itu luar biasa.

Nanami yang muncul dari balik pintu itu, begitu dia melihatku, dia dengan senang hati melambaikan tangannya kepadaku. Itu Nanami yang tidak mengenakan jaket, dengan bahu dan berbagai bagian lainnya terbuka.

Aku juga mengangkat tanganku dan melambaikannya ke kiri dan kanan.

Melihat itu, Nanami terlihat semakin senang. 

Kupikir aku akan baik-baik saja karena sudah melihat fotonya... tapi aura yang dia pancarkan itu berbeda.

Aku tidak tahu apakah tepat menyebutnya aura, tetapi tidak ada kata lain yang bisa menggambarkannya selain itu. Aku merasa seperti tertekan oleh keberadaan Nanami yang mengenakan kostum itu.

Pintu otomatis terbuka dan Nanami berlari mendekatiku. 

Tanpa sadar, senyumku pun tercurah di wajahku. Tapi... apa yang terjadi selanjutnya itu benar-benar di luar dugaan. Nanami langsung memelukku dengan erat.

...Eh?!

"Makasih sudah datang menemuiku!"

Eh?! Langsung memeluk begitu saja...?! Ah, sepertinya satpam mulai melihat ke sini. Maaf, membuat keributan di tempat seperti ini. 

Karena ada orang lain yang melihat, aku bisa sedikit lebih tenang, tapi mungkin aku akan sangat panik jika tidak ada orang lain di sekitar. 

Apa aku boleh memeluknya balik, apa yang harus aku lakukan...? Aku ragu dan tanganku menggantung di udara.

Selain itu, karena Nanami memakai pakaian tipis, aku bisa merasakan sentuhan kulitnya dan kehangatan tubuhnya dengan sangat jelas. 

Dan setelah dipeluk, aku baru menyadari bahwa kostum ini... bagian belakangnya benar-benar terbuka. Jika dilihat dari belakang, mungkin terlihat hampir seperti telanjang, bukan...?

Jika aku memeluknya balik dalam keadaan ini, tanganku pasti akan menyentuh kulit Nanami. 

Dalam kebingungan, aku memutuskan untuk memeluk Nanami kembali dengan lembut, berusaha agar telapak tanganku tidak menyentuh kulitnya.

Sepertinya dia menunggu itu, begitu aku memeluknya kembali, Nanami sedikit menjauh dariku dan memiringkan kepalanya sambil tersenyum padaku.

"Bagaimana kalau kita masuk ke dalam?"

"Eh, nggak apa-apa nih?"

"Iya. Sebaliknya mereka malah menyuruhku untuk membawa pacarku masuk ke dalam."

Mereka semua... siapa? Mungkin teman-teman kerjanya ?

Saat aku masih bingung, Nanami langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam. 

Di dalamnya, terasa seperti koridor sekolah yang sedikit gelap, memberikan kesan yang agak dingin... tapi aku bisa melihat beberapa staf di sekitar. 

Para staf itu juga sesekali melirik ke arah aku dan Nanami yang berjalan sambil bergandengan tangan.

...Apa kami terlalu mencolok? Ah, mungkin karena Nanami yang mencolok. 

"Ngomong-ngomong, aku benar-benar terkejut... Tiba-tiba kamu mengenakan pakaian seperti itu."

"Begitu, aku juga terkejut. Tiba-tiba ada yang tidak bisa datang. Jadi, aku diminta untuk menggantikannya... Akhirnya aku setuju karena kostum dan upah kerjanya."

Nanami menjulurkan lidahnya sebentar dan terlihat sedikit menikmatinya. Pipinya sedikit memerah, jadi mungkin dia masih merasa malu. 

Ya, wajar saja kalau dia akan merasa malu dengan pakaian seberani ini... Oh, ya... Aku belum mengatakan hal yang paling penting. 

"Nanami."

"Hmm? Ada apa?"

"Imut. Pakaian itu sangat cocok denganmu."

Mendengar kata-kataku, Nanami mengedipkan matanya dan tersendat-sendat saat berbicara, kemudian dia perlahan-lahan tersenyum dan menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah.

Ekspresinya berubah-ubah, membuatku tidak pernah bosan untuk melihatnya.

"Muu, kamu bicara apa sih! Yah, aku senang.. aku sangat senang!!"

"Tidak, maksudku, hal seperti ini harus langsung dikatakan saat melihatnya." 

"Hmm... Sepertinya Yoshin semakin terbiasa dengan cewek secara perlahan-lahan. Kelihatannya dia akan menjadi playboy di masa depan..."

"Apa-apaan itu. Bukankah kata-kata seperti 'Playboy di masa depan' itu biasanya dikatakan kepada anak-anak TK atau SD. ..? Tidak, aku tidak akan menjadi seperti itu. Selain itu, kalau kamu mengatakan begitu, bukankah Nanami juga sepertinya semakin terbiasa dengan laki-laki ? Pakaian seperti itu, dulu kamu tidak akan memakainya, kan?"

"Itu tidak benar. Aku tidak masalah memakai pakaian yang lucu dan aku tidak memakainya demi laki-laki."

Begitu ya. Yah, memang benar sih, memakai apa yang ingin dipakai itu adalah yang terbaik. Dan seharusnya tidak ada yang mengeluh tentang itu. Jika itu yang disukai, ya mau gimana lagi...

Tapi tetap saja, pakaian yang dianggap lucu oleh perempuan, bisa jadi dianggap sedikit seksi oleh laki-laki. Itu sedikit mengkhawatirkan.

"Apa sebaiknya aku tidak mengatakan itu lucu, ya?"

"Jelas tidak boleh ...Aku ingin kamu terus mengatakan aku imut. Juga, aku ingin kamu mengatakan aku seksi."

 Apa itu tidak masalah? Itu tidak akan menjadi pelecehan seksual, kan? Tapi, mengatakan 'seksi' itu susah. Nanami, kamu seksi. Yah, agak sulit untuk mengatakannya. Tapi aku bisa mengatakan dia imut...

"Oh, ya. Mungkin kamu tidak tahu..."

"Hmm? Apanya?"

"Pakaian ini, aku memakainya hanya untuk Yoshin." katanya, tersenyum nakal dan sedikit jahil seperti iblis kecil sambil menunjukkan giginya. 

Ah, dia benar-benar menangkapku..
 
Aku kehilangan kata-kata, tapi sepertinya itu malah baik. Nanami berhenti di depan suatu pintu dan kemudian mengetuknya. 

Tok tok tok.

Ketukannya sebanyak 3 kali. Tidak lama kemudian, sebuah suara terdengar dari dalam. Aku tidak tahu suara siapa itu, tapi itu suara wanita. 

Nanami kemudian menarik tanganku untuk masuk ke dalam ruangan. Sebelum masuk ke dalam ruangan, aku sempat melihat tulisan di pintu ruangan tersebut.

Khusus Karyawan

Sepertinya ini adalah ruang tunggu untuk Nanami dan yang lainnya. Mungkin bersama Otofuke-san dan yang lainnya?

Sambil memikirkan itu, aku masuk ke dalam ruangan.

"Ara, ara, jadi kamu pacarnya Barato-chan ya? Ternyata biasa saja."

.... Biasa aja?

"Menurutmu begitu. Tapi, menurutku dia lucu. Yep, mungkin aku bisa. Harus kucoba nih."

"Jangan ngada-ada. Jangan mencoba menggoda pacar orang lain."

Ternyata, selain tiga orang biasanya, ada juga wanita lain di sana. Semuanya mengenakan kostum yang sama dengan warna yang berbeda... dan masing-masing dari mereka menatapku seolah-olah mereka sedang menilaiku.

Ketika aku mengalihkan pandangan ke tempat lain, aku melihat Otofuke-san dan Kamoenai-san sedikit tegang. Ada juga....pria di sana. Soichiro-san dan seorang pria tampan yang tidak aku kenal.
 
Ruang tunggunya tidak terlalu luas, tapi tidakkah mereka merasa sempit dengan begitu banyak orang? Pertama-tama... mungkin aku harus menyapa Soichiro-san.
 
"Soichiro-san, sudah lama tidak bertemu. Maaf mengganggu."

"Tidak, tidak, aku senang sekali kau bisa datang!! Sudah lama tidak bertemu, sejak terakhir di kolam renang. Apa kau dan Nana masih selalu bersikap mesra?"

"Ya, aku selalu mengatakan bahwa aku mencintai Nanami dan kami ingin membuat banyak kenangan bersama selama liburan musim panas ini."

"Oh, hou... Aku hanya ingin menjahilimu, tapi kau tampaknya benar-benar terbawa suasana secara alami, ya... Mungkin aku juga harus belajar darimu?"

Ternyata dia sedang menjahiliku. Aku pikir dia benar-benar khawatir sebagai kakak laki-laki Nanami. Aku menjadi malu karena menjawabnya dengan serius. Soichiro-san, aku dengar hari ini ada pertandingan, mungkin itu sebabnya dia sedikit bersemangat. Seperti biasa, dia memiliki otot yang bagus. Mungkin dia ingin bisa cepat mengganti pakaiannya, jadi dia hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja.

Di sebelahnya... ada lagi seorang pria tampan yang merupakan petarung. Dia memiliki bekas luka di wajahnya dan rambutnya berwarna pirang... anehnya, luka itu malah terlihat cocok dengannya. Tapi, jika aku bertemu dengannya di jalan, aku pasti akan langsung lari.

Soichiro-san terlihat cukup ramah, jadi aku tidak merasa terintimidasi, tapi aku merasa takut dengan pria di sebelahnya. Sepertinya aku sedang diperhatikan. Ini bukan hanya perasaanku saja... ini nyata.

Aku memberikannya salam dan dia dengan santai membalas salam tersebut.

Mungkinkah, dia orang baik?

"Dikelilingi wanita-wanita cantik dan menarik seperti ini dan kau langsung menyapa So-kun... Kau ini orang yang menarik... aku suka gayamu..."

"Tidak, menyapa seseorang yang kita kenal itu hal yang biasa, bukan? Kenapa kau tiba-tiba berpikir begitu?"

Sepertinya pembicaraan tentangku mengarah ke arah yang aneh. Mungkin aku harus menyapa wanita-wanita itu juga.

Ya, menyapa itu penting. Itulah yang aku pikirkan...

"Ayo, kita pergi. Giliran kita berempat selanjutnya, jadi mari kita ke ruang tunggu. Apa ada yang lupa bawa sesuatu?" Otofuke-san berdiri dan menarik 3 orang yang tidak aku kenal. Saat dia melirik ke arahku, dia mengedipkan matanya, jadi aku membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

"Ah, giliran kita ya... Ayo kita pergi, rasanya enak ya dilihat orang..."

"Hatsumi-chan tunggu, biarkan aku menyapa anak laki-laki yang lucu ini dulu! Jangan menarik bajuku! Oke, aku tidak akan menggodanya, aku tidak akan melakukannya!"

"Ya, ya, aku minta maaf sudah mengganggumu. Ah, pacar Barato-chan, silakan nikmati waktunya ya." Ketiga wanita yang memberikan tatapan kepadaku seolah-olah sedang menilaiku itu, akhirnya ditarik oleh Otofuke-san dan meninggalkan ruangan itu.
 
Orang yang terakhir yang menyuruhku untuk menikmati waktuku, aku membalasnya dengan sebuah anggukan ringan sebagai salam. Orang itu memberiku jempol, sementara itu ada seorang wanita lainnya mengatakan bahwa dia curang saat mereka pergi.

...Hmm, semua orang di sini memiliki karakter yang kuat ya. 

"Kau tidak ikut pergi, Kamoenai-san?"

"Aku dan Nanami berada di putaran selanjutnya. Jadi, kamu datang di waktu yang tepat, Misumai. Sekarang kau bisa mengobrol dengan Nanami."

"Oh, begitu ya. Sepertinya waktunya memang pas."

"Tapi, bukankah kau mengatakan bahwa hari ini kau tidak bisa menemuinya sampai acara Nanami selesai? Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini? Kangen, ya?"

Saat ditanya seperti itu, aku tidak bisa langsung menjawabnya.

Ya, aku memang ingin menemuinya... itu karena aku ingin bertemu dengannya.

Lebih dari itu, karena aku mengkhawatirkannya. Jika aku mengatakan itu dengan jujur, apakah akan terasa terlalu berat atau mungkin Nanami akan berpikir bahwa aku tidak mempercayainya. Pikiran seperti itu muncul di benakku.

Namun, mungkin Nanami memiliki pendapat yang sama dengan Kamoenai-san. Dia sedikit memiringkan kepalanya dan mengintip wajahku.

Bagaimana aku harus menjelaskannya...

Kesimpulan yang aku putuskan setelah berpikir adalah... aku memutuskan untuk menyampaikan semua yang aku pikirkan.

"Itu... memang benar aku ingin bertemu dengannya, tapi aku juga mengkhawatirkannya."

"Khawatir? Apa yang kau khawatirkan? Kalau tentang pulang, So-nii akan mengantarkannya, jadi tidak perlu khawatir kan?"

"Bukan itu yang aku khawatirkan, tapi... Nanami itu imut"

"Tiba-tiba ngebucin~"

Kamoenai-san tertawa terbahak-bahak sambil memutar-mutarkan kursi yang dia duduki. Sambil berputar-putar seperti sedang bermain, aku melanjutkan kata-kataku.

Sepertinya wajah Nanami langsung memerah dalam sekejap, tapi aku tidak akan memikirkannya saat ini. 

"Maksudku Nanami yang begitu imut dan mengenakan kostum seksi seperti ini. 
Saat aku melihatnya, aku langsung merasa terpesona dan aku yakin orang-orang di sekitar juga merasakan hal yang sama." 

"Terpesona, ya..." Aku mendengar suara Nanami yang pelan bergumam, tapi untuk saat ini aku akan melanjutkan tujuan kedatanganku. Mungkin, pembicaraan ini tidak akan berlanjut.

Soichiro-san juga tampaknya menatapku dengan penuh penasaran. Orang di sebelahnya juga sepertinya menatapku.

...Sepertinya aku sedang diperhatikan dengan tatapan yang tajam.

"Yang paling aku khawatirkan adalah penggoda. Aku yakin Nanani tidak akan mengikuti orang semacam itu, tapi yang aku khawatirkan adalah..." Di situ, aku berhenti sejenak.

Sambil berpikir dan berbicara, aku mencoba mengatur perasaanku. Bukan berarti aku sudah memiliki pemikiran seperti itu sebelumnya.

Namun, saat aku mengungkapkannya dengan kata-kata, perasaanku perlahan-lahan menjadi lebih teratur.

Ya, yang aku khawatirkan, yang aku takutkan... bukanlah tentang Nanami yang akan mengikuti seorang penggoda atau terpengaruh oleh seorang penggoda. 
Yang aku khawatirkan adalah... 

"Akhir-akhir ini, aku merasa Nanami sudah mulai terbiasa dengan laki-laki, tapi aku berpikir bahwa dia masih takut dengan orang seperti penggoda. Itulah yang kupikirkan." Itu, sesuatu yang aku takutkan.

Di pikiranku mungkin ada pemikiran seperti bahwa dia seharusnya tidak berpakaian seperti itu... tapi hanya karena dia mengenakan pakaian yang sedikit terbuka, bukan berarti itu alasan yang membuatnya pantas untuk digoda.

Itu adalah kekhawatiranku terhadap Nanami.

"Jadi, aku pikir jika aku datang di hari pertama dan memberitahu mereka bahwa aku adalah pacarnya... mungkin itu bisa mencegahnya sampai batas tertentu. Aku langsung datang tanpa berpikir panjang." 

Tentu saja, aku juga sadar bahwa hal itu tidak akan membuat jumlah penggoda menjadi nol. Bahkan jika mereka tahu bahwa dia sudah mempunyai pacar. Mungkin masih ada orang yang berpikir itu tidak menjadi masalah dan tetap mencoba untuk menggodanya. 

Mungkin saja, aku akan menjadi sasaran permusuhan. Namun, jika itu bisa sedikit saja mengurangi kecemasan Nanami... aku pikir ada artinya bagiku untuk maju ke depan.

Mungkin itulah yang ingin aku lakukan.

Saat berbicara sampai di sini, aku akhirnya menyadarinya, aku masih memiliki banyak hal yang harus dipelajari.

"Jadi, ya. Begitulah adanya. Apa itu sudah menjawab pertanyaanmu?"

"Ya. Aku tahu ini Misumai yang biasa. Nanami juga tersipu malu. Astaga, di tempat seperti ini kalian masih mesra~"

Dengan senyum tipis, Kamoenai-san tertawa dan Nanami mendekat padaku. Aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh punggungku.

Tenanglah, diriku. 

"Makasih..."

Hanya dengan mendengar kata-kata terima kasih yang pelan itu dari belakang, aku merasa semua usahaku telah terbayar.

Saat aku melirik ke arah Soichiro-san, dia tampak seperti sedang tertawa... Eh, mengapa orang di sebelahnya itu sedang gemetar dan Soichiro-san tertawa melihatnya?

Orang di sebelahnya gemetar sambil menatapku tajam, aku merasa sedikit takut, tapi pada saat berikutnya... aku benar-benar terkejut.

"Barato-chan, kau beneran punya pacar ya?!" Orang di sebelahku, menangis tersedu-sedu. 

Eh...?

Ini pertama kalinya aku melihat seseorang yang lebih tua menangis seperti itu. Dia menangis sambil menempelkan kedua tangannya di tanah seperti emoji lama yang pernah aku lihat.

"Noh sudah aku bilang. Nana sudah mempunyai pacar yang dia cintai."

"Sialan!! Mengapa setiap kali aku menemukan seseorang yang menurutku imut, mereka sudah punya pacar cok!! Aku menjadi lebih kuat karena ingin populer, tapi tetap saja tidak populer!!"

Suaranya itu keras sekali... Rasanya seperti seluruh ruangan bergetar. Aku merasa gendang telinga bisa pecah jika mendengarkannya dalam waktu yang lama karena suaranya terlalu keras.

Kamoenai-san menutup telinganya sambil melompat turun dari kursi. Suara kursinya... sama sekali tidak terdengar karena tenggelam oleh suara tangisan.
 
"Kalau begitu, aku akan meninggalkan kalian berdua sebentar ya~. So-nii, ayo pergi~"

"Oke. Hei, tidak apa-apa kalau kau masih menangis, ayo kita pergi."

"Uhuk... hiks... hiks... ugh..." Mereka bertiga pergi, meninggalkan aku dan Nanami di ruang tunggu. 

Aku merasa bersalah atas berbagai hal, tapi kata-kata Kamoenai-san setelah kedua orang itu pergi, membuat semua perasaan itu hilang.

"Ah, lebih baik jangan melakukan hal-hal yang mesum ya~. Mungkin tidak ada kamera, tapi suaranya bisa terdengar~. Jika memang mau melakukannya, tolong tahan suaranya, oke~"

Sebelum kami sempat menjawabnya, Kamoenai-san sudah pergi. Saat dia pergi, dia mengulurkan tangannya melalui celah pintu dan melambaikannya.

Setelah itu hanya... Nanami dengan kostum gadis ring dan hamba yang tersisa.

Kami berdua diam untuk sejenak…tanpa mengeluarkan kata apapun, kami berdua duduk di kursi yang ada di ruang tunggu. Kami duduk berhadapan sambil menahan diri dalam keheningan.

Aku sengaja memecahkan keheningan itu.

"Maaf, Nanami. Sepertinya aku terlihat tidak mempercayaimu. Aku hanya khawatir."

"Nggak apa-apa, aku senang mendegar perasaan Yoshin. Sangat senang. Makasih sudah mengkhawatirkanku," Kata-katanya membuatku merasa lega. Aku merasa senang... tapi kemudian...

"Sebenarnya. Aku juga mengkhawatirkanmu, Yoshin."

"Eh? Aku?"

Ketika Nanami mengatakan itu, dia menunjukkan sebuah foto di layar smartphone nya. 

Itu adalah fotoku bersama teman-teman kerja yang aku kirimkan sebagai balasan kepada Nanami.

"Orang ini, cantik sekali ya. Dia terlihat seksi meskipun hanya mengenakan pakaian kasual, aku tidak menyangka ada orang seperti itu di tempat kerjamu..."

"Ah, tapi Yu-senpai itu orangnya baik. Dia banyak membantuku yang belum terbiasa dengan pekerjaan paruh waktu ini dan ternyata dia lebih serius dari yang aku pikir." 

"Hmm... jadi namanya Yu-senpai. Dia orang yang bisa diandalkan ya?"

Aku merasa Nanami sedikit... hanya sedikit... terlihat cemberut. Astaga, aku tidak pernah menyangka bahwa foto itu bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Kupikir aku telah membuatnya marah, tapi ternyata tidak.

Nanami tiba-tiba terlihat seperti terinspirasi oleh sesuatu dan berdiri dari kursinya... lalu duduk di kursiku. Lebih tepatnya, dia duduk di atasku sambil menghadapku.

Tepat di depanku, di pandanganku... bagian dadanya...

"Tapi, aku khawatir... bolehkah aku menandaimu?"

"Eeeh...?!"

Di tengah kebingunganku, Nanami menunjukkan senyum ceria yang penuh pesona. 

Tentang kami yang saling menandai satu sama lain…. Itu adalah cerita yang berbeda.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close