NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tonari no Seki no Yankee Shimizu-san Volume 1 Chapter 5

 Penerjemah: Ootman

Proffreader: Ootman 


Chapter 5– Bertemu dengan Shimizu Bersaudari


“Aku punya misi untuk Onii-chan hari ini.”

“Ada apa, Teruno?”

 Pada hari libur, saat aku kembali ke kamarku setelah sarapan, aku melihat adikku, Teruno. Berdiri di depan kamarku dengan tangan menyilang.

“Bukankah kamu mendengar apa yang kukatakan? Aku punya misi untukmu.”

“Maksudmu kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu? ”

“Kamu cepat paham. Itu benar.”

 Teruno mengangguk puas.

“Jadi apa yang kau ingin aku lakukan? ”

“Terima kasih sudah bertanya. Aku ingin Onii-chan pergi ke mall.”

“Mall?”

“Iya, aku ingin kamu pergi ke sana untuk mengambil game yang sudah kupesan.”

 Ketika aku bertanya apa yang ia ingin kulakukan, itu bukanlah permintaan yang sulit. Satu-satunya pertanyaan yang aku miliki adalah.

“Tidak apa-apa, tapi apakah kamu tidak ikut denganku, Teruno? ”

“Yah... um, aku ada ujian, jadi aku harus belajar...”

 Mata Teruno melihat-lihat ke sekeliling. Mungkin belajar untuk ujian hanyalah sebuah alasan, dan dia sebenarnya tidak ingin pergi ke tempat yang ramai selama liburan. Aku tahu bahwa Teruno memiliki kebiasaan untuk tidak bersosialisasi.

 Ketika aku menatap Teruno lagi, aku tahu dia memiliki ekspresi cemas di wajahnya. Tampaknya dia tahu bahwa kebohongannya sudah terungkap. Sekarang, apa yang harus aku lakukan?

“Oke. Aku akan pergi. Bisakah kamu memberitahu informasi yang kubutuhkan untuk mengambil game-nya?”

“Iya! Terima kasih, Onii-chan!”

 Teruno mengangguk senang. Mungkin aku terlalu memanjakan Teruno, tapi aku tidak bisa menolak permintaan egois adikku.

 Setelah mendapatkan informasi detail dari Teruno, aku bersiap-siap dan meninggalkan rumah.

***


“Aku senang bisa membelinya dengan aman.”

 Sekitar satu jam setelah aku meninggalkan rumah, aku berhasil menyelesaikan misi yang diberikan.

 Tidak ada masalah, dan aku dapat dengan lancar mengambil game yang telah dipesan Teruno di toko elektronik. Jika kita membeli Gamenya, kita bisa mendapatkan bonus edisi terbatas, dan sepertinya Teruno memesannya karena dia menginginkan bonus itu.

 Karena aku tidak menginginkan apa pun hari ini, aku berpikir untuk pulang ke rumah. Namun, Aku tidak menduga akan bertemu dengan seseorang.

“Oh, Shimizu-san?”

“... Hondo? Apa yang kamu lakukan di sini?”

 Ketika aku memanggilnya, orang itu memang Shimizu-san. Shimizu-san mengenakan jaket biru tua dengan kemeja putih dan celana jeans. Aku belum pernah bertemu Shimizu-san di luar sekolah sebelumnya, jadi sangat langka untuk melihatnya dengan pakaian kasual.

“Aku tahu, itu Shimizu-san. Apakah Shimizu-san juga sedang berbelanja? ”

“Ya, bagaimana denganmu--”

“Hondo? Apakah kamu Daiki Hondo? Tunggu, benarkah? Apakah ini yang asli?”

 Ketika aku sedang bertanya, seseorang yang tidak kukenal memanggil namaku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah suara itu dan melihat seorang perempuan yang sedikit lebih pendek dari Shimizu-san. Ia memiliki rambut sebahu berwarna agak kecoklatan, mengenakan baju rajutan berwarna biru muda, dan rok panjang berwarna putih. Dari penampilannya, dia tampak seumuran denganku atau mungkin sedikit lebih tua.


“Aku memang Daiki Hondo, tapi aku minta maaf, siapa kamu?”

“Apa? Apa kamu tidak mengenalku? ”

“Maafkan aku... Aku sama sekali tidak mengenalmu.”

 Dari reaksinya, kupikir dia seumuran atau lebih tua dariku, tapi aku tidak tahu siapa dia.

“Ai, bukankah kamu sedikit berbayang? (tidak terkenal)”

“Yah, mungkin. Pokoknya, ayo kita pergi ke tempat yang lebih cerah.”

“Jangan mencoba membuat bayanganmu menjadi lebih gelap secara fisik.”

 Dari candaan ringan Shimizu-san, tampaknya perempuan yang dipanggil Ai itu memiliki hubungan yang dekat dengan Shimizu-san. Aku memutar ulang percakapan masa laluku dengan Shimizu-san di otakku. Lalu aku teringat sesuatu.

“Mungkinkah kamu kakak perempuan Shimizu-san?”

“Oh, kamu benar-benar tahu tentang aku. Ya, benar. Aku adalah kakak Shimizu Kei, Shimizu Ai. Silakan panggil aku Ai.”

“Oke, senang berkenalan denganmu. Ai-san.”

 Aku pernah mendengar dari Shimizu-san sebelumnya bahwa dia memiliki seorang kakak perempuan, tetapi aku tidak mengenalinya karena atmosfirnya sangat berbeda dengan Shimizu-san.

“Ngomong-ngomong, Ai adalah wakil ketua OSIS di sekolah kita.”

“Oh, benarkah?”

 Aku menatap Ai-san. Ai-san menyadari tatapanku dan entah kenapa mengedipkan matanya padaku.

“Ya, aku bukan hanya kakak perempuan Kei, tapi juga wakil ketua OSIS Hyper Ultra di SMA-mu.” (Tl: haipaur utora, atau hyper ultra)

“Jangan menggunakan bahasa asing yang aneh.”

 Shimizu-san mengomel dengan ekspresi jengkel di wajahnya.

“Yah, bukankah itu menarik? Sudahlah, lupakan saja. Jadi, apa yang kamu lakukan di sini, Daiki-kun? ”

“Adikku memintaku untuk pergi belanja.”

“Oh, jadi kamu punya saudara perempuan. Apakah kamu akan pergi berbelanja sekarang?”

“Tidak, aku sudah selesai.”

 Aku menunjukkan kepada Ai-san tas berisi game yang kubawa.

“Oh, begitu. Daiki-kun, apakah kamu punya rencana untuk hari ini?”

“Aku berencana pergi sekarang karena urusanku sudah selesai.”

“Kalau begitu, kenapa kamu tidak ikut dengan kami?”

“Iya?”

 Ajakan yang begitu mendadak, dan pikiranku tidak bisa mengikuti Ai-san.

“Hei, apa yang kamu katakan, Ai?”

 Shimizu-san bergabung dengan percakapam setelah mendengar ajakan mendadak dari Ai.

“Karena aku ingin berbicara dengan Daiki-kun. Sepertinya Daiki-kun punya waktu, jadi tidak apa-apa, kan?”

“Itu bisa mengganggu Hondo jika kamu tiba-tiba mengundangnya seperti itu.”

 Mata Shimizu-san bertemu dengan mataku. Aku merasa dia menyuruhku secara halus untuk menolak.

“Tidak masalah, kan, Daiki-kun?”

 Ai-san juga menatapku. Aku merasa dia menyuruhku secara halus untuk menerimanya.

“Yah, um...”

 Menurutku, aku adalah orang yang tidak ragu-ragu dalam menentukan pilihan, tetapi dilema ini sangat sulit. Opsi mana pun yang kupilih, aku merasa yang lain akan mengatakan sesuatu kepada kunanti.

“Hondo”

“Daiki-kun”

 Waktunya hampir habis. Lalu aku mengambil keputusan.


***


“Aku senang tempat ini tidak terlalu ramai.”

 Aku dan Shimizu bersaudara sedang berada di sebuah restoran di mall. Mungkin karena masih ada waktu sebelum makan siang, kami bisa duduk tanpa harus mengantri.

 Shimizu-san dan Ai-san duduk bersebelahan, lalu aku dan Shimizu-san saling berhadapan.

 Pada akhirnya, aku memutuskan untuk menemani Shimizu bersaudara belanja. Aku merasa karena Ai-san lebih tua dariku dan aku berpikir bahwa Shimizu-san akan memaafkanku.

*

“Karena kita sudah di sini, ayo kita makan siang lebih dulu. Aku akan memesan hamburger keju.”

“Aku pesan pasta mentaiko (telur ikan kod).”

“Apa? Kei, kenapa kamu tidak memesan pancake yang biasa kamu pesan?”

“Diam.”

 Shimizu-san selalu memesan pancake di restoran? Aku sedikit terkejut dengan hal itu, dan saat aku memikirkannya, mata kami bertemu. Dia melototiku--

“Apakah ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?”

“Tidak, tidak ada. Pancake itu enak, bukan?”

“Ya-ya, pancake memang enak. Kei, apakah kamu yakin kamu ingin pasta mentaiko?”

“ ... Aku akan memilih Pancake.”

“Oke, pancake saja. Apa yang kamu inginkan, Daiki-kun? ”

 Oh, iya. Aku benar-benar lupa memesan. Aku bergegas melihat menunya.

“Kalau begitu, aku pesan carbonara.”

“Oke. Aku mengerti.”

 Ai-san memanggil pelayan dan memesan untuk kami bertiga. Sementara kami menunggu makanan kami datang, Ai-san bertanya padaku.

“Berapa banyak saudara yang kamu miliki Daiki-kun?”

“Hanya aku dan adik perempuanku.”

“Kamu tadi menyebut nama adikmu. Siapa namanya?”

“Namanya Teruno, dieja dengan karakter 'no (乃)' dari Nogizaka (乃木坂).”

“Itu nama yang bagus. Teruno, apakah dia imut? ”

“Dia adalah keluargaku, jadi aku mungkin akan bias, tapi menurutku dia imut.”

“Oh, begitu. Dibandingkan dengan Kei, siapa yang menurutmu lebih imut?”

“Hei!”

 Shimizu-san secara refleks menyelanya. Ai-san mungkin senang menggoda orang. Hmm, bagaimana aku harus menjawabnya?

“Menurutku, Shimizu-san lebih memberikan image yang cantik daripada imut.”

 Ini bukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu, tapi ini adalah satu-satunya cara untuk menjawabnya dengan tidak berbohong.

 Aku menatap Shimizu-san, tapi dia memalingkan wajahnya dariku, dan aku tidak bisa membaca ekspresinya.

“Kei! Daiki-kun pikir kamu cantik. Itu bagus!”

 Ai mengacak-acak rambut Shimizu-san yang duduk di sebelahnya.

“Jangan sentuh rambutku. Nanti berantakan! Dan dia mengatakan itu karena dia merasa tidak enak.”

 Shimizu-san mendorong tangan Ai-san menjauh.

“Itu tidak benar, kan, Daiki-kun? Kamu memang gadis yang pemalu.”

“Ahaha...”

“Oke, mari kita lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. Apa yang biasanya kamu lakukan di hari libur?”

“Sebagian besar, aku berada di rumah. Membaca manga, bermain dengan adikku, dan kadang-kadang bermain game online dengan teman-temanku jika ada waktu.”

“Jadi kamu orang yang suka di dalam rumah.”

“Aku tidak terlalu aktif secara fisik.”

“Oh, begitu. Aktif secara fisik juga menyenangkan, jadi kamu harus mencobanya sesekali. Selanjutnya, apakah kamu memiliki toleransi terhadap rasa yang besar?”

“Toleransi terhadap rasa? ”

 Aku belum pernah mendengar ucapan itu sebelumnya (Tl: Sama, ane juga). Menurutku itu berarti apakah ada makanan yang tidak kamu sukai atau tidak.

“Aku tidak tahu apakah pemahamanku benar, tapi aku sering diberitahu oleh keluarga dan teman-temanku bahwa aku harus memakan makanan. Terlepas dari apakah aku menyukainya atau tidak.”

“Jadi itu sebabnya kamu bisa memakan materi yang gelap (Tl: Bento dari Shimizu-san).”

“Hei!”

“Materi gelap itu apa? ”

 Shimizu-san menyela lagi. Apa yang mereka maksud dengan materi gelap?

“Tidak ada, mari kita ganti topik. Selanjutnya... Sepertinya aku terlalu banyak bertanya, apakah ada yang ingin kamu tanyakan, Daiki-kun?”

“Pertanyaan?”

 Aku tidak bisa memberikan pertanyaan jika kamu bertanya mendadak.

“Kamu tidak perlu khawatir. Bahkan jika itu tentang makanan favorit kami atau pelajaran favorit juga, tidak masalah. Atau lebih tepatnya, itu tidak harus berupa pertanyaan, kamu bisa mengatakan apa pun yang kamu inginkan.”

 Aku mungkin berpikir terlalu keras. Aku memutuskan untuk mengatakan apa yang aku pikirkan.

“Ini bukan pertanyaan, tapi aku berpikir bahwa kalian berdua kakak beradik pasti sangat dekat satu sama lain sehingga bisa belanja bersama.”

 Ketika aku mengatakan itu, ekspresi Ai-san sedikit melunak.

“Kurasa Daiki-kun juga melihatnya seperti itu. Itu karena kita adalah yang terbaik, kakak beradik yang saling mencintai! ”

 Ai-san dengan antusias memegang lengan Shimizu-san, yang mencoba melepaskannya, dia terlihat kesal.

“Apa maksudmu dengan kakak beradik yang terbaik? Sudahlah. Ini menyebalkan!”

“Kei adalah gadis yang nakal〜. Alangkah baiknya jika kamu juga bisa sedikit lebih jujur padaku.”

“Aku sudah cukup jujur. Cepat pergi, pelukan macam apa yang sampai sekuat ini?”

 Butuh beberapa waktu bagi Shimizu-san untuk mengembalikan Ai-san ke posisi semula.

“Ya ampun, Kei sangat dingin.”

“Berisik. Jangan menempel padaku di depan orang lain.”

“Apakah kamu bilang bahwa kamu ingin berpelukan di ruangan yang pribadi? Ya ampun Kei, tidak peduli berapa pun usiamu, kamu memang anak yang manja.”

“Ya Tuhan, kamu selalu punya alasan untuk segala hal.”



“Ahaha”

 Aku tidak bisa menahan tawa mendengar olok-olok di antara kakak-beradik Shimizu.

“Apa yang kamu tertawakan?”

“Daiki-kun tidak bisa menahan senyumnya saat melihat hubungan yang menggemaskan di antara kita, kakak beradik yang cantik.”

“Jangan sembarangan menyebut dirimu cantik.”

“Jika kita tidak cantik, lalu siapa yang cantik?! Daiki-kun, kamu juga berpikir begitu, kan?”

“Uh, iya.”

 Aku mengangguk secara refleks, aku tidak dapat menahan tekanannya. Memang benar, keduanya cantik.

“Kamu memaksanya untuk mengatakan itu.”

“Tidak, tidak seperti itu. Itu adalah kebenaran. Ups, kita keluar jalur. Daiki-kun, apa kau punya pertanyaan lain untuk kami?”

 Benar, aku lupa tentang hal itu saat mendengarkan olok-olok kakak beradik itu.

“Hmm. Hal-hal yang ingin kutanyakan...”

“Yah, tidak mudah untuk memikirkan sesuatu saat itu juga. Kalau begitu, aku akan menanyakan sesuatu lagi. Hmm, apa yang harus aku tanyakan selanjutnya?”

 Ai-san meletakkan jari telunjuknya di dahinya, berpose berpikir.

“Aku punya ide! Tapi ini mungkin sedikit terlalu berani...”

“Kalau tidak terlalu berlebihan, aku akan menjawabnya.”

“Benarkah? Kalau begitu aku akan bertanya. Aku akan mulai dengan sebuah pertanyaan. Perempuan seperti apa yang kamu sukai, Daiki-kun? ”

“Perempuan yang aku sukai...?”

 Untuk sesaat, wajah Toshiya lewat di kepalaku. Aku bertanya-tanya apakah siswa SMA adalah makhluk yang benar-benar tertarik pada kisah cinta.

“Ya! Daiki-kun adalah anak laki-laki seusia kita, dan aku bertanya-tanya apakah dia suka ini atau itu tentang perempuan.”

“Oh, begitu.”

“Bagaimana kalau begini? Jika kamu tidak bisa menemukan sesuatu, haruskah aku memberimu waktu untuk berpikir?”

“Tidak usah. Aku pernah melakukan percakapan serupa dengan temanku beberapa waktu yang lalu.

“Benarkah? Jadi aku akan bertanya lagi, perempuan seperti apa yang kamu sukai, Daiki-kun? ”

“Aku suka gadis yang rapi.”

 Ai-san menatap Shimizu-san sejenak, lalu dengan cepat mengembalikan tatapannya padaku sambil tersenyum.

“Oh, begitu. Jadi Daiki-kun menyukai perempuan yang rapi ... begitu, begitu.”

 Ai-san menatap Shimizu-san dengan penuh makna.

“A-ada apa? Jika kamu punya sesuatu untuk dikatakan, katakan saja.”

“Tidak, tidak ada? Aku hanya menganggapmu sebagai seorang adik yang penurut, itu saja.”

“Aku akan mengingatnya nanti.”

 Shimizu-san mengepalkan tinjunya.

*

“Oke-oke. Lanjut ke pertanyaan berikutnya. Asal tahu saja, jika kamu merasa pertanyaan berikutnya sulit untuk dijawab, kamu tidak perlu menjawabnya.”

“A-aku mengerti.”

 Aku penasaran pertanyaan seperti apa yang akan ditanyakan Ai-san padaku jika dia begitu menekankannya.

“Baiklah, Pertama-tama... Apakah kamu pernah punya pacar sebelumnya?”

 Ini adalah pertanyaan yang sama sekali tidak kuduga. Memang, seperti yang dikatakan Ai-san sebelumnya, ini adalah pertanyaan yang berani. Mungkin sulit bagi sebagian orang untuk menjawabnya. Ketika aku sedang memikirkan bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini, tiba-tiba mataku bertemu dengan mata Shimizu-san.

“Ada apa?”

 Shimizu-san menatapku tajam.

“Tidak, aku hanya mengira bahwa Shimizu-san mungkin agak bosan dengan percakapannya, itu saja.”

 Aku sudah menjawab pertanyaan Ai-san sepanjang waktu. Ai-san sepertinya tertarik padaku karena suatu alasan, tapi Shimizu-san mungkin bosan dan tidak tertarik dengan percakapan ini.

“Eh〜. Itu tidak benar, kan Kei〜? Kamu mencoba untuk bersikap tenang, tapi di dalam hati, jantungmu berdegup kencang dan rasanya akan meledak saat mendengar sesuatu yang tidak kamu ketahui tentang Daiki-kun, kan?”

“Jangan membawa nama orang lain.”

“Lalu seperti apa yang sebenarnya?”

“Ugh... Aku tidak bosan...”

 Shimizu-san tidak menatapku, tapi sepertinya dia tidak berbohong.

“Dengar, dia bilang dia tertarik dengan apa yang Daiki-kun katakan.”

“Aku tidak mengatakan itu!”

“Begitulah yang terlihat pada Ai-Onee chan ini.”

“Kamu punya masalah penglihatan yang serius. Ngomong-ngomong, Hondo, apa jawabanmu dari pertanyaan sebelumnya?”

“Pertanyaan?”

“Apakah kamu sudah lupa? Itu tentang apakah kamu pernah punya pacar sebelumnya.”

 Aku ingat pertanyaan itu. Aku tidak tahu mengapa, tapi topik apa pun itu terus beralih hari ini. Aku harus menjawabnya sebelum aku lupa lagi.

“Aku tidak pernah berpacaran dengan siapa pun.”

“Jadi, jadi begitu...”

 Shimizu-san menutup mulutnya dengan tangannya, aku tidak bisa membaca ekspresinya, tapi suaranya terdengar lega (Tl: Gak peka jir ini MC).

“Jika begitu, Kei juga tidak pernah berpacaran, jadi kalian berdua sama.”

“Hei, jangan katakan hal seperti itu padanya tanpa seizinku!”

 Shimizu-san memelototi Ai-san. Sejujurnya aku terkejut bahwa Shimizu-san tidak pernah berpacaran sebelumnya, mengingat betapa cantik dan menyenangkannya dia.

“Jika kamu ingin menyebarkan rahasia seseorang, sebaiknya kamu ceritakan rahasiamu.”

“Aku tidak akan melakukan itu, kan?”

 Saat kami berbicara, hidangan yang kami pesan datang satu per satu.

“Oh, hamburger keju ini adalah yang terbaik, seperti yang diharapkan.”

“Bukankah kamu bilang ramen tonkotsu di sini adalah yang terbaik?”

“Kamu bisa mendapatkan beberapa hal 'terbaik' di sini.”

“Oh, benarkah?”

 Setelah menghabiskan makanan kami, kami memesan minuman tambahan dan masih berada di dalam restoran.

 Sekarang masih terlalu awal untuk makan siang, jadi restoran masih sepi.

“Oh, ngomong-ngomong. Karena aku sudah menyelesaikan pertanyaanku tadi, bisakah aku mengajukan pertanyaan lain, Daiki-kun?”

“Ya, tidak apa-apa.”

“Kamu tidak perlu menjawab pertanyaannya jika tidak mau.”

“Mouu, Kei, aku tidak akan menanyakan pertanyaan yang sulit seperti itu lagi.”

 Bahkan pertanyaan sebelumnya, tentang apakah Teruno atau Shimizu-san yang lebih manis itu sedikit sulit untuk dijawab, tapi Ai-san sepertinya berpikir itu tidak sulit.

“Sekarang, untuk pertanyaan...”

“Aku akan mengambil minum.”

 Saat Shimizu-san hendak bangkit dari tempat duduknya, Ai-san memegang lengannya.

“Ada apa? Teruslah bertanya.”

 Ai-san menatap Shimizu-san sebentar, lalu menggunakan tangan yang berbeda dengan tangan yang memegang lengan Shimizu-san untuk mengambil sebuah gelas.

“Tolong ambilkan satu untukku juga.”

“Ambillah sendiri.”

“Aww〜, tolong dengarkan permintaan onee-chan.”

 Ai-san cemberut tidak puas dan mengguncang lengan Shimizu-san.

“Kenapa aku harus mendengarkan permintaanmu?”

“Heeeh, benarkah? Kei, kamu tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu. Ah, aku merasa seperti Aku akan mengungkapkan sesuatu. Obe, obe, 'obe' apa itu? Sebelum aku melangkah lebih jauh...”

 Ai-san melepaskan genggaman Shimizu-san dan mengarahkan jari telunjuknya ke pelipis kepalanya.

“Obe? ”

 Satu-satunya kata yang dapat kupikirkan yang dimulai dengan [obe] adalah [o-bento (kotak makan siang)], tetapi aku penasaran apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan kotak makan siang.

“Hei, diamlah sebentar. Mengerti? Aku akan mengambilkannya untukmu.”

“Terima kasih, kalau begitu aku pesan minuman jahe.”

“... Ai, aku akan mengingatnya saat kita sampai di rumah.”

“Adikku tercinta, kamu sangat manis sampai membuatku meneteskan air mata. ”

“Aku tidak akan pernah memaafkanmu.”

 Setelah mengatakan itu, Shimizu-san mengambil dua cangkir dan berjalan menuju tempat minuman.

“Apakah tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa, Kei sangat baik dan dia akan memaafkanku. ”

 Benarkah begitu? Ekspresi barusan yang ditunjukkan Shimizu-san padaku, tidak terlihat seperti orang yang akan memberikan kenyamanan pada orang lain.

“Bolehkah aku melanjutkan pertanyaanku?”

“Tentu.”

“Apa pendapatmu tentang Kei? ”

 Ai-san memiliki ekspresi serius di wajahnya, sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sejak pertama kali bertemu.

“Bagaimana pendapatku tentang Shimizu-san...?”

“Hmm. Meskipun singkat, aku ingin kamu menjawabnya jujur atau tidak menghindari pertanyaan.”

 Aku tidak tahu jawaban apa yang tepat, tapi satu hal yang aku tahu adalah bahwa aku tidak boleh membuat komentar yang jelek di sini. Jika Ai-san bertanya dengan serius, maka aku harus menjawabnya dengan serius juga.

“Kupikir Shimizu-san adalah orang yang baik hati.”

 Aku menatap Ai-san. Aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Ai-san dari ekspresinya.

“Oh, begitu. Kenapa kamu berpikir begitu? ”

“Seperti yang mungkin kamu tahu, Shimizu-san dan aku berada di kelas yang sama sejak kelas satu SMA. Kami mulai berbicara satu sama lain setelah kami pindah tempat duduk, dan Shimizu-san adalah pendengar yang baik. Dia tidak pernah menyela pembicaraan saat kami berbicara, dan ketika dia selesai mendengarkanku, dia selalu menjawab pertanyaan-pertanyaanku dengan baik.”

“Nn, nn.”

 Wajah Ai-san terlihat senang saat dia menganggukkan kepalanya beberapa kali.

“Aku rasa kamu tidak bisa melakukan itu kecuali kamu mau mendengarkan apa yang orang lain katakan. Kupikir kebaikan dan keseriusan Shimizu-san terlihat jelas pada saat-saat seperti itu.”

“Aku memahami kebaikannya, tapi apa maksudmu dengan keseriusan? Maksudku, dia cuek dengan peraturan sekolah dan mengecat rambutnya menjadi pirang sampai beberapa waktu yang lalu, kau tahu?”

“Melihat kepribadiannya, aku yakin bahwa Shimizu-san memiliki alasan tersendiri untuk melakukannya. Memiliki karakter tegas seperti itu juga merupakan salah satu kelebihan Shimizu-san, kan?”

“Aku mengerti. Aku mengerti. Bolehkah aku bertanya satu hal lagi?”

“Iya.”

 Aku ingin tahu apa yang akan dia tanyakan selanjutnya. Aku menahan nafasku tanpa sadar.

“Mengapa kamu berada di pihak Kei?”

*

“Mengapa kamu berada di pihak Kei?”

“Itu... Apa maksudnya? ”

 Aku pikir itu mungkin peringatan untuk menjauhi Shimizu-san, tapi tampaknya tidak seperti itu jika dilihat dari ekspresi Ai-san.

“Aku mungkin bertanya dengan cara yang sedikit menusuk. Aku tahu bahwa Kei agak terisolasi di kelas sejak tahun pertama. Jadi aku bertanya-tanya mengapa Daiki-kun berada di sisi Kei.”

 Oh, begitu. Jika itu masalahnya, maka jawabanku seharusnya sederhana.

“Karena aku tidak bisa meninggalkannya sendirian (Tl: Giga chad MC ygy).”

“Apakah itu berarti simpati?”

 Ai-san menatapku dengan ekspresi yang sedikit cemas. Sepertinya kata-kataku kurang jelas.

“Tidak, itu berbeda. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku sangat menikmati berbicara dengan Shimizu-san. Jadi ketika aku bilang aku tidak bisa meninggalkan Shimizu-san sendirian, itu karena Shimizu-san adalah orang yang menarik. Bukankah wajar jika kamu ingin bersama dengan seseorang yang membuatmu senang dan menghabiskan waktu bersama dengannya?”

 Ai-san melebarkan matanya. Percakapan terhenti, dan suara orang-orang di sekitar kami menjadi berbeda. Kemudian Ai-san memecah keheningan.

“Terima kasih sudah menjawab dengan serius. Jadi, itulah jawabanmu untuk saat ini.”

“Iya.”

 Ketika Ai-san mendengar jawabanku, dia tersenyum puas.

“Ah, serius itu memang melelahkan. Kurasa itu bukan gayaku untuk bertingkah seperti onee-san yang serius, ya?”

“Um... Apa yang kamu cari tahu dari pertanyaanmu tadi?”

 Suasananya sudah lebih nyaman, aku memutuskan untuk bertanya tentang maksud di balik pertanyaan sebelumnya.

“Ah, ya, tentu saja kamu akan penasaran tentang hal itu. Kei cukup populer di sekolah menengah. Banyak orang yang mendekati Kei, tapi tidak ada yang benar-benar mencoba untuk melihat Kei dari dalam dirinya.”

 Aku sedikit terkejut mendengar bahwa Shimizu-san populer di sekolah menengah pertama, tetapi setelah aku pikir-pikir lagi, Shimizu-san itu baik, menarik, dan juga cantik, jadi memang tidak mengherankan. 

 Ai-san melanjutkan.

“Setelah mendengar tentang Daiki-kun dari Kei, aku bertanya-tanya apakah kamu benar-benar memperhatikan Kei. Itu sebabnya aku bertanya hal seperti itu. Maafkan aku jika aku sedikit jahat padamu.”

“Tidak, tidak apa-apa.”

 Dengan kata lain, maksud pertanyaan sebelumnya untuk mengekspresikan perhatian terhadap Shimizu-san.

“Terima kasih. Tapi aku punya satu permintaan terakhir yang ingin aku katakan padamu.”

 Wajah Ai-san kembali menjadi serius.

“Apa itu? ”

“Ini tentang Kei. Aku mendengar rumor tentang orang-orang yang tertarik padanya sejak dia mengubah rambutnya menjadi warna hitam. Ketika Kei SMP, aku bisa menjaga dia dari orang-orang itu sampai aku lulus, tapi sekarang aku terlalu sibuk dengan OSIS. Bahkan ada orang yang kudengar bahwa kelakuannya tidak baik di antara orang yang tertarik dengan Kei, dan itu membuatku khawatir.”

 Aku paham apa maksudnya. Menurutku Ai-san tidak ingin Shimizu-san berada dalam bahaya.

“Jadi, haruskah aku bertindak sebagai pengawal Shimizu-san?”

“Tidak, Daiki-kun mungkin akan terluka jika kamu melakukan itu. Baik Kei maupun aku tidak menginginkan hal itu. Jadi, Daiki-kun tidak perlu melakukan sesuatu yang beresiko. Tidak setiap saat, tapi aku ingin kamu berada di sisi Kei.”

“Berada di dekatnya saja sudah cukup?”

 Tentu saja, seandainya hal itu berubah menjadi perkelahian atau semacamnya. Dalam hal ini, aku ragu kalau diriku, yang biasanya tidak melakukan banyak aktivitas fisik sebagai anggota klub non-atletik, bisa melindungi Shimizu-san.

“Aku pikir hanya dengan memiliki seseorang dengan kelamin yang sama, di dekat seseorang yang mereka sukai bisa menjadi pencegah.”

“Oh, begitu.”

 Entahlah, aku tidak punya pengalaman, tapi aku ingin tahu apakah seperti itu cara kerjanya.

“Maukah kamu menerima permintaanku? ”

“Kalau begitu, bolehkah aku menolaknya? ”

“Hah?”

 Ai-san terlihat sangat terkejut. Mungkin aku tidak menggunakan kata-kata yang tepat.

“Tidak, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku benar-benar senang berbicara dengan Shimizu-san. Jadi, jika aku diminta untuk berada di dekatnya, itu agak... tidak menyenangkan. Jadi, mengapa kita tidak berpura-pura bahwa Ai-san tidak meminta bantuanku? Bahkan tanpa di minta bantuan, aku yakin aku akan berada di dekatnya selama Shimizu-san tidak menolak.”

 Ai-san mendengarkan kata-kataku, dan ekspresinya menjadi rileks.

“Oh, aku mengerti. Itu bagus. Aku khawatir kalau aku membuatmu tidak menyukai Kei karena aku bersikap jahat padamu.”

“Maafkan aku membuatmu khawatir. Jadi, bisakah kita berpura-pura tidak ada masalah?”

“Ya. Itu tidak apa-apa.”

“Apa yang baik-baik saja?”

 Ketika aku menoleh ke arah suara yang kudengar, aku melihat Shimizu-san berdiri di sana sambil memegang dua cangkir.

“Yah... itu rahasia antara aku dan Daiki-kun.”

 Ai-san mengedipkan mata pada Shimizu-san. Shimizu-san mengerutkan kening dan duduk, meletakkan cangkir di depan dirinya dan Ai-san.

“ ...Yah, baiklah, cangkir itu berisi minuman jahe, kan? ”

“Ya, terima kasih. Tapi sedikit terlambat, ya?”

“Tempat minumannya lebih ramai dari yang kukira, jadi aku harus mengantri.”

“Oh, aku paham. Pasti sangat sulit.”

“Nah, kalau kamu merasa seperti itu, lain kali, kamu sendiri saja yang pergi. Ngomong-ngomong, apa yang kalian bicarakan?”

“Oh, kami hanya berbicara tentang betapa lucunya Kei, tentu saja.”

 Ai-san berbohong. Dia berniat merahasiakan percakapan kita berdua dari Shimizu-san.

“...ugh.”

“Saat kita masih kecil, kamu selalu meminta permen kesukaanmu pada ibu, atau saat kamu masih SD, kamu ketakutan saat menonton film horor dan datang ke kamarku, juga...”

“Sudah cukup, jangan katakan apa-apa lagi.”

“Tidak ada gunanya menghentikanku sekarang. Daiki-kun sudah tahu setiap detail kecil dari masa lalu Kei yang imut.”

“Hei, Hondo, lupakan semua yang kau dengar tadi. Sekarang juga.”

“A-aku akan mencoba yang terbaik...”

 Pertama-tama, karena itu adalah kebohongan, aku belum mendengar banyak tentang masa lalu Shimizu-san yang imut.

“Kamu harus melupakannya. Lagipula, aku tidak keberatan menonton film horor sekarang.”

 Shimizu-san mencondongkan tubuhnya ke seberang mejanya dan membuat ekspresi misterius.

“Shimizu-san, wajahmu terlalu dekat...”

 Menyadari hal ini, Shimizu-san dengan cepat menjauh dariku.

“Oh! Kamu menjadi sangat agresif, Kei.”

 Ai-san menatap Shimizu-san dengan seringai yang nakal.

“Jangan mengatakannya seolah-olah aku sengaja melakukannya.”

“Sekarang-sekarang, Kei-san, aku paham.”

 Ai-san menepuk bahu Shimizu-san dengan lembut.

“Mengapa kamu membuat wajah seperti itu? Seolah-olah kamu menemukan sesuatu?!”

 Teriakan Shimizu-san menggema di seluruh restoran.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close