-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 Chapter 4

Chapter 4 - Terkadang Ada Beberapa Hal Yang Tidak Bisa Kita Ketahui


Penerjemah: OneDay 





Liburan musim panas yang penuh badai dan drama telah berakhir. 

Tidak, sebenarnya liburan musim panas tahun ini benar-benar intens... ini adalah liburan musim panas pertamaku saat aku memiliki pacar, tapi apakah ini hal yang biasa bagi masyarakat umum?

Pastinya lebih memuaskan daripada hanya bermain gim saja, tetapi ada perasaan lelah... atau lebih tepatnya, perasaan kehilangan yang sangat besar karena liburan telah berakhir. 

Dulu, setelah liburan selesai, aku hanya memikirkan gim apa yang akan aku mainkan ketika aku pulang.

"Bagaimana ini, Yoshin? Aku merasa tidak ingin berangkat ke sekolah."

"Kebetulan sekali, Nanami, aku juga."

Ternyata Nanami juga bingung dengan perasaannya untuk pertama kali ini. Aku tidak pernah membayangkan bahwa kata-kata seperti tidak ingin pergi ke sekolah akan keluar dari mulut Nanami.

Karena tidak bisa terus berbicara seperti itu, kami berjalan perlahan dengan langkah kaki yang berat. Sepertinya, jika kami tidak memakan waktu yang lebih lama untuk pergi ke sekolah, kami tidak akan bisa menenangkan hati kami.

Mengenakan seragam, berpegangan tangan seperti biasa dan berjalan di jalan menuju sekolah seperti biasa. Perlahan-lahan, aku merasa semuanya kembali seperti biasa lagi.

Sudah lama aku tidak melihat Nanami mengenakan seragam sekolah. Karena selama liburan musim panas dia selalu mengenakan pakaian biasa.

... Sial, aku malah mengingat Nanami yang mengenakan pakaian gadis ring dan baju renang. Nanami sekarang mengenakan seragam, tenanglah wahai diriku. 

"Ngomong-ngomong, kamu sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, kan?"

"Ah... ya... Begitulah."

Pekerjaan rumah sudah aku selesaikan dengan bantuan Nanami, itu adalah musuh terbesarku selama liburan musim panas. Jujur saja, ada bagian yang aku kerjakan sambil diawasi oleh Nanami..Dengan mengenakan kostum guru seperti biasanya.

Belakangan ini, mungkin karena pengaruh Nanami yang sering mengenakan berbagai macam pakaian, aku mulai merasa tidak terlalu keberatan saat dia mengenakan pakaian untuk cosplay di depanku atau mungkin itu hanya perasaanku saja.

Suatu hari nanti... aku tidak pasti apa yang ingin aku katakan tapi aku ingin dia mengenakan berbagai jenis pakaian. Aku merasa masuk sekolah pada hari Senin setelah liburan musim panas sepertinya menambah perasaan depresi. Tapi, jika itu di hari Jumat, mungkin ritmenya akan terganggu karena besoknya libur.

Karena hari ini hanya upacara pembukaan, mungkin masih lebih baik.

"Kalau begitu, kamu bisa dengan tenang menghadapi tes kemampuan nanti siang, kan?"

"Apa?"

"Eh?"

Tunggu, apa itu? Tes kemampuan? 

Nanami menatapku dengan sedikit, sedikit saja, rasa simpati saat aku dalam kebingungan. 

"Itu juga ada saat kelas 1, kan...?"

"Serius...?"

Aku sama sekali tidak mengingatnya dan hanya bisa menatap ke langit.

Emang ada ya pas kelas 1? Itu pasti bohong, kan?

Rasanya itu tidak mungkin, tapi jika Nanami yang mengatakannya, itu pasti benar.

Melihat reaksiku, Nanami menghela napas sambil tersenyum pahit.

"Jika kamu benar-benar mengerjakan pekerjaan rumah musim panas, seharusnya tidak ada masalah. Lagipula, aku yang mengajarimu belajar. Selain itu, tes kemampuan itu tidak akan mempengaruhi nilaimu."

"Iyakah? Kalau begitu, aku bisa lebih santai..."

"Mungkin... kamu tidak termotivasi jika kamu tidak diberi hadiah? Meskipun liburan musim panas sudah berakhir, Yoshin ini masih suka dimanja oleh Onee-chan ya."

Lagi-lagi itu!? Ayolah, ini di sekolah kau tahu... Kupikir peran itu hanya di ulang tahunnya saja. 

Ini akan menjadi masalah jika ada yang mendengarnya. Aku harus berhati-hati. Jika topik ini muncul di kelas, itu akan...

Bukan karena aku tidak suka... tapi jika teman sekelas tahu aku memanggil Nanami dengan sebutan Onee-chan, itu pasti akan menjadi masalah besar, kan? Mereka pasti bertanya apa yang terjadi pada kami selama liburan musim panas.

Bagaimanapun juga, aku harus berusaha. Baik itu untuk tes kemampuan maupun hal lainnya.

"Oh, ya.. Yoshin, hari ini kita akan membicarakannya, bukan?"

"Iya. Itu rencananya. Awalnya aku berpikir untuk pergi sendiri, tapi..."

"Aku pasti akan ikut. Ini masalah kita berdua."

Imi hanya kemungkinan, jika aku mengatakan bahwa aku ingin sendiri. Dia tetap akan ikut denganku. Oleh karena itu, daripada pergi sendiri lebih baik pergi bersama. 

Sebenarnya, aku memang berencana untuk mendengarkannya bersama Nanami. Ini tentang pembicaraan dengan Ketua kelas. 

Kami memang tidak berencana untuk bertemu selama liburan musim panas, jadi kami memutuskan untuk menundanya sampai setelah liburan musim panas, tapi ternyata ini adalah keputusan yang tepat mengingat ini ada kaitannya dengan Nanami.

Jadi, aku pikir hari upacara pembukaan ini adalah hari yang tepat. Sekolah akan berakhir lebih awal dari biasanya dan orang-orang juga akan berkurang lebih cepat. 

Untuk berbicara tentang rahasia, hari ini adalah waktu yang tepat.

...Meskipun aku tidak menyangka akan ada tes kemampuan. Tapi, tetap saja ini akan berakhir lebih cepat dari biasanya. Karena sedikit terganggu, mari kita bersemangat lagi.

Kemarin, aku menghubungi lagi nomor yang diberikan saat pelajaran tambahan di liburan musim panas untuk memastikannya. Aku berharap dapat berbicara dengannya besok. Aku juga menambahkan bahwa Nanami akan ikut mendengarkannya.

Ada rencana untuk membawa Nanami secara mendadak sebagai kejutan, tapi aku tidak ingin hal itu membuat situasi menjadi rumit. Jadi, aku memberitahukannya terlebih dahulu. Persiapan mental itu diperlukan.

Aku juga tidak bisa berduaan dengan gadis lain karena aku sudah memiliki pacar.

Sementara itu, Ketua kelas. Dia benar-benar bingung.

> (Ketua kelas): Mendengarkan cerita bersama seseorang yang seharusnya dirahasiakan dari orang tersebut, bahkan Barato-san mengatakan itu tidak masalah. Juga, mengapa kamu menceritakannya kepada Barato-san?

Dari pesan itu, aku bisa merasakan kebingungannya.

Yah, jika aku di posisi sebaliknya, mungkin aku juga akan bingung. Biasanya dalam manga, saat berduaan tanpa sepengetahuan pacar itu bisa menciptakan kesalahpahaman.

Tapi, aku sudah muak dengan perkembangan yang penuh drama. Aku sudah kapok dengan insiden foto di pekerjaan paruh waktu yang lalu.

Benar-benar kapok. Tindakan yang ceroboh bisa membawa malapetaka. Meskipun itu bukan kematian tapi itu membuatku sakit perut. Itu adalah sebuah kesalahan...

Jadi, aku berencana untuk menyelesaikan masalah insiden foto dan apa yang diketahui oleh Ketua kelas dengan cepat. Tidak akan ada kekacauan lagi setelah ini. 
Aku akan mengakhiri semuanya dengan cepat, bersih dan rapi.
 
Dengan mengingat itu, aku mengatakan bahwa aku akan mendengarkan ceritanya bersama Nanami. Mungkin, jika tidak ada masalah di liburan musim panas, aku akan bertemu dengan Ketua kelas berduaan saja.

Meskipun aku sudah memberitahu Nanami tentang masalah Ketua kelas, aku merasa sesuatu akan terjadi jika mereka berdua bertemu.

...Yah, itu hanya asumsiku saja.

Aku tidak tahu apakah itu kesalahpahaman atau bukan. Tapi, aku harus menghentikan kemungkinan masa depan itu sebelum terjadi.

Aku dan Nanami akan pergi bersama.

Rasanya agak pengecut dengan situasi dua lawan satu, tapi kita tidak akan berkelahi atau berduel, jadi itu tidak masalah, kan?

Aku dan Nanami masuk ke dalam kelas bersama-sama. Kami menyapa teman sekelas yang sudah datang lebih awal, kami masih akrab seperti biasanya dan mereka mengolok-olok kami karena kami tidak melakukan debut selama liburan musim panas.

Oh ya, aku lupa kalau kami sempat mengobrol tentang mewarnai rambut hanya selama liburan musim panas. Tapi, itu adalah serangkaian lelucon, jika kami benar-benar melakukannya, itu akan benar-benar seperti melakukan debut selama liburan musim panas, jadi tidak melakukannya adalah keputusan yang tepat.

Ketika aku melihat sekeliling, Ketua kelas sudah duduk di tempatnya.

"Selamat pagi, Ketua kelas."

"...Selamat pagi."

Aku mendekati Ketua kelas dan memberi salam pagi kepadanya. Ketua kelas terlihat sedikit bingung dan menjawabnya dengan singkat.

Sepertinya dia sedikit waspada terhadapku. Yah, tidak masalah juga.

Aku langsung duduk di tempatku. Ketua kelas terlihat sesekali melirik ke arahku dan tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Maaf, tapi aku akan membiarkannya bingung sampai setelah sekolah.

Aku tidak bisa mengatakannya terlalu keras karena Nanami mungkin akan membenciku... tapi aku akan bersikap sedikit nakal.

Mungkin sudah terlambat untuk mengatakan ini, tapi setelah apa yang dikatakan selama liburan musim panas... aku sedikit marah tentang masalah yang membuat Nanami merasa cemas. Aku tidak peduli tentang diriku sendiri. Aku tidak terlalu memikirkannya.

Tapi tentang Nanami... mungkin ada kesalahpahaman yang aneh bahwa Ketua kelas mungkin menyukaiku... itu bukan sesuatu yang bisa aku maafkan begitu saja.

Aku merasa sedikit seperti melampiaskan kekesalan, tapi aku ingin membuatnya sedikit gelisah juga.

Hal seperti ini... tidak bisa aku katakan kepada Nanami.

* * *

Tes kemampuan, berakhir dengan hasil yang cukup baik... itu yang aku pikirkan. 
menurutku, berakhir dengan hasil yang cukup baik... kurasa.

Apa karena aku serius mengikuti pelajaran tambahan dan mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius?

Aku tidak tahu apakah karena aku diajari oleh Nanami, tapi menurutku aku bisa melakukan lebih baik dari yang aku bayangkan.

Setelah menyelesaikan satu tugas, kami mengerjakan tugas selanjutnya. Meskipun begitu, ini adalah jenis tugas yang tidak diajarkan di pelajaran sekolah. Pembicaraan dari Ketua kelas... apa yang akan muncul. Aku dan Nanami sudah menunggu di suatu tempat terlebih dahulu. Bagiku dan Nanami, tempat itu adalah tempat yang sangat berkesan.

Tempat di mana aku dan Nanami memulainya. Dan juga, tempat di mana Batsu Game itu berakhir.

...Itu adalah belakang gedung sekolah, tempat dimana aku mendapat sebuah pengakuan. Yang mengejutkan, orang yang menentukan tempat itu adalah Ketua kelas. Dia bilang dia mungkin akan sedikit terlambat, jadi kami diminta untuk menunggu di sana. Tempat itu memiliki banyak kenangan bagi kami.

Jika dia menentukan tempat itu, berarti dia tahu tentang itu.

"... Kira-kira dia mau ngomong apa ya?"

"Tenang saja. Setidaknya kurasa itu mengarah hal yang buruk."

Maksudku, aku sudah mengetahui tentang Batsu Game itu. Jadi, jika itu yang dibicarakan, itu akan menjadi semacam lelucon. Tapi, itu bisa berakhir dengan berkata 'Soal itu kami sudah tahu', mungkin itu bisa selesai dengan cepat.

Masalahnya adalah bagaimana dia tahu tentang itu dan apakah ada orang lain juga yang tahu tentang itu. Aku tidak berpikir dia akan menyebarkannya.

Itu yang membuatku merasa tidak nyaman... Kenapa dia tidak menyebarkannya?

Saat aku mencoba menggenggam tangan Nanami agar dia tidak merasa cemas, Ketua kelas datang.

Dia terlihat sangat biasa di permukaan, meskipun aku tidak terlalu mengenalnya... 
dia terlihat dingin seperti saat aku melihatnya di pelajaran tambahan. Kesan sebagai Ketua kelas yang serius tidak berubah.

Sungguh luar biasa, meskipun Nanami juga ada di sini.

"Maaf terlambat. Karena upacara pembukaan, aku diminta oleh guru untuk membantu berbagai hal."

"Ah, tidak apa-apa. Kau juga pasti sibuk, Ketua kelas."

Dengan suara yang tidak terlalu menunjukkan kesulitan, Ketua kelas meminta maaf atas keterlambatannya. Tapi, Ketua kelas terkejut sebentar saat melihat Nanami.

"...Jadi benar, Barato-san ada di sini. Aku sedikit terkejut."

Suaranya tidak terdengar seperti sangat terkejut, tapi mungkin dari ekspresinya bisa dilihat bahwa dia benar-benar terkejut.
 
"Ya. Itu karena ada hal yang ingin aku tanyakan..."

"Hal yang ingin ditanyakan...?"

Saat itu, aku mengeluarkan selembar kertas dan menunjukkannya kepada dia. Itu adalah surat yang ada di kotak sepatu Nanami. Ketua kelas melihat surat itu dan memang, dia terlihat sedikit terkejut. Tapi, dia segera kembali tenang. Dia benar-benar orang yang ekspresinya tidak banyak berubah.

"Surat ini... Kau yang memasukkannya ke dalam loker Nanami, kan? Apa maksudmu dengan memasukkan surat seperti ini?"

Saat Ketua kelas mendengar kata-kataku, dia menunjukkan tatapan bermusuhan ke arah Nanami sejenak. Namun, itu segera mereda dan kemudian dia menghela nafas ke arahku.

"...Ya, itu adalah surat yang aku kirimkan kepada Barato-san. Tidak menyangka kamu juga tahu tentang itu. Setelah melihat itu, apa yang kamu pikirkan, Misumai-kun?"

"Apa yang aku pikirkan..."

"Kamu berpikir bahwa pacarmu tidak mungkin melakukan hal seperti itu? Tapi, yang tertulis di sana... itu adalah kenyataan. Aku pikir Misumai-kun tidak tahu."

Tidak, aku tahu..

Meskipun aku merasa bersalah terhadap Ketua kelas yang terlihat serius, tapi aku tahu tentang itu. Sepertinya setengah dari itu telah menjadi semacam lelucon. Yang ingin aku tanyakan adalah apa motif dia di balik tindakan itu, itu bukanlah tempat yang ingin aku gali lebih dalam.

Itulah yang aku pikirkan, tapi ada cerita yang tidak aku ketahui... keluar dari mulut Ketua kelas.

"Ada satu hal lagi... aku harus meminta maaf kepada Misumai-kun."

"Minta maaf... Kurasa kau tidak melakukan apapun padaku yang mengharuskan kau meminta maaf."

Aku berpikir dia ingin sedikit meminta maaf kepada Nanami... tapi kata-kata selanjutnya membuatku tidak bisa melanjutkan kata-kataku.

"...Pada hari itu, hari dimana Barato-san menyatakan perasaannya... Akulah yang menuangkan air dari jendela."

Kata-kata itu membuatku dan Nanami berhenti berpikir.

Hari itu... menuangkan air? Aku mencoba mengingat kejadian itu dan merasa sedikit sakit di kepalaku.

Bagian yang terluka sudah sepenuhnya sembuh dan tidak sakit lagi... tapi, aku tanpa sadar menyentuh bagian itu.

Nanami membelalakkan matanya dan menatap ke arah Ketua kelas.

"Aku benar-benar minta maaf tentang hal itu. Aku tidak bermaksud untuk melukainya, hanya..."

Dia berhenti sejenak di sana. Kemudian, dia melirik ke arah Nanami lagi dan... dia melanjutkan kata-katanya dengan penuh percaya diri. Penampilannya seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak melakukan hal buruk apa pun.

"Aku hanya ingin merusak pengakuan dari Batsu Game itu." Dia memberitahu kami dengan jelas.

Matanya tertuju lurus... bukan padaku, tapi pada Nanami. Dan aku menyadari sesuatu. Dari kata-katanya tadi... aku merasakan sesuatu semacam permusuhan.

Tidak ada yang terasa seperti drama yang kami rasakan selama liburan musim panas. Ketua kelas itu sekarang dengan jelas menunjukkan emosinya kepada kami... tidak, itu kepada Nanami.

Aku berdiri di depan Nanami seolah-olah melindunginya. "Aku mendengar bahwa penyebab luka yang aku alami saat itu tidak diketahui... apa kau tidak mengaku sebagai pelakunya?"

"Aku mengaku. Aku yang menjatuhkan ember itu. Tapi... mereka tidak mempercayaiku."

Mereka tidak mempercayainya? 

Ketika aku memiringkan kepalaku, Ketua kelas itu tertawa seolah-olah sedang mengejek dirinya sendiri.

"Aku ini, meskipun terlihat seperti ini... aku adalah siswi yang berperilaku baik dan berprestasi. Aku memang sedikit kesulitan dalam matematika, tapi aku cukup baik dalam pelajaran lainnya dan aku juga selalu membantu guru..."

"Oh, begitu ya?"

"Sepertinya mereka berpikir aku mengaku sebagai pelaku untuk melindungi seseorang. Mungkin karena aku selalu berperilaku baik... siapa sangka hal seperti itu bisa terjadi."

Ketua kelas itu tersenyum pahit sambil menatap bangunan sekolah. Di sana, ada jendela yang telah terkunci sepenuhnya dan tidak bisa dibuka lagi. Jendela itu tidak akan bisa dibuka lagi.

Aku bisa mengerti itu. Aku juga mungkin akan berpikir bahwa itu tidak masuk akal jika Ketua kelas mengaku sebagai pelaku. 
Mungkin akan berbeda jika itu terjadi di depan mata, tapi itu sulit untuk dipercaya jika hanya berdasarkan kata-kata.

Tidak, lebih dari itu. Jika dia tahu itu adalah pengakuan dari Batsu Game dan mencoba merusaknya... tidak mungkin...

"Kau tidak memberitahu guru tentang Batsu Game itu, kan?"

"Tenang saja, aku tidak memberitahu guru-guru bahwa itu adalah pengakuan dari Batsu Game."

Menceritakannya kepada guru juga tidak akan mengubah apa-apa. Dia bergumam dengan ekspresi yang mirip dengan menyerah. Memang, mungkin sulit untuk terlibat dalam cerita tanpa bukti yang jelas antar siswa.

Aku merasa sedikit lega mendengarnya. Jika guru tidak tahu, maka itu tidak ada masalah. Mungkin reputasi Nanami juga tidak akan menjadi buruk.

"Mengapa kamu merasa lega?"

Seolah-olah merasa bingung dengan reaksiku, Ketua kelas memperlihatkan ekspresinya yang berubah. Itu sangat berbeda dari sebelumnya... itu ekspresi yang penuh dengan emosi. Ketua kelas itu tampak bingung dengan reaksiku, wajahnya berubah menjadi ekspresi yang penuh emosi, sangat berbeda dari sebelumnya.

"Misumai-kun, kamu tahu kan bahwa Barato-san mengaku padamu karena Batsu Game? Batsu Game, hal semacam itu... kamu tidak merasa itu tidak bisa dimaafkan? Kenapa kamu merasa lega?"

Mendengar kata-kata yang penuh kemarahan itu, Nanami terlihat seperti terintimidasi dan mundur selangkah. Aku memegang tangan Nanami untuk menenangkannya Melihat sikap itu, kemarahannya semakin menjadi.

"Kenapa kamu melindunginya? Kalian akan putus dalam sebulan, kan? Aku pikir kalian akan putus... tapi kalian masih bersama dan orang-orang di sekitar mengatakan bahwa kalian terlihat sangat mesra, jadi itu membuatku bingung..."

Kata-katanya yang penuh dengan kemarahan yang tenang dan mendalam membuatku hampir merasa tertekan. Aku belum pernah dihadapkan dengan kebencian yang begitu jelas... tidak pernah sebelumnya.

Jika harus mengatakannya, mungkin hanya pada saat aku berkompetisi dengan Shibetsu-senpai. Tapi pada saat itu, kebencian yang dirasakan lebih lembut... jauh lebih lembut.

Kekuatannya itu membuatku ingin segera membawa Nanami dan melarikan diri. 
Kakiku sedikit gemetar dan aku merasa diriku menyedihkan.

Begitu menakutkannya berhadapan dengan wanita yang sedang marah... Mungkin aku memang lemah terhadap kebencian. Tapi, tidak bisa. Aku... tidak bisa mundur di sini. 

Meskipun itu membuatku terlihat tidak keren di depan Nanami... aku tidak bisa memperlihatkan diriku yang melarikan diri.

"Ketua kelas, bolehkah aku mengonfirmasi satu hal?"

"Apa itu? Lebih baik kamu mengonfirmasi dengan Barato-san daripada denganku..."

"Ketua kelas... apa kau menyukaiku?"

Saat aku mengatakannya, aku berpikir bahwa apakah ini terdengar seperti kata-kata yang diucapkan oleh pria yang terlalu percaya diri. Bahkan playboy zaman sekarang mungkin tidak akan mengatakan hal seperti ini.

Nah, lihat, suasana menjadi canggung.

Nanami menatapku dengan ekspresi bingung dan Ketua kelas menatapku dengan ekspresi bingung juga seolah-olah sedang melihat orang bodoh. Aku juga tidak ingin mengucapkan kata-kata seperti itu. Bagaimanapun, itu terasa sangat menyakitkan.

Tapi, jika tidak mengonfirmasi ini, aku tidak bisa melanjutkan pembicaraan... dan tidak bisa membuat Nanami merasa tenang. Aku ingin memastikan bahwa Ketua Kelas tidak menyukaiku.

Meskipun itu berarti aku akan terluka...

"Err... err... tidak, maksudku... kenapa kamu bertanya seperti itu...?" 

Meskipun aku masih bisa merasakan kebencian dari Ketua kelas, kebingungan yang dia alami tampaknya lebih besar. Secara tidak biasa, dia bahkan bereaksi berlebihan dengan menggerak-gerakkan tangannya.

Jika aku tidak mendapatkan respons yang jelas, aku akan semakin merasa malu. Ini adalah situasi yang serius, jadi aku berusaha untuk bersabar... tapi pipiku sedikit terasa panas dan aku mulai berkeringat.

"Tidak, maksudku, aku ingin tahu alasanmu mencoba merusak pengakuan itu. Apa itu hanya karena rasa keadilan atau mungkin... aku jadi penasaran."

"A-Ahh... itu... err, yah, maksudku... bukan karena aku menyukai Misumai-kun... Err, bagaimana aku mengatakannya? Aku sudah memiliki seseorang yang aku sukai..."

Mungkin terdengar aneh untuk merasa lega setelah mendengar itu, tapi itu memang membuatku merasa lega. Pertama-tama, satu kekhawatiran Nanami telah terselesaikan.

Aku bisa merasakan bahwa Nanami sedikit merasa lega dari suasananya. Tapi, itu akan sangat tidak sopan jika aku mengatakan kepada Ketua kelas bahwa aku merasa lega... jadi aku tidak akan merespons.

Jika aku hanya memikirkan pertukaran kata-kata ini, aku akan terlihat seperti pria yang buruk. Dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak mengatakan apa-apa yang tidak perlu.

Namun, itu membuatku bertanya-tanya lagi.

Motifnya... setelah dipikir-pikir, apa motifnya benar-benar karena rasa keadilan? Apa manusia bisa melakukan hal seperti itu hanya dengan rasa keadilan? 

"Jika ini tidak ada hubungannya denganmu. Kenapa kau mencoba menghentikannya?"

"Tidak ada hubungan? Tidak ada hubungan... Ya, memang, tidak ada hubungannya denganku. Tapi, aku tidak bisa memaafkannya."

"Tidak bisa memaafkannya, ya... Mungkin karena kau orangnya serius. Jadi, kau tidak bisa memaafkannya?"

Dengan kata-kata yang jelas bahwa itu tidak bisa dimaafkan, mungkin karena Ketua kelas itu serius, jadi dia mencoba menghentikannya karena rasa keadilan. 

Memang, merasa tidak bisa memaafkan itu adalah perasaan yang normal. Rasa kemarahannya itu wajar. Dan aku tidak bisa mengatakan apapun terhadap itu.

Tapi, mencoba menghentikannya dengan menyiram air... mungkin dia benar-benar mencoba untuk menyiram air, tapi itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.

Tapi, Ketua kelas menggelengkan kepalanya seolah-olah menyangkal kata-kataku. Dia sedikit menggelengkan kepalanya sambil memegang baju yang di dekat dadanya seolah-olah merasa kesakitan.

"Bukan, bukan karena aku orangnya serius atau rasa keadilan. Hanya saja... Aku tidak bisa memaafkannya."

"Eh, tidak... Kalau kau tidak bisa memaafkannya, itu berarti karena rasa keadilan, kan...?"

"Karena dulu aku juga pernah... mendapatkan pengakuan dari permainan Batsu Game."

....Ehh?

Aku terdiam. Mendapatkan pengakuan cinta dari Batsu Game... Itu adalah fakta yang belum kami ketahui, aku dan Nanami pun saling bertukar pandang. Melihat reaksi kami, Ketua kelas melanjutkan kata-katanya.
 
"Aku punya seseorang yang aku sukai dan dia menyatakan perasaannya kepadaku... aku sangat senang, benar-benar sangat senang. Tapi, aku diberitahu bahwa pengakuan cinta itu adalah Batsu Game dan aku diolok-olok, itu membuatku merasa sedih, sangat menyakitkan...!!"

Awalnya dengan suara yang kecil dan tenang, tapi suaranya perlahan menjadi lebih keras, lebih kuat dan lebih kasar. Seperti mengingat kembali hal itu, kemarahannya kembali membara.

"Aku menjadi tidak suka dengan pria, berpikir bahwa aku baik-baik saja sendirian, lalu secara kebetulan... aku mendengar mereka akan melakukan pengakuan cinta karena Batsu Game. Aku berpikir bahwa akan ada orang lain yang merasakan hal yang sama sepertiku..."

Teriakan kesedihan itu membuatku merasa sedih juga. Aku jadi mengerti mengapa Ketua kelas menunjukkan kebencian terhadap Nanami.

Nanami menekan tangan yang terhubung denganku lebih kuat. Tangannya terasa panas. Aku memegang tangan itu kembali dengan lembut.

"Itulah mengapa aku mencoba untuk menghentikan pengakuan itu. Dan pada saat yang sama... aku berpikir bahwa orang-orang yang melakukan pengakuan cinta karena Batsu Game itu seharusnya mendapatkan pelajaran, aku mencoba melakukan balas dendam atas apa yang tidak bisa aku lakukan saat itu."

Mendengar tentang masa lalunya seperti itu... tentu saja, itu wajar jika dia merasa tidak bisa memaafkan hal itu. Ini terasa seperti pertama kalinya aku benar-benar berbicara dengan Ketua kelas. Kami berdua, tanpa menyela sampai dia selesai berbicara... mendengarkan kata-katanya dengan diam.

Aku berpikir bahwa Ketua kelas juga bertindak atas rasa keadilan. Untuk mencegah orang lain merasakan apa yang dia rasakan, dia mencoba menghentikan pengakuan itu. Pada saat yang sama, keinginan gelap juga muncul dari dalam dirinya. Meskipun bukan Nanami yang melakukan pengakuan cinta sebagai Batsu Game kepada Ketua kelas, tapi... dia tetap mencoba memberikan hukuman kepada Nanami.

Di sini, fakta bahwa dia hanya menyiram air, bisa dilihat sebagai kebaikan hati Ketua kelas. Menjatuhkan ember bukan karena ada niat jahat... itu mungkin hanya sebuah kebetulan.

Setelah mendengar teriakan itu, dia terkejut dan... melepaskannya. Itu kebetulan mengenaiku. Jadi ceritanya menjadi sedikit rumit. 

"Kenapa kau mengungkapkannya sekarang...?" 

"Itu karena... aku tidak bisa memaafkannya..."

Ketua kelas mungkin mengingat masa lalunya, air mata mulai menggenangi matanya.

Apa pun masa lalunya, aku tidak tahu, tapi itu tidak sulit untuk membayangkan bahwa dia pasti merasa sedih saat itu.

Tapi, dari kata-kata Ketua kelas tadi, sudah jelas bahwa alasan dia mengungkapkannya sekarang bukan hanya karena rasa keadilan.

Untuk melindungi Nanami, aku maju ke depan seolah-olah menyembunyikannya. 

Karena ini hanya pertukaran kata-kata, tidak ada yang akan berubah. Tapi, menunjukkan sosok Ketua kelas saat ini kepada Nanami... entah mengapa itu tidak bisa aku lakukan.

Melihat keadaan Ketua Kelas saat ini, entah kenapa itu terasa tidak enak. 

"Tidak memaafkan orang yang melakukan permainan Batsu Game, ya? Atau, mungkin kau tidak bisa memaafkannya karena kami masih terus berpacaran meskipun itu adalah Batsu Game." Aku sengaja bertanya kepadanya.

Mendengar kata-kataku, Ketua kelas melebarkan matanya.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan kemudian... dia mengatakan kepadaku dengan suara yang kecil tapi jelas. 

"Benar, meskipun itu Batsu Game... meskipun itu hanya pengakuan cinta dari permainan hukuman, mengapa kalian bisa terus berpacaran dengan bahagia tanpa mengetahui apa-apa? Mengapa kalian... tampak seperti saling mencintai?"

"Meskipun sama-sama menerima pengakuan dari Batsu Game, mengapa kalian terlihat bahagia. Aku tidak bisa menerima itu, itu tidak adil."

Dia mengucapkan kata-kata krusial itu. Kata 'tidak adil' itu pasti tidak hanya ditujukan kepada Nanami, tapi juga kepadaku. 

Saat dia mengatakan 'tidak adil', tatapan penuh kebencian yang sebelumnya hanya ditujukan kepada Nanami, kini juga tertuju kepadaku. Baginya, 'tidak adil' itu juga berlaku untukku.

Jadi, setelah tidak ada respons dari Nanami, dia mendekatiku.

Artinya, dia melakukan itu karena dia berpikir hubunganku dan Nanami akan hancur atau menjadi berantakan. Itu memang bukan karena rasa keadilan. 
Intinya... apa yang dia tunjukkan adalah kebencian.

"Itu semua yang aku tahu dan... alasan mengapa aku mengungkapkannya sekarang. Jadi, mengapa sampai saat ini juga... Misumai-kun masih mencoba untuk melindungi Barato-san?"

Melihat Ketua kelas yang tampaknya akan menangis, aku menjadi ragu sejenak untuk memberitahukan fakta yang ingin aku sampaikan.

Aku menyadari bahwa alasan dia memberitahu kami hal itu bukan karena perasaan murni... melainkan untuk meluapkan perasaannya sendiri.
 
Sejujurnya, aku merasa simpati terhadap situasinya san berpikir bahwa jika aku melakukan kesalahan, mungkin aku juga bisa berakhir seperti Ketua kelas... itu membuatku ragu untuk memberitahukan fakta tersebut.

Saat aku sedang bingung tentang apa yang harus aku lakukan... Nanami yang berada di belakangku, maju ke depan.

Kemudian, dia mulai berjalan perlahan menuju Ketua kelas. Aku terburu-buru dan berlari mendekati Nanami.

Apa yang dia rencanakan? 

Saat Nanami sampai di tempat Ketua kelas... Dia langsung menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku." Kata-kata permintaan maaf yang keluar dari mulutnya, membuat Ketua kelas kehilangan kata-kata.

"Aku tahu hanya dengan meminta maaf tidak akan mengubah apa-apa. Tapi, tetap saja. Aku benar-benar minta maaf. Sepertinya itu salahku yang sudah membuatmu menderita... tapi..."

Nanami yang menundukkan kepala, sekarang mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke Ketua kelas. Nanami tidak melakukan sesuatu secara langsung... tapi, itu tidak berarti dia tidak memiliki pengaruh.

Dalam hal ini, aku tidak bisa melindungi Nanami.

Tapi... aku bisa tetap berada di sampingnya.

"Tapi kau tahu, meskipun alasanku menyatakan perasaanku karena Batsu Game. Tapi aku benar-benar mencintai Yoshin. Itu adalah kenyataan dan itulah mengapa kami masih bersama setelah satu bulan berlalu."

"Apa itu... apa maksudmu dengan itu..."

Orang biasa mungkin akan sangat marah, tapi Ketua kelas berusaha tetap tenang. 
Meskipun tenang, bukan berarti dia tidak merasa marah.

Buktinya, kata-kata berikutnya dipenuhi dengan kemarahan yang kuat.

"Mencintai seseorang karena Batsu Game... bagaimana bisa begitu! Saat itu tidak terjadi padaku! Misumai-kun... Apa kau masih menyukai Barato-san meskipun sudah mengetahui semuanya?!"

Nanami menerima kata-kata Ketua kelas dengan sepenuh hati. Mungkin, Nanami tidak berniat untuk membantah. Itu sebabnya, setelah meminta maaf, dia tidak memberikan alasan. 

Mungkin karena itu, ketua kelas bertanya padaku. Aku menerima kata-katanya dan... 

"Benar... Aku mencintai Nanami. Bahkan setelah mengetahui semuanya, perasaanku tidak berubah."

"Kenapa..." 

"Karena aku tahu tentang Batsu Game itu." 

"Eh?"

Di sini, aku memutuskan untuk mengungkapkannya kepada Ketua kelas. Tentang hubunganku dan Nanami. 

* * *

Secara pribadi, aku sampai pada suatu tingkat pemahaman tertentu terhadap tindakan Ketua kelas kali ini.

Tidak, lebih tepatnya adalah aku telah memahaminya... Jika ini semua dilakukan atas rasa keadilan semata... ini mungkin terdengar buruk, tapi itu lebih mudah diterima daripada hanya omong kosong. 

Ketua kelas bertindak sepenuhnya berdasarkan perasaannya sendiri, mengambil tindakan berdasarkan pengalaman masa lalu dan perasaan pribadinya.

Apa yang dilakukan mungkin merupakan tindakan intimidasi dan tidak pantas dipuji, tapi aku bisa memahaminya.

...Ya, aku berpikir demikian karena situasi yang dihadapi Ketua kelas saat ini.

Untuk menyimpulkannya, Ketua kelas akhirnya menangis. Dia bukan menangis dengan tenang , tapi dia menangis keras. Seperti seorang anak kecil.

Aku hanya sedikit berbicara dengan Ketua kelas sejak pelajaran tambahan saat liburan musim panas... tapi ini benar-benar di luar dugaan. Aku benar-benar terkejut melihat cara dia menangis.

Dan ada satu lagi hal yang tidak terduga. 
Nanami juga menangis bersama. Nanami tidak menangis keras, tapi menangis dengan tenang... sepertinya dia juga sangat terkejut.

Mengapa ini bisa terjadi... meskipun dia menangis sambil berbicara dengan terputus-putus, aku bisa memahami situasinya secara garis besar. 

Ketua kelas memiliki seseorang yang dia sukai. Dia adalah teman masa kecilnya dan seorang anak laki-laki yang selalu bersamanya. Anak laki-laki itu mengaku padanya saat mereka masih SMP. Tapi, ternyata pengakuan itu hanyalah bagian dari Batsu Game. Pengakuan itu langsung tersebar setelah dia mengaku... dan sepertinya mereka tidak sampai berpacaran.

Pengalaman itu sendiri... sepertinya sudah menjadi luka yang cukup mendalam, tapi yang lebih parah, anak laki-laki itu malah mengaku kepada Nanami. Mereka berada di SMA yang sama.

Yah, walaupun di tolak sih lol..

Setidaknya, saat itu ada sedikit kecemburuan terhadap Nanami yang mulai tumbuh di dalam diri Ketua kelas. Tentu saja, itu hanya kecemburuan yang ringan. 

Dia mendapat pengakuan lewat Batsu Game dan cinta pertamanya kandas, sementara laki-laki itu mengaku pada Nanami ketika di SMA.

Itu adalah hal yang biasa dimiliki siapapun dan jika hanya itu saja, dia mungkin tidak akan mengambil tindakan seperti ini. 

Masalahnya adalah setelah itu... 

Ketua kelas mendengar bahwa Nanami akan membuat pengakuan sebagai bagian dari Batsu Game.

Itulah mengapa berbagai emosi dalam dirinya meledak dan berujung pada tindakan menyiram air dari jendela. Yah, tampaknya menjatuhkan ember adalah sesuatu yang tidak terduga.

Tindakan itu juga dihentikan olehku. Dari situ, pengakuan cinta berhasil dan kami mulai berpacaran. Saat kami mengumumkannya di kelas, aku bertanya-tanya bagaimana perasaan Ketua kelas saat melihat kami.

Setelah itu, dia tidak mengambil tindakan apa pun.

Jika kami akan berpisah dalam satu bulan... mungkin dia berpikir tidak perlu membuat masalah lebih lanjut karena kami akan berpisah juga. Mungkin dia berpikir jika dia mengungkapkannya, dia akan memberikan luka yang sama kepadaku... itulah yang aku pikiran.

Tapi, hubungan kami tidak berakhir dalam 1 bulan. Jadi dia berpikir. Mungkin alasan kami masih terus berlanjut setelah 1 bulan adalah untuk melakukan pemutusan hubungan yang lebih buruk.

Pada saat yang sama, aku pikir dia secara tidak sadar menyadari hal itu.

Kemungkinan bahwa kami benar-benar sedang berpacaran. Tapi dia tidak bisa mengakui itu.

Karena itu adalah sesuatu yang tidak pernah dia alami.

Dan, tanpa memperdulikan apapun, itu membawanya pada tindakan sebelum liburan musim panas.

Ya... jika itu masalahnya, mungkin ada beberapa alasan yang bisa dimengerti...? 

Tidak, aku pikir itu adalah tindakan yang tidak dapat dimaafkan, tapi jika posisinya terbalik, aku mungkin akan melakukan hal yang serupa.

Karena menerima pengakuan cinta dari orang yang disukai sebagai bagian dari Batsu Game, lalu orang itu mengaku pada orang lain dan ditolak, lalu orang yang ditolak itu melakukan pengakuan karena Batsu Game.

Sial, malah aku bingung sendiri...

Kesalahan terbesar Ketua kelas adalah bahwa aku telah mengetahui itu semua.

Yah, aku juga terkejut dengan banyak fakta, jadi itu impas, kan?

"Kenapa.. Hiks... Bagaimana kamu tahu...?"

"Karena aku juga ada di kelas pada hari itu..."

"Kenapa... aku sama sekali tidak menyadarinya..."

Sambil ditenangkan oleh Nanami, dengan wajah yang berantakan karena air mata, Ketua kelas menatapku dengan tajam, tapi aku sama sekali tidak merasa takut lagi. Bagaimanapun, betapa tidak terlihatnya keberadaanku di masa lalu. Mungkin aku seperti ninja atau sesuatu yang serupa. Sekarang aku merasa sedikit lebih percaya diri untuk diperhatikan.

Setelah itu, dia terus menangis untuk beberapa waktu. Entah karena terbawa suasana atau karena merasa bersalah kepada Ketua kelas... Nanami terus menghiburnya.

Cara dia memeluknya, itu terasa seperti "ibu", tapi itu tidak cocok dengan suasana di sini, jadi aku tidak mengatakannya. Tapi aku akan mengatakannya nanti.
 
Nanami sedang menghibur Ketua kelas dengan memeluknya, jadi aku tidak bisa memeluk Nanami... itu membuatku merasa sedikit kesepian.

Setelah itu, dia terus menangis untuk beberapa waktu. Untungnya tidak ada orang lain yang datang ke belakang gedung sekolah, jadi kami tidak dilihat oleh siapapun.

Setelah dihibur oleh Nanami dan menangis sejenak, tampaknya ketua kelas merasa lebih lega... akhirnya dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tatapan yang bingung.

"Nee, Misumai-kun... hiks... bolehkah aku bertanya satu hal?"

"Tidak hanya satu, aku akan menjawab berapapun pertanyaanmu."

"Untuk saat ini, satu saja sudah cukup..."

Mendengar kata-kataku yang sepertinya bercanda, Ketua kelas menghela napas sambil mengusap air matanya dan perlahan-lahan menjauh dari Nanami yang telah menghiburnya.

Saat dia menjauh, aku bisa mendengar dia berbisik 'terima kasih' dengan suara kecil kepada Nanami.

Kemudian, dia menggelengkan kepalanya seolah-olah sedang mengumpulkan kembali semangatnya, dan menatapku secara langsung.

Menerima tatapannya, aku menelan ludah sekali. Apa yang akan dia tanyakan... 
sebuah rasa tegang yang sedikit mulai mengisi tubuhku.

"......Kenapa kamu masih bisa tetap mencintainya meskipun kamu tahu itu hanya Batsu Game?"

Mencintai nya, ya... 

Itu pertanyaan yang sederhana tapi sangat sulit. Mencintai... bisa mencintai nya. 
Ada beberapa momen yang bisa aku sebutkan tentang kapan aku mulai mencintai Nanami.

Tapi aku tidak pernah memikirkan mengapa aku bisa mencintai Nanami.

"Meskipun aku tahu awalnya itu dari Batsu Game.... Mungkin karena aku berusaha keras agar dia bisa menyukaiku."

"......Kamu berusaha keras?"

"Ya. Yah, aku tidak bisa mengatakannya dengan baik... tapi, agar dia bisa menyukaiku, berarti aku juga harus menyukainya."

"Apa-apaan itu... apa maksudmu...?"

Mana yang lebih dulu, ayam atau telur. 

Tindakan yang aku lakukan agar dia menyukaiku, pada dasarnya adalah hal-hal yang tidak akan aku pikirkan untuk dilakukan jika aku tidak menyukainya. 
Karena aku melakukan itu, aku menjadi mencintai Nanami.

Mungkin aku juga orang yang mudah terbawa perasaan atau mungkin sebab akibatnya terbalik, tapi orang sering mengatakan bahwa untuk bisa menyukai seseorang, kau harus mulai dari diri sendiri. 

Dalam kasusku, mungkin itu hanya kebetulan pas. Roda gigi berputar dengan baik dan kami bisa saling mencintai.

Bukan hanya masalah keberuntungan, tapi juga seperti menarik keberuntungan itu sendiri atau mungkin ada berbagai keberuntungan yang datang bersamaan. 

Jika ada satu hal saja yang berbeda, mungkin sekarang kami tidak akan berada di sini seperti ini.

"Tapi, yah..."

Aku tidak tahu apakah ini jawaban yang benar atau tidak, tapi sepertinya Ketua kelas sedikit puas dengan jawabanku. Dia menghela napas panjang seolah sedang memikirkan sesuatu.

Melihatnya seperti itu, Nanami juga menoleh ke arahku.

"......Maaf, karena tindakanku yang ceroboh ini membuatmu bingung. Maaf juga karena aku sudah menyeretmu ke dalam ini, Yoshin."

"Tidak apa-apa, lagipula dia sama sepertiku. Selain itu, jika aku bisa terlibat sesuatu yang berhubungan denganmu. Aku akan sangat menyambutnya."

Mungkin jawaban yang paling benar adalah mengatakan sesuatu seperti itu tidak benar atau itu bukan salah Nanami. Tapi, kita tidak boleh mengalihkan pandangan dari kenyataan. Aku pikir Nanami juga tidak menginginkan itu.

Nanami melakukan pengakuan sebagai hukuman dari Batsu Game. Aku mengetahuinya dan bertindak berdasarkan itu. Jika ini hasilnya, itu milik kami berdua. Kami harus bertindak berdasarkan itu. 

Setelah mendengar kata-kataku, Nanami sedikit menurunkan alisnya sambil mengucapkan terima kasih. Aku menerima senyuman itu dan membalas senyumannya.

Setelah melihat wajah kami berdua, Ketua kelas menggumamkan sesuatu dengan sedikit kesedihan dan penyesalan.

"......Mungkin aku juga seharusnya berusaha keras saat aku mendapatkan pengakuan dari Batsu Game?"

"Itu... sulit dikatakan. Kau langsung diberitahu bahwa pengakuan itu hanya sebuah Batsu Game. Meskipun kau berusaha... mungkin tidak ada yang bisa kau lakukan."

"Jahat sekali... Tapi, sekarang aku mengerti. Alasan orang itu memilihku sebagai target pengakuan."

Setalah dia menjadi tenang, Ketua kelas tampaknya mengingat masa lalu dengan pandangan yang jauh. Menghadapi trauma itu menakutkan, tapi sekarang ini dia sepertinya benar-benar berusaha untuk menghadapinya.

"Jika saja aku memikirkan alasannya... mungkin sekarang aku bisa berpacaran dengan teman masa kecilku... atau mungkin kami sudah putus? Yah, ini sudah terlambat," kata ketua kelas sambil tertawa.

Senyumannya terlihat sedih, tapi seolah-olah beban yang dia pikul selama ini telah terlepas dari dirinya. Sama sekali tidak ada kesan yang dibuat-buat seperti yang aku rasakan sebelumnya.

Mungkin dia akhirnya bisa menyelesaikan masalah masa lalunya dalam dirinya sendiri.

Lalu, dia mengambil napas dalam-dalam dan perlahan menghembuskannya. Dia mengambil beberapa kali napas dalam dan perlahan menutup matanya.

Ketika dia perlahan berdiri, dia membuka matanya dan memberi kami sebuah hormat yang dalam.

"Misumai-kun, Barato-san. Aku benar-benar minta maaf karena sudah mengganggu kalian."

Kata-kata permintaan maaf yang keluar dari mulutnya, membuatku dan Nanami saling memandang.

Melihat apa yang dialami Ketua kelas, aku berpikir bahwa itu mungkin jalur yang akan kami tempuh.

Jika hubunganku dan Nanami salah dari awal, akan terjadi kesalahpahaman dan akan membuat hubungan kami menjadi rumit... dan kami akan berpisah.

Hanya membayangkannya saja sudah membuatku menggigil.

Tapi, kemungkinan itu memang ada. Jika aku memikirkan itu sebagai masa depan yang mungkin terjadi... aku yakin semua tindakanku tidak sia-sia.

Baik pengakuan dari Batsu Game itu maupun ketika aku menyelamatkan Nanami... dari ember itu.

Nanami mengangguk kecil seolah-olah dia bisa mengerti pikiranku dari tatapanku. Aku juga mengangguk sebagai respons dan berbicara kepada Ketua kelas.

"Tolong angkat kepalamu, Ketua kelas. Setidaknya aku baik-baik saja... dan Nanami..."

"Aku juga baik-baik saja! Aku akan memaafkanmu!!"

Jika dipikir-pikir, ini semua bermula dari kami... Setidaknya, jika dia meminta maaf atas surat itu dan lainnya, itu sudah cukup. Menerima kata-kata kami, Ketua kelas mengangkat kepalanya dan tersenyum lembut.

"Terima kasih..." Senyumannya kali ini bukan senyuman kesepian yang dia tunjukkan sebelumnya, tapi terlihat seperti senyuman yang tulus dari hati. Lalu, dia menghela napas lega dan langsung duduk lemas di tempatnya.

"Setelah merasa lega, aku menjadi lemas... Aku yang memulainya sendiri, tapi aku merasa tegang dengan berbagai hal..."

Ketua kelas mengambil napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya untuk menenangkan dirinya. Dia terus mengambil napas dalam-dalam, tapi sepertinya dia tidak akan bisa berdiri untuk sementara waktu.

Sepertinya lebih baik jika kita tetap di sini sampai dia tenang.

"Ngomong-ngomong, Ketua kelas, kau tidak suka dengan laki-laki ya?"

"Aku menjadi tidak suka laki-laki sejak SMP... Makanya, aku membutuhkan banyak keberanian untuk berbicara denganmu, Misumai-kun."

Jadi, itu sebabnya dia hanya berbicara sedikit denganku saat pelajaran tambahan dan makan siang juga terpisah. Mungkin sikapnya yang terkesan dibuat-buat juga karena itu.

Mungkin dia mirip dengan Nanami dalam hal tidak suka dengan laki-laki. Nanami juga menjadi tidak suka dengan laki-laki karena sesuatu yang terjadi saat dia masih di SD.

Nanami mungkin tidak terlalu ingat tentang itu, tapi saat dia di SMP, dia pasti masih mengingatnya dengan jelas... itu pasti trauma yang cukup besar.

Aku berharap trauma itu... bisa sedikit memudar di sini.

"Ketua kelas, aku juga tidak suka laki-laki. Kita sama."

"Barato-san juga... tidak suka?"

"Iya. Serius, itu yang terburuk."

Sekarang sudah sedikit lebih baik karena dia, Nanami menambahkannya. Mengingat keadaan Ketua kelas, dia hanya melihat ke arahku dan tidak mendekatiku.

Ya, ini sedikit rumit bagiku... tapi aku pikir rasa takut Nanami terhadap laki-laki sudah mulai berkurang. Aku khawatir jika dia terlalu dekat.

Aku hanya bisa percaya pada Nanami dalam hal ini.

"Oh begitu, berkat dia... Tapi, sepertinya kamu sudah cukup baik bahkan sebelum kamu berpacaran dengan Misumai-kun, kan?"

"Begitu? Ah, tapi, aku memang berusaha keras agar bisa baik-baik saja saat itu..."

Di situ, Nanami tampaknya teringat sesuatu dan mengangkat jari telunjuknya. 
Kemudian, dia melihat Ketua kelas dengan senyuman yang sangat indah fan berbisik sesuatu kepadanya.

Awalnya dia terlihat bingung, tapi setelah mendengar penjelasan Nanami yang serius dan terlihat menyenangkan ... akhirnya dia mengangguk perlahan.

Aku baru mengetahui isi bisikan itu... keesokan harinya.





|| Previous || ToC || Previous ||
Post a Comment

Post a Comment

close