-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V7 Interlude 2

Interlude 2 - Hanya Kita Berdua di Tepi Pantai

Penerjemah: OneDay 



Aku dan Yoshin akhirnya sudah baikkan. Bolehkah aku mengatakan bahwa kami 'berbaikan'?

Bagaimanapun, aku sudah meminta maaf kepada Yoshin atas perbuatanku dan hubungan kami kembali seperti biasa. 

Ternyata, Yoshin juga memikirkan tentang apa yang aku katakan. Aku pikir sikapnya yang tidak mengatakan bahwa dia tidak memikirkannya, itu sangat seperti dia. Dan tentang itu, aku... merasa sedikit senang.

Mungkin terdengar aneh jika aku mengatakan bahwa aku merasa senang. Tapi, aku merasa bersalah dan tenang pada saat yang sama karena Yoshin memikirkanku dengan serius. 

Yang memulai semuanya adalah... karena kami saling mengoleskan tabir surya, yang terasa sedikit atau lebih tepatnya sangat aneh.

Apa ada cara berbaikan seperti itu? 

Saat Yoshin menyentuhku dan aku menyentuhnya kembali... aku merasa sangat hangat atau lebih tepatnya aku merasa nyaman.

Tidak hanya di punggung, tapi juga di kaki, lengan, bahu... merasakan sentuhannya di berbagai tempat membuatku merasa tenang dan perasaan aneh di dalam diriku menghilang.

Aku merasa bahwa merasakan sentuhan itu benar-benar luar biasa, jadi aku pun membalas menyentuhnya. Aku akan merasa senang jika Yoshin juga merasakan hal yang sama.
 
Ketika dia menyentuh leherku, badanku merasa gatal atau semacam rasa geli, sehingga aku tanpa sadar menolaknya.

Setelah itu, aku dan Yoshin banyak bermain di laut. Kami bermain di laut, makan barbekyu, bersantai di bawah sinar matahari bersama dan lagi-lagi saling mengoleskan tabir surya.

... Itu sangat menyenangkan.

Oh, aku sempat panik saat rash guardku tersapu oleh air... Aku langsung bersembunyi di dalam air dan Yoshin mencarikan rash guard itu sehingga tidak ada yang melihatku.

...Ya, itu baju renang.

Karena sikap keras kepalaku yang aneh kali ini, sepertinya aku telah menyebabkan banyak kebingungan bagi semua orang. Aku ingat aku banyak meminta maaf kepada Rina-san.

Padahal hal itu tidak perlu dikhawatirkan. 
Selain itu, dia juga memberiku banyak saran untuk berbaikan dengan Yoshin. 
Salah satunya adalah... baju renang yang aku pakai. Dia memberiku baju renang super seksi ini sambil berkata bahwa jika aku meminta maaf kepada pacarku dengan baju renang ini, semuanya akan beres. Aku sangat malu jadi aku memakai rash guard. 

Jadi, bagian atas baju renangku... Yoshin belum melihatnya. Bahkan ketika rash guardku tersapu, Yoshin bertindak sebagai seorang pria sejati dan tidak melihatnya. 

Ayumi berkata itu terlihat sangat seksi.. Apa benar begitu?

Mungkin nanti saat hanya berdua, aku ingin menunjukkannya kepada Yoshin. 

Setelah kami bermain sepuasnya di siang hari, sekarang kami berada di dalam tenda. 

Hanya berdua di dalam tenda... 

Aku tidak akan menunjukkannya sekarang. Meskipun hanya berdua, mungkin suatu hari nanti. Aku yang pengecut ini memberi alasan untuk diri sendiri. Karena sudah malam, aku memakai pakaian di atas baju renang, jadi jika aku mau menunjukkannya sekarang, aku harus melepasnya.
 
Itu terasa lebih mendebarkan.

Yoshin juga, meskipun masih memakai celana renang tapi dia sudah memakai kemeja di bagian atas. Meskipun suhu tidak terlalu turun di malam hari, tapi kita tetap harus melindungi diri dari angin malam.

Kami yang mengenakan pakaian itu... saling berhadapan di dalam tenda. 
Kelompok orang dewasa sepertinya masih pesta minum-minum di luar tenda. Kami ditawari untuk bergabung, tapi kami menolaknya karena kami tidak bisa minum alkohol.

Atau lebih tepatnya, aku tidak ingin berurusan dengan orang mabuk. Hatsumi dan Shu-nii, yang bergabung dengan Ayumi sepertinya sedang bersenang-senang bersama. Jadi, kami memutuskan untuk menyerahkan bagian itu kepada mereka berdua.

"Mereka... sepertinya sedang bersenang-senang, ya."

"Iya, mereka sedang menikmatinya."

Itu sebabnya kami bisa berduaan. Di dalam tenda ini sekarang hanya ada barang-barang kami dan dua tas tidur untuk kami tidur. Kami akan tidur berdampingan di sini. Ini mungkin pertama kalinya aku menggunakan tas tidur.

Karena ini tas tidur, kami tidak bisa saling berdekatan seperti saat kita menginap sebelumnya. Meskipun kami bersebelahan, masih ada jarak di antara kami. Saat aku melihat tas tidur, aku teringat akan peringatan yang telah diberikan sebelumnya.

'Jangan melakukan hal-hal yang mesum di tempat berkemah, oke. Itu bisa mengganggu orang lain di sekitar.'

Aku langsung merasakan pipiku memanas. Mungkin karena wajahku tiba-tiba memerah, Yoshin menatapku dengan mata terbelalak dan terkejut.

Padahal kami belum pernah melakukan hal seperti itu di tempat biasa, apalagi di tempat berkemah!!

Itu yang aku katakan ketika diberi peringatan, tetapi sekarang aku berpikir bahwa ada sedikit kemungkinan kami akan melakukannya jika tidak diberi peringatan itu..

Saat aku masuk ke dalam tenda di siang hari, aku tidak merasa seperti itu, tapi ketika malam tiba... tiba-tiba tenda terasa sangat sempit.
 
Matahari telah terbenam dan di dalam tenda juga menjadi gelap, satu-satunya sumber cahaya adalah dari luar atau dari smartphone... kami harus menajamkan pandangan untuk bisa melihat satu sama lain..

Ini seperti berada di ruangan yang lampunya dimatikan Aku bereaksi berlebihan hanya dengan mendengar kata 'lampunya dimatikan'.

Pertama kali aku melihat shojo manga... mereka sering mengatakan matikan lampu... Hanya situasinya yang sesuai dengan itu.

"Aada apa, Nanami?"

"Fweh?!"

Tiba-tiba ada suara yang memanggilku, membuat tubuhku melonjak. Yoshin mungkin tidak tahu mengapa aku terkejut dan akan sangat memalukan bagiku jika dia mengetahuinya.

Yoshin juga terkejut dengan reaksiku. Sepertinya dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiranku.

"Tidur di sini berdua membuatku gugup. Ini pertama kalinya aku menggunakan kantong tidur."

"Sama, aku juga baru pertama kali."

"Nah, sekarang. Bagaimana cara menggunakannya? Haruskah aku memasukkan kakiku ke sini? Sepertinya, aku tidak bisa masuk... Jadi, gimana?

Yoshin melihat kantoi tidur dan mencoba memahami bagaimana cara menggunakannya. Dia kesulitan untuk memasukkan kakinya dan perjuangannya yang tampak kesulitan itu terlihat cukup menggemaskan.

Aku berpikir untuk membantunya, lalu aku mulai mengutak-atik kantong tidurku di samping Yoshin. Memang ini agak sulit dimengerti.

Ah, tapi mungkin ini...

 "Yoshin, Yoshin, sepertinya kantor tidur ini bisa dibuka. Lihat, bisa dibuat seperti selimut."

"Eh? Benarkah? Oh, benar juga... ini lebar sekali..."

"Dengan ini kita tidak perlu tidur terpisah, kita bisa tidur bersama."

Saat mendengar kata-kata itu, Yoshin langsung terdiam. Dan tentu saja, aku juga. 

...Apa yang baru saja aku katakan? 
Tuh, kan, Yoshin jadi bingung! Aku tidak mengajaknya tidur bersama, ini salah paham! Itu keluar begitu saja dari mulutku! 

Yoshin memindahkan pandangannya bolak-balik antara kantong tidur di tangannya dan aku. Aku hanya berpikir kalau kita membuatnya seperti selimut, kita bisa menggunakannya lebih luas dan mungkin satu sisi bisa dijadikan sebagai alas juga!

"Itu, salah paham!"

Aku mengeluarkan satu tangan seolah-olah ingin menenangkan Yoshin dan mulai membuka kantoo tidur di dalam tenda dengan cepat, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa itu lebih cepat daripada menjelaskannya.

Kantong tidur itu ternyata lebih besar dari yang aku bayangkan dan menyebar luas di dalam tenda. Setidaknya... ada ruang yang cukup untuk dua orang berbaring.

Apa aku telah menggali kuburan untuk diriku sendiri? Lihat, Yoshin juga terlihat bingung! Apa yang harus kita lakukan dengan suasana ini! Apa kita akan berbaring di sini sekarang...? Tapi itu seperti aku sedang mengajaknya... 

Saat aku bingung memikirkan apa yang harus dilakukan, Yoshin mulai duduk bersila di atas tas tidur yang telah kubuka tanpa berkata apa-apa . Kemudian, tersenyum lembut padaku. 

"Nanami, apa kamu mau mencoba berbaring di pangkuanku?"

..Ah, ini seperti saat perjalanan pagi tadi. 

Benar juga, aku sudah menolak tawaran Yoshin yang baik saat itu. Mungkin sekarang... aku bisa menerimanya dengan lebih jujur.

Ketika aku mengangguk tanpa berkata apa-apa, Yoshin tetap tersenyum lembut sambil menepuk-nepuk lututnya. Seperti serangga yang tertarik ke arah cahaya, aku pun pergi ke arahnya seperti yang dia tawarkan.

Mungkin karena agak gelap... aku tidak merasa terlalu malu. 

Saat aku menaruh kepalaku di lutut Yoshin, dia membuka kantong tidur lain yang dia pegang dan menutupiku dengan itu. Kantong tidur yang dia letakkan di atasku juga luas... dan aku tanpa sadar memegang ujung tas tidur itu karena kehangatannya. Rasanya nyaman sekali. 

Hmm... apa yang akan kita lakukan berdua di sini...?

Kepalaku mulai terasa pusing, tapi aku mencoba mengingat tujuan awalnya.

Benar, aku ingin berbicara dengan Yoshin. 
Yoshin tidak pernah memaksaku untuk berbicara. Sepertinya dia hanya sabar menunggu kata-kataku.

Sesekali, Yoshin mengelus kepalaku seperti yang dilakukan kepada anak kecil. Aku pernah mendengar ada orang yang tidak menyukai itu, tapi aku menyukainya. 
Entah mengapa, aku merasa tenang. Aku juga suka ketika perutku ditepuk pelan.

Memiliki seseorang yang bisa menyentuhku dan membuatku merasa aman... itu sungguh menyenangkan. Kecemasanku pun menghilang.

Oleh karena itu, aku bisa mengungkapkan kata-kataku secara alami.

"Kamu tahu... yang membuatku merasa tidak suka itu adalah... aku khawatir jika ada orang lain yang tidak aku kenal ternyata menyukai Yoshin..."

Aku mulai berbicara secara tiba-tiba tanpa ada kaitan dengan apapun. Itu adalah pengungkapan perasaanku. Apa yang aku pikirkan saat itu, apa yang aku rasakan, aku mencoba menyampaikannya dengan kata-kata yang sudah aku susun.

Dia menerima itu semua tanpa berkata apa-apa. 

"Juga, aku mendengar rumor. Rumor yang sangat tidak menyenangkan untuk kamu dengar, mungkin.." 

"Rumor? Tentang apa...?"

"Rumor tentang Senpai di tempat kerja paruh waktu Yoshin, yang katanya suka merebut pacar orang lain..."

Apakah dia akan terkejut jika aku mempercayai rumor itu? Atau mungkin dia akan marah?

Aku sendiri merasa bahwa aku sedikit kekanak-kanakan karena mempercayai rumor seperti itu. Lagipula, kebenarannya masih belum jelas..Bahkan Rina-san yang memberitahuku tentang rumor ini sepertinya juga menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Itu adalah tanggung jawabku karena mempercayai itu.

Aku merasa tidak ada salahnya jika aku disalahkan. Orang yang berbohong memang buruk, itu sudah jelas... Tapi, aku pernah membaca sesuatu tentang ini sebelumnya. Orang yang langsung percaya pada kebohongan... sama buruknya dengan orang yang berbohong. 

Awalnya, aku tidak setuju dengan pendapat itu, tapi sekarang aku bisa mengerti bahwa ada benarnya juga. Kepercayaan yang tidak bertanggung jawab itu... berbahaya. 

Itu tidak hanya tidak sopan terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap orang lain. Kali ini hanya aku yang terganggu oleh itu.

Bagaimanapun juga, sepertinya aku memang memiliki hubungan dengan rumor atau kebohongan. Ini adalah hubungan yang tidak menyenangkan. Mungkin lain kali aku harus pergi ke kuil tempat kami berkencan untuk memutus hubungan buruk itu. 

"Rumor,.ya ... Kenapa bisa ada rumor seperti itu, ya?"

"Aku juga hanya mendengarnya dari seorang gadis dari pekerjaan paruh waktuku. Sepertinya mereka teman sekelas."

Tampaknya Rina-san memberitahuku itu karena dia benar-benar khawatir padaku. 
Jika itu benar-benar terjadi... aku tidak akan sempat menyesalinya. 

"Maaf, Yoshin.. karena mengatakan sesuatu yang aneh seolah-olah aku tidak mempercayai padamu..."

Yoshin mendengarkan ceritaku untuk sementara waktu. Dan yang terjadi adalah.. keheningan. Itu sedikit... membuat punggungku merinding.

Apa yang dipikirkan Yoshin, ya? Aku tidak mau dia membenciku hanya karena hal sepele seperti itu.

Tapi, aku ingin menyampaikan apa yang aku rasakan dengan jujur. Aku pikir Itu setidaknya menunjukkan ketulusanku . Tapi pada saat yang sama, aku juga memikirkan hal ini.

Kalau misalnya Yoshin direbut orang lain... apa yang harus aku lakukan. Meskipun aku memikirkannya, aku tidak bisa menemukan jawabannya dan aku percaya Yoshin bukan orang seperti itu. Jika orang itu lebih menarik dariku... itulah yang aku pikirkan.

"Yah, jika rumornya seperti itu pasti kamu merasa cemas, aku tahu itu."

Yoshin dengan tenang menyampaikan kata-kata itu padaku yang sedang merasa cemas. 

"Kamu... nggak marah?"

"Tidak ada alasan untuk aku marah. Aku juga bakal merasakan hal yang sama jika di posisimu. Mungkin tanpa sadar aku akan mengatakan hal-hal yang tidak perlu."

Yoshin mengatakan bahwa dia telah gagal, lalu dia menceritakan tentang Senpai di tempat kerja. Orangnya sangat antusias dan memiliki jarak yang dekat dengan orang-orang... itu cerita tentang Senpai di tempat kerjanya.

Juga, dia hanya memanggil nama keluarganya bukan nama panggilannya.

Aaah, ini sangat memalukan...

"Yah, aku pikir ini hanya salah paham tentang Senpai."

"Salah paham, ya... Kalau kamu mengatakan itu, maka orang itu tidak seburuk seperti rumor itu."

"Iya. Lagipula, di tidak bisa menjaga jarak yang tepat terhadap orang lain. Mungkin hal itu yang membuat orang lain salah paham."

"Yah, tapi aku tidak mempermasalahkan nya." tambah Yoshin di akhir sambil mengangkat bahu dan bercanda, aku pun tersenyum kecil dan memutuskan untuk bertanya lebih lanjut.

"Kenapa kamu tidak mempermasalahkan nya?" 

"Tentu saja, karena aku sudah punya pacar yang imut ini."

Mendengar hal itu dari Yoshin, membuatku sangat senang.

Benar, sekalipun rumor itu benar. Jika bersama Yoshin, semuanya tidak baik-baik saja.

Itulah yang aku pikirkan pada saat itu

Tubuhku diliputi rasa lega.

Sebenarnya, ada satu lagi hal yang membuatku merasa tidak tenang... Saat aku hendak mengatakannya, , aku tiba-tiba diserang oleh rasa kantuk bersamaan dengan rasa lega.

Mungkin ini karena salah satu sumber kecemasanku telah hilang, membuatku merasa lega... Rasa kantuk yang nyaman dan tidak bisa ditahan mulai menyebar ke seluruh tubuhku.

Aku pun tertidur... dengan kepalaku bersandar di pangkuannya. Itu adalah tidur yang nyenyak tanpa rasa cemas setelah dua hari. 

* * *

Tiba-tiba, saat aku terbangun... Yoshin sudah tidak ada di sana.

Eh? Aku... tertidur di pangkuannya... Kantong tidurnya... masih sama seperti saat aku tertidur. Hanya Yoshin yang tidak ada.

Di luar masih gelap dan tentu saja di dalam tenda juga cukup gelap jadi aku menyalakan lampu dengan smartphoneku. Pukul 4 pagi... kira-kira sama seperti waktu aku bangun kemarin.
 
Meskipun tadi di luar cukup ramai, sekarang ini sangat sepi. Mungkin, semua orang sudah tidur. Aku terbangun di waktu yang aneh.

Kalau Yoshin masih di sampingku, mungkin aku bisa tidur lagi... tapi dia tidak ada... Apa dia ada di luar? 

Memanfaatkan kesempatan ini, aku memutuskan untuk keluar dari tenda. Matahari belum terbit dan mungkin akan sedikit dingin dengan pakaian ini... jadi aku harus memakai satu lapis lagi. Aku sebenarnya membawa satu gaun putih. Ini sepertinya cocok, jadi aku akan memakainya. Untuk bagian bawah... sudah kering, mungkin aku akan tetap memakai baju renang saja.

Aku segera mengenakan gaun dan langsung keluar dari tenda. Tidak ada siapa-siapa. Anginnya juga sedikit, cuacanya tenang. Suara ombak juga terdengar kecil dan jauh.

Mungkin pergi ke toilet...? 

Masih gelap karena matahari belum terbit, tapi ini seperti kegelapan sebelum fajar... cukup terang untuk bisa melihat sekeliling. Ini waktu yang aneh.

Saat aku melihat sekeliling, aku bisa menemukan siluet yang terlihat familiar dari kejauhan. 

Mungkin... itu Yoshin.

Dia duduk sendirian di pantai, memandang laut. Aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan, lalu aku perlahan-lahan mendekatinya.

Dengan gaun berkibar, selangkah demi selangkah, aku mendekatinya dengan pasti Sepertinya jika aku mendekatinya terlalu cepat, dia akan menghilang dari tempat itu... itulah yang aku rasakan. Padahal sebenarnya tidak seperti itu.

"Yoshin, selamat pagi."

"Ah, Nanami... selamat pagi. Apa aku membangunkanmu?"

Aku menggelengkan kepalaku dan duduk di sebelahnya. Pasir pantai di malam hari terasa dingin dan berbeda dengan siang hari saat menyentuh kulit. Meskipun masih di pantai yang sama, keberadaan dan ketiadaan cahaya matahari membuatnya terasa sangat berbeda.

Yoshin dan aku duduk berdampingan sambil memandangi laut. Suara ombak bergema di malam yang sunyi. Kami memandanginya. Laut di malam hari mungkin sedikit menakutkan tapi... rasanya seperti fantasi, mungkin aku menyukainya. 

Laut yang biasanya tampak begitu biru, sekarang terlihat hitam pekat. Rasanya seperti warna yang bisa menyerap segalanya.
 
"Mungkin kamu tidak bisa tidur di tenda karena aku ada di sana ya?"

"Ah, tidak... bukan seperti itu. Sebenarnya... kita tidur bersama."

Yang bener? Kita tidur bersama? 

Kata-kata yang tidak terduga membuat mataku sedikit terbelalak. Tapi memang benar, jika menggunakan kantong tidur itu, dua orang bisa tidur bersama. Ya, dia memang tidur di sana.

Sambil merasa sedikit kecewa, aku diam-diam memeluk lututku. Ini adalah posisi duduk seperti yang sering dilakukan saat olahraga. Meskipun kita tidur bersama tapi aku sama sekali tidak memiliki ingatan tentang itu.

"Pakaian itu..."

"Hm?"

Ketika aku sedikit merasa kecewa, bisikan Yoshin sampai ke telingaku. Aku, masih dalam posisi duduk seperti sedang olahraga, memeluk tubuhku dan menoleh ke arahnya. 

"Ini pertama kalinya aku melihat gaun itu."

"Memang, mungkin ini pertama kalinya aku memperlihatkannya... aku pikir pakaian seperti ini lebih cocok untuk di tepi laut."

"Kamu terlihat sangat polos dan murni." 

"Eeh? Hanya terlihat saja?"

Aku tertawa kecil dan Yoshin menampilkan senyum pahit seolah-olah dia sedang dalam kesulitan. Aku memang dipuji, tapi sepertinya aku sedikit nakal.

Tapi, dikatakan terlihat polos dan murni, seolah-olah biasanya aku tidak seperti itu. 

...Yah, mungkin perilakuku belakangan ini mungkin jauh dari kesan polos dan murni. Aku bahkan telah melakukan beberapa hal yang sedikit nakal kepada Yoshin. Dan lagi...

"Memang benar di balik gaun ini, aku masih memakai baju renang dari siang hari... jadi mungkin sedikit berbeda dengan kesan polos dan murni?"

"Eh, kamu memakai baju renang yang seksi...?"

"Bukan, itu bukan baju renang yang seksi, oke. Hanya baju renang yang sedikit seksi saja. Karena aku memakai gaun, jadi tidak terlihat dan jika tidak terlihat berarti itu tidak seksi."

Aku batuk ringan dan berdiri seolah-olah mengumpulkan kembali ketenanganku. 
Lalu, aku berputar-putar di depan Yoshin untuk memperlihatkan gaun yang aku kenakan.

Rok yang berbulu halus itu lucu sekali dan secara pribadi, aku menyukai gaun ini meskipun sederhana.

Setelah berputar, aku kembali duduk di samping Yoshin.

Seolah-olah bertanya bagaimana pendapatnya, aku sedikit memiringkan kepalaku dan sepertinya dia mengerti maksudku karena Yoshin hanya berkata satu kata... bahwa itu cocok denganku. 

Kemudian. Dengan wajah serius, dia menyandarkan tubuhnya ke belakang dan menatap ke langit. Langitnya... anehnya tidak ada Bintang yang terlihat, mungkin karena saat ini menjelang fajar... hanya ada langit cerah saja.

Hari masih gelap, tapi fajar pasti akan segera tiba.

"Aku sedikit memikirkan tentang rumor itu tadi."

"Rumor tentang Senpai... ya?"

"Iya. Aku pikir lebih baik memastikan rumor itu. Kalau tidak, kamu akan terus merasa cemas. Aku ingin menghindari itu."

Memang benar pekerjaan paruh waktuku sudah selesai, tapi pekerjaan paruh waktu Yoshin masih berlangsung. Daripada aku merasa cemas setiap saat... aku pikir lebih baik untuk memastikannya. 

Yoshin, ternyata dia selalu memikirkan hal itu. Itu membuatku senang, tapi... aku bertanya-tanya apakah ini akan membuatnya merasa tidak nyaman saat bekerja.

"Nanami, kamu ingat? Tentang ulang tahunmu."

"Eh, apa maksudmu...?"

Tiba-tiba Yoshin membicarakan tentang hari ulang tahunku.

Oh ya, ulang tahunku sebentar lagi. Ah, aku sama sekali lupa karena terlalu banyak pikiran. 

Mungkin, jika aku tidak datang ke sini hari ini, apakah keadaan akan tetap seperti ini sampai ulang tahunku tiba...? Itu... aku tidak menginginkannya.

Untung saja, masalah ini diselesaikan sebelum ulang tahunku.

"Tentang hari ulang tahunmu, aku akan meyakinkan orang tuaku juga... bagaimana jika kita selalu bersama?"

"Eh?"

Dengan kata-kata itu, aku ingat bahwa aku pernah mengatakan hal seperti itu.

Kata-kata yang aku ucapkan sepertinya mustahil, hampir seperti lelucon.

Aku ingin bersamanya dari tengah malam di hari ulang tahunku. Ini adalah keinginanku yang sangat kekanak-kanakan dan sekaligus menunjukkan keinginanku dengan jelas. Ingin bersamanya dari pagi sampai malam.

Aku pikir itu tidak mungkin secara realistis... tapi Yoshin mengatakan bahwa dia akan tetap bersamaku.

"Yah, secara logika... tidak mungkin kita bisa bersama dari tengah malam. Tapi
hanya untuk hari itu, mari kita tetap bersama meski sudah melewati jam malam."

"Emang boleh?"

"Boleh lah. Selain itu aku ingin kita pergi ke tempatku berkerja di hari ulang tahunmu. 
Di sana… aku ingin kamu melihat Senpaiku secara langsung dan menilainya sendiri. Apakah dia seperti rumor yang beredar."

Yoshin mengatakan bahwa dia ingin membuat segalanya jelas di sana. Aku merasa gugup dan gelisah, lalu aku diam-diam menulis nama kami berdua di tanah. Kemudian, karena tidak bisa duduk diam, aku perlahan berdiri. 

"Yoshin, ayo kita jalan-jalan sebentar." Aku berdiri dan mengulurkan tangan ke Yoshin. Karena kita berdua saja di pantai pada malam ini, aku berpikir ingin berjalan bersama di tepi pantai.

Saat ini hampir fajar... aku ingin berjalan bersamanya hanya berdua di waktu berharga antara tengah malam dan sebelum fajar.

Yoshin mengambil tanganku tanpa berkata apa-apa dan datang ke sampingku. Kami tetap berpegangan tangan. Aku merasa senang dan memperkuat genggaman di tangannya.

"Kalau begitu, ayo jalan-jalan sebentar."

"Iya."

Kami berdua berjalan perlahan di pantai pasir. Tidak ada orang lain di sekitar, mungkin mereka masih tidur dan ini sangat sunyi meskipun sebelumnya ramai. Sepertinya hanya ada aku dan Yoshin di dunia ini, itu terasa mendebarkan, menyenangkan dan juga membuatku bahagia. Aku ingin waktu ini terus berlanjut, jadi aku berjalan perlahan, sangat perlahan. 

"Ngomong-ngomong, ada satu hal lagi yang membuatku cemas."

"Apa itu? Saat ini… aku akan mendengarkan semuanya."

"Mm, aku akan mengatakannya sekarang juga..."

Aku mengungkapkan satu lagi kecemasan yang ada di dalam hatiku.

Mungkin... mungkin saja Ketua kelas menyukai Yoshin. 

Mungkin itulah sebabnya Ketua kelas tidak bisa menerima itu dan memberikan nasihat kepada Yoshin. Itulah kecemasan yang ada di dalam diriku. Yoshin mendengar kata-kataku dan menggaruk pipinya saat kami berjalan.

"Hmm..."

Mendengar Yoshin bergumam, ada sedikit rasa cemas muncul di dalam hatiku, tapi aku tidak terlalu terburu-buru. Aku tidak tahu apakah ini karena malam hari atau karena kami sedang berjalan-jalan bersama, tapi setidaknya hatiku hampir sepenuhnya tenang.

"Aku tidak bisa membayangkan diriku mencintai orang lain selainmu, Nanami."

Melihat Yoshin tersenyum sambil kebingungan, aku... menjadi tidak bisa berkata apa-apa.

Kecemasanku berasal dari kekhawatiran bahwa Yoshin mungkin akan menyukai orang lain. Tapi, saat melihat senyumannya, aku merasa bodoh.

Lebih dari kekhawatiran bahwa dia mungkin akan menyukai orang lain, seharusnya aku hanya perlu jatuh cinta pada Yoshin dan berusaha keras untuk membuatnya mencintaiku lagi.

Jika aku merasa cemas, aku harus bertindak agar tidak merasa cemas. Itu cukup sederhana tanpa membuatnya menjadi rumit Jika Yoshin mengatakan bahwa dia tidak akan mencintai orang lain... maka aku akan melakukan apa saja untuk mempertahankan cinta itu.

Itulah yang akan aku lakukan mulai sekarang.

Aku akan terus menyerang, menyerang dan menyerang dengan segala upayaku. Jadi, haruskah aku menunjukkan baju renang di balik gaun ini?

Sambil masih memegang tangan Yoshin, aku mencubit ujung gaunku.

"Apa kamu mau melihat baju renang di balik gaun ini?"

"Hah? Kenapa? Tidak, kenapa malah ke situ?"

Ah, sepertinya aku mengejutkannya dengan tiba-tiba. Tapi entah mengapa, sekarang ini aku merasa ingin mengangkat gaun ini dan menunjukkan seluruh baju renangku kepada Yoshin.

Ketika aku menyampaikan hal itu kepadanya, Yoshin tampak berpikir sejenak sebelum wajahnya berubah menjadi serius. Kata-kata yang keluar dari mulutnya kemudian adalah sesuatu yang tidak aku duga.

"Kalau begitu, Nanami, bolehkah aku menciummu?"

Aku terkejut dengan tawaran ciuman yang mendadak darinya... tapi pada saat yang sama, aku merasa sedikit senang.

Tapi kenapa dia tiba-tiba mau minta ciuman? 

"......Boleh, tapi kenapa?"

"Agar kamu tidak merasa cemas lagi kedepannya... aku pikir aku harus lebih proaktif mulai sekarang."

Kemudian Yoshin mengatakan bahwa dia jarang mengatakan hal seperti ini sambil tersenyum malu-malu. 

Kalau kamu mengatakan itu... aku tidak bisa mengatakan tidak. Aku juga tidak punya niat untuk menolaknya.

Ketika aku menyadarinya, langit mulai memutih. Matahari mulai terbit. Aku yakin orang-orang yang terbangun akan bertambah.

Kalau begitu, kita tidak akan bisa berciuman Jadi... aku perlahan menutup mataku di depan Yoshin. Untuk menyesuaikan itu, tangannya menyentuh bahuku.

Dengan begitu, di bawah cahaya matahari terbit... aku dan Yoshin berciuman.

* * *

"Seperti biasa mereka sangat mesra."

"Sepertinya mereka sudah benar-benar baikkan... Itu yang terbaik. Btw, hebat juga mereka bisa tidur nyenyak berdua seperti ini." 

"Mereka bisa tidak melakukan apa-apa, itu sendiri cukup luar biasa..."

Keesokan harinya, orang-orang yang melihat kedua orang itu tidur bersama dengan nyenyak di dalam tenda, semuanya memiliki kesan yang sama.







|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close