NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Senchi kara Kaette kita Takashi Kun. Futsuu ni Koukou Seikatsu Okuritai V1 Extra Story 2

 Jangan lupa untuk Tonton video diatas ini 


Penerjemah: Dhee 

Proffreader: Tanaka Hinagizawa 


 


Tambahan: 2 - “Kebiasaan Pola Makan Mereka”


Pov Shibusaki Karin

Rumah keluarga Shibusaki pada dasarnya bergantung padaku, anak perempuan tertua, untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Ibuku adalah seorang desainer di industri konstruksi dan ayahku adalah manajer di sebuah perusahaan farmasi. Akulah yang menopang keluarga Shibusaki, menggantikan kedua orang tuaku yang terlalu sibuk.

Awalnya, aku mulai melakukan ini untuk membuat hidup orang tuaku yang bekerja hingga larut malam menjadi lebih mudah. Apalagi setelah kejadian dengan Oogami-kun, aku membuat mereka sangat khawatir.

Aku memang suka pekerjaan rumah tangga, jadi sama sekali tidak merasa terbebani. Bahkan, bisa dibilang pekerjaan rumah tangga menjadi satu-satunya hobiku karena aku tidak punya banyak hobi lain.

Setelah Tak-kun kembali, jumlah pekerjaan rumah tangga meningkat dan aku benar-benar merasa senang melakukannya. Dia juga makan banyak, jadi aku merasa senang saat memasak untuknya.

Aku benar-benar bahagia... Sejak Tak-kun kembali, aku merasa ini adalah saat-saat paling bahagia.

Jadi, Bu,

Tolong jangan ambil hobiku. Terutama jangan ambil cucian dariku.

Itu adalah hobiku. Itu adalah hidupku.

Aku tidak punya niat buruk untuk mengotak-atik pakaian dalam Tak-kun. Aku hanya ingin mencuci pakaiannya dengan tulus.

Sejak Tak-kun kembali, Ibu menjadi terlalu protektif terhadap anak laki-lakinya. Ibu merampas semua hobiku yang mulia satu per satu.

Ibu merepotkan...Sungguh..

Sambil menghela napas, aku membuka pakaian dalam pria yang baru saja kubeli hari ini. Ukuran, warna, dan bentuknya sama persis dengan yang dikenakan Tak-kun.

Terakhir kali, Tak-kun curiga karena pakaian dalamnya terus menghilang dan dia bertanya pada Ibu, tapi kali ini aku yakin tidak akan ketahuan.

Lagipula, aku akan mengganti semuanya dengan yang baru! Dengan begini, dia tidak akan curiga!

Sambil cekikikan, aku diam-diam menjalankan rencana jeniusku.

Setelah makan malam, mandi, dan bersantai sambil menonton TV di waktu luang,

Setelah menyelesaikan acara makan malam dan rencana luhurku, aku membuka pintu ruang tamu.

Ruang keluarga biasa yang ada di setiap rumah. Ada meja biasa dan TV biasa.

Di tengah ruangan, Tak-kun dan Natalie-chan sedang asyik menonton acara TV spesial tentang restoran dengan porsi makanan besar.

"Porsi ayam gorengnya gila banget! Tidak masuk akal! Berapa banyak sih ini?!"

"Sepertinya ini dada ayam, tapi tetap aja harganya murah banget untuk segini banyak. Apalagi bisa nambah nasi gratis... Ini surga ya?"

"Gila! Ada tulisan saus tartar bisa ambil sepuasnya. Ini gimana sih, Takashi?"

"Aku suka banget restoran yang bikin kenyang siswa kayak gini. Aku mau nikah sama restoran ini."

"Aku tidak tahan lagi. Takashi, bawa aku ke sana. Aku mau minum saus tartar."

"Aku juga mau... Tapi, restoran ini ada di daerah ibu kota. Tidak mungkin ke sana hanya buat makan ini, jadi kita makan di restoran biasa aja ya."

"Tidak mau. Aku maunya di sana."

Natalie-chan menggosok-gosokkan kepalanya ke dada Tak-kun sambil mengatakan itu.

Mereka selalu bermesraan setiap ada kesempatan. Aku tidak bisa membiarkan mereka bermesraan dan mengabaikanku seperti ini.

Aku juga ingin menggosok-gosokkan diriku ke Tak-kun. Aku ingin membiarkan Tak-kun menghirup aromaku.

"Hei, biasanya kamu hanya mau makan di restoran mewah, kenapa sekarang ngotot banget sama restoran ini? Kamu tidak konsisten."

"Takashi, wanita itu makhluk yang berubah-ubah. Semakin imut, semakin berubah-ubah. Kalau kamu menyerah hanya karena ini, kamu tidak jantan."

"Jangan bilang gitu... Aku jadi tidak bisa ngomong apa-apa kalau kamu bilang gitu..."

"Ehehehe. Tidak mau."

Apa-apaan sih mereka berdua. Kalau dibiarkan, kemesraan mereka akan semakin menjadi-jadi.

Natalie-chan sudah pindah ke posisi berbaring di pangkuan Tak-kun dengan cara yang natural. Posisi itu pasti enak banget buat nonton TV. Aku iri sampai mau muntah darah.

"Ngomong-ngomong, tadi kalian bilang makan siang sushi berdua, kan? Gimana? Enak tidak makan sushi setelah sekian lama?"

Sebelum mereka semakin mesra, aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan dan duduk di sebelah Tak-kun.

Aku harus mencari kesempatan untuk menghentikan Natalie-chan berbaring di pangkuannya. Tempat itu adalah milik kakak perempuannya.

"Rasanya enak banget. Benar-benar meresap ke seluruh tubuh."

"Tak-kun memang suka sushi, ya."

"Aku jadi sadar lagi betapa enaknya makanan Jepang. Selama tiga tahun ini, aku hanya makan combat ration sama calorie block yang rasanya tidak enak banget, jadi aku hampir nangis waktu makan makanan normal lagi."

"Combat ration..."

Ration itu makanan yang dijatah untuk tentara, kan? Makanan siap saji yang sering dibilang tidak enak di TV.

Kalau dengar cerita kayak gini, aku jadi sadar lagi betapa beratnya tiga tahun yang mereka lewatin. Tak-kun tidak pernah nunjukin itu, jadi aku suka lupa.

Aku mau coba tanya lebih banyak tentang masa lalu mereka. Aku ingin lebih memahami perasaan adikku.

"Ration itu rasanya kayak gimana sih? Memang seburuk itu?"

"Hanya asin, rasanya tidak terlalu buruk... Hanya, makannya dingin itu yang bikin susah."

"Ah... Iya juga ya, di medan perang mana ada microwave."

"Tidak juga, ada kantong yang bisa dipanasin hanya dengan air, jadi bisa diangetin kok. Ration zaman sekarang udah canggih, jadi bisa gitu."

"Oh, gitu... Terus, kenapa dimakan dingin?"

Tak-kun mengangkat bahu sambil menjawab pertanyaanku.

"Kami tidak punya waktu buat istirahat makan yang bener. Begitu pertempuran selesai, langsung ada alien nyerang lagi, jadi kami harus makan cepet-cepet biar siap tempur lagi. Ada yang sampai nangis mikirin kalau makanan dingin ini bakal jadi makanan terakhir mereka..."

"Makanya, pas gencatan senjata, hal pertama yang kami lakuin itu manasin ration. Biar bisa makan kayak manusia normal."

"Oh, gitu ya..."

Pasti susah ya tidak bisa makan nasi hangat... Makan itu penting banget buat hidup...

Dulu aku pernah baca di internet tentang perang. Katanya semangat prajurit bisa naik hanya dengan makan nasi hangat.

Kalau dipikir-pikir, pasti mereka stres banget. Aku jadi sedih mikirin Tak-kun sama Natalie-chan.

Aku mau nangis, tapi nanti ceritanya jadi berhenti, jadi aku tahan dulu.

"Tapi, masih mending kalau bisa makan ration. Pas perang sama alien makin parah, kami sering harus bertempur tanpa tidur selama tiga hari, jadi tidak sempet makan ration."

"Akhirnya, ada yang mati kelaparan. Kami prajurit bio-organik itu boros energi, jadi kalau dua hari tidak makan, langsung kena malnutrisi."

"Makanya, biar kami tidak mati kelaparan, tentara bikin benda misterius yang gampang diserap, tinggi kalori, dan bikin kenyang banget. Namanya calorie block, rasanya tidak enak banget."

"Sejak itu, keadaan makanan kami berubah drastis... ke arah yang buruk..."

Wajah Tak-kun dan Natalie-chan berubah jadi muram.

Suasananya jadi tidak enak, jadi aku coba balikin topik pembicaraan.

"Ja-jadi, sushinya pasti enak banget hari ini."

"Semua makanan sejak balik ke Jepang enak kok. Tidak ada yang bisa dikomplain."

"Ngomong-ngomong, apa yang paling enak? Kasih tahu kakak dong."

Wajah Tak-kun dan Natalie-chan berubah setelah aku tanya itu.

Ekspresi mereka yang tadinya gelap berubah jadi cerah. Natalie-chan bahkan sampai bangun dari pangkuan Tak-kun.

Sepertinya aku menyinggung sesuatu yang menarik buat mereka. Mereka mulai cerita dengan semangat.

"Yang paling enak itu waktu kita makan gyudon bareng kakak. Aku sampai merinding karena seneng banget bisa ketemu lagi sama kakak dan makan gyudon yang hangat. Aku tidak bakal lupa rasanya."

"Kalau aku, cokelat batangan yang aku beli di toserba itu enak banget. Makanan manis itu langka di medan perang, jadi waktu makan cokelat lagi, rasanya otakku meleleh."

"Oh iya, barbekyu yang diadain pasca perang juga enak banget. Sampai rebutan daging."

"Itu berantemnya parah banget ya. Sampai hampir jadi pembunuhan massal."

"Dagingnya kurang banget dibandingin jumlah prajuritnya. Makanya aku bilang, serahin urusan belanja ke aku... Tapi, Kepala Komandan malah bikin keputusan bodoh..."

Tak-kun senyum-senyum sambil ngedumel "bodoh, bodoh" sepertinya dia inget kejadian waktu itu.

Tak-kun suka bicara blak-blakan tentang Kepala Komandan, ya. Dia sepertinya akrab banget sama Kepala Komandan, sampai terkesan kurang ajar.

Aku kira Kepala Komandan itu orang penting... Tapi, dari cara Tak-kun ngomong, sepertinya Kepala Komandan itu hanya teman yang tidak becus.

Bukankah di militer itu senioritasnya ketat? Apa boleh bersikap kayak teman gitu?

Waktu dia nelpon buat laporan rutin juga, dia ngomongnya santai banget...

Saat aku lagi mikirin itu, Tak-kun sepertinya inget sesuatu terus ganti topik.

"Ngomong-ngomong, restoran itu masih ada tidak? Yang ada banyak kari, yakiniku, sushi, terus ada es krim kalau kita tarik tuasnya."

"Itu... restoran all you can eat yang dulu kita pernah ke sana?"

"Iya, itu. Masih ada tidak?"

Aku mencoba mengingat-ingat sambil melihat ke atas.

Sepertinya masih ada spanduknya.

"Mungkin masih buka."

"Serius? Kalau gitu, besok kita semua ke restoran all you can eat itu——"

"Bukannya kita tidak boleh makan all you can eat?"

Senyum Tak-kun langsung hilang setelah Natalie-chan ngomong gitu.

Sepertinya dia inget sesuatu, terus mukanya jadi sedih.

"Ah... iya, Kepala Komandan ngelarang kita ya..."

"Hah? Kenapa tidak boleh? Ayo lah, besok kita pergi rame-rame."

"Kepala Komandan bilang itu bisa jadi masalah, makanya tidak boleh."

"Masalah?"

"Katanya kalau kita ke restoran all you can eat, bisa ngerepotin restorannya."

"Ah..."

"Ya udah sih, kita dapet uang makan dari amnesti, jadi tidak masalah juga kalau tidak all you can eat. Tapi, aku pengen ke sana."

"Ah..."

Iya juga sih, Tak-kun sama Natalie-chan emang tidak boleh ke restoran all you can eat. Mereka berdua makannya banyak banget.

Saking banyaknya, sekarang di rumah kita ada tiga rice cooker. Satu buat Tak-kun, satu buat Natalie-chan, satu lagi buat kita yang lain.

Hanya keluarga kita yang beli beras sekarung. Saking banyaknya mereka makan.

"Ya udah... Mau gimana lagi. Kalau Tak-kun sama Natalie-chan ke sana, restorannya bisa bangkrut."

"Bang...krut? Kita? Bikin bangkrut?"

"Bangkrut? Kenapa?"

Tak-kun sama Natalie-chan bingung sepertinya tidak mengerti maksudku. Aku coba pancing mereka.

"Tadi di restoran sushi kalian jadi pusat perhatian, kan? Itu jawabannya."

"... Kok kamu tahu kita jadi pusat perhatian?"

"Ya jelas lah... Semua orang juga tahu..."

Aku jelasin ke mereka yang masih bingung.

"Tak-kun sama Natalie-chan makannya banyak banget, kayak di manga. Kalau kalian ke restoran all you can eat, restorannya bisa bangkrut."

"... Hah? Masa sih? Kita tidak makan sebanyak itu kok..."

"Kalian makan banyak! Bahkan lebih banyak dari lomba makan besar!"

Tak-kun sama Natalie-chan mulai gelisah setelah aku bilang gitu.

Mereka bisik-bisik pelan.

"Jadi, makanya kita jadi pusat perhatian di restoran sushi tadi... Aku udah curiga sih..."

"Kalau dipikir-pikir, kita emang makan kebanyakan ya... Kita lengah banget..."

"Harusnya kita sadar waktu dilarang makan all you can eat... Efek perang masih belum ilang nih..."

"Berarti, kita tidak bisa pergi ke restoran yang ada gratis tambah nasi juga dong... Padahal aku pengen minum saus tartar..."

Mereka berdua ngerang kesal.

Sepertinya mereka beneran tidak sadar.

Tidak tahu mereka ini hanya ceroboh atau indra mereka yang rusak, susah dibilang...

Sambil mikirin itu, aku nikmatin waktu bertiga sama mereka.

*

"Aku pulang, Karin. Kamu masih bangun? Tidak apa-apa kok kalau kamu tidur."

"Ibu baru pulang? Aku mau jelasin soal makan malam terus tidur. Ayah juga baru pulang tadi."

Aku nyapa Ibu yang baru pulang larut malam.

Ini rutinitas terakhirku. Ibu selalu nyuruh aku tidur cepet, tapi aku selalu nunggu sampai orang tuaku pulang.

Meskipun ada Tak-kun, hubungan kita baik-baik aja kok. Asal tidak ada Tak-kun.

"Malam ini aku masak jahe tumis, sup miso, sama chikuzenni, tolong diangetin ya? Ada juga acar, kalau mau makan, potong aja sendiri. Oh ya, jangan habisin kinpira gobo di kulkas ya. Itu buat sarapan besok."

"Karin hebat banget kayak biasa... Ibu sepertinya udah kalah sama Karin soal urusan rumah tangga."

"Kalau gitu, bolehin aku nyuci baju lagi dong. Cepetan."

"Tidak boleh lah. Kebiasaan burukmu itu harus diperbaiki dulu."

Ibu ngomong gitu sambil lepas jaket terus duduk di kursi.

Dia ngeliatin tempat sampah yang ada di dekat situ.

"Karin..."

"Hm? Apa?"

"Ada banyak kantong plastik di tempat sampah... Kamu tahu sesuatu?"

"Hah?"

"Sepertinya ini kantong plastik buat bungkus celana dalam pria... Kamu tahu sesuatu?"

"Eh? A-apa? A-aku... e-tidak... e-tidak tahu..."

Ibu makin cemberut liat aku gelagapan.

Dia ngambil satu kantong plastik dari tempat sampah.

"Motif ini... Sama kayak celana dalamnya Takashi. Apa dia beli baru ya?"

"..."

"Tidak mungkin Takashi beli sebanyak ini. Dia kan anaknya hemat dari dulu."

"..."

"Jangan-jangan, ada yang sengaja ganti celana dalamnya sama yang baru biar Takashi tidak sadar?"

"Aku... mau tidur aja deh... Selamat malam..."

"Sekarang juga kamu tunjukin kamarmu. Oke?"

Ibu melotot ke arahku kayak setan.

Sepertinya rencana jeniusku tidak mempan sama ibu yang overprotektif ini.

Setelah itu, aku dimarahin habis-habisan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close