-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 Chapter 2

Chapter 2 - Perjalanan untuk Berkemah 

Penerjemah: OneDay 




"Penyesalan emang selalu datang belakangan..."

Tapi, apakah itu benar-benar berlaku dalam masalahku ini? Sekarang, apa yang harus aku lakukan?

Tidak ada jawaban yang muncul meski aku bertanya pada diri sendiri. 

Sudah 2 hari sejak aku tidak bisa berkomunikasi dengan Nanami. Lebih tepatnya, kami tidak bisa melakukan panggilan telepon, tapi kami masih bertukar pesan. 

Tapi, dia tidak menjawab panggilan teleponku. 

Sejak panggilan terakhir itu, sudah 2 hari aku tidak mendengar suara Nanami.

Mungkin bagi sebagian orang, ini sudah menjadi seperti withdrawal syndrome.

> (Baron-san): Kok iso kalian berdua bertengkar.

"Apa ini bisa disebut pertengkaran….?"

Saat aku mencoba berbicara tentang ini dengan Baron-san dan Peach-san, mereka memberikan respons seperti itu.

Apa ini bisa di sebut pertengkaran? 

Diriku ini yang secara sepihak membuat Nanami marah dan Nanami tidak mau menjawab teleponku... Tapi, sepertinya dia tidak marah, karena dia masih membalas pesanku seperti biasa.

Bahkan, dia masih mengirimiku foto setiap hari. Akibatnya, jumlah foto Nanami sebagai gadis ring di smartphoneku bertambah banyak.

Meskipun kostumnya sama, tapi kesan yang ditimbulkan berbeda setiap hari karena makeup dan tatonya. Foto-foto seperti itulah yang dia kirim. 

"Rasanya seperti bukan pertengkaran, ya."

> (Baron-san): Yah, biasanya kalau lagi bertengkar pasti ada yang sengaja tidak membalas pesan yang sudah dibaca. Jika itu tidak terjadi, itu berarti dia tidak marah, kan?

> (Peach-san): Aku juga kalau lagi bertengkar dengan Ayahku, kami tidak akan mengobrol sama sekali untuk sementara waktu. Aku bahkan tidak akan membalas pesannya, tapi yah. Kita akan meminta maaf.
Meskipun sedikit terlihat kehidupan pribadi Peach-san, tapi sepertinya memang begitu adanya. Karena Nanami masih merespons, aku berpikir dia tidak marah.. tidak marah.

Jika dia tidak marah padaku, lalu kenapa dia tidak mau menjawab teleponku? Tapi, aku punya firasat tentang sesuatu, terlebih lagi saat terakhir kali aku berbicara dengan Nanami di telepon, dia mengatakan, 'Tidak mau.'

Aku merasa semua terangkum dalam satu kata itu. Nanami tidak suka sesuatu tentangku... bahkan sampai memintaku untuk tidak pergi bekerja. Jika ini hanya pertengkaran biasa, situasinya mungkin akan lebih baik.
 
Tidak, setelah dipikir-pikir lagi, aku ini sebenarnya... tidak pernah benar-benar bertengkar dengan siapapun, jadi mungkin itu sendiri sudah menjadi masalah besar. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menghadapi akibat dari mengabaikan hubungan antar manusia saat ini. Aku pada dasarnya adalah orang yang menyendiri dan bahkan saat aku masih di sekolah dasar, aku tidak terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain... setidaknya itu yang aku ingat... jadi, aku tidak tahu cara bertengkar.

Meskipun aku mengerti tentang perasaan seperti tidak suka atau terkejut terhadap seseorang, aku belum pernah memiliki teman yang cukup dekat untuk bertengkar dengannya. Jika aku tidak tahu cara bertengkar berarti aku juga tidak tahu cara berbaikan. Mungkin aku bahkan belum pernah benar-benar bertengkar dengan ayah atau ibuku... Tidak, mungkin pernah, tapi itu pasti berbeda dengan bertengkar dengan teman.

Juga... aku sama sekali tidak mengerti tentang bertengkar dengan pacar.

Ini pengalaman pertamaku... dan bukan pengalaman pertama yang menyenangkan. Aku pernah mengatakan bahwa aku ingin kami banyak bertengkar dan banyak berbaikan, tapi aku tidak pernah membayangkan... bahwa ini akan sangat mempengaruhi kondisi mentalku.
 
Ada pepatah yang mengatakan bahwa bertengkar juga merupakan bagian dari keakraban, tapi aku bahkan tidak yakin apakah situasi kali ini bisa disebut sebagai pertengkaran... Meskipun begitu, situasi seperti ini dengan Nanami cukup sulit bagiku. Seandainya aku bisa dengan hanya mengatakan "Maaf" dan semuanya berakhir. itu akan lebih mudah. Tapi, mungkin tidak akan semudah itu. 

"Meminta maaf tanpa tahu kesalahan kita.. itu tidak bisa di terima, bukan?"

> (Baron-san): Memang benar... Malah akan membuat orang semakin marah.

> (Peach-san): Jika itu aku, aku akan bertanya apa keselahamku.

Yah, itulah yang seharusnya terjadi.. bahkan aku mengerti itu. Hanya saja, aku terkadang ingin langsung meminta maaf, tapi jika aku tidak mengerti apa kesalahanku, itu hanya akan menambah masalah.

Informasi yang aku miliki tidak lengkap. Aku tidak tahu apa yang membuat Nanami marah padaku.

Tidak, tunggu.. Mungkinkah dia tidak menyukai pekerjaan paruh waktuku, tapi apa yang membuatnya tidak senang dengan pekerjaan paruh waktuku? Apa ini berkaitan dengan Yu-senpai?

Memang benar, aku dekat dengan Yu-senpai, tapi tidak pernah melakukan hal yang aneh selama di tempat kerja. Sebaliknya, dia malah memintaku untuk mengajak Nanami makan bersamaku.

> (Baron-san): Bagaimana kalau kau mencoba berbicara padanya?

"Benar... Aku akan memikirkan caranya."

Setelah berkonsultasi dengan Baron-san dan Peach-san, aku merasa bisa sedikit menyusun informasi yang ada di dalam pikiranku.

Langkah pertama adalah berbicara dengan Nanami. Berbicara dari hati ke hati, mencari tahu apa yang dia tidak suka, apa yang membuatnya cemas dan bagaimana aku bisa menghadapi kecemasan tersebut.

Kurang lebih, inilah urutannya.

Jika aku memikirkannya terlalu rumit, sepertinya aku akan gagal, jadi lebih baik aku memikirkannya dengan sederhana. Aku tidak ingin hubunganku dengan Nanami tetap canggung selama liburan musim panas ini. Jadi, aku akan melakukan tindakan agar aku bisa bersama dengan Nanami.

Ya, hanya ada tindakan. Hanya berbicara teori saja tidak akan menghasilkan apa-apa, tapi bertindak tanpa berpikir juga akan sama saja. Jadi aku harus berpikir, berpikir dan kemudian bertindak.

"Yosh, mari kita lakukan..."

Aku melihat sebuah pesan dari seseorang dan memberikan balasan setuju.

Meskipun sudah cukup malam, aku segera mendapat balasan.

Kemudian aku juga menghubungi Nanami... Ya, sepertinya tidak ada masalah dari Nanami. Aku merasa lega, namun aku juga menyadari perasaan tegang di dadaku, seperti yang aku rasakan sebelumnya.

Apa berbaikan itu selalu begitu menegangkan? Oke, pasti tidak masalah. Ayo, Yoshin. Berusaha lebih keras.
 
Sambil melihat ke ruang yang kosong, aku secara perlahan mengulurkan tangan dan menggenggamnya erat-erat. Seolah-olah sedang memutuskan sesuatu.

Aku akan menginap bersama Nanami...

* * *

Badanku terasa sedikit lelah dan rasa kantuk khas dari bangun tidur mulai menyelimuti. Aku hampir saja menguap, tetapi aku menahannya, lalu terdengar suara menguap yang menggemaskan dari sebelahku.
 
Aku mencoba untuk melihatnya, hanya dengan mengalihkan pandanganku sebentar. 

"Nnn~... ngantuk..." 

Suara Nanami yang sedikit polos dan yang tidak biasanya aku dengar itu sampai ke telingaku. Tanpa sadar, aku tersenyum. Aku berpikir, jika dia tahu aku tertawa, dia mungkin akan sedikit marah. 

Nanami berada di sampingku. Hanya itu saja sudah memberiku rasa nyaman. 

Dia mengusap matanya dengan lembut sambil mengangguk-angguk, seolah-olah sedang mendayung perahu. Meski berusaha menahan kantuk dengan mata yang berair, tapi dia terlihat seperti bisa tertidur kapan saja jika dia lengah. Aku pun ikut menguap karena melihatnya menguap. 

Sama seperti Nanami, mataku juga berair dan aku mengusapnya dengan lembut. 
Ketika aku merasa ada tatapan yang tertuju padaku, aku menoleh ke samping dan Nanami tersenyum melihatku menguap.

Tapi, ketika pandangan kami bertemu, dia langsung memalingkan wajahnya. Rasanya seperti bertemu dengan hewan liar atau sesuatu. 

Meskipun begitu… aku merasa sangat mengantuk. Yah, wajar saja jika aku merasa mengantuk. 

Saat ini jamnya menunjukkan pukul 5 pagi. Kami berada di dalam mobil, mobil ini cukup besar.. mungkin mobil keluarga. Di dalam mobil yang besar itu, Nanami berada di sampingku dan kami berdua berjuang melawan kantuk.

Aku sama sekali tidak menyangka akan berangkat sepagi ini... 

"Kalian tidak perlu memaksakan diri.."

"… Tidak, aku tidak memaksakan diri.."

"Sama, aku tidak apa-apa ."

Ketika aku dan Nanami menjawab suara yang datang dari kursi pengemudi, pemilik suara itu... Soichiro-san hanya menggumamkan "Oh begitu" dengan senang. 

Bagiku, Nanami yang bertingkah seperti anak kecil yang merengek itu, seperti biasanya itu membuatku merasa sedikit lega. Cara dia mengatakan "Muu" itu sungguh menggemaskan.

"Fuaah..." Nanami menguap lagi. Aku juga hampir terbawa olehnya.

Untuk menghilangkan kantuk, aku melihat ke luar jendela dan langit sudah mulai terang, mungkin karena masih pagi, tidak ada mobil lain di sekitar. Sepertinya menyenangkan untuk mengemudi di jalan seperti ini.

Mungkin suatu saat aku ingin mencoba berkendara di pagi hari. Meskipun itu terdengar sederhana, tapi ide itu terlintas di pikiranku.

Setelah merasa lebih baik dengan melihat ke luar, aku mulai mencoba untuk berbicara dengan Nanami.

Mungkin tidak ada seorang pun yang bisa mengerti betapa banyak keberanian yang harus aku kumpulkan saat itu. Sesuatu yang biasanya aku lakukan tanpa berpikir panjang, ternyata memerlukan begitu banyak keberanian. 

Dengan deg-degan, aku mengucapkan kata-kata itu. 

"Nanami, kalau kamu ngantuk, bagaimana kalau tidak tidur sebentar? Aku akan membangunkanmu... Ah, atau mau menggunakan pangkuanku sebagai bantal?"

"Uh... tidak, aku baik-baik saja, aku sudah bangun..."

Ini adalah percakapan kami setelah lama... sekitar 3 hari? Atau 2 hari? 

Bagaimanapun, ini adalah percakapan pertama kami setelah cukup lama. Aku merasa lega bisa berbicara dengan benar.

Aku merasa seperti kami sudah lebih dari sebulan tidak bertemu. Sungguh lega, dia ikut di mobil yang sama dan duduk di sebelahku. Sampai di situ, aku merasa lega... tapi kemudian aku menyadari sesuatu.

Nanami menjaga jarak denganku. Biasanya, jika kami berada dekat seperti ini, Nanami pasti akan mendekat padaku. Tapi sekarang, dia sedikit menjaga jarak sekitar satu atau dua langkah dan tidak mencoba mendekatiku lebih dari itu.

Dan jika dipikir-pikir, aku telah menawarkan pangkuanku untuk menjadi bantalnya tadi, tapi dia menolaknya dengan halus. Biasanya, jika aku menawarkannya, dia akan langsung menerimanya dengan cepat.

Mungkin ini bukan saatnya untuk merasa lega? Ini pertama kalinya aku dan Nanami memiliki jarak seperti ini...Tunggu, aku harus memikirkannya lagi. Pertama-tama, apakah wajar jika aku menganggap situasi seperti ini sebagai hal normal?

Meskipun terdengar seperti aku sedang menegur diri sendiri. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin aneh juga jika aku merasa situasi hari ini tidak normal.

Mungkin ini sebenarnya jarak yang normal bagi pasangan pada umumnya.

Setelah merasakannya seperti ini, aku mulai merasa bahwa apa yang selama ini aku anggap normal itu sepertinya sudah mulai berubah. Biasanya, orang tidak akan menggunakan pangkuan sebagai bantal di dalam mobil. 

Jika itu yang normal... itu membuatku merasa sedikit kesepian. 

Begitu, sepertinya aku mulai merasakannya ya..

Mungkin aku ini memiliki sifat mental yang tidak stabil atau semacamnya. Aku ingin lebih banyak berinteraksi dengan Nanami. 
Aku pernah mendengar bahwa sekali manusia merasakan kemewahan, mereka akan merasa sangat menentang ketika kemewahan itu diambil dari mereka, 
mungkin inilah yang terjadi padaku. 

Sampai saat ini, aku telah menghabiskan hari-hari damai bersama Nanami.

Aku berpikir aku sudah menyadarinya, tetapi ternyata belum sepenuhnya. Hal-hal yang aku anggap sebagai sesuatu yang biasa, ternyata tidak biasa sama sekali. 
Ini mungkin merupakan pemahaman yang cukup penting.

Saat aku sedang berpikir demikian, aku melirik ke arah Nanami, sepertinya dia juga melirikku dengan cara yang serupa. Ketika mata kami bertemu, aku merasa sedikit terkejut dan kemudian aku tersenyum seolah-olah mencoba menyembunyikan perasaanku.

Kali ini, Nanami juga tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya. Namun, senyumnya terasa sedikit kaku. Setelah dipikir-pikir, sepertinya aku jarang mengambil inisiatif untuk mendekati Nanami. Sepertinya selalu Nanami yang mendekatiku.

Mungkin aku pernah mengambil inisiatif, tapi aku tidak terlalu mengingatnya. 
Mungkin karena aku berpikir jika ini dilakukan oleh pria, itu bisa terlihat sebagai pelecehan seksual. Aku tidak yakin apakah istilah pelecehan seksual itu tepat digunakan untuk tindakan mesra antar pasangan.

Sudah kuputuskan. Setelah ini selesai... aku akan mengambil inisiatif untuk mendekati Nanami.

Aku membuat keputusan yang mungkin terdengar sedikit tidak murni ini di samping Nanami.

Untuk menjelaskan situasi saat ini... kami sedang berada di dalam mobil milik Soichiro-san. Aku dan Nanami duduk di kursi belakang, sementara Otofuke-san dan yang lainnya duduk di kursi depan. Hanya ada orang-orang yang aku kenal di dalam mobil ini.

Semua orang tampaknya memperhatikanku dan Nanami dengan pandangan sekilas, tetapi mereka tidak aktif berbicara dengan kami. Rasanya seperti mereka sengaja memberi kami ruang untuk berdua saja. 

Yah, aku sangat berterima kasih atas ini.

Yang akan kami lakukan hari ini... jika harus dijelaskan secara singkat, kami akan pergi berkemah.

Berkemah... sebuah acara di luar dimana kau bisa mendirikan tenda, memanggang daging, orang dewasa meminum alkohol dan menikmati waktu di luar. Biasanya, kami akan menginap di tenda.

Aku akan bergabung dalam acara seperti ini.

Sebenarnya sekitar 2 hari yang lalu, tepat pada hari pertama Nanami bekerja paruh waktu, kami diundang oleh Soichiro-san untuk pergi berkemah yang juga sebagai pesta perayaan. Tidak semua orang akan pergi, hanya teman-teman dekat Soichiro-san, para gadis ring dan orang-orang yang bisa ikut saja.

Meski begitu, jumlah orangnya cukup banyak dan aku sempat bingung apakah aku harus ikut. Setidaknya, ini adalah jumlah orang terbanyak yang pernah aku ikuti untuk perjalanan jauh.

Banyak orang yang tidak aku kenal... itu adalah alasan yang cukup untuk merasa malu. Ketika aku mengajak Nanami, dia berkata jika aku pergi... dengan cara yang tidak biasa, dia terdengar ragu-ragu. Itu pertama kalinya aku menyadari bahwa dia juga terpengaruh oleh situasi ini.

Mereka mengatakan bahwa itu baik-baik saja jika kami bisa memberikan jawaban sehari sebelumnya atau bahkan pada hari itu dan mereka akan datang menjemput... 
maka kemarin aku memutuskan untuk mengajak Nanami untuk pergi.

Aku khawatir apakah ini terlalu mendadak dan mungkin akan merepotkan, tapi ternyata Soichiro-san sudah mempersiapkan semuanya dengan asumsi bahwa aku dan Nanami akan ikut. Dia terlalu cepat bertindak.

Aku memutuskan untuk tidak memikirkan apa yang terjadi jika kami menolak. Sepertinya Soichiro-san ingin mencoba berkemah bersama Nanami dan aku. 

Juga, Nanami selalu absen jika ada acara berkemah.

Memang, berkemah itu sering kali dianggap sebagai kegiatan yang penuh dengan laki-laki, jadi mungkin Nanami ragu untuk ikut... Aku sendiri juga menganggap bahwa berkemah itu sebagai kegiatan yang biasanya diikuti oleh laki-laki.

Meskipun belakangan ini, tampaknya perempuan juga lebih mudah untuk mengikuti kegiatan ini karena berbagai pengaruh... tapi stereotip atau gambaran tersebut masih belum sepenuhnya hilang. 
Sebenarnya aku juga belum pernah berkemah. Setidaknya, sejauh yang aku ingat.

Tidak, karena... menurutku tidak perlu repot-repot untuk makan di luar jika tidak perlu. Jika pergi berwisata tidak masalah, tapi aku sering bertanya-tanya, apa gunanya melakukan sesuatu yang tidak nyaman padahal kita bisa menjalani hidup sehari-hari dengan nyaman. Dan juga aku merasa itu merepotkan. Itulah yang aku pikirkan.

Pertama-tama, berkemah bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan maknanya, melainkan untuk menikmatinya.

Mungkin, ada juga orang lain yang berpikir hal yang sama?

Alasanku memutuskan untuk ikut berkemah, tentu saja bukan karena tujuan dari berkemah itu sendiri. Ini dilakukan untuk mengubah situasi saat ini dengan Nanami. 

Tentu saja aku merasa bahwa tidak baik jika membiarkan keadaan ini berlanjut, sangat tidak baik. Namun, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan atau apa yang bisa aku lakukan… aku benar-benar tidak memiliki petunjuk.

Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk meminta bantuan dari orang lain.
 
Meskipun ini terasa sedikit memalukan. Aku berpikir jika aku bisa menyelesaikannya dengan usahaku sendiri, itu pasti akan terlihat sangat keren.

Tapi, aku memilih untuk memprioritaskan penyelesaian masalah meskipun itu terlihat tidak keren. Aku ingat pernah membaca di suatu tempat bahwa melakukan sesuatu yang biasanya tidak kita lakukan adalah pilihan yang baik untuk mengubah situasi. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan sesuatu yang biasanya tidak pernah aku lakukan.

"Nanami, apa kamu pernah berkemah sebelumnya?"

"Ah, iya... Mungkin bersama Ayahku saat aku masih SD. Tapi aku tidak begitu ingat." 

"Jadi, kita berdua seperti pemula ya. Aku sama sekali belum pernah melakukannya." 

"… Mari kita bersenang-senang."

Meskipun agak canggung, ini seperti sebuah kemajuan.

Tentu saja, baik aku maupun Nanami tidak menyentuh topik tentang kami yang tidak berbicara satu sama lain selama 2 hari ini. Setidaknya, aku merasa takut jika aku melakukannya sekarang, aku mungkin akan merusak banyak hal.

Lagipula, mungkin ini bukan pembicaraan yang cocok dilakukan di dalam mobil. 
Meskipun kami berbicara dengan terputus-putus, jarak antara aku dan Nanami tidak kunjung dekat.

Itu sedikit membuatku frustasi.

Ngomong-ngomong, aku sudah memberitahu Soichiro-san tentang hal ini, Otofuke-san dan yang lainnya juga sudah mengetahui hal ini.

Aku terkejut karena tidak ada tanda-tanda sama sekali selama kami bekerja.

Oh, jadi selama bekerja dia terlihat normal, Itu sedikit melegakan.

Jika sampai pekerjaan atau kehidupan sehari-harinya terpengaruh karena ini... itu membuatku khawatir.

Bagaimanapun juga, itulah tujuan dari perjalanan ini. Tentu saja, setelah semuanya selesai, aku akan menceritakan semua ini kepada Nanami... Akan bagus jika kita nanti bisa tertawa bersama mengenai hal ini.

Dengan harapan seperti itu, aku datang berkemah.

Satu-satunya kekhawatiranku adalah aku harus berjumpa dengan banyak orang yang tidak aku kenal. Karena aku cukup pemalu, ini benar-benar membuatku merasa tidak nyaman.

Tapi, demi kembali seperti dulu bersama Nanami, aku akan berusaha keras bahkan di tempat yang penuh dengan orang yang tidak aku kenal. Ini bukan saatnya untuk merasa bimbang.

...Tiba-tiba aku berpikir, tergantung bagaimana cara memandangnya, apakah 'berusaha keras agar bisa kembali mesra dengan Nanami' itu terdengar seperti motivasi yang sangat tidak murni? Tidak, bermesraan itu normal. Selama tidak melampaui batas, seharusnya tidak masalah, kan?

Lagipula, aku juga tidak yakin apakah tindakanku ini benar atau tidak. Aku berjuang karena aku tidak tahu jawabannya, tapi kecemasan selalu mengikuti.

Perasaan cemas ini... mungkin sedikit familiar. Dimana aku pernah merasakannya?

Pengalaman hidupku tidak banyak, jadi sepertinya ini bukan kejadian yang sangat lama. Aku berpikir sebentar... dan segera teringat apa yang terasa mirip dengannya. 

Ini mirip dengan saat aku dan Nanami menjalani hubungan karena Batsu Game itu. Saat itu kami melakukan segalanya dengan meraba-raba tanpa jawaban yang pasti, aku merasa cemas apakah ini benar-benar baik sambil tetap berusaha keras.

Yang berbeda adalah aku dan Nanami sekarang benar-benar menjadi sepasang kekasih... dan kami yakin bahwa kami saling mencintai.

Meskipun dalam situasi seperti ini... aku mencintai Nanami dan aku yakin bahwa Nanami juga mencintaiku.

Itulah mengapa aku masih bisa berusaha keras. Aku sedikit tergesa-gesa karena berpikir jika keadaan ini berlangsung terlalu lama, keraguan mungkin akan muncul, jadi aku berpikir untuk segera menyelesaikannya.

Tidak perlu menunda-nunda. Deteksi dini dan penanganan dini adalah cara yang terbaik untuk meminimalisir kerugian.

"Yoshin..."

"Iya?"

Hari ini, Nanami memanggilku untuk pertama kalinya. Sambil menyadari hal itu, aku berusaha untuk tetap tenang dan menghadap Nanami.
 
Kemudian, Nanami sedikit tersendat-sendat tanpa berkata apa-apa. Sambil menunggu kata-katanya, aku memperhatikan pakaian Nanami hari ini. Mungkin karena hari ini kami akan berkemah, dia mengenakan pakaian yang lebih sederhana.

Apa memakai pakaian yang tidak terlalu terbuka itu sebagai langkah pencegahan terhadap sinar matahari?

Dia mengenakan atasan lengan pendek dengan warna yang sejuk dan rok panjang. Dia juga memakai kacamata bergaya dengan bingkai hitam. Rambutnya tergerai lurus .

...Tampaknya dia tidak membuat kepang hari ini. Itu sedikit membuatku merasa nostalgia.

Mungkin karena terlalu pagi dan dia tidak sempat. Dia menempatkan kedua tangannya di depan perutnya dan membuat kepalan tangan dengan sedikit kekuatan. Tentu saja, Nanami mengenakan sabuk pengaman. Sabuk pengaman itu menekan di area dadanya sehingga terlihat sangat... Tidak, tidak, apa yang kau pikirkan Yoshin! Ini bukan saatnya untuk itu, pikirkan hal yang serius!

"Mari bersenang-senang hari ini."

Dia menunjukkan senyuman yang biasanya aku sukai. Namun, aku merasa ada sedikit perbedaan pada senyuman itu, sepertinya itu bukan sekedar perasaanku saja.

Meski begitu...
 
"Iya, mari bersenang-senang."

Dia masih tersenyum padaku. Itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. 

* * *

"Tidak, kalian berdua terlihat cukup mesra. Apa yang aneh...?"

Itu adalah perkataan pertama yang keluar saat di dalam tenda. Soichiro-san langsung mengomentariku. Itu tidak seperti biasanya bagiku, tapi tampaknya dari pandangan Soichiro-san, kami terlihat cukup mesra.

Setelah tiba di lokasi perkemahan, mendirikan tenda dan melakukan persiapan lainnya, kami berdua berada di dalam tenda. Itulah momen ketika dia mengucapkan komentarnya.

Baik aku maupun Soichiro-san, kami berdua bertelanjang dada dan saling berhadapan. Tidak, memang cukup panas di dalam tenda. Keringat perlahan-lahan mulai bercucuran. Bukan hanya itu alasan kami bertelanjang dada.

"Ah, biasanya kami akan ... melakukan lebih banyak hal seperti ini..."

"Masih ada yang lebih dari itu...? Kemesraan seperti apa yang kalian lakukan?"

"Um, kami lebih... sering berdekatan..."

"Tidak, kau tidak perlu menjelaskan detailnya. Biarkan itu menjadi sesuatu yang hanya kalian berdua tahu."

Pada akhirnya, dia mengatakan sesuatu seperti 'Akan sulit bagiku jika Hatsu ingin melakukan hal yang sama,' jadi mungkin itu adalah perasaan sebenarnya.

Secara pribadi, aku merasa sudah terlambat untuk itu. 

Saat ini, Nanami dan teman-teman perempuannya sedang melakukan berbagai persiapan di tenda lain.

"Juga, sebenarnya aku agak panik saat mendengar kalian bertengkar, tapi ternyata tidak demikian. Lalu, sudah berapa lama kalian tidak mengobrol?" 

"Sekitar 2 hari."

"Itu singkat sekali! Aku pernah bertengkar dengan Hatsu dan tidak berbicara selama sebulan, kau tahu!"

"Sebulan?! Bukankah itu terlalu lama?!"

Tidak mungkin bagiku untuk tidak berbicara dengan Nanami selama sebulan.

Lagipula, apa yang bisa membuat kami tidak berbicara selama sebulan? 

Coba bayangkan jika aku tidak berbicara dengan Nanami selama sebulan... 
Tidak bisa, hanya dengan membayangkannya saja sudah membuatku ingin menangis.

Ugh, ini menakutkan. Apa yang aku lakukan hingga bisa membuat Nanami marah sampai tidak berbicara denganku selama sebulan? Pasti itu karena kesalahanku.

"Aku mendengar bahkan Shuu tidak berbicara dengan Ayu selama beberapa minggu setelah mereka bertengkar."

"Lha kok iso? Apa yang membuat kalian bertengkar?"

"Eh? Kau menganggap kami yang salah dari awal?"

"Aku merasa seperti itu. Aku ingin tahu untuk sebagai referensi."

Soichiro-san terlihat sedikit malu dan mengakhiri pembicaraan dengan berkata bahwa kita akan membahasnya lain waktu. Dari reaksinya, aku bisa mengerti bahwa mereka mungkin menyadari itu adalah kesalahan mereka sendiri.

Tidak, aku tidak akan menganggap ini sebagai urusan orang lain dan aku juga harus berhati-hati. 

"Bagaimanapun, kalian berdua. Hari ini kalian berdua... pokoknya, kalian berdua akan sendirian. Tapi, sebenarnya ini adalah sesuatu yang dilakukan sebelum seseorang mulai berpacaran..."

"Mohon bantuannya."

"Yah, minum alkohol dan berbicara dari hati ke hati mungkin bisa menyelesaikan masalah."

"Kami masih di bawah umur, jadi kami tidak bisa minum."

Soichiro-san seolah-olah berpura-pura tidak ingat, mengangkat bahunya dengan ekspresi bingung. Lagipula, memberi alkohol kepada Nanami itu berbahaya.

Mengingat apa yang terjadi padanya hanya dengan memakan whisky bonbon saja.

Apa yang akan terjadi jika Nanami benar-benar meminum alkohol?

"Nah, sudah waktunya untuk keluar."

Sambil berbicara, kami pun menyelesaikan persiapan kami dan bersiap untuk keluar dari tenda. Pada saat itu, Soichiro-san menjatuhkan 'bom' terakhirnya.

"Oh iya, malam ini kalian berdua akan tidur di tenda ini. Jangan melakukan hal-hal mesum karena itu akan mengganggu orang-orang di sekitar.

"Ah, ya, dimengert--."

.... ehh?Tunggu, apa yang baru saja dikatakan oleh Soichiro-san? 

"Soichiro-san, apa yang kau katakan tadi?"

"Hm? Aku sudah mengatur agar kalian berdua bersama di tenda itu. Jadi, kalian bisa mengobrol dengan lebih santai di sana. Oh, dan jangan melakukan hal-hal mesum saat di tenda, kalian harus menjaga sopan santun agar tidak mengganggu orang-orang di sekitar..."

"Bukan yang ingin aku tanyakan?!"

Err, apa tidak apa-apa jika aku dan Nanami tidur di tenda yang sama? Apakah peringatan itu benar-benar memiliki arti?

Sementara aku merasa bingung, Soichiro-san mengerutkan alisnya seolah-olah itu adalah hal yang tidak masuk akal. Ekspresinya itu lebih cocok jika aku yang menunjukkannya.

"Di tenda malam hari? Aku dan Nanami berdua...?"

"Dengar, berbicara di dalam tenda malam hari itu bisa membuat percakapan menjadi lebih lancar. Akan ada perasaan bebas ketika berada di luar, tapi privasimu akan terjaga sampai batas tertentu. "

"B-begitu ya?"

"Ya, jadi kalau kau tidak meminum alkohol, setidaknya pergi ke tempat yang terasa lebih bebas akan lebih baik. Karena ada orang lain di sekitar, kau bisa berbicara dengan lebih tenang."

Apakah benar seperti itu? Memang, ada sesuatu yang meyakinkan dalam kata-katanya... Tapi pada saat yang sama, aku juga merasa seperti sedang dibujuk. 
Tapi, hanya ada aku dan Nanami di dalam tenda...
 
"Aku akan berusaha."

"Gitu dong."

Aku tidak mengharapkan sesuatu yang mesum terjadi, tapi aku memutuskan untuk bersama Nanami di dalam tenda. Soichiro-san juga mendukungku.

"Ah, sekedar mengingatkan, tidur berdua dalam satu kantong tidur itu tidak mungkin."

"Apa kau sudah pernah mencobanya...?"

Aku tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaanku. 

Dan kami pun keluar dari tenda. Meskipun di luar terlihat terang, tapi di dalam tenda terasa agak gelap, membuatku merasa seperti aku keluar dari sebuah gua atau semacamnya. 

Langit yang cerah tanpa awan. Sinar matahari begitu terik sehingga aku tanpa sadar membuat bayangan dengan tanganku dan menyipitkan mataku. Meskipun panas, ada angin sejuk yang sangat menyegarkan bertiup.

Di depan mataku, terbentang laut dengan ombaknya yang tenang.

Ya, perkemahan hari ini adalah di pantai.

Ini juga cukup mengejutkan. Dalam bayanganku, perkemahan itu identik dengan gunung atau tempat-tempat seperti itu, tidak pernah terpikir itu akan di pantai. Alasan kami berada di dalam tenda adalah karena kami sedang berganti pakaian ke baju renang.

Tentu saja, itu juga termasuk para gadis.. 

"Maaf menunggu. Ini dia penampilan para gadis cantik dengan baju renangnya!" 

Saat kata-kata itu sampai di telingaku, aku bisa merasakan para pria mulai berbisik-bisik. Mungkin itu hanya imajinasiku, tapi aku merasa orang-orang di sekitar juga terlihat gugup.

Dan kemudian, sebuah kelompok gadis mendekat ke arah kami.

"Ohh..."

Melihat kelompok yang begitu menawan itu, aku tanpa sadar mengeluarkan suara kagum. Para gadis ring yang aku lihat ketika mengunjungi tempat kerja Nanami muncul bersama dengan Nanami dan yang lainnya.

Nanami memakai baju renang yang berbeda dari saat kami pergi ke kolam renang sebelumnya. Baju renang yang berbeda... lebih tepatnya, bagian bawahnya terlihat mirip, tapi bagian atasnya jelas berbeda dari yang dia kenakan sebelumnya.

Dia mengenakan jaket ketat seperti bodysuit berwarna putih dengan resleting biru di bagian depan. Mungkin dia memakainya untuk menutupi bagian yang terbuka.

Mungkin karena baju itu sangat pas di tubuhnya, itu malah terlihat jauh lebih seksi daripada saat dia memakai baju renang biasa.

Jaket itu sangat pas di tubuhnya, sehingga terlihat jelas bentuk dada besarnya Nanami. Belahan dadanya juga sedikit terlihat. Lekuk tubuhnya yang terlihat dengan sedikit bagian yang terbuka itu, mungkin itu terlalu kuat.

Setidaknya, aku tidak bisa menyangkal penampilan Nanami yang seperti ini. Itulah sifat menyedihkan dari seorang pria.

Meskipun mereka adalah kelompok yang sangat seksi, tapi sepertinya mereka tidak perlu khawatir akan digoda, mungkin karena para pria di sekitar mereka adalah petarung berotot.

Sepertinya semua pria sedang mencoba mendekati wanita-wanita sesuai dengan keinginan mereka. Melihat pemandangan ini, sepertinya tidak mungkin ada yang berani menggoda.

Ups, aku juga harus pergi ke tempat Nanami..

Perlahan, aku mulai mendekatinya. Terakhir kali aku melihat baju renang Nanami adalah di kolam renang malam. Meskipun ada pencahayaan, tapi agak gelap dan terasa seperti dalam fantasi... tapi sepertinya aku tidak melihat dengan jelas penampilan Nanami dengan baju renangnya.

Tidak, aku memang melihatnya, tapi informasi visualnya terasa terbatas karena gelap...Pokoknya, saat itu aku bisa melihat Nanami dengan jelas.

Tapi sekarang, aku bisa merasakan diriku semakin tegang setiap kali aku melangkah mendekati Nanami. Karena ini adalah pantai berpasir, tidak ada suara langkah kaki, tapi setiap kali kakiku melangkah, aku merasa jantungku berdetak lebih keras.

Sambil berjalan dan berpikir... tiba-tiba saja aku sudah sampai di tempat Nanami. Di depanku, ada Nanami yang sedang berjemur di bawah sinar matahari.

Seolah-olah Nanami terlihat bersinar... Tidak, ini benar-benar bersinar, bukan? Itu? Dia benar-benar bersinar, kan?

Bukan karena ada cahaya di belakangnya, tapi tubuh Nanami itu sendiri yang tampak bersinar. Mungkin ini karena sinar matahari yang memantul dari kulit Nanami atau mungkin karena keringat yang sedikit keluar karena panas yang membuatnya terlihat bersinar.

Sangat... indah. 

Saat aku berpikir demikian, Nanami seolah-olah mencoba menyembunyikan tubuhnya dengan memalingkan dirinya sendiri. Dalam keadaan memalingkan wajahnya dariku, dia berbicara dengan nada malu-malu.

"Um... Yoshin, kalau kamu terus menatapku seperti itu, itu membuatku malu. Setidaknya katakan sesuatu."

"Ah..."

Uh, aku terlalu terpukau oleh pemandangan yang begitu mengejutkan sehingga lupa untuk berbicara. Menatapnya dalam diam mungkin terdengar sedikit aneh.

Tapi, apa yang seharusnya aku katakan...? Tidak, sebaiknya aku memberikan pujian dengan tulus. Di saat seperti ini memujinya lebih penting daripada biasanya.

"Maaf, aku terlalu terposan dengan baju renangmu Nanami. Baju renang itu sangat cocok denganmu." 

Mendengar kata-kata itu, Nanami perlahan berbalik menghadapku. Pipinya yang merah mungkin tidak hanya karena sinar matahari. Seolah-olah untuk menyembunyikan rasa malunya, Nanami dengan ringan meninju dadaku.

Ada suara pelan ketika kulit kami bertemu, tapi Nanami menghentikan tinjunya di dadaku. Dan kemudian dia menatap ke tinjunya sendiri. Nanami dengan perlahan menurunkan pandangannya, lalu memindahkannya dari bawah ke atas. Saat pandangan kami bertemu, Nanami sekali lagi membesarkan matanya. 

"Yoshin... ku, kulit... kulit...?!"

"Ah, iya. Lihat, kita di pantai dan memakai baju renang, jadi..."

Nanami perlahan membuka kepalannya, lalu menempatkan telapak tangannya tepat di dadaku dengan lembut. Tanpa sadar, tubuhku bergetar. Aku benar-benar tidak menyangka dia tidak akan melepaskan tangannya, ini benar di luar dugaan.

Selanjutnya, Nanami dengan lembut menyentuh dan mengusap-usap tubuhku dengan telapak tangannya.

"Aku, aku menyentuhnya..."

"Ya, begitulah..."

Aku sedikit bingung dengan reaksi ini. Nanami tidak melepaskan tangannya dariku dan tersenyum sambil menundukkan alisnya seolah ingin menyembunyikan sesuatu.

Sebaliknya aku... merasa sedih karena tidak bisa menyentuhnya... Padahal itu hal yang normal.

"Kalian sedang melakukan sesuatu yang mesum...?"

Kami kembali sadar saat mendengar suara seperti itu dari sekitar kami. Lebih tepatnya, Nanami yang tersadar. Saat mendengar suara itu, Nanami dengan panik melepaskan tangannya dariku. Aku merasakan semacam perasaan kehilangan yang aneh di tempat yang baru saja disentuh oleh Nanami. Aku mencoba menyentuh tempat itu dengan tanganku sendiri, tapi perasaan kehilangan itu tidak kunjung hilang untuk sementara waktu.
 
"Kami tidak melakukan apa-apa!!" Nanami yang telah melepaskan tangannya, berteriak seolah-olah sedang membela diri.

Orang-orang di sekitarnya memberikan tatapan yang terasa hangat kepada Nanami. Aku juga tanpa sadar merasa hangat ketika melihat Nanami seperti itu. 

"Seperti biasa kalian langsung ngebucin..."

"Yah, melihat Nanami di pantai selalu terasa lebih dari biasanya..."

Otofuke-san dan Kamoenai-san mendekat ke tempat kami dengan terkejut. Kamoenai-san berhenti berbicara sejenak, lalu tampak berpikir sambil menempatkan jari telunjuknya di dekat mulutnya.

Setelah berpikir dengan berkata "Hmm," lalu dia menunjuk Nanami dengan jari telunjuknya.

"Ero sekali."

"Ayumi!?"

itu adalah komentar yang terdengar familiar, memilih kata-kata dengan hati-hati. 

Hmm, apakah kata 'erotis' itu bisa dianggap sebagai pujian? Nanami meninggikan suaranya kepada Kamoenai-san seolah-olah sedang protes.

Sambil tertawa terbahak-bahak… maaf, Nanami. Aku sedikit setuju dengan itu. 
Tingkat eksposurnya juga begitu dan Nanami yang dilihat dalam baju renangnya di tempat yang terang memiliki daya tarik yang luar biasa. Seperti bagian dada yang terlihat dari balik jaket, bagian bawah dari baju renang yang berlapis, kaki yang ramping dan sedikit berkeringat.

Rasanya seperti... musim panas.

"Kalau kalian bilang begitu, Hatsumi dan Ayumi juga tidak kalah erotis, bukan? 
Apa itu baju renang baru kalian?"

"Eh? Kenapa sampai ke sini juga?"

"Eh~? Aku kalah deh dengan Nanami." 

Entah mengapa Kamoenai-san berpose saat ditunjuk oleh Nanami. Otofuke-san sedikit malu dan bersembunyi di balik Soichiro-san.

Otofuke-san mengenakan bikini berwarna oranye yang mendekati warna merah, dengan pareo pendek yang terikat di bagian bawahnya. Pareonya terlalu pendek untuk benar-benar menutupi bagian bawahnya sehingga hampir seluruh bagian kakinya terlihat.

Baju renang Kamoenai-san terlihat seperti gaun, tapi bagian pinggang dan beberapa tempat lainnya terbuka sekali.

Baju renang macam apa ini?

Ini mungkin saja, tapi jika dilihat dari belakang, punggungnya akan terlihat jelas dan bisa menimbulkan kesalahpahaman, bukan...?

Kedua orang itu, terlihat sangat seksi mungkin karena mereka bersama pasangan mereka di pantai.

Mungkin ini baju renang yang berbeda dari waktu di kolam renang malam.

Berbeda... kan? Itu?

Aku ingat bahwa baju renang Nanami jelas berbeda, tapi aku menyadari bahwa aku tidak terlalu ingat baju renang apa yang dikenakan oleh kedua orang itu.

...Ah, terserahlah.
 
Mungkin ada yang mengatakan bahwa aku harus tertarik kepada orang lain selain Nanami, tapi mengingat penampilan baju renang orang lain itu juga tidak baik, jadi ini mungkin jawaban yang benar.
 
Melihatnya seperti ini, aku merasa lega karena Nanami memilih baju renang yang relatif sederhana. Bagian bawahnya mungkin berlapis dan terlihat seksi, tapi dia memakai jaket di bagian atasnya. 
Tiba-tiba, aku teringat kata-kata dari Kamoenai-san. 

'Aku kalah dengan Nanami' Kenapa kata-kata itu muncul? 

Nanami sekarang memakai baju renang yang lebih sopan dibandingkan dengan dua orang itu. Dia juga memakai jaket, dan tingkat eksposurnya cukup rendah.

...Jaket? 

Saat aku menyadari hal itu, Kamoenai-san bergerak mendekatiku sambil tersenyum licik. Saat dia mendekatiku, dia mengucapkan kata-kata yang menggoda seperti iblis. 

"Benar, Nanami memakai jaket... Apa kamu tidak penasaran dengan apa yang ada di dalamnya...?"

"Di... dalamnya?"

Tentu saja, memakai jaket berarti dia memakai baju renang di dalamnya dan aku sama sekali tidak memikirkan tentang hal itu.
 
Jadi, maksudnya... Baju renang Nanami yang ada di dalam itu lebih menakjubkan dibandingkan dengan kedua orang itu...?

Saat aku terpaku, Kamoenai-san kemudian mendekati Nanami dan berbisik sesuatu padanya. Ketika aku melirik ke arah Otofuke-san, dia tampak menempatkan satu tangan di pinggang dan menutupi kepalanya dengan tangan yang lain.

Tapi, sepertinya dia tidak berniat untuk menghentikannya.

Dan setelah berbisik sesuatu, dia dengan lembut mendorong punggung Nanami. 
Akibatnya, Nanami melangkah beberapa langkah ke depan hingga hampir berada tepat di depan mataku.

Meskipun aku sudah merasa deg-degan sebelumnya, tapi sekarang ini... aku merasa lebih deg-degan dari sebelumnya. Karena bagian dada yang terbuka, aku bisa melihat kulit Nanami dari sana.

Itulah sebabnya aku, mulai membayangkan... jenis baju renang apa yang dia pakai di bawah jaket itu.

Dalam keadaan berhadapan satu sama lain... baik aku maupun Nanami, sama-sama kehilangan kata-kata. Yang pertama memecah keheningan itu adalah Nanami.

"Ah, umm... Err..."

Aku mendengarkan tanpa menyela kata-katanya. Waktu terasa sangat lama menunggu kata-kata berikutnya dari Nanami. Mungkin ini yang disebut dengan melihat sesuatu dengan penuh semangat dan cemas.

Sepertinya orang-orang di sekitar kami juga memperhatikan kami. 

...Karena terasa begitu hening, itu mungkin hanya perasaanku saja. 

"Err, um. Ternyata berjemur itu... tidak baik untuk kulit, ya."

"Uh, iya. Sepertinya begitu."

"Jadi, untuk mencegah hal itu terbakar... tabir surya itu menjadi sebuah kebutuhan..." 

"Uh-huh... Ya?" 

Tidak, 'ya' ini bukan karena aku bengong... melainkan lebih kepada ungkapan yang berarti 'tidak mungkin kan?' Apakah ini seperti situasi yang sering terjadi di manga, kini menimpa diriku? 

Namun di sini, menawarkan diri untuk mengoleskan lotion kepada Nanami sebelum dia memintanya, itu akan sangat sulit. Maksudku, itu tidak bagus bagi seorang pria untuk mengoleskan tabir surya kepada seorang wanita jika dipikir secara normal.

Seharusnya, aku hanya boleh mengoleskannya jika dimintanya. 
Dengan dimintanya itu, berarti aku diberi izin untuk menyentuh kulitnya. Jadi, aku tidak boleh mengajukan tawaran itu. Aku harus menunggu, menunggu kata-katanya. 

Jika ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda, aku hanya akan menjadi orang yang memalukan. Tapi karena aku belum mengatakannya, jadi aku masih aman. 
Dan kemudian Nanami, menyodorkan sebuah botol plastik ke depanku tanpa aku sadari.

Mungkin itu yang tadi diberikan oleh Kamoenai-san... itu adalah botol yang tidak aku kenali. Jika harus dijelaskan, bentuknya mirip dengan botol shampoo.
Dengan pipi yang sedikit memerah, Nanami menunduk dan melanjutkan kata-katanya.

"…Bisakah kamu mengoleskannya padaku?"

Aku mengulang-ulang kata-kata Nanami yang baru saja dia ucapkan dalam pikiranku.

'Bisakah kamu mengoleskannya padaku.'

Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa situasi ini benar-benar akan terjadi padaku… Berapa banyak orang yang bisa menolak permintaan seperti ini? 

Tindakan untuk melindungi kulitnya yang secara langsung berarti menyentuh kulitnya. Setidaknya, pilihan untuk menolak sama sekali tidak ada bagiku.

"Iya, dengan senang hati…"

Saat itu, aku bermaksud menerima permintaannya untuk mengoleskan tabir surya dengan tenang, sopan dan cerdas … Namun, aku kemudian berpikir bahwa responsku mungkin terdengar cukup buruk. 

* * *

Mengoleskan tabir surya ke tubuhnya. Ini adalah situasi yang sangat umum di manga. Secara harfiah, ini adalah situasi dimana seorang pacar mengoleskan tabir surya ke punggung pacarnya… Ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Aku benar-benar terkejut.

"Kalau begitu... tolong ya."

"Iya.."

Kami menyebarkan selembar plastik di atas pasir pantai yang sedikit jauh dari tenda dan kami berdua duduk bersila di atasnya.

Mengapa duduk bersila? Kau mungkin akan bertanya-tanya..Aku juga berpikir demikian. 

Tubuhku secara alami mengambil posisi duduk bersila. Begitu juga dengan Nanami. Dia menundukkan kepalanya kepadaku sambil masih duduk bersila.

Saat ini hanya ada aku dan Nanami di atas plastik ini. Tidak ada orang lain di sekitar kami. Hanya aku dan Nanami. Berkat datang pagi-pagi, orang-orang masih sedikit, rasanya seperti pantai ini disewa khusus untuk kami.

Orang-orang lainnya terbagi ke dalam kelompok yang pergi bermain ke arah laut dan kelompok yang sedang mempersiapkan barbekyu.

Aku juga sempat berpikir untuk membantu persiapan... tapi karena ada orang yang disebut sebagai ahli dalam menyalakan arang, jadi kami sebagai para pelajar diminta untuk pergi bermain saja. Ini mungkin strategi untuk membuatku dan Nanami bisa sendirian... tapi aku sama sekali tidak menyangka akan dihadapkan dengan situasi mengoleskan tabir surya.

Aku tidak menyangka bahwa aku akan merasa sangat tegang seperti ini di luar ruangan. 

"Nah, ini..."

"Ah, iya."

Aku menerima tabir surya dari Nanami dan memperhatikan wadahnya dengan serius. Rasa canggung yang aku rasakan sampai kemarin berbeda dengan rasa canggung saat ini. 

Sekarang... aku yang akan mengoleskannya...

Nanami mengenakan jaket saat ini. Tentu saja, dia harus melepasnya untuk mengoleskan tabir surya... tapi, apakah dia akan melepasnya dan menunjukkan baju renangnya yang menakjubkan...?

"Um, Nanami.. jaketnya?"

"Oh, ini? Ini disebut rash guard. Kamu bisa memakainya di atas baju renang dan bisa langsung masuk ke dalam laut dengan ini. Ini hangat bahkan di dalam air."

Rash guard. Aku tidak tahu bahwa ada sesuatu seperti itu. Nanami sedikit menurunkan resletingnya dan mencubit ujung jaketnya.

Bisa langsung masuk ke dalam laut berarti itu terbuat dari material yang sama dengan baju renang, itu sebabnya jaket itu menempel erat di kulit dan memperlihatkan garis tubuh... 

"Sama dengan baju renang... Mana mungkin, dia masih mengenakan baju renang, kan?"

Sebenarnya karena itu sama dengan baju renang, dia tidak memakai apa-apa di bagian atasnya, hanya itu saja. Jika itu masalahnya, maka aku bisa menerima kata-kata Kamoenai-san secara harfiah. 
Tapi jika itu benar, aku ingin segera menyarankannya untuk mengenakan baju renang biasa. 

"Nggak lah! Aku masih pake atasan baju renang!"

"Eh?! Apa aku mengatakannya dengan keras?!" 

"Aku mendengar kamu menggumamkan sesuatu tadi.. Aku masih pake baju renang, oke.."

Rasanya seperti aku telah melakukan sesuatu yang sangat klasik dan klise. Tapi, aku merasa lega. Jika dia memakai sesuatu di bawah, itu membuatku merasa lega.

Nanami masih mengenakan rash guard dan berbaring telungkup di atas tikar plastik.

Aku kira dia akan melepasnya sebelum berbaring, tapi dia tetap mengenakannya. 

Tidak mungkin dia tetap mengenakan tabir surya ketika basah, kan? Sambil berpikir bahwa itu tidak mungkin, aku mengamati tindakan Nanami.

Nanami yang berbaring telungkup, kemudian sedikit mengangkat bagian atas tubuhnya. Segera setelah itu, aku bisa mendengar suara resletingnya yang dibuka. Suara geseran logam terdengar dan ketika itu berhenti, bagian depan rash guardnya terbuka dan kainnya terbuka lebar.

Nanami dengan cekatan melepaskan rash guard sambil membalikkan badannya. 
Mungkin karena bahannya yang pas di tubuh, dia perlahan-lahan menarik keluar tangannya satu per satu.

Akhirnya, dia mengutak-atik bagian sekitar dada dan dia melepaskan rash guard yang hanya terletak di punggungnya itu. Setelah melepas rash guard dan menggulungnya menjadi semacam bantal, dia meletakkannya di sekitar wajahnya, sehingga punggung Nanami terbuka. 

Punggungnya yang indah... bersih tanpa noda, terbuka begitu mempesona. Aku hampir saja terpesona olehnya.

Aku menatap punggung Nanami dengan serius... dan tiba-tiba terpikir.

... Eh, bukankah tali itu sangat tipis!? Err, tunggu... Ini sangat tipis, apakah ini benar-benar aman? Apa ini normal? Ini luar biasa... 

Selain itu, Nanami saat ini meletakkan kedua tangannya di bawah wajahnya, seperti menggunakan tangannya sebagai bantal. Artinya, dia berbaring telungkup dengan tangannya di atas bahu.

Itu terlihat... bagian ketiaknya dan... dadanya yang tertekan itu...

Bolehkah aku...? Bolehkah aku melihat ini? 

Padahal belum sempat mengoleskannya, tapi aku sudah merasa gemetar.

Aku harus menutupinya dengan tubuhku agar tidak ada orang lain yang melihat... Er, tapi kalau dilihat dari sisi lain itu juga tidak boleh. 

Meskipun tidak terlihat langsung dari depan, tapi ada banyak bagian yang pantas dilihat. 

"Kalau begitu, bisakah kamu mengoleskannya di punggungku?"

"Y-Ya...!!"

Jika tidak cepat, punggung indahnya ini akan terbakar oleh matahari. Tidak, aku pikir Nanami yang terbakar oleh matahari itu indah juga, tapi itu adalah hal yang berbeda.

Pertama-tama ke punggung... bagaimana cara mengoleskannya...? Oh ya, sebelum pergi ke sini, Otofuke-san dan yang lainnya memberiku saran seperti ini... langsung ke punggung... 

Krim putih dari tabir surya jatuh ke punggung Nanami. Aku yakin aku harus langsung menuangkannya seperti ini sebelum mengoleskannya.

Aku akan mengoleskannya... mengoleskan... Ya, aku akan mengoleskannya dengan benar.

Perlahan, aku mengulurkan tanganku ke punggung Nanami. Aku berharap aku bisa melakukannya dengan cepat, tapi aku tidak memiliki keberanian seperti itu sekarang. Dengan gerakan lambat, aku meletakkan telapak tanganku ke punggung Nanami. 

"Ngnh~"

Saat aku meletakkan tanganku, suara Nanami terdengar. Meskipun dia mencoba menahan suaranya, tetapi suara desahan yang sedikit berkilau itu keluar tanpa disengaja.

Suara itu kecil, seakan hanya terdengar di telingaku saja... tapi aku yakin itu bukan hanya perasaanku saja.

Dengan begitu, aku terus menggerakkan telapak tanganku di punggungnya seperti merayap. Setiap kali aku bergerak, ada suara yang keluar dari mulut Nanami.

Dari atas ke bawah, dari bawah ke atas... kadang-kadang bergerak seperti menggambar lingkaran. Seolah-olah punggung Nanami adalah sebuah kanvas dan aku sedang menggambar sesuatu di sana.

Ini pertama kalinya aku menyentuh kulit Nanami... di perut, di punggung... Apakah aku juga sedikit menyentuh dadanya...?

Rasanya punggung itu memiliki sensasi yang berbeda. Mungkin terlihat tenang dari luar, tapi di dalam hati, aku sangat gugup.

Punggung Nanami itu lembut dan halus... terasa sangat nyaman saat disentuh.

Punggung yang halus itu... meskipun agak aneh mengatakannya... sedikit licin karena krim tabir surya... bahkan membuatnya lebih mulus lagi.

"Yoshin... kamu juga bisa menggunakan jarimu."

Menggunakan... jari?

Aku bertanya-tanya apa maksudnya, karena aku hanya menggunakan telapak tangan untuk mengolesi punggung Nanami, mungkin maksudnya adalah menggunakan seluruh tangan termasuk jari-jariku untuk mengoleskannya?

Mengikuti kata-katanya, aku secara sadar mulai menyentuh punggung Nanami dengan ujung jariku. Sensasi sentuhan di punggung yang sebelumnya hanya terasa di telapak tanganku, kini terasa sampai ke ujung jariku.

Pertama-tama, aku mengoleskannya secara merata ke seluruh punggung... 
mengoleskan... mengoleskan ... oleskan. Ini hanya sekedar mengoleskan tabir surya, mengoleskan tabir surya, hanya mengoleskan.

Aku terus mengingatkan diri sendiri. Aku harus mengingatkan diri sendiri... atau itu akan menjadi berbahaya.

Yang paling berbahaya adalah saat aku mengoleskannya di sekitar tali bikini. 
Seharusnya tindakan mengoleskan itu ke punggung tidak berubah, seharusnya begitu.

Aku memasukkan tangan di bawah tali dan mengoleskannya ke punggungnya. Hanya sebuah tali, aku tidak memasukkan tangan ke dalam pakaian atau melakukan sesuatu yang lebih ekstrem... tapi sensasi tali di atas tanganku itu mengguncang otakku. Mungkin ini yang disebut dengan guncangan seperti dipukul. Meskipun sebenarnya aku belum pernah dipukul. 

Kepalaku terasa pusing.

Mungkin terlalu banyak endorfin yang dilepaskan di dalam otakku. Rasanya seperti aku akan pingsan.

Ini bukan heat stroke... kan? Aku sudah minum cukup air.

"Phew..."

"M-Makasih..."

Dalam pemikiranku, aku merasa aku sudah mengoleskannya secara merata. Pada tahap itu, aku melepaskan tanganku dari punggung Nanami. Suara air saat aku melepaskan tangan terdengar sangat jelas. Punggungnya yang basah oleh tabir surya dan berkilauan di bawah sinar matahari terlihat begitu menggoda. 

...Ini, aku merasa aku telah membuka salah satu fetish. Aku tidak bermaksud begitu, tapi ini disebut fetish apa? 

Yah, biarlah. Aku pikir misi ini sudah selesai, tapi ternyata belum.

"Umm... kalau kamu tidak keberatan, bisakah kamu juga mengoleskannya di bagian atas... dan bawah?"

"Bagian atas... dan bawah?"

Aku sedikit mengerti dengan bagian atas. Bagian seperti di sekitar leher dan bahu... 
area itu harus diolesi agar tidak terbakar matahari. 

Tapi... bagian bawah itu...?

Aku memindahkan pandanganku dari punggungnya ke bawah.

itu... bukan berarti bagian pantat, kan? Eh? Menyentuh bagian itu tidak pantas, bukan? 

Tapi memang benar, sepertinya ada sedikit bagian yang terlihat dari bawah baju renang, jadi apakah bagian itu akan terbakar matahari?

"Umm, Yoshin... kamu terlalu banyak melihat pantatku. Aku bisa merasakan tatapanmu... bukan di situ, tapi kakiku."

"Oh, kakimu. Oke, aku tahu.. kakimu.." 

Tentu saja. Menyentuh pantatnya itu tidak boleh. Itu sudah jelas, aku tahu itu.

Nanami dengan punggung masih menghadapku, dengan cekatan menutupi pantatnya dengan tangan.

Maaf, aku sudah melihatnya. Serius, aku melihatnya karena kamu bilang bagian bawah.

Tapi tangan Nanami tidak cukup besar untuk menutupi semuanya... Karena itu, bagian yang tidak tertutupi malah terlihat sangat menggoda.

Oooh, pikiran cabulku!! Oke, tenanglah.. Mulai dari bagian atas dulu.
 
Aku melihat ke bagian atas Nanami yang masih berbaring. Aku sudah mengolesi punggungnya... tapi leher, sekitar bahu, lengan atas... bagian itu belum aku olesi, jadi aku mulai menyentuh bagian-bagian itu. 

"Ahn...♡"

Bagian belakang leher sebenarnya masih merupakan lanjutan dari punggung, tapi sekitar bahunya terasa sangat sensitif. Setiap kali aku menyentuhnya, aku merasa aku bisa melihat tanda hati muncul dari ujung kata-kata Nanami.
 
Karena dia sedang berbaring, aku tidak menyentuh bagian depannya, tapi ketika sedang mengolesi di sekitar bahunya, tanganku hampir saja bergerak ke depan. 
Bukan berarti aku akan mengolesi bagian depannya. Bahkan jika ujung jariku menyentuhnya, paling itu hanya sampai ke tulang selangka... tidak, mungkin tidak sampai ke situ.

Meskipun begitu... 

"Itu tidak boleh..."

Kalau kamu mengatakan itu... malah membuatku ingin menyentuhnya lebih lagi.

Tapi, aku tidak akan menyentuhnya.

Dalam keheningan, aku selesai mengolesi bagian atasnya dan sekarang waktunya untuk bagian bawah...

Kakinya ya, kakinya. Itu bagian kakinya.

Paha, bagian belakang lutut, betis... secara berurutan dengan teliti dan hati-hati, aku mulai mengoleskannya. Dan kemudian ke arah yang lebih jauh dari pergelangan kaki. Saat mengolesi kakinya, ada rasa tegang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Karena Nanami sendiri yang memintaku untuk mengolesi bagian depan kakinya juga. Jadi, aku sedikit mengangkat kakinya dan membengkokkannya dengan lembut agar tidak sakit. Yang paling terasa berbeda adalah saat aku mengoleskan krim tabir surya ke jari-jari kakinya.

Biasanya aku tidak pernah menyentuh jari kaki pacarku... betapa tidak biasa itu. 
Mungkin lebih tepatnya bukan tidak biasa, melainkan luar biasa.

Entah mengapa, ada perasaan bersalah yang aneh dibanding saat menyentuh punggungnya... atau bahkan menyentuh dadanya. Jari-jariku menyentuh dan mengolesi jari-jari kakinya.

Meskipun kontak fisik itu terasa di permukaan, entah mengapa aku merasa seperti sudah tercampur aduk. 

"Selesai...."

Setelah mengatakan itu, aku langsung berbaring terlentang dan jatuh ke bawah. 

Aku merasa sangat lelah, seolah-olah aku telah menggunakan semua energi dan kekuatanku. Aku berkeringat seolah-olah aku telah berlari sepanjang waktu.

Tanpa aku sadari, Nanami yang sudah mengenakan rash guard dengan sempurna mulai memandangiku dari atas.

Sungguh, kapan dia mengenakannya? Tidak, bukan karena aku ingin melihat baju renangnya atau apa...

Namun, karena dia membungkuk dari atas, pandanganku tanpa sadar tertuju pada bagian yang sedikit bergerak. Meskipun itu sekilas terlihat keras karena bahannya yang ketat, namun sebenarnya itu terlihat sangat lembut saat bergerak.

Apakah ini sebuah informasi visual yang bertentangan? Dunia ini penuh dengan keajaiban.

"Makasih, Yoshin... karena sudah bersusah payah, maukah kamu mengolesi bagian depannya juga?"

"Aku tidak mau?!"

Sambil sedikit menurunkan resletingnya, Nanami menunjukkan senyum menggoda kepadaku. Aku secara refleks menolak tawaran mendadak itu, tapi...

Eh? Ada perasaan yang... 

Dengan tabir surya di tangannya, Nanami mulai mengoleskan bagian yang belum aku olesi dan dia juga mengoleskan tabir surya di bawah rash guardnya melalui celah yang sudah dilonggarkan. Melihat tangannya masuk melalui celah rash guard, aku tanpa sadar menelan ludah. 

"Nah kalau begitu, sekarang giliranku yang mengolesi Yoshin dengan tabir surya, ayo sini~"

Nanami menarik tangannya dari rash guard dan kemudian meletakkannya di sekitar perutku. Tangan yang baru saja menyentuh tubuhnya... sekarang ada di perut dan dadaku.

Apa ini semacam kontak tidak langsung? Apa ini, aku benar-benar bingung hingga aku tidak mengertinya lagi.

Aku tidak bisa bergerak sama sekali karena tindakan tidak terduga itu. Bukan hanya karena kelelahan, tapi juga karena gerakannya yang begitu mendadak dan Nanami yang seperti biasa... aku tidak bisa bergerak.

Sepertinya bagian tubuhku yang disentuh oleh Nanami terasa dingin. Telapak tangan Nanami bergerak. Meskipun telapak tangannya kecil, aku merasakan seolah-olah telapak tangannya itu jauh lebih besar.

"Eh? Eh?! Nanami...?!"

"Baiklah, aku akan terus mengoleskannya seperti ini. Bersiaplah—!"

Mengabaikan kebingunganku, Nanami terus merayapkan kedua tangannya ke seluruh tubuhku. Perut, dada, lengan, tangan, jari... pokoknya, dia mengoleskan tabir surya ke seluruh tubuhku.

Buku mewarnai... apakah ini yang dirasakan oleh objek yang diwarnai di dalam buku mewarnai? Aku ingat aku sempat melakukannya saat masih anak-anak... sambil melarikan diri dari kenyataan. 

Aku kemudian digulingkan dan bagian punggungku juga diolesi. Yah, sebenarnya aku membantunya dengan berguling karena Nanami sendirian tidak akan cukup kuat.

Aku merasakan sentuhan telapak tangannya di seluruh tubuhku dan perlahan-lahan tidak ada lagi bagian tubuhku yang belum tersentuh oleh Nanami. Memang tidak mungkin untuk menyentuh seluruh tubuhku... Tapi pada akhirnya, hampir seluruh bagian tubuhku telah disentuh oleh Nanami.

Ketika selesai, Nanami tampak merasa lelah, tapi di atas itu, dia menunjukkan senyum yang terlihat sangat puas. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku kehabisan nafas karena alasan yang berbeda. 

Tidak, seluruh tubuhku disentuh olehnya, kan? Jadi, wajar saja kalau aku tidak bisa langsung bangun dan kehabisan nafas.

Kemudian, Nanami kembali mengoleskan tabir surya ke bagian atas tubuhnya sendiri. Padahal dia sudah mengoleskannya sebelumnya... aku bertanya-tanya mengapa. Ngomong-ngomong, dia masih memakai rash guard.

...Mungkin karena dia memakai rash guard, jadi bagian punggung dan lainnya tidak perlu diolesi? Tidak, tapi meskipun memakai baju, sinar ultraviolet bisa membakar kulitnya, kan...?

Setelah selesai mengoleskannya, Nanami langsung berbaring di sampingku. Sinar matahari menyinari kami berdua. Tapi karena kami sudah mengoleskan tabir surya, kami tidak akan terbakar oleh matahari... Meskipun begitu, tetap saja masih panas.

"Nanami..."

"Yoshin..."

Saat aku memanggil Nanami yang sedang berbaring, Nanami pun mulai membuka mulutnya pada saat yang sama. Kami berdua saling memandang dan tersenyum kecut karena kami berbicara bersamaan.
Kami sama-sama menawarkan untuk membiarkan yang lain berbicara terlebih dahulu, tapi aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara kepada Nanami terlebih dahulu. Meskipun yang ingin aku tanyakan sebenarnya tidak terlalu penting.

"Kenapa kamu mengoleskannya lagi di bagian depan?"

"Hmm? Jika kamu mengoleskan tabir surya berlapis-lapis, itu akan membuat kulitmu lebih tahan terhadap sinar matahari. Dan juga..." 

"Dan juga?"

"Jika aku mengoleskannya dengan tangan yang sudah aku gunakan untuk mengolesimu, itu seperti... ciuman tidak langsung, bukan?"

Nanami mulai berkata hal-hal seperti remaja SMA laki-laki. Atau lebih tepatnya, dia punya pemikiran yang sama denganku.

Dengan tawa kecil, Nanami mendekatiku. Dia dengan cekatan mendekatiku seperti melompat sambil tetap berbaring. Jarak yang tadinya lebar pada saat di dalam mobil menjadi lebih dekat, langkah demi langkah.
 
Kami berada dalam jarak di mana lengan kami hampir bersentuhan, bahkan mungkin sudah bersentuhan. Dia telah mendekatiku sampai sejauh itu. Kami berbalik sehingga kami saling berhadapan sambil tetap berbaring. 

"Yoshin... Maaf ya."

Nanami tersenyum sedikit sedih dan meminta maaf kepadaku. Sambil memikirkan arti dari kata-kata permintaan maafnya, aku kemudian membalasnya. 

"Apa itu karena kamu tidak mengangkat telepon?" 

"Itu juga, tapi juga karena aku mengatakan hal-hal aneh seperti 'tidak mau' pada hari pertama kerja paruh waktu." 

Ah, jadi Nanami benar-benar mengerti apa yang dia minta maaf. Itulah yang membedakannya dariku.
 
"Aku tidak terlalu memikirkannya..."

Aku berhenti berbicara di tengah kalimat. Mengatakan bahwa aku tidak terlalu memikirkannya di sini akan menjadi kebohongan. Jadi, aku memilih kata-kataku dengan lebih hati-hati. 

Kata-kata jujur dari diriku saat ini. 

"...Iya, aku sangat memikirkannya. Aku takut jika aku sudah membuatmu marah. Jadi, aku mencoba melakukan berbagai hal." 

Mungkin terdengar sangat keren jika aku mengatakan di sini bahwa aku tidak terlalu memikirkannya... tapi menyembunyikan perasaan kita satu sama lain di sini mungkin tidak akan berakhir baik nantinya.

Lebih baik mengatakan bahwa kau marah jika kau merasa marah dan katakan bahwa kau sedih kalau kau merasa sedih. Mungkin itu akan menyebabkan pertengkaran lagi, tapi itu lebih baik daripada menyimpannya.

Yah, aku pikir itu tergantung pada situasinya..
 
Nanami terlihat sedikit terkejut dan matanya terbuka lebar, lalu dia tertawa lagi. 

"...Maaf, saat itu perasaanku juga kacau... aku takut jika aku mulai berbicara, semuanya akan menjadi tidak masuk akal." 

"Jadi itu masalahnya. Ya, memang benar kadang-kadang perasaan dan kata-kata bisa menjadi kacau."

"Iya, maaf sudah menjadi pacar yang merepotkan."

"Tidak apa-apa, laki-laki itu suka yang merepotkan."

Misalnya seperti model.

Yah, memang agak aneh jika membandingkan hubungan pria dan wanita dengan model. Tapi setidaknya aku cukup menyukai hal-hal yang merepotkan.

Jadi, tingkat kesulitan seperti Nanami sangat aku sambut baik.

"Kamu tidak masalah dengan itu? Kamu tidak akan bilang bahwa 'kamu tidak merepotkan'?"

"Tidak apa-apa. Aku menyukaimu karena kamu merepotkan."

Nanami berbisik dengan suara kecil 'Oh, begitu' dan terlihat senang. Mendengar kata-kataku, Nanami segera bangun. Aku juga ikut bangun bersamanya.

Ketika kami bangun, aku bisa melihat sedikit bagian bawah rash guard melalui celah resleting yang terbuka... Hanya sekilas, terlihat...

Eh? Sepertinya aku tidak melihat kain sama sekali...? Tapi ada tali bikini saat aku melihat punggungnya... apa maksudnya...? Mungkin itu hanya perasaanku saja karena hanya sekilas...? 

"Sebenarnya, kenapa kamu mengatakan hal seperti itu? Apa yang membuatmu tidak suka?"

Aku mengatakan apa yang ingin aku tanyakan tanpa memperlihatkan kekesalanku. 

Nanami kemudian duduk bersila dan menoleh ke arahku dengan memiringkan kepalanya.

"Itu, sebenarnya aku masih belum bisa mengatakannya dengan benar. Jadi, bisakah kita membicarakannya nanti malam? Aku akan mengatakannya, jadi sampai saat itu. Mari kita nikmati hari ini.",

"Ah, ya. Tidak apa-apa. Sepertinya malam ini kita akan berada di tenda yang sama." 

"Oh, begitu ya. Bersama malam ini..."

Saat hendak mengatakan sesuatu, Nanami berhenti berbicara.

Seperti mainan yang berkarat, Nanami seolah-olah mengeluarkan suara 'gigyi' saat memalingkan pandangannya ke arahku.

Itu? Reaksi ini......tidak mungkin ......? 

"Malam ini... kita berada di tenda yang sama...?"

"Iya... Begitulah yang aku dengar..."

Nanami kembali menundukkan kepalanya dengan gerakan seperti mainan berkarat.

"Apa mungkin, kamu belum mendengarnya?"

Mendengar kata-kataku, Nanami masih menundukkan kepalanya dan mengangguk perlahan.

Begitu ya, jadi kamu belum mendengarnya... Kupikir kamu sudah mendengarnya... 

Kami berdua terdiam. Aku tidak bisa mengetahui apa yang Nanami pikirkan. Tapi mungkin... dia sedang malu.

Kami asumsi bahwa situasi akan canggung sampai pagi, jadi meskipun kami berdua sendirian di dalam tenda... tidak aka nada kesempatan untuk melakukan hal yang aneh, tapi bagaimana dengan sekarang? 

Setelah memastikan bahwa kami sudah mengoleskan tabir surya, aku bertanya-tanya apakah kami masih bisa bertingkah normal malam nanti.

Tidak ada gunanya memikirkannya, aku serahkan pada diriku di masa depan.

"N-Nanami, ayo bermain! Jika kita menghabiskan waktu di siang hari dan lelah. Kita bisa langsung tertidur di malam hari!"

"Iya!! Ayo bermain!!" 

Kami berdua segera berdiri dan aku mengulurkan tanganku kepada Nanami seolah-olah mengajaknya. Nanami dengan lembut meletakkan tangannya di atas tanganku.

Aku merasa seperti sudah sangat lama tidak berpegangan tangan dengan Nanami. Padahal sebenarnya baru sekitar 2 hari. Merasa tangan Nanami dalam genggaman... rasanya sudah sangat lama, meskipun sebenarnya baru sekitar dua hari. 

"Ayo pergi"

"Iya!!"

Dan kemudian, aku dan Nanami mulai berlari menuju ke arah tempat semua orang berada. 

* * *

Semua orang merasa senang karena hubunganku dan Nanami yang sudah membaik seolah-olah itu adalah urusan mereka sendiri. Namun, tidak semua masalah telah terselesaikan

Malam ini, aku dan Nanami akan berbicara. ...Hanya berdua saja.
 
Yah, tidak ada gunanya memikirkannya sekarang. Lagipula, tujuan awalnya adalah untuk pergi bersama Nanami, jadi ini adalah sesuatu yang aku inginkan.

Untuk saat ini, nikmati saja.

Itulah yang aku pikirkan, tapi kemudian aku menghadapi sebuah masalah.
 
Apa yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang di laut?

Aku ingat, aku juga memikirkan hal yang sama saat di kolam renang malam.

Apa saat itu aku mencari tahu dengan melihat apa yang orang lain lakukan? 

Aku ingat bahwa Nanami terlihat cantik dalam baju renangnya dan kami pernah naik pelampung bersama.

Mungkin kali ini juga bisa menikmati seperti itu lagi... tapi pertama-tama... 

"Untuk saat ini, ayo kita lakukan pemanasan dulu!"

"Kita perlu melakukan pemanasan"

"Tidak, karena airnya sangat dingin..."

Ya, airnya sangat dingin. Aku merasa air kolam tidak sedingin ini. Aku pikir karena cuaca panas, suhu air juga tidak akan terlalu rendah, tapi ini benar-benar di luar dugaan.

Rasanya sangat dingin.

"Oh, benar juga. Airnya dingin sekali. Urya!!" 

"Wah?! Dingin!!"

Nanami yang hanya merendam kakinya di air, kemudian dengan cepat menggerakkan kakinya dan menyiramkan air ke arahku. Meskipun tidak banyak, air yang menyentuh tubuhku membuatku tanpa sadar bersuara. 

Saat aku mencoba membalas dengan menyiramkan air ke Nanami juga, dia dengan cepat bergerak ke belakangku dan menyiramkan air kepadaku lagi.

"Uhyah?! Astaga, nanti dulu mainnya! Ayo, kita lakukan pemanasan!"

"Uwah, aku dimarahi."

Nanami yang sedang bersenang-senang segera keluar dari air seolah-olah sedang melarikan diri. Meskipun jejak kaki Nanami terlihat di pantai pasir, tapi karena sinar matahari yang begitu terik, jejak itupun menghilang dengan cepat.

Entah mengapa aku berjalan mengikuti jejak kaki yang telah menghilang itu. Jejak kakiku bertumpuk sejenak dengan jejak kaki Nanami, tapi itu juga segera menghilang.

Melihat sekeliling, tampaknya ada beberapa orang yang melakukan pemanasan ringan sebelum masuk ke laut, jadi sepertinya tidak akan aneh jika kami juga melakukannya. Aku juga tidak terlalu paham tentang ini, mungkin cukup melakukan pemanasan yang biasa dilakukan sebelum latihan otot.

"Ayo kita lakukan pemanasan."

"Siap, Sensei."

Nanami mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan menjawabnya dengan semangat.

Jarang sekali aku dipanggil sebagai Sensei, jadi rasanya agak baru dan segar. 

Untuk saat ini, mungkin kita akan melakukan pemanasan bagian atas tubuh dulu, baru kemudian bagian bawah. Nanami meniru gerakanku dalam melakukan pemanasan. Dia mengangkat tangan, memutar badannya dan melakukan peregangan seperti yang aku lakukan.

Ini hanya pemanasan biasa, tapi... 

Ada sesuatu tentang cara kami melakukan pemanasan ini... terlihat normal tapi juga sedikit menggoda.

Apa ini karena Nanami adalah pacarku? Atau karena sudah lama tidak bersama, jadi terlihat seperti itu? Tidak, tidak. Hilangkan pikiran ini, hilangkan pikiran ini… 

"Ada apa, Yoshin? Bahaya loh kalau kamu diam dengan posisi seperti itu."

"Wah?!"

Tanpa aku sadari, Nanami sudah berada tepat di depanku, membuatku kaget dan terjatuh. Pasir pantai yang terkena sinar matahari itu cukup panas sehingga aku tanpa sadar mengeluarkan pekikan kecil.

"Muu, apa sih yang kamu lakukan? Nggak apa-apa, kan?"

 "Iya, aku baik-baik saja. Hanya saja pantatku terasa panas.."

 "Pftt, ahaha. Masih ada pasir nempel di celanamu. Sini, biar aku bersihkan."

Nanami membersihkan pasir yang menempel di pantatku dengan menepuk-nepuknya.

Tidak ada maksud lain, pasti tidak ada. Aku menyadari bahwa sebenarnya itu tidak perlu dibersihkan karena kami akan masuk ke laut, tapi aku membiarkannya saja.

...Apa ini. Rasanya seperti ada pintu aneh yang terbuka saat Nanami menepuk pantatku. Berapa banyak yang telah diungkapkan hari ini? Terlalu banyak penemuan baru.

Saat pantatku sudah bersih, Nanami tampak sedang berpikir… kemudian dia duduk di pasir pantai.

Aku kehilangan momen untuk memanggilnya karena tindakannya yang tiba-tiba itu, tapi Nanami segera berdiri sambil mengerutkan wajahnya.

"Panasss!! Apa ini, panas sekali. Pantai pasir bisa sepanas ini ya?!"

"Apa sih yang kamu lakukan, Nanami..." 

"Yah, karena Yoshin bilang panas, aku jadi penasaran seberapa panasnya... 
Ternyata benar-benar panas sekali..." 

Nanami berputar dan membelakangiku. Melihat ada banyak pasir yang menempel di pantat Nanami, sehingga aku bertanya-tanya apakah tadi aku juga seperti ini.

"…Mau coba membersihkannya?"

"Tidak, beri aku istirahat.." 

Dia memberikan sebuah usulan yang tidak terduga. Nanami tertawa sambil membersihkan pasir yang menempel di pantatnya. Sepertinya dia sengaja menunjukkannya padaku, jadi aku pun melihat pantatnya yang bergoyang di depanku.

Tidak, mungkin ini cara dia menyembunyikan sesuatu dariku.

Seolah-olah ini merupakan keuntungan khusus sebagai pacarnya... aku mencoba meyakinkan diri sendiri dengan paksa. Mungkin Nanami hanya tidak terlalu memperhatikan hal-hal seperti itu.

Memang benar, Nanami itu cukup ceroboh... Itu tidak masalah jika dia sadar dengan apa yang dia lakukan, tetapi tindakannya saat dia tidak sadar itu benar-benar membuat jantungku berdebar. 
Mungkin dia sengaja menanyakan tentang masalah pasir tadi, tapi aku merasa bahwa dia tidak sadar ketika dia membersihkan pasir di pantatnya di depanku.

Melihat tindakannya seperti itu, aku merasa harus selalu bersama Nanami untuk melindunginya. Meskipun alasan yang membuatku berpikir demikian itu mungkin agak buruk.

"Kalau begitu, pemanasannya sudah selesai... ayo masuk ke laut!"

"Iya. Ah, Nanami... Ada satu hal yang ingin aku ingatkan."

"Hm? Apa itu? Kalau soal penggoda, aku rasa tidak perlu khawatir karena aku akan bersama Yoshin."

"Pastikan baju renangmu tidak terseret ombak, oke? Kalau sampai terseret, segera beri tahu aku. Aku akan melakukan sesuatu."

"Itu yang kamu khawatirkan?!"

Ayolah, itu memang sesuatu yang harus dikhawatirkan. Dengan banyaknya hal yang sudah terjadi, tidak ada salahnya untuk mengkhawatirkan hal itu juga.
 
Bagaimanapun, aku tidak bisa membiarkan orang lain melihat Nanami dalam keadaan yang tidak pantas... Aku bahkan belum melihat apa yang ada di bawah rash guardnya.

"Astaga, kamu ini... benar-benar orang yang suka khawatir, ya"

Dengan senyum pahit, Nanami kembali mendekat kepadaku. Dia tampak tidak peduli meski hanya mengenakan baju renang. 

Itu membuatku sangat senang. Bukan karena sentuhan kulitnya, tapi karena jarak antara aku dan Nanami kembali seperti biasanya, itu yang membuatku sangat senang.

Nah, saat masuk ke dalam laut, kita harus berpisah karena berdempetan itu bisa berbahaya. Meskipun airnya dingin menusuk tubuh, rasanya menyenangkan setelah melakukan pemanasan dan terkena sinar matahari.

Saat kami masuk ke dalam air hingga sekitar paha, Nanami berbalik menghadapku.

Lalu dia tampak senang menyiramiku dengan air seperti sebelumnya. Aku juga tidak mau kalah, aku menyiram balik ke Nanami. Meskipun bermain air adalah hal yang biasa, tapi jika dilakukan bersama, itu sangat menyenangkan.

Begitulah cara kami menghabiskan waktu. 
Ngomong-ngomong, setelah ini baju renang Nanami tidak terseret, tapi... dia menjadi sangat panik karena rash guardnya tersapu oleh air. 

Sepertinya aku telah menimbulkan masalah yang tidak perlu.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close