-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

OmiAi [LN] Volume 3 Chapter 4

 Chapter 4 : Engagement with “fiancée”

(Pertunangan asli dengan “Tunangan”)


Beberapa hari setelah lomba maraton.


Yuzuru, Souichirou, dan Hijiri, ketiganya lagi makan di restoran keluarga.


Tentu aja... semua ini traktiran dari Hijiri.


Dan Kalau udah kumpul tiga cowok... pasti ada hal yang biasa mereka omongin.


Iya, ngomongin cewek dong.


Mereka ngobrolin tipe cewek yang mereka suka, bagian mana yang mereka suka, gitu-gitu deh.


Yuzuru tentu aja suka sama 'cewek cantik mata biru rambut pirang'.


Nah, pas lagi asik-asiknya ngomongin gituan...


"Kira-kira Arisa bakal terima pengakuanku gak ya..."


Tiba-tiba Yuzuru mulai ngomongin hal yang bikin dia down.


Dengerin Yuzuru yang kayak gitu, Souichirou dan Hijiri coba kasih semangat.


"Kalau dari caraku liat, Yukishiro-san pasti suka sama kamu deh."


"Aku juga liat dia kayaknya udah klepek-klepek banget dengamu."


"Iya nih... tapi, aku sih ngerti itu."


Sambil muterin spageti pake garpu, Yuzuru menghela napas.


"Masalahnya, ini soal serius, seperti bakal nikah... di masa depan."


Maksudnya, dia bakal masuk ke keluarga Takasegawa.


Dan keluarga Takasegawa ini bukan keluarga biasa-biasa aja.


"Pusing juga ya, mikirin itu."


"Ya, mungkin bakal banyak pikiran sih..."


"Tapi kan, ada uangnya. Pasti seneng banget bisa masuk ke keluarga itu."


Yuzuru yang khawatir, Souichirou setuju, tapi Hijiri enggak.


Buat Arisa, ini kayak naik kelas gitu, gak ada alasan buat nolak.


"Emang nikah itu udah pasti ya? Menurutku, pacaran aja dulu gak apa-apa."


Dengerin kata-kata Souichirou, Yuzuru langsung jawab.


"Aku pengen nikah sama Arisa..., harus."


"Ya udah, bagus dong."


"Apa yang kamu pikirin sih?"


"Enggak... gak ada yang aku pikirin sih."


Pokoknya dengan cara apapun, Yuzuru pengen nikah sama Arisa.


Kalau Arisa bilang "Aku gak mau jadi Takasegawa..." Yuzuru bakal tunjukin sisi baik keluarga Takasegawa, dan dia harus mau jadi ' Arisa Takasegawa’, gitu.


Jadi, masalahnya bukan itu.


Cuma, ada rasa cemas aja.


"Kalau kamu emang pengen nikah gitu... paling enggak, kamu bisa keluar dari keluarga itu."


"Emm..."


Denger saran dari Hijiri, Yuzuru kebingungan.


Buat Yuzuru sekarang, antara jadi penerus keluarga Takasegawa atau nikah sama Arisa... yang terakhir lebih penting.


Tapi...


"Aku ini... lahir dan dibesarkan sebagai penerus."


Bukan soal pengen harta warisan keluarga Takasegawa.


Cuma... merasa harus meneruskan keluarga, itulah kewajiban.


Paling tidak orang tua juga berpikir gitu, mereka punya Yuzuru buat jadi penerus.


Itulah misi yang dibeTenkan ke Yuzuru Takasegawa, itu hidupnya, jadi gak bisa keluar dari jakamur itu.


Jadi, kebebasan cuma ada pas SMA, kuliah, Yuzuru pengen coba banyak hal selama itu. 


Jadi, itu sebabnya aku nggak mau bertunangan sekarang.


Karena bakal repot kalau nanti ketemu orang yang aku suka.


"Ngomong-ngomong, yah... karena aku pewaris keluarga Takasegawa, seharusnya bisa nikah sama Arisa!"


"Eh, iya juga ya, kalian itu 'tunangan'."


"Semua udah diatur, ya?"


Jadi, tinggal nunggu Arisa bilang 'iya' aja.


"Untunglah lahir sebagai anak sukamung keluarga Takasegawa... Kalau nggak, Arisa itu bakal jadi bunga di puncak gunung."


Tapi, meski aku cuma siswa SMA biasa.


Aku tetap bakal ngedapetin Arisa, Kalau dia punya 'tunangan' lain, aku bakal merebutnya.


"Arisa itu... cantik banget."


"Denger tuh."


"Kalau dipuji sama Arisa, aku yakin bisa ngapa-ngapain."


"Eh, sampe naik pohon dan jatuh."


"Diam kau. Aku bunuh loh."


Yuzuru marah karena masa lalunya diungkit.


Souichirou dan Hijiri ngakak inget-inget kejadian itu.


"Ya, harusnya sih oke-oke aja. Wajahmu lumayan, nggak kayak orang lain yang parah parah banget, dan kamu punya uang."


"Kan, dari sudut pandang cewek, kamu itu barang bagus."


Hijiri mengangguk.


Dan Souichirou juga mengangguk setuju.


"Siapa itu 'orang lain' yang kamu sebut, penasaran juga... Tapi, Yuzuru itu cowok yang bagus. Kalau aku cewek, mungkin aku mau nikah sama dia."


"Jijik ah..."


"Kejam banget sih!?"


Tapi, ya, itu cuma becandaan antar mereka.


"By the way... jujur aja, kamu nanti mau nerusin usaha keluargamu gak?"


Souichirou nanya ke Hijiri.


Maksudnya, apakah Hijiri akan meneruskan usaha keluarga Zenji, dia kan calon penerus selanjutnya? Itu pertanyaannya.


"Umm... bukan berarti aku benci nerusin usaha keluarga,"


"Bukan berarti, tapi?"


"Aku lebih mendukung sepupuku."


Hijiri sebenarnya adalah calon pewaris keluarga Zenji.


Tapi, itu belum keputusan resmi.


Selain dia, masih ada 'kandidat' pewaris lainnya.


"Oh gitu. Yah... sebagai Takasegawa, aku cuma minta tolong supaya keluargamu nggak pecah saja."


"Itu bagus. Kami juga nggak mau keluarga kami pecah."


Umumnya, penyebab kemunduran suatu keluarga adalah adanya konflik internal.


Persaingan penerus, pertikaian antara keluarga inti dan cabang, tentu saja.


Konflik antara pemimpin generasi sebelumnya dengan yang sekarang, atau calon pemimpin berikutnya, juga sering terjadi.


(...Dalam artian itu, ayah nggak bisa membuat aku kesal.)


Bagi pemimpin saat ini dari keluarga Takasegawa, Kazuya Takasegawa, musuh terbesarnya bukanlah keluarga cabang atau politik musuh lain, tapi Yuzuru Takasegawa.


Hanya Yuzuru yang bisa menggulingkannya dari posisi pemimpin.


Dan bagi Yuzuru, ayahnya juga lawan yang merepotkan.


Karena dia punya gelar calon pemimpin, dia nggak bisa melawan ayahnya.


(Tentang Arisa... aku sama sekali nggak berniat mengalah, tapi, ya, kamu pasti sudah tahu itu.) 


Cuma ada dua orang di dunia ini yang bisa ngerepotin cinta antara Yuzuru sama Arisa.


Ayahnya Yuzuru, Kazuya Takasegawa, sama kakeknya, Sougen Takasegawa.


Tapi sebenernya... Yuzuru itu gak ada niat sama sekali buat melawan ayahnya.


Sama kayak Kazuya juga, dia percaya banget sama anaknya.


Intinya, Kalau cuma masalah ribut-ribut biasa antara ayah sama anak sih masih mending, tapi mereka berdua sama-sama gak mau terlibat dalam perkelahian yang berdarah-darah.


Kalau ngilangin gelar ribet kayak kepala keluarga sekarang atau kepala keluarga berikutnya, mereka itu sebenernya cuma keluarga yang akur.


"Kalau misalnya sepupumu yang nerusin, kamu mau ngapain?"


"Gak tau. Yah... mungkin kerja di perusahaan yang masih satu jalur sih yang paling masuk akal... Tapi, kami beda sama kalian, sejarah kami gak terlalu panjang. Jadi, gak terlalu butuh aku."


Setelah ngomong gitu... Hijiri langsung ganti topik secara tiba-tiba.


"Besok Senin... Hari Valentine ya."


"Iya, bener."


"Valentine, ya."


Sampai tahun lalu, yang ngasih coklat Valentine ke Yuzuru itu cuma beberapa orang.


Ibunya, adik perempuannya, sama Asaya dan Kaga yang sekolah di SMP yang sama.


Tentu saja, itu semua coklat wajib.


Tahun ini, mungkin dia gak akan dapet dari ibu atau adiknya (gak mungkin mereka ngirimkan).


Tapi Aaku dan Kaga mungkin akan ngasih seperti biasa, dan mungkin Chiharu juga bakal ngasih coklat wajib.


Tenten Kaga sih gak tau... Tapi Kalau dia inget ngasih permen Halloween, mungkin dia juga bakal ngasih Yuzuru coklat merk yang bisa dibeli di toko.


Tapi lebih dari itu...


(Apa ya coklat yang bakal Arisa bakal kasih...)


Cuma sedikit.


Yuzuru nantinya bakal ngarepin coklat dari tunangannya yang jago masak.



__--__--__


"Selamat pagi, Arisa."


"Selamat pagi, Yuzuru-san."


Hari itu juga, Arisa datang ke apartemen Yuzuru buat nganterin bento.


Yuzuru dengan senang hati nerima kotak bento yang bisa menjaga kehangatan, dan ngembaliin kotak bento yang udah dicuci bersih.


"Kali ini juga enak banget. ...Makasih ya, selalu."


"Enggak, aku juga senang bisa bikin Yuzuru-san makan."


Itu adalah pertukaran yang biasa mereka lakukan.


Biasanya, di titik ini mereka akan berpisah.


Arisa akan pergi ke sekolah lebih dulu, dan setelah siap, Yuzuru akan berangkat sekolah.


Itulah rutinitas mereka.


Tapi... hari ini, mereka berdua merasa ada yang beda.


Yuzuru sedikit geh, dan Arisa juga kelihatan geh.


Alasannya... jelas.


Karena hari ini adalah Hari Valentine.


"...Eh, Yuzuru-san"


Kulit putih Arisa sedikit memerah.


Suara dia gemetar karena gugup.


Yuzuru juga bisa merasakan jantungnya berdebar kencang.


"Jadi, itu... "


"...Arisa?"


"Ah, ah... gak, gak jadi, gak penting!"


Arisa bilang gitu terus kabur kayak lagi lari dari sesuatu.


Yuzuru cuma bisa terbengong-bengong. 


"...Eh?"


Biasanya, orang bakal nyerah di situasi kayak gitu, kan?


Yuzuru ngerasa bingung dengan dirinya sendiri.


Terus, setelah itu, Yuzuru pergi ke sekolah dengan perasaan yang agak campur aduk.


Pas sampe di sekolah... memang kerasa ada yang beda dari biasanya.


Pokoknya, ada beda suasananya.


Kalau diliat dari cowok-cowok, ada yang keliatan bahagia, ada juga yang keliatan geh, ada yang sebarin aura negatif, dan ada juga yang keliatan biasa aja.


Sementara, cewek-cewek pada umumnya keliatan ceria banget.


Soalnya, cewek-cewek tuh tuker-tukeran coklat sama sesama cewek, jadi mau punya gebetan atau enggak, tetep aja mereka heboh.


(Pasalnya, ada coklat nggak ya di kotak sepatuku?)


Biasanya sih, orang taruh di situ kalau malu-malu mau ngasih langsung.


Kalau Arisa sih, mungkin aja dia bakal ngelakuin itu.


Tapi pas dibuka... ya cuma ada sepatu doang di dalamnya.


"Haah..."


"Yuzuru!"


"Ugh!"


Tiba-tiba, ada yang ngetok-ngetok punggung Yuzuru dari belakang sampai dia teriak.


Orang yang ngelakuin itu, sebenernya bisa ditebak siapa.


"Ah, Ayaka... sakit tau."


"Ah, maaf. Kayaknya aku ketok terlalu keras."


Ayaka ngomong sambil senyum-senyum, keliatannya nggak terlalu nyesel.


Di belakang dia ada satu lagi teman masa kecil.


"Selamat pagi, Yuzuru."


"Ah, selamat pagi, Chiharu..."


Mereka berdua nggak selalu barengan pergi ke sekolah, tapi kebetulan hari ini mereka barengan.


Dan dengan semangat yang sama, mereka berdua langsung ngegoda Yuzuru.


"Yuzuru, kamu dapet dari Arisa-chan?"


Ayaka nanya sambil nyengir.


Terus Chiharu juga senyum-senyum mengejek.


"Kami semua, aku, Arisa-san, sama Tenka-san, bikin bareng loh?"


Mereka berdua tau kalau Yuzuru pagi tadi dapet bento dari Arisa.


Mereka pikir Yuzuru pasti juga dapet coklat.


Kalau Yuzuru di posisi mereka, dia juga bakal mikir gitu.


"Enggak... belum dapet sih."


"Eh, beneran?"


"Arisa-san... di saat-saat penting jadi penakut ya."


Ayaka dan Chiharu keliatan kecewa.


Tapi, dari pembicaraan mereka, sepertinya Arisa memang udah menyiapkan coklat, jadi setidaknya itu lega.


(Kalau dia bilang, 'Maaf... aku kelupaan!' itu bakal sedih banget... apalagi kalau itu ngerusak rencana.)


Yuzuru lega. 


Jadi, belum juga pasti bakal dapet coklat.


Karena masih ada kemungkinan besar Arisa nggak jadi ngasih.


"Eh, iya. Ini, buat kamu , Yuzuru."


"Silakan, Yuzuru."


"Terima kasih, ya."


Dapetin coklat yang dibungkus cantik dari mereka berdua.


Pastinya, ini coklat kewajiban.


"Balasannya harus tiga kali lipat, ya."


"Pastinya, bukan cuma biaya bahan baku, tapi juga usaha dan cinta dari kita juga harus kamu masukin."


"Ah, iya. Harusnya sih aku mau ngasih sesuatu yang layak buat White Day... tapi..."


Yuzuru ngomong sambil garuk-garuk kepala.


Sebenarnya, ini cerita yang agak memalukan sih...


"Jadi gini, lagi bokek nih... jadi, mungkin, yang kurangnya bisa diganti dengan perasaan aja, bisa nggak?"


"Eh? Yuzuru, kan kerja sampingan dapet lumayan banyak uangnya?"


"Kamu beli sesuatu ya?"


"Sebenarnya, ini buat Arisa... mau aku beliin sesuatu."


Begitu Yuzuru bilang gitu, Ayaka sama Chiharu langsung melebarkan mata mereka.


"Oh, tapi jangan bilang ke Arisa, ya?"


"Pastinya, nggak akan ngomong kok! Meski mulutku pecah sekalipun!!"


"Tapi, ya, ngerti juga sih kamu kenapa nggak punya uang. Buat White Day, Black Thunder juga udah cukup kok. Eh, ngomong-ngomong..."


(TL/N : Black thunder = coklat jepang)


"Ngasih Black di White day, jadi macam lelucon ya?"


"Iya dong, kamu paham banget ya."


Ya sudah, nggak mungkin ngobrol panjang-panjang di sini.


Setelah ngobrol, Yuzuru dan Ayaka berpisah dan masing-masing menuju ke kelas mereka.


Ketika Yuzuru masuk kelas, pas banget cewek-cewek lagi tuker-tukeran coklat.


Di antara mereka, ada juga Arisa.


Ketika pandangan mereka bertemu... cuma sekejap.


Langsung malu-malu dan menundukkan pandangan.


Ini, mungkin nggak bakalan dapet deh...


Sambil agak down, Yuzuru duduk di tempatnya.


...dan kemudian dia sadar.


"Hm?"


Ada sesuatu di dalam meja.


Sambil berharap, dia tarik keluar... dan itu adalah sebuah kotak yang dibungkus cantik.


...


Dalam sekejap.


Yuzuru bener-bener ngerasain ketegangan di seluruh kelas.


(...Mungkin dari Arisa?)


Ternyata berani juga ya dia.


Yuzuru sempat memandang ke arah Arisa...


(Ah, salah)


Dia malah terlihat kaget dan bingung, kayak dunia mau kiamat.


Beku kayak patung.


Nggak mungkin si pemberi malah kelihatan kayak gitu.


(Pengirimnya... nggak jelas ya)


Ini, beneran deh, harus gimana ya...


Pas Yuzuru menghela napas.


"Takasegawa-kun, selamat pagi."

"Uwoh!"


Tiba-tiba ada yang nyapa, Yuzuru langsung kaget dan tubuhnya bergetar. 


"...nggak usah kaget gitu dong."


"Ma, maaf... selamat pagi, Tenka-san"


Yang ngomong ke Yuzuru adalah cewek cantik yang tinggi dan langsing.


Namanya Tenka Nagiri.


"Ah ya, nih. Sebagai tanda terima kasih . Ini cuma tanda terima kasih aja kok."


"Ah, makasih ya."


Kayaknya dia datang buat ngasih coklat tanda terima kasih.


Yuzuru dengan senang hati terima coklat dari Tenka.


"...itu dari siapa? Bukan dari Arisa-san kan?"


Tenka ngomong sambil liat kotak yang kamucu dan masih ditaro di meja.


Menurut cerita dari Ayaka, mereka berempat bikin coklat bersama... jadi masing-masing tau kotak dan bungkus coklat yang mereka bikin.


Jadi dia langsung tau kalau itu bukan dari salah satu dari mereka berempat.


"Enggak, aku juga nggak tau. Ada di dalam laci... nggak ada tun pengirimnya."


Mungkin aja ada di dalam bungkusan atau kotaknya...


Tapi setidaknya dari luar, nggak ada surat atau pesan apa-apa.


"Coklat dari orang nggak dikenal ya... Kalau bukan yang beli di toko, gimana?"


"...no comment."


"Iya sih, itu yang normal. Keselamatan diri yang paling penting."


Dari jawaban Yuzuru, Tenka kayaknya ngerasa dan tepuk-tepuk bahu Yuzuru buat ngehibur.


"Orang yang populer emang susah ya."


"Kamu juga sama. Pasti banyak cowok yang pengen dapat coklat dari kamu ?"


Jelas banget Tenka juga anak cewek yang cantik jadi populer sama cowok-cowok.


Level kecantikannya sejajar sama Arisa ,Ayaka dan Chiharu (tentu saja, menurut Yuzuru Arisa yang paling top).


Pasti banyak cowok yang pengen coklat dari Tenka.


...Beneran, kayaknya pandangan dari cowok-cowok di kelas jadi lebih tajam gitu.


"...aku kan nggak jago masak. Jujur, Kalau dibandingin sama punya Ayaka-san sih, hasilnya biasa aja, nggak terlalu bagus."


"Yang penting bukan coklatnya sendiri, tapi dari siapa dan dengan niat apa kamu terima."


Maksudnya, coklat dari pengirim misterius itu agak susah ditangani.


Yuzuru memutuskan untuk simpen coklat misterius dan coklat dari Tenka ke dalam tasnya.


Terus dia tanya ke Tenka.


"Kamu udah kasih ke Hijiri belum?"


"Eh? ...kenapa tiba-tiba nama Hijiri-kun keluar?"


"Ah, nggak ada maksud lain kok."


Ketika Yuzuru bilang gitu, Tenka langsung palingin muka.


"Ya, ya... pelajaran sebentar lagi mulai."


"Oke. Kamu juga semangat ya."


"...nggak ada yang perlu disemangatin sih."


Begitu bilang, Tenka langsung cepet-cepet pergi dari kelas.


Nah, terus waktu istirahat siang.


Setelah makan siang bareng temen-temennya, Yuzuru balik ke kelas.


Pas itu juga, hape Yuzuru bergetar.


Siapa ya? Pas diliat... dari Arisa.


‘Apakah makan siangnya enak?’


Kurang lebih, Yuzuru langsung ngeh maksud dari email Arisa.


Soalnya biasanya, Arisa nggak pernah minta pendapat tentang makan siang pas istirahat siang.


Biasanya, setelah makan siang, Yuzuru yang biasanya langsung kirim satu kata ke Arisa.


Dan keesokan paginya, waktu terima bento baru, baru deh ngucapin terima kasih dan kasih pendapat secara langsung. 


Jadi, yang Arisa mau dengar bukan tentang gimana rasanya bekalnya.


Nanya soal rasa bekal itu, buat Arisa sih cuma pembuka obrolan aja.


"Hari ini juga enak kok. Terutama ikan putihnya enak banget."


"Masukin itu ke bekal baru pertama kali nih, bagus deh kalau kamu suka. ...Aku bumbui pake herb terus dibakar, nggak bau amis kan?"


"Eh, nggak, nggak terganggu sama sekali."


Biasanya, "Ini enak" "Oh bagus deh" gitu aja udah selesai.


Tapi hari ini, obrolannya lama banget.


Bisa banget ngerasa kalau Arisa sengaja bikin obrolan jadi panjang.


Terus setelah beberapa lama tukeran pesan...


"Itu coklat, dari siapa?"


Akhirnya Arisa nanya apa yang dia mau tahu.


Itu cuma pertanyaan biasa, nggak ada emoji spesial atau stiker yang dipake...


Tapi entah bagaima, seperti ada aura yang mencekam, nggak ngasih kesempatan buat bohong.


"......"


Yuzuru cuma ngangkat muka sebentar, terus liat ke arah tempat duduk Arisa.


Arisa megang hape dengan kedua tangan, dengan muka datar ngeliat layar.


...Serem banget.


"Nggak tau. Pengirimnya nggak nulis namanya."


Begitu Yuzuru jawab, langsung dapet balasan.


"Beneran?"


Beneran, nggak ada alasan buat bohong.


Entah kenapa, Yuzuru jadi merasa kayak lagi dituduh.


Padahal nggak ada apa-apa yang dilakuin salah.


"Bener kok."


"Udah dibuka belum?"


"Belum."


"Please buka."


Cuma dua kata tapi...


Ada semacam kekuatan dalam kalimat itu yang nggak bisa ditolak.


Yuzuru agak bingung, tapi langsung dapet email lagi.


"Please buka."


Sama persis sama yang sebelumnya.


Yuzuru tanpa sadar liat ke arah Arisa.


Terus... mereka bertatapan.


Mukanya tetap datar.


Yuzuru buru-buru ngetik balasan.


"Sekarang, aku buka di toilet ya."


Terus Yuzuru langsung bangkit dari kursinya, bawa tas, dan lari kecil ke toilet.


(Serem serem...)


Yuzuru merasa agak takut sama Arisa.


Seperti suami yang ketahuan selingkuh sama istrinya gitu rasanya.


Padahal, bukan selingkuh atau apa pun, ini kan cuma kebetulan.


Dari dalam tas, dia ngambil kotaknya.


Terus dengan hati-hati membuka pembungkusnya, dan memeriksa isi di dalamnya.


(Ya kan, coklat buatan sendiri...)


Coklat bentuk hati yang banget-banget terlihat kayak buatan sendiri itu.


Terus dia periksa lagi di dalam kotak... memastikan nggak ada surat atau pesan apa pun di dalamnya. 


"Jadi, nggak ada yang ngasih tau si pengirim ya..."


Begitu yakin nggak ada apa-apa tentang siapa pengirimnya, Yuzuru langsung cek hape.


Eh, ternyata udah ada dua pesan masuk.


"Udah buka belum?"


"Apa isinya?"


"Udah tau dari siapa?"


Eh tapi nggak ding, pas lagi cek pesan, ada satu pesan lagi masuk, jadi sebenernya ada tiga.


"...Mau ngapain sih, kok penasaran banget sama yang ngasih kado?"


Kalau mikirin Arisa, nggak mungkin deh dia bakal ngapa-ngapain sama cewek itu.


...Atau setidaknya itu yang pengen dipercaya, tapi melihat gimana dia bereaksi keras sama "coklat spesial dari seseorang" ini, nggak bisa yakin 100% itu nggak bakal terjadi.


(...Ya, tapi ini lucu sih)


Rasa cemburu yang kuat itu justru bukti Kalau Arisa emang cinta sama Yuzuru.


Dan Yuzuru juga bisa ngerti perasaan Arisa.


Kalau misalnya Arisa dapet surat cinta dari orang lain, pasti jadi penasaran banget.


"Yah, akhirnya nggak tau juga siapa pengirimnya."


Untuk bikin Arisa tenang, Yuzuru akhirnya kirim email balik.


Dan langsung dapet balasan.


"Bisa nggak aku liat fotonya?"


Jadi, Arisa pengen liat foto isinya.


Yah, karena Yuzuru juga nggak ada yang perlu ditutup-tutupi atau ada barang yang bikin repot kalau ketahuan—lagian ada apa sih dengan kado yang bikin repot kalau ketahuan—jadi dengan polosnya dia foto dan kirim ke Arisa.


Tak lama kemudian dapet balasan.


"Ini buatan tangan ya"


Tunggu bentaran, langsung ada email baru masuk.


"Aku rasa ini berbahaya"


"Barang yang nggak tau siapa yang buat, lebih baik nggak dimakan"


"Secara higienis juga nggak bisa dipastikan"


Dari cara ngomongnya, keliatan sih kalau Arisa ini khawatir dan peduli sama Yuzuru...


Tapi jelas banget kalau dia bilang "jangan makan" itu karena cemburu dan ingin memiliki.


(Arisa juga punya sisi kayak gini ya...)


Bukan, mungkin ini memang sifat asli Arisa.


Dari dulu dia memang punya sifat cemburu dan ingin memiliki, cuma biasanya ditahan dan nggak keliatan.


"Tenang aja, aku ngerti kok, nggak apa-apa."


Yuzuru ngasih tau Arisa gitu.


Kalau misalnya... coklat yang diterima itu barang jadi dari toko, pasti nggak tega buang makanan dan akhirnya dimakan.


Lagi pula, Kalau tahu siapa pengirimnya, dan orang itu bisa dipercaya, meskipun buatan tangan pasti dimakan, dan Kklau ada surat cinta, mungkin akan ketemu langsung sama cewek itu untuk bilang nggak bisa.


Arisa bilang nggak boleh, tapi tetep aja dilakuin.


Diterima berarti dimakan, dan harus dibalas.


Itu dianggap sebagai etika dasar kepada pengirim.


Tapi kalau coklat buatan tangan dari pengirim misterius, itu cerita lain.


Seperti yang Arisa bilang, secara higienis emang jadi kekhawatiran.


Dan ada masalah "nggak tau apa isinya".


Sebenernya Yuzuru dilarang keras sama orang tuanya untuk makan apa pun dari orang yang nggak dikenal.


Banyak yang benci sama keluarga Takasegawa.


Bukan cuma karena dendam, tapi ada juga yang murni karena kejatuhan keluarga Takasegawa bisa nguntungin mereka.


Lagi pula, kalau Yuzuru mati, posisi penerus keluarga utama Takasegawa jadi kosong. 


Gak mesti yang pengen tempat itu gak ada.


...Ya, tentu aja gak setiap hari ada yang mau ngancam nyawa, dan dalam kehidupan sehari-hari gak ada masalah sih.


Seharusnya, kalau sedikit riset pasti keliatan Kalau ini kelakuannya orang yang gak masuk akal.


Tapi, tetep aja lebih baik hati-hati.


Meski gak ada masalah dendam atau keuntungan, ada aja orang yang suka bikin onar atau membunuh karena kesenangan.


Selain itu, bisa jadi juga ada risiko keracunan makanan.


Makanan yang gak jelas asal-usulnya itu berbahaya.


Makanya, walaupun cewek yang buat ini dengan baik hati, Yuzuru gak bisa makan coklat ini.


Mau gak mau.


"Dari orang tuaku, aku dilarang makan sesuatu yang gak jelas siapa pembuatnya."


"Oh ya? Kalau begitu baguslah."


Arisa sepertinya lega denger jawaban Yuzuru.


Yuzuru juga lega.


...Dan begitu lega, sedikit perasaan kesal juga muncul.


Padahal gak melakukan apa-apa yang salah, kenapa harus merasa seperti disalahkan?


Arisa yang cemburu itu lucu sih, tapi ada batasnya juga.


"Yah, dikasih hadiah langsung emang yang terbaik ya."


Yuzuru jadi pengen sedikit balas dendam dan ngirim pesan kayak gitu.


Tentu aja, maksudnya untuk memaksa Arisa agar kasih coklat Valentine.


Tapi...


"...Eh?"


Dia nunggu lima menit, tapi gak ada balasan.


Kena read doang dong.


(...Marah kah?)


Yuzuru jadi cemas.


Nah, dengan perasaan yang gak enak, Yuzuru menghabiskan waktu istirahat siangnya.


Dan seberapa pun dia menunggu, gak cuma coklat, balasan pun gak ada... sampai akhirnya waktu pulang sekolah tiba.


(...Gak nyangka, hari ini berakhir tanpa dapet coklat)


Yuzuru cuma bisa kaget karena dia pikir pasti bakal dapet coklat dari Arisa, gak dapet itu bener-bener mengejutkan.


Apalagi karena ini Valentine, berarti gak bisa balas di White Day dengan cara yang wajar...


Artinya, harus mikir ulang "rencana".


"...Ya, gak bisa apa-apa lah"


Setelah pulang sekolah, Yuzuru bangun sambil bergumam begitu.


Gak ada gunanya merasa down.


Lagipula, meski gak dapet di sekolah, masih ada kemungkinan dapet nanti.


Terlalu cepat buat nyerah.


Setidaknya, Yuzuru yakin Arisa sudah siapin coklat buat dia.


Sebagai cara terakhir, Yuzuru bisa aja bilang langsung ke Arisa Kalau dia pengen coklat.


Dengan pikiran seperti itu, Yuzuru mengambil tasnya dan bergegas meninggalkan kelas... 

Tapi sesaat..


Dipanggil dengan suara yang bening banget, aku berhenti sejenak.


Pas aku balik badan, di situ ada orang yang Yuzuru cinta banget, ada Arisa.


Arisa, sambil memeluk sesuatu di dadanya, dia menunduk.


"...Arisa?"


Pas Yuzuru nanya, Arisa pelan-pelan angkat muka.


Mukanya merah banget.


"Ini, tolong terima ya... Meskipun nggak seberapa. Terima kasih!!"


Arisa bilang gitu dengan suara keras, terus dia kasih...


Sebuah paket kecil yang dibungkus cantik ke Yuzuru, kayaknya dia dorong-dorong gitu.


"Jadi... selamat tinggal!!"


Sebelum Yuzuru sempet bilang makasih, Arisa langsung lari pergi.


Punggungnya cepet banget jauhnya... dan dalam sekejap nggak keliatan lagi.


"...Pusing deh"


Yuzuru yang jadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya, mukanya merah banget. Dia garuk-garuk pipi kayaknya buat nutupin malunya.


__--__--__

Pagi hari


Udah hampir dua minggu sejak Valentine...


"Selamat pagi, Yuzuru-san"

"Selamat pagi, Arisa"


Hari ini juga, Arisa datang ke apartemen Yuzuru.


Arisa kasih Yuzuru sebuah kotak makan siang, dan Yuzuru balikin kotak yang udah kosong.


Terus Yuzuru kasih tau gimana rasanya makanan itu, dan Arisa senyum-senyum seneng.


Terus...


"Yuk, kita berangkat"


"Iya, yuk"


Yuzuru dan Arisa keluar dari apartemen bareng, terus berangkat ke sekolah.




"...Sekarang mau masuk musim semi ya. Masih dingin sih"


"Iya, nih. Rasanya beberapa tahun ini musim semi sama musim gugur ilang, cuma ada musim panas sama musim dingin aja"


"Kalau gitu, bukan empat musim lagi dong, tapi dua musim"


Sambil ngobrol hal-hal yang nggak terlalu penting gitu.


Yuzuru dan Arisa jalan bareng, sambil senyum-senyum.


Sejak beberapa waktu lalu, Yuzuru dan Arisa mulai berangkat sekolah bareng.


Dulu, mereka nggak jalan bareng pas pagi karena takut ketahuan sama murid-murid lain...


Tapi sejak Valentine, keadaan agak berubah sih.


Soalnya di sekolah, Yuzuru dan Arisa jadi diliat kayak pasangan kekasih gitu.


Tapi ya wajar sih.


Karna Arisa di kelas, dengan berani banget kasih Yuzuru coklat yang kayaknya bilang banget "Ini spesial buat kamu " dan kayaknya mau ngomong "Aku suka kamu " ke Yuzuru, terus dia lari malu-malu...


Ya paling nggak orang-orang sekitar bakal mikir kalau Arisa ngaku suka sama Yuzuru.


Terus sebagai semacam clue, Yuzuru dan Arisa sering makan siang bareng dan ngelakuin hal-hal bareng, nunjukin kalau mereka sedang dekat.


Jadi, ada kemungkinan Yuzuru nerima perasaan Arisa... gitu keliatannya.


Dan sebelum dan sesudah itu, nggak ada perubahan jarak yang mencolok antara Yuzuru dan Arisa.


Paling nggak, nggak ada cerita Arisa ditolak Yuzuru.


Itu berarti dia menerima perasaan cewek itu.


Dan orang-orang di sekitar mereka mulai mengerti gitu. 


Jadi sejak dulu, pas pulang sekolah, banyak yang liat Yuzuru sama Arisa barengan, jadi udah ada gosip mereka berdua itu pacaran.


Intinya, orang-orang sekitar udah mulai ngeh kalau Yuzuru sama Arisa itu sepasang kekasih.


...Sebenernya, 'dasar' ini dibuat sama Yuzuru dan Arisa dengan kesepakatan diam-diam.


Sekarang udah jadi rahasia umum kalau Yuzuru sama Arisa itu deket.


Jadi...


Ga ada alasan lagi buat ragu-ragu buat sekolah bareng.


Akhirnya mereka jadi sering pergi sekolah bareng.


"Beneran... dingin ya"


Begitu kata Arisa sambil meniup-niup tangan putihnya yang keluar napas putih.


...Kalau ingatan Yuzuru bener, dia harusnya bawa sarung tangan.


Tapi entah kenapa, hari ini dia ga pake sarung tangan.


Dengan wajah yang sedikit merah dan mata yang berair, Arisa melirik Yuzuru.


Tanpa kata, Yuzuru melepas sarung tangan di satu tangannya.


"...Yuzuru-san?"


Dengan wajah yang kayak bingung, "Kenapa tiba-tiba lepas sarung tangan?" gitu mukanya Arisa.


...Yuzuru jadi pengen nakal sedikit.


"Aku pinjemin satu ya"


"...Terima kasih"


‘Padahal yang aku mau bukan itu...’


‘Yuzuru-san, lelet banget sih...’


Dengan wajah kecewa, Arisa terima sarung tangan dari Yuzuru.


Dengan ragu-ragu, dia pake sarung tangan itu di tangan yang di sisi trotoar, yang berlawanan dengan Yuzuru.


Dan sengaja, dengan wajah yang kayak mau bilang "Dingin nih..." dia niup-niup tangan yang satu lagi. 


Jadi, dengan sengaja dia pura-pura menggigil.


Yuzuru nyaris ketawa, tapi dengan susah payah dia tahan dan cuman bisa nyengir sambil nunjukin tangannya yang udah kedinginan.


"Aku juga kedinginan sih. Bisa ga ya tangan ini digenggam dulu?"


Sambil bilang gitu, Yuzuru nunjukin tangannya ke Arisa.


Trus, Arisa melebarkan matanya warnanya kaya zamrud itu.


Dia ngeliat muka Yuzuru, terus senyum mekar kaya bunga.


Tanpa ragu, langsung aja dia nyambar tangan Yuzuru kaya udah nungguin banget.


Tangannya dingin banget.


Yuzuru menggenggam erat tangan itu.


Terus Arisa, dengan mukanya merah sampe ke telinga dan menunduk, bilang,


"Ah, terima kasih ya. Sebenernya... aku lupa bawa sarung tangan. Maaf ya udah repotin."


Sambil cepet-cepet ngomong, dia nyuri-nyuri pandang muka Yuzuru.


Gesturnya itu lho, seperti anjing atau kucing yang sengaja nakal atau pura-pura sakit biar diperhatiin sama tuannya.


Bener-bener kentara banget.


Tapi, dia sendiri kayaknya mikir dia udah "berakting" dengan bagus.


Itu yang bener-bener bikin...


"Kamau itu lucu ya"


"Eh? Apa-apaan sih, tiba-tiba!?!"


Arisa meninggikan suaranya.


Kayaknya, tanpa sengaja keucap deh itu.


"Eh, maaf."


"Kamu ngejek aku ya?"


‘Duh! Orangnya kebangetan!!’


Begitu lah, Arisa memalingkan mukanya dengan kesal.


Kaya lagi bilang, "Aku lagi marah nih."


Tapi, dari cara dia ga lepas tangan Yuzuru, jelas banget itu cuma "akting".


(...Yah, ga usah "mengakui" deh)


Sebenernya Yuzuru sama Arisa udah jadian.


Tentu aja, mereka berdua belum pernah secara eksplisit bilang cinta satu sama lain.


Waktu Arisa kasih cokelat, dia ga pernah bilang "suka" atau "aku cinta kamu " ke Yuzuru.


Makanya Yuzuru juga cuma ngasih tahu gimana rasanya cokelat itu, ga pernah bales dengan jawaban yang pasti. 


(TL/N : Woilah cik, katanya satu tangan make sarung)



Karna ga di tanya juga sih, jadi sebenernya ga perlu jawab.


Tapi ga perlu ditanya atau diucapin langsung juga sih.


Kan udah kerasa dari kehangatan tangan mereka, rasa suka dan cinta udah terasa gitu.


Yuzuru emang bener-bener mikir Arisa itu pacarnya.


Meski ga ngomong langsung pake kata-kata, dia yakin udah nunjukin pake sikap dan tingkah lakunya ke Arisa.


Dan Arisa juga, meski ga ngomong langsung, tapi dari sikap dan tingkah lakunya keliatan banget.


Jadi, "mengakui" itu ga terlalu perlu.


Malahan bisa dibilang ga elegan kali ya.


Tentu aja... ngomong "Aku cinta kamu ", "Aku suka kamu " itu penting banget sih.


Tapi setidaknya, mereka ga perlu bilang "Ayo kita pacaran" satu sama lain.


Tapi...


"Melamar" itu cerita lain.


"..."


Mungkin karena Yuzuru jadi diam, Arisa jadi khawatir.


Kayaknya dia kelupaan deh mau ngelakuin acting marah, jadi malah curi-curi liat muka Yuzuru.


Khawatir dia bikin Yuzuru marah juga kali...


Tapi dari awal sih Yuzuru udah tau kalau acting Arisa itu cuma gemas aja, ga ada marah-marahnya, jadi sebenernya khawatir Arisa itu ga perkamu banget.


Pas Yuzuru berhenti, Arisa makin keliatan khawatir.


"Eh, Yuzuru-san..."


"Segera White Day ya."


Yuzuru nyela omongan Arisa kaya gitu.


Trus...


"Ya!"


Entah kenapa, Arisa langsung tegak.


Kayaknya dia lagi tegang gitu.


Tapi...


Meski muka Yuzuru keliatan tenang, jantungnya berdegup kencang banget.


"Balasan Valentine... aku pengen ngasih sesuatu."


"Ya"


"Kalau sekolah udah selesai, yuk kita jalan? Ada restoran yang katanya bagus banget pemandangan malamnya."


Pas Yuzuru bilang gitu, Arisa angguk pelan.


"Ya, ga masalah. Tapi harganya gimana?"


"Aku yang bayar, jadi ga usah khawatir."


"Eh? Tapi... gimana ya..."


"Cuma hari ini aja kok."


Yuzuru nyela omongan Arisa yang lagi ragu dengan suara yang lebih tegas.


Dia menggenggam tangan Arisa lebih kuat.


"Boleh ga aku pamer dikit di hari ini?"


Sebentar mereka berdua saling diem-diemman.


Deg-degan, jantung Yuzuru berdegup kencang.


"Ya."


Arisa angguk pelan. 


__--__---___


White Day, pada hari itu juga.


Setelah sekolah berakhir, Yuzuru dan Arisa kembali ke rumah masing-masing untuk bersiap, lalu mereka berjanji untuk bertemu.


Yuzuru yang tiba lebih dulu di tempat pertemuan, dengan gugup berkali-kali mengecek jam tangannya.


("...Aku sudah menyiapkan semuanya untuk hari ini. Selama aku tidak melakukan kesalahan bodoh, seharusnya tidak akan ada masalah besar")


Sambil berpikir demikian berkali-kali, dia menunggu...


Ponselnya berbunyi.


Saat dia memeriksa emailnya, ada pesan yang berbunuh, "Aku di belakangmu".


Ketika Yuzuru berbalik...


"Yuzuru-san, hari ini tolong jaga aku ya"


Di sana, seorang gadis cantik berdiri.


Kulitnya yang sedikit berdandan tampak indah berwarna putih susu, dan bibirnya sangat berkilau.


Rambutnya yang berwarna linen terlihat dewasa, dikepang menjadi chignon.


Gaun birunya memiliki lengan berenda, sedikit transparan menunjukkan kulit putihnya.


Di dada, kalung yang dulu Yuzuru berikan kepada Arisa berkilau.


... Arisa, dengan mata hijau zamrud, malu-malu menunduk sambil berkata kepada Yuzuru.


"Eh, um... Yuzuru-san?"


"Ah, maaf. Kamu sangat cantik hari ini, jadi aku terpaku memandangimu"


Arisa benar-benar cantik.


Bukti itu, pandangan orang-orang di sekitar terpusat pada Arisa.


Yuzuru merasa bangga bahwa gadis ini adalah kekasihnya.


"Terima kasih. Aku jarang memakai baju seperti ini... jadi aku senang"


Kata Arisa sambil tersenyum.


Lalu, dengan wajah yang sedikit memerah, dia melihat ke atas pada Yuzuru.


"Yuzuru-san juga, sangat cocok... agak, baru bagi aku, dasi"


Restoran yang akan mereka kunjungi tidak terlalu mewah, jadi cukup dengan pakaian "casual", dasi bukanlah suatu keharusan.


Namun, Yuzuru, ingin memberikan semangat, memilih untuk memakai dasi.


Karena seragam sekolah laki-laki di sekolah Yuzuru adalah gakuran, ini adalah kali pertama Arisa melihat Yuzuru memakai dasi.


"Sangat... dewasa dan keren menurutku"


"Terima kasih"


Yuzuru merasa sedikit malu.


Namun, hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Yuzuru.


Dia tidak bisa terus bersemangat tanpa tujuan.


"Ayo kita pergi, Arisa"


Yuzuru berkata sambil mengulurkan tangannya.


Lalu Arisa mengangguk kecil, dan dengan lembut meletakkan tangannya di atas tangan Yuzuru.


"Ya"


Restoran Prancis tempat Yuzuru membuat reservasi terletak di dalam hotel yang cukup terkenal.


Yuzuru dan Arisa duduk di ruang pribadi yang telah disiapkan.


"Wah... indah ya"


Arisa mengungkapkan kekagumannya pada pemandangan malam hari yang terlihat dari jendela.


Di tengah malam gelap, neon berkilau seperti permata.


Yuzuru merasa lega karena Arisa tampak menyukainya.


"Um, Yuzuru-san"


"Apa?"


Namun, kelegaan itu hanya bertahan sebentar. 


Tanpa sadar, ekspresi Arisa mulai terlihat cemas.


"Tempat ini... mungkin, agak, mahal ya?"


"Enggak... nggak juga sih."


Yuzuru menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan Arisa.


Paling nggak, menurut standar "Takasegawa," restoran ini termasuk yang murah.


Tapi... bagi gaji part-time Yuzuru, ini termasuk mahal.


"Anggap aja ini hadiah White Day dariku. Kan kamu selalu bikin bekal, dan banyak bantuin aku."


"Hm... oke deh."


Kayaknya dia mikir, terlalu banyak mikirin atau khawatirin dompet Yuzuru juga nggak sopan.


Arisa mengangguk pelan.


Saat mereka ngobrol, pelayan datang nanyain minuman.


"Gimana? Arisa?"


"Emm... aku nggak terlalu tau sih..."


"Oh ya?"


Yuzuru berpikir sejenak sebelum menjawab.


Mineral water sih bisa, tapi karena udah jauh-jauh ke sini, Yuzuru pengen Arisa minum sesuatu yang enak.


"Bisa minta koktail yang cocok sama makanan... ah, tentu saja yang non-alkohol ya, tolong."


Kalau cuma Yuzuru sih nggak masalah, tapi kalau sampai Arisa minum alkohol dan merasa nggak enak badan, itu nggak boleh terjadi.


Tentu saja, karena ini restoran yang proper, kalau pesan alkohol pasti akan ada verifikasi umur, jadi nggak mungkin salah serve...


Tapi, yah, mending ditekankan.


Setelah pelayan pergi... Arisa bisikin Yuzuru.


"Koktail itu ada yang non-alkohol juga?"


"Ya, intinya sih... kayak jus aja."


Sejujurnya, Yuzuru juga nggak terlalu tau.


Dibandingkan Arisa, mungkin dia lebih terbiasa dengan tempat-tempat kayak gini, tapi tetap aja dia masih enam belas tahun yang pengalaman hidupnya masih sedikit.


Dan... lebih baik serahkan pada ahlinya, biar keluar yang terbaik.


Nah, sambil mereka ngobrol, makanan mulai diantar.


Yang pertama adalah amuse, semacam appetizer gitu.


"Nah, Arisa."


"Ya..."


Mereka angkat gelas koktail mereka, dan brind toast ringan.


Kemudian, sambil menikmati pemandangan, mereka menikmati makanannya.


Meskipun nggak sampai paling top, tapi karena ini restoran mahal, setiap hidangannya berkualitas tinggi.


"Ini enak banget ya."


Arisa berkata sambil merapatkan matanya.


Senyumnya mengembang, sudut matanya turun, ekspresinya mekar... benar-benar imut.


"Ini pertama kali aku ke sini, tapi ya, enak. Sesuai ekspektasi. Atau mungkin... "


"Mungkin apa?"


"Mungkin karena aku bersama kamu , jadi terasa lebih enak."


Ketika Yuzuru bilang begitu, Arisa tersenyum senang, "Kamu jago merayu ya."


Meskipun sebenarnya Yuzuru nggak maksud buat merayu.


Lalu, Yuzuru dan Arisa melanjutkan makan sambil ngobrol...


Di akhir, mereka makan dessert, dan minum kopi setelah makan.


"Tapi, tetap aja... sesuatu yang profesional itu, luar biasa ya."


Sambil minum kopi, Arisa berkata dengan penuh perasaan. 


Kalau dibandingin sama restoran keluarga atau kafe di sekitar, masakan Arisa emang lebih enak... tapi ya tetep aja ga bisa ngalahin restoran Prancis yang mewah.


"Betul tuh. Tapi... aku tetep lebih suka masakan kamu , sih."


"Eh, kamu ini, lagi-lagi ngomong manis..."


"Enggak, aku serius... Lagian, kalau makan yang kayak gini tiap hari, perutku pasti kembung."


Makanan mahal itu enak karena kita makan sesekali.


Bukan untuk dimakan setiap hari.


Masakan rumahan punya kelebihan masakan rumahan sendiri.


"Iya sih... kamu juga punya poin."


Dan Arisa tersenyum.


"Kalau gitu... aku akan terus berusaha ya."


"Ya, aku juga berharap kamu terus begitu."


Setelah itu, Yuzuru mengambil napas dalam-dalam.


Dia meluruskan punggungnya dan memandang Arisa.


Dengan ekspresi yang tiba-tiba menjadi serius, Arisa merasa bingung.


"Yuzuru-san?"


"Arisa. Aku ingin bicara tentang masa depan kita... boleh kan?"


Ketika Yuzuru berkata demikian, ekspresi Arisa menjadi tegang.


Dan dia cepat-cepat meluruskan punggungnya dengan gugup.


"I-iya... apa itu?"


"Kita ini... eh, 'bertunangan' kan?... Palsu itu."


"Iya, benar. Aku... sangat berterima kasih pada Yuzuru-san."


Arisa mengangguk sambil berkata demikian.


Dari ekspresinya, bisa dilihat dia merasa tegang.


...Tidak baik membuatnya cemas dengan berkata-kata berbelit-belit.


Yuzuru memutuskan untuk berdiri dengan tekad.


Dia berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Arisa.


"Uh, um..."


"Arisa. Aku... ingin membatalkan 'pertunangan' palsu kita yang selama ini."


Kata-kata Yuzuru membuat Arisa terkejut.


Dan kemudian Yuzuru lanjut, mengeluarkan kotak kecil dari sakunya.


Dia mengarahkan kotak merah itu ke Arisa dan membukanya dengan tenang.


"Dan aku ingin... bersamamu, untuk resmi bertunangan lagi."


Mendengar itu, Arisa yang mata indahnya terbuka lebar, terdiam.


__--__--__


Saat itu... bagi Yuzuru, terasa seperti keabadian.


Kesunyian menakusai ruangan.


Seperti waktu berhenti.


Hanya suara jantung mereka yang menandai waktu.


"...Ya"


Suara kecil memecah kesunyian.


Dan kemudian, Arisa menggerakkan bibirnya, menjawab perasaan Yuzuru dengan jelas.


"Dengan senang hati!"


Begitu dia berbicara, Arisa langsung jatuh dari kursinya dan memeluk Yuzuru.


Dengan tergesa-gesa, Yuzuru menangkap Arisa.


"Tunangan", bukan, tubuh tunangannya sangat lembut dan hangat.


"Kamu telat sekali... Yuzuru-san." 


"Maaf ya... Aku cuma pengen bikin kamu senang. Bisa nggak kamu maafin aku?"


"Iya... Aku maafin deh. Beneran deh, ini pengakuan yang paling keren."


Begitu bilang, Arisa sedikit mundur, nunjukin ekspresinya ke Yuzuru.

Matanya yang warna zamrud itu keluar air mata.


"Yuzuru-san, aku cinta kamu ."


"Udah tau... Aku juga cinta, Arisa."


"Iya, aku juga tau... Aku juga cinta."


Ini pertama kali mereka ungkapin perasaan yang selama ini mereka pendem, dan saling memastikan.


Terus mereka berpelukan lagi.


Mereka bisa ngerasain kehangatan, kelembutan satu sama lain, lebih dalam lagi.


Seperti sedang memastikan perasaan, kesukaan, cinta mereka satu sama lain.


Janji gak akan pernah lepas, ikat satu sama lain.


Kuat, sangat kuat, mereka memeluk tubuh satu sama lain.


Waktu itu seperti sirup gula gitu, manis, dan meleleh.


Pengennya terus-terusan berendam di kelezatan itu.


Harapannya sih, cuma berdua aja di dunia ini... selamanya.


...Tapi, keadaannya nggak bisa gitu.


"Arisa, kamu bisa berdiri?"


"...Iya"


Yuzuru yang bangun duluan, ambil tangan tunangannya dengan lembut.


Arisa ambil tangan yang ditawarin, dan pelan-pelan berdiri.


Muka mereka berdua seperti lagi demam, merah-merah gitu.


"Emm, Yuzuru-san. ...Bisa nggak?"


Begitu bilang, Arisa nunjukin tangannya.


Yuzuru ambil tangan itu.


Trus di jari manis yang putih, ramping, cantik itu... dia masukin cincin.


"...Ayo kita menikah, Arisa. Aku janji bakal bikin kamu bahagia."


Yuzuru bilang gitu lagi ke Arisa.


Arisa senyum, angguk besar.


"Iya! Makasih ya!!"


Arisa terima perasaan Yuzuru.


Pulangnya.


Seperti biasa, Yuzuru anter Arisa ke rumahnya.


Yang beda kali ini, hubungan mereka yang dari tunangan "palsu" jadi tunangan “beneran”.


"Sudah kuduga bakal ada sesuatu sih... tapi nggak nyangka bakal dilamar deh, sama sekali nggak kepikiran."


Dengan langkah yang bergembira, suara ceria, Arisa bilang gitu.


Masih bersemangat sepertinya, kulit putihnya sedikit merah.


"Seneng deh kalau kamu suka... Liat saja, kan dulu kamu bilang pengen yang romantis... Aku usaha lho, gimana menurutmu?"


"Paling keren dah pokoknya."


Arisa senang banget, dengan tangan di belakang, dia balik badan sambil bilang itu.


Senyumnya kaya bunga yang lagi mekar.


(Ah... ini yang aku mau liat...)


Usahanya nggak sia-sia.


Yuzuru bisa ngerasain sendiri ekspresinya jadi lebih lembut.


"...Ngomong-ngomong, Yuzuru-san"


"Ada apa? Arisa"


"Kamu habis berapa?"


Dengan ekspresi serius.


Arisa ngintip-ngintip muka Yuzuru sambil nanya gitu. 


Baru aja, Yuzuru sadar kalau suara Arisa sedikit berubah.


"Eh? Enggak... itu bukan sesuatu yang harus kamu pikirin..."


"Aku ini tunanganmu lho?"


Begitu bilang, Arisa mendekat ke Yuzuru.


"Aku punya hak untuk tahu kamu menghabiskan berapa dan untuk apa. Lebih-lebih lagi... kalau itu terkait sama aku. Salah gak?"


"......Iya, kamu benar sih."


Yuzuru garuk-garuk pipinya...


Trus dia bilang berapa harganya.


"Sekitar... ── juta yen?"


(TL/N : Keren mas yuzuru, kamu effort parah)


"......"


"Tenang aja. Aku bayar pake uang dari kerja part-time kok..."


"Yuzuru-san..."


Plak.


Arisa ngebentak kepala Yuzuru pelan.


Wajah Arisa penuh keheranan.


"Jumlah segitu untuk siswa gak seharusnya digunain dong... Apa yang kamu pikirin sih?"


"Enggak, aku kaget karena cincin tunangannya lebih mahal dari yang kukira..."


"Itu sih... emang bener aku seneng, tapi kan, ada hal lain juga. Lihat, mawar... gak harus beli cincin berlian..."


Arisa bilang gitu dengan wajah heran.


Yuzuru mencoba membela diri.


"Kan, kamu dulu... bilang gitu. ...katanya dari lima besar perhiasan gitu lho."


"Eh, kamu percaya itu? Eh, iya... aku seneng sih kamu inget."


Kata-kata Yuzuru membuat Arisa malu sambil mainin rambutnya.


Sepertinya dia malu karena suka barang branded.


"Emang bener... ── juta yen cukup?"


"Kalau yang murah sih... tapi aku pikir kualitasnya gak jelek kok."


"Itu aku bisa lihat sendiri. ...terima kasih ya, beneran."


Begitu bilang, Arisa seneng lihat cincin di jari manisnya.


Senyumannya sedikit lebar... Kalau diomongin secara kasar, dia lagi senyum-senyum sendiri.


Kayaknya dia seneng bisa dapet barang branded.


"Tapi, Yuzuru-san."


Tapi langsung, Arisa merubah ekspresinya yang senang tadi.


Dia taruh tangan di pinggang, dengan wajah yang bilang dia lagi marah, melihat wajah Yuzuru.


"Jangan terlalu memaksakan diri lagi ya?"


"Kalau untuk kamu ..."


"Seneng sih aku dengernya, tapi kalau gak aku batesin, kamu kayaknya bakal gak ada batasnya deh!"


Memang, kalau demi Arisa , Yuzuru gak ragu-ragu keluarin puluhan juta yen.


Malahan, dia merasa itu jumlah yang murah.


"Perasaan baik kamu itu aku hargai... tapi, uang itu kan terbatas. Dan yang lebih penting... aku takut jadi terlalu manja."


"Iya, bener juga. Kalau kamu yang minta, aku pasti gak bisa nolak." 


Itu ya, itu! Tolong bilangin dia menolak!! ...Eh, mungkin Yuzuru menganggap Arisa orang yang bisa diandalkan atau jenis yang hidup sederhana, tapi, mungkin kalau lengah, tali dompet bisa jadi longgar...


Meskipun begitu, Yuzuru memang menganggap Arisa sebagai orang yang bisa diandalkan, tapi bukan sebagai orang yang hidup sederhana.


Karena...


"Yah, kamu kan suka barang-barang merek mahal dan sebagainya."


"Uh... stop, jangan ngomongin itu dengan jelas..."


"Enggak perlu malu kok. Adik perempuan dan ibuku juga suka banget sama barang-barang bermerek."


Keluarga Takasegawa yang termasuk "orang kaya" ini memang boros.


Mereka enggak terlalu menghabiskan uang untuk hal-hal yang enggak mereka minati, tapi untuk hal yang mereka suka, mereka bahkan enggan melihat tag harganya, itu yang dilakukan oleh adik perempuan dan ibu Yuzuru.


Dan ayahnya yang selalu mengeluh tentang biaya pakaian adik perempuan dan ibunya, juga membeli mobil asing yang bahkan tidak dia kendarai.


Meskipun Yuzuru dalam hati berpikir mobil wagon saja sudah cukup, dia akan meminta arloji yang layak di hari ulang tahunnya.


Empat ekor anjing yang mereka pelihara juga memakan banyak biaya.


Teman masa kecil Yuzuru, Ayaka dan Chiharu, juga menghabiskan banyak uang untuk pakaian dan perhiasan.


Dan, bagi Yuzuru, kesukaan Arisa pada barang-barang merek adalah sesuatu yang "menggemaskan".


Dia bahkan menganggapnya sebagai keinginan yang wajar.


"Stop... itu, satu-satunya kekhawatiranku tentang hidup bersama setelah menikah denganmu. Bahwa ada uang yang bisa digunakan ketika ingin menggunakannya, itu benar-benar berbahaya."


"...Nah, jika kamu sampai berkata seperti itu. Tapi, menikah paling cepat setelah lulus SMA... masih lama."


Menikah saat masih SMA, itu tidak baik dari segi penampilan masyarakat.


Berdasarkan akal sehat, setidaknya setelah kamu lulus SMA, atau mungkin setelah lulus universitas.


"Itu juga benar. ...Aku terlalu terburu-buru."


Arisa tersenyum malu.


Yuzuru pun tak bisa menahan senyumnya.


Mereka berjalan di jalan malam sambil bergandengan tangan.


Seandainya waktu mereka berdua bisa berlanjut selamanya.


Mereka berpikir demikian, tapi... semakin mereka melangkah, saat perpisahan semakin mendekat.


"Yuzuru-san. Tentang pertunangan ini... boleh aku bicarakan dengan ayah angkatku?"


Di depan rumahnya, Arisa bertanya kepada Yuzuru.


Yuzuru mengangguk besar.


"Tentu saja. Katakan padanya bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu dan ingin menikah denganmu... Aku juga akan... memberitahukan hal itu kepada ayah."


Sampai saat ini, secara resmi, Yuzuru dan Arisa dianggap sebagai tunangan sementara.


Tapi Yuzuru berencana untuk meningkatkan status hubungan mereka menjadi tunangan yang resmi.


Dengan begitu, dia akan lebih aktif memperkenalkan Arisa kepada kerabat dan rekan bisnis keluarga Takasegawa...


Saat Yuzuru muncul di hadapan publik, Arisa juga akan dipanggil sebagai pasangannya.


Secara nama dan realita, Yuzuru dan Arisa akan menjadi tunangan.


"Baiklah. Lalu, Yuzuru-san... sampai jumpa besok. Di sekolah."


"Ya, sampai jumpa."


Dan untuk terakhir kalinya, mereka berpelukan, seolah-olah meratapi perpisahan mereka.


Mereka saling mengukir suhu tubuh dan perasaan satu sama lain dengan kuat.


Tentu saja, hanya karena mereka bertunangan bukan berarti hubungan mereka akan berubah drastis.


Hanya saja "tunangan" palsu itu berubah menjadi tunangan asli.


Mungkin akan ada lebih banyak hari seperti ini di masa depan.


Tetapi tetap saja...


Hubungan keduanya mengalami kemajuan besar.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close