-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 SS

Short Story - Bekas Cupang 


Penerjemah: OneDay 



Di kamar Nanami, aku dan Nanami berdua saja saling berhadapan. Aku duduk di atas tempat tidur dan Nanami duduk di pangkuanku.

Kami berada dalam posisi seperti saling berpelukan, tetapi ada sedikit jarak yang membuat kami tidak benar-benar berpelukan. Nanami memegang area bahuku dengan kedua tangannya agar tidak jatuh.
 
Aku juga memegang sekitar pinggang Nanami agar dia tidak terjatuh. Sebagai catatan, aku cukup gugup agar tanganku tidak bergerak ke arah pantatnya.

Ngomong-ngomong, Nanami mengenakan celana. Tentunya, posisi seperti ini akan menjadi masalah jika dia mengenakan rok, jadi dia sengaja berganti pakaian.

Meskipun posisinya aneh, tidak ada senyum di wajah Nanami. Dia menatapku dengan sangat serius. Itulah sebabnya aku juga bisa bertahan.

Jika dia menatapku dengan ekspresi yang sedikit menggoda atau dengan mata berkaca-kaca, itu akan berbahaya.
 
"......Kalau begitu, aku akan melakukannya." 

"Oke ......"

Saat aku merasa lega di dalam hati, Nanami dengan tekad mengucapkan kata-kata, 'Aku akan melakukannya...' hanya itu yang dia katakan dan aku dengan tenang menyetujuinya.

Kenapa dia sampai harus berganti pakaian untuk melakukan ini? 

Yah, aku sudah tahu apa yang akan kami lakukan. Ini juga merupakan pengalaman yang jarang aku lakukan. Agak malu untuk mengatakannya dengan keras, jadi mari kita lanjutkan seperti ini.

Perlahan, Nanami mendekatkan bagian atas tubuhnya ke arahku. Ini mengingatkanku pada saat kami berciuman, namun ini sedikit berbeda.

Wajah Nanami menghindari wajahku dan menempatkan wajahnya di sekitar leherku. Tentu saja, bibirnya menempel di leherku. 
Itu sedikit geli, lembut dan hangat. Itulah sensasi yang... ada di leherku.

Dalam keadaan seperti itu, Nanami membuka matanya lebar-lebar dan mengambil napas.

Yah, karena kami sedang berpelukan, aku tidak bisa benar-benar melihat apakah matanya benar-benar terbuka lebar. Aku hanya bisa merasakan suasana seperti itu. Tidak lama kemudian, suara yang tidak aku bayangkan bisa berasal dari tubuh manusia itu terdengar dari leherku.

Suara itu bercampur dengan suara serak, semacam suara yang seharusnya tidak bisa aku dengar dari Nanami. Sebagai contoh, ini mirip dengan suara saat mencoba menyedot sisa jus dengan sedotan.

Bersamaan dengan suara aneh itu, kulitku juga bergetar.

Nanami terus melakukannya untuk sementara waktu, tapi entah karena kelelahan atau menyerah... dia melepaskan bibirnya dari leherku.

Mungkin karena dia terus-menerus melakukan nya, saat Nanami terengah-engah setelah melepaskan bibirnya. Napasnya sedikit menggelitik, tapi aku berusaha untuk tidak menunjukkan reaksi di wajahku.

"Nanami..."

"A-Apa... haah... Yoshin... fuuh..."

"Kamu sangat payah dalam hal ini, kan?"

"Langsung to the point!?" Aku hanya bisa mengatakan maaf.

Aku meminta maaf pada Nanami yang sedang menggembungkan pipinya dan terlihat sedang cemberut, lalu Nanami mulai menyedotku lagi. Tapi... tetap saja hal yang sama berulang lagi.

Leherku hanya sedikit merah dan tidak ada bekas yang terbentuk.

Ya, Nanami mencoba untuk meninggalkan... apa yang disebut cupang di leherku.

Tapi karena dia jauh lebih buruk dari yang aku duga, itu masih belum berhasil.

"Sama sekali tidak berbekas, ya.."

Setelah sedikit tenang, Nanami menyandarkan tubuhnya padaku. Wajah Nanami tepat di telingaku dan dia sedikit kehabisan napas, mungkin karena dia terus-menerus bernapas dengan aneh.

Sambil merasakan napas halusnya di telingaku, aku merasakan sentuhan lembut pada tubuhku. Aku menepuk-nepuk punggung Nanami yang kehabisan napas untuk menghiburnya.

Nanami tampaknya merasa nyaman dengan itu, jadi dia menggosokkan pipinya kepadaku.

Sebenarnya, ketika aku pergi ke tempat kerja Nanami, kami berbicara tentang membuat tanda, tapi... akhirnya kami memutuskan untuk tidak melakukannya. 

Bagaimanapun, tidak mungkin Nanami yang berkeliling sebagai gadis ring memiliki tanda seperti itu.

Apapun yang kami lakukan itu akan menjadi masalah besar. Itu akan menjadi situasi yang tidak terbayangkan.

Sepertinya Nanami tidak terlalu mengerti hal itu. Jadi, aku mencoba meyakinkannya dengan menjelaskan secara samar. Dia dengan enggan menyetujuinya, tapi masih terlihat sedikit tidak puas.

Setidaknya Nanami mencoba melakukannya padaku, tapi itu tidak berhasil. Sama sekali tidak berhasil. Jadi, saat itu kami berdua memutuskan untuk mengakhiri penandaan itu.

Setelah itu, berbagai masalah muncul dan pada akhirnya pembicaraan tentang membuat tanda itu... menjadi kabur. 

Seharusnya sudah menjadi kabur. 

Sekarang, setelah semuanya tenang dan kami merasa lega... Nanami tiba-tiba mengatakannya.

"Aku ingin mencoba membuat tanda lagi!"

Kenapa sekarang?!

Aku berpikir seperti itu, tapi pada akhirnya aku kalah oleh semangat Nanami dan berakhir dalam posisi ini.

Dalam arti tertentu, mungkin ini adalah keuntungan bagiku.

Kami duduk berhadapan, tapi suara yang aneh tidak membuat suasana menjadi canggung. Tapi, tubuhnya sangat hangat, lembut dan wangi.

Sial, ini gawat... Aku mulai merasa aneh.. aku harus menahan diri.

Tapi, aku merasa senang. 

"…Haruskah kita berhenti?"

"Uh... aku akan kecewa jika aku tidak bisa melakukannya..."

Setelah melepaskan tubuh yang dia sandarkan padaku, Nanami menunjukkan ekspresi kekecewaan seperti kata-katanya. Bibirnya meruncing seperti anak kecil yang sedang cemberut.

Lalu, Nanami mulai mengayunkan tubuhnya ke depan dan belakang. Dia berulang kali menempelkan tubuhnya erat-erat kepadaku dan kemudian melepaskannya.

Gerakannya menjadi semakin intens dan tubuhku yang menopangnya pun ikut bergoyang. Ritmenya tetap, tapi seiring kekuatannya yang meningkat, aku mulai merasa semakin sulit bagiku untuk bertahan.

Jika menabrakkan tubuhnya padaku dapat mengurangi perasaan kesalnya.

"Ah..."

"Eh?" 

Mungkin karena aku lengah, aku tidak bisa menopang Nanami dan jatuh ke tempat tidur. Kami perlahan jatuh dan matras tempat tidur sedikit memantul. Ketika kami jatuh ke tempat tidur yang biasa Nanami tenpati, aku merasakan aroma Nanami dari bawah dan atas.. seolah-olah aku dibungkus olehnya.

"Maaf..."

Nanami terlihat panik dengan wajah sedikit memerah sambil meminta maaf. 

Dalam situasi ini, aku malah ingin mengucapkan terima kasih padanya. Untuk sekarang, aku tersenyum sambil mengelus rambutnya untuk menunjukkan bahwa aku tidak keberatan.

Dengan ini, Nanami mungkin akan menyerah untuk memberiku cupang... 

"Ngomong-ngomong, Yoshin tidak akan melakukannya padaku?"

Saat aku berpikir begitu, tiba-tiba dia mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. 

"...ya?"

Untuk sekarang, aku akan berpura-pura tidak tahu. Nanami belum mengatakannya secara langsung tapi... ini semacam perlawanan kecil. Mungkin tidak ada artinya.

"Um, kamu tidak mau menandaiku?"

"Ermm..."

Nanami, yang berada di atasku, sedikit mengangkat tubuhnya dan memandangku dari atas. Rambut panjangnya menyentuh pipiku dan sensasinya sedikit membuatku geli. 

Nanami tidak berkata apa-apa, begitu juga denganku. Hanya saja, dia memberikan tatapan padaku seperti sedang mengharapkan sesuatu.
 
Dan kemudian Nanami menjauh dariku. Saat sentuhan tubuhnya sepenuhnya hilang dariku, aku duduk dan mengikuti gerakannya dengan mataku.

Nanami berpindah posisi sambil berlutut di atas tempat tidur, lalu dia berbaring begitu saja.

"Ini harusnya... lebih mudah, kan?"

Dengan meletakkan tangannya di dada, Nanami menatapku.

Memberikan cupang kepada Nanami yang sedang berbaring... Err... apa itu tidak masalah saja?

"...Apa boleh?"

"Kan cuma buat tanda. Nggak apa-apa lah."

Nanami mengatakan kata-kata yang membuatku bingung apakah dia sedang menggoda atau tidak. Aku sudah memikirkannya sebelumnya, tapi apakah Nanami sudah mengerti arti dari memberikan cupang?

Jika aku menjelaskannya... itu akan terdengar seperti pelecehan seksual. 

Untuk saat ini, sebaiknya aku hanya memberikan cupang di tempat yang bisa ditutupi seperti lengan.

Dengan pemikiran itu, aku perlahan mendekati Nanami. Kami berdua diam, hanya detak jantung yang bisa terdengar. 

Saat aku melihat ke arah Nanami, dia menutup matanya rapat-rapat dan menggerakkan kepalanya untuk memperlihatkan lehernya. Jadi di situ... 
maksudnya.

Pada akhirnya, aku tidak bisa mengatasi godaan di saat-saat terakhir. 

* * *

Hari berikutnya... 

"Nanami-chan, selamat pagi. Eh? Apa itu di lehermu? Ada yang merah."

"Kotoha-chan, selamat pagi. Ah, ini?"

"Iya. Seperti bekas gigitan serangga."

"Oh, ini? Ini bukan bekas gigitan serangga, ini bekas yang ditinggalkan Yoshin."

"...Eeeh?"

Pada saat itu, waktu seolah-olah berhenti di kelas. Dan semua pandangan tertuju padaku. 

Dalam kepanikan aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk menghentikan Nanami.

Sial, kupikir itu tertutup oleh pakaian, tapi ternyata mereka bisa menemukannya dengan tajam.
 
"Bekas yang di tinggalkan Misumai-kun?"

"Iya. Aku tidak bisa melakukannya dengan baik, tapi Yoshin sangat mahir. Meski agak sakit awalnya, tapi hanya sedikit..."

"Oh... begitu... err..."

Ah, Ketua kelas menjadi sangat merah. Dan sekarang para pria mulai mendekatiku. 

Kapan terakhir kali aku menerima tatapan yang penuh dengan niat membunuh seperti ini?

Gawat cok, kabur adalah pilihan terbaik...

"Um... Nanami-chan... kamu tahu artinya itu?"

"Eh? Tahu kok. Itu semacam ekspresi cinta atau tanda, kan?"

Mendengar kata-kata Nanami... Ketua kelas membuka mulutnya dan wajahnya menjadi merah sambil membisikkan sesuatu ke telinga Nanami.

Dalam sekejap... wajah Nanami menjadi merah sekali.

"Eh? ...Ah?! Eh... uh...?! Bukan itu! Bukan begitu maksudnya! Hanya diberi tanda saja!! Tidak ada yang aneh...!!"

"Benarkah? Aku pikir... itu semacam cerita yang menggembirakan."

"Bukan, bukan itu!! Benar-benar bukan itu!!"

Semakin Nanami menyangkalnya, semakin banyak para pria yang berkumpul di sekitarku... dan aku dikepung.
 
Tidak ada tempat untuk lari lagi. Ini gawat, apa yang harus aku lakukan. 

Kata terakhir yang aku dengar dari mereka berdua adalah...

"...Mau mencoba memakai choker cadanganku?"

"Iya... Untuk sementara."

Setelah hari itu, Nanami tidak lagi membicarakan tentang penandaan... setidaknya tidak di tempat umum.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close