Penerjemah: Ootman
Proffreader: Ootman
Chapter 6 – Belanja Bersama Shimizu Bersaudari
“Kalau begitu, karena kita sudah kenyang, haruskah kita pergi ke tempat yang lain?”
“Ngomong-ngomong, aku tidak bertanya sebelumnya, tapi apa tujuan Ai-san dan Shimizu-san kemari?”
Meskipun aku setuju untuk ikut, aku belum memastikan ke mana kita akan pergi selanjutnya.
“Oh, apa aku tidak menyebutnya? Kami kemari untuk membeli pakaian untuk Kei dan aku.”
“Ya?”
Aku bertanya-tanya memangnya aku boleh menemani mereka...
“Jika kita membeli pakaian, akan lebih baik ada penilaian dari lawan jenis, kan? Biasanya, aku mengajak teman masa kecilku, tapi kali ini dia tidak bisa datang karena ada hal lain yang harus ia lakukan. Aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan, dan untungnya, Daiki-kun kebetulan ada di sini.”
“Oh, aku paham. Tapi sejujurnya, aku tidak tahu banyak tentang pakaian, jadi aku tidak tahu apakah bisa membantu. ”
Barusan yang kukatakan itu benar. Sejujurnya, saat hari libur, aku biasanya hanya memakai hoodie seperti saat ini, jadi aku tidak tahu pakaian seperti apa yang bagus.
“Jangan khawatir tentang hal itu. Teman masa kecilku selalu mengatakan sesuatu seperti apa pun yang kukenakan itu bagus...”
“Haha...”
Aku tidak bisa menahan tawa garingku. Aku penasaran mengapa senyum Ai-san terasa agak gelap. Untuk sesaat, rasanya seperti cahaya lenyap dari mata Ai-san.
“Itu sebabnya kamu tidak perlu khawatir tentang selera fashionmu atau apa pun seperti itu. Selain itu, Kei juga ingin Daiki-kun melihat pakaiannya, kan? ”
Ai-san melihat ke arah Shimizu-san, meminta persetujuannya.
“... Aku baik-baik saja dengan kedua pilihan itu.”
“-Tapi aku akan lebih senang jika Daiki-kun melihat pakaianku.”
“Jangan menambahkan kalimatku.”
“Menurutku, aku sangat memahami perasaan Kei.”
“Bahkan tidak mendekati sedikit pun.”
Shimizu-san memelototi Ai-san dengan tatapan yang dingin, tapi Ai-san sepertinya tidak masalah tentang itu.
“Menurutku, aku membacanya dengan baik dan mendapat nilai yang bagus, tapi terserahlah. Jika Kei tidak keberatan, berarti tidak apa-apa jika Daiki-kun menemani kita, kan? Nah, sekarang kita semua sudah setuju, ayo kita pergi sekarang.”
“Dengan [ayo pergi], bukankah maksudmu kita akan pergi ke tempat yang ingin di tuju sendiri-sendiri?”
“Benarkah? ”
Aku baru tahu soal ini. Aku pikir sejak awal mereka berdua berencana untuk belanja bersama di toko yang sama.
“Itu adalah rencana awalnya, tetapi setelah mendengar Daiki-kun, aku berubah pikiran. Ayo kita pergi ke toko yang sering aku kunjungi.”
“Kenapa?”
“Karena pakaian di toko favorit Kei kebanyakan kekanak-kanakan dan keren daripada rapi. Toko yang akan kita datangi sekarang memiliki banyak pakaian yang imut dan rapi, jadi lebih baik untuk Kei, kan?”
“Ugh.”
Entah mengapa, Ai-san melirik ke arahku. Shimizu-san juga melirikku, bercanda, justru dia memelototiku.
“Baiklah! Karena kalian berdua sepertinya tidak keberatan, ayo kita pergi sekarang juga!”
Dengan ajakan dari Ai-san barusan, kami mulai beranjak.
Aku dan Shimizu bersaudara pindah ke area pusat perbelanjaan yang khusus menjual pakaian. Ada cukup banyak pasangan yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan di sini, tetapi jarang sekali aku melihat trio yang terdiri dari dua perempuan dengan satu laki-laki.
Bukan berarti aku mencemaskan tatapan dari orang-orang di sekeliling kami.
Ai-san sepertinya mengatakannya dengan bercanda, tetapi secara objektif, kedua kakak-beradik Shimizu memang cantik. Wajar saja kalau orang menjadi penasaran apabila seorang laki-laki berjalan bersama dua wanita yang cantik ini.
“Err, Ai-san, agak sulit bagiku untuk tetap seperti ini...”
Aku membisikkan protes kecilku pada Ai-san yang berjalan di samping Shimizu-san.
“Sulit untuk tetap seperti ini?”
Ai-san melihat sekeliling.
“Oh, begitu. Jangan khawatir tentang hal itu. Orang lain hanya sedikit iri melihat anak laki-laki beruntung yang jalan dengan dua perempuan cantik.”
“Jangan menyebut dirimu cantik.”
Shimizu-san, yang berdiri tepat di sampingku, segera menyela.
“Mengatakan hal itu tidak memerlukan bayaran, jadi tidak apa-apa. Pokoknya, ayo cepat masuk ke dalam karena kita sudah sampai di toko.”
Sebelum Shimizu-san dan aku mengatakan apa-apa, Ai-san memasuki toko sendirian. Tertinggal di belakang, aku mengalihkan pandanganku ke arah Shimizu-san.
“Menyerah saja. Akan lebih sedikit tatapan di dalam toko. Ayo cepat masuk ke dalam juga.”
Shimizu-san berkata dan mulai berjalan ke dalam toko.
“Tunggu, Shimizu-san!”
Aku buru-buru mengikuti Shimizu-san.
“Hei, Kei dan Daiki-kun! Datanglah ke ruang ganti. Babak pertama untuk mencoba pakaian telah dimulai.”
Ketika aku memasuki toko, aku bisa mendengar dengan jelas suara Ai-san dari bagian belakang toko. Tampaknya dia sudah memutuskan pakaian mana yang akan dicoba terlebih dahulu.
“Shimizu-san, apakah kamu tahu di mana ruang ganti pakaian? ”
“Ya, aku sudah pernah ke sini beberapa kali dengan Ai, jadi ikuti aku.”
Shimizu-san menuntunku ke ruang ganti.
“Hei, Ai, kita sudah sampai.”
Kami berjalan ke ruang ganti, Shimizu-san dan aku menemukan ruang ganti dengan gorden yang tertutup.
“Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini dengan mudah? Aku senang kamu menemukannya.”
“Sekarang aku sudah menemukan tempatnya, bisakah aku pergi sekarang?”
“Bisakah kamu menunggu sebentar? Onee-chan yang sangat cantik ini telah mengganti pakaiannya dan sekarang menjadi seorang Ultimate Beauty. Mau melihatnya?” (Urutora byuti, arutimetto byuti)
“Berhentilah mengatakan Cantik. Buka saja gordennya kalau kamu mau aku lihat.”
“Ya ampun, adikku yang merepotkan ini selalu saja bersikap dingin. Baiklah, gorden, buka!”
“Ya ampun, adikku yang merepotkan ini selalu saja bersikap dingin. Baiklah, gorden, buka!”
Saat ucapan itu keluar, gorden kamar ganti terbuka dengan kencang.
“Bagaimana menurutmu? ”
Di sana, Ai-san berdiri, mengenakan kardigan kuning yang agak kebesaran di atas kemeja (Tl: Double sama kemeja). Dia mengenakan rok mini putih di bawahnya, memamerkan kakinya yang indah.
“Aku mencoba memadukan kardigan kuning dengan rok mini putih!”
“Itu seperti di sengaja. Minus 500 juta poin. ”
“Penilaian itu terlalu bodoh dan tidak masuk akal! Kei, kamu benar-benar kasar, aku ingin menangis.”
“Kamu tidak akan pernah menangis jika kamu bisa mengatakan hal seperti itu.”
“Hatiku menangis... Bagaimana menurutmu, Daiki-kun?”
Itu benar, aku harus memberikan pendapat yang bisa membantunya.
Apa yang harus kukatakan? Jika aku langsung memuji kakinya, mengatakan bahwa kakinya terlihat indah, dia mungkin akan merasa malu.
Tapi karena aku tidak pernah memberikan pendapat tentang pakaian seorang perempuan selain adik perempuanku, aku tidak tahu aspek apa yang harus aku sebutkan, dan bagaimana cara memujinya.
Aku ingin tahu, bagaimana laki-laki di dunia ini memberikan pendapat mereka tentang pakaian perempuan.
“Hei, Daiki-kun, apa kamu mendengarku? ”
“Ya. Mohon tunggu sebentar.”
Tidak ada waktu lagi. Aku memutuskan untuk menyampaikan kesanku sebaik mungkin.
“Aku rasa kardigan berwarna terang itu cocok untukmu, Ai-san. Kali ini memberikan kesan imut, padahal biasanya kamu menunjukkan kesan yang elegan.”
Suasana di dalam toko menjadi hening. Aku penasaran, bagaimana pendapatku barusan menurut Ai-san.
“Hei Kei, kamu dengar? Dia bilang kardigan ini cocok untukku dan kali ini aku terlihat imut! Aku mendapatkan pujian yang sangat bagus! ”
Itu bagus. Ai-san tampak bersemangat. Kecuali dia pandai berakting, dia mungkin puas dengan pendapatku. Aku lega untuk sekarang.
“Hondo, apakah kamu melihat kaki Ai? ”
Tepat ketika aku mengira sudah aman, aku mendapat tuduhan dari orang yang tidak terduga. Aku sengaja tidak menyebutkan rok mini untuk menghindari anggapan menatap kakinya, tetapi tampaknya Shimizu-san memergokiku.
“Daiki-kun, apakah itu benar? ”
Ai-san menatap lurus ke arahku.
Tidak ada cara untuk melarikan diri dari ini. Dan aku tidak berniat untuk menyangkalnya.
“Ya, Shimizu-san benar.”
Aku tidak sengaja melihat kakinya, tetapi aku merasa tidak ada tempat untuk membela diri sekarang. Ai-san sejenak berekspresi serius, tapi dia dengan cepat kembali ke senyumannya yang biasa.
“Baiklah. Tentu saja kamu tidak bisa menolak pesona imut dan dewasaku.”
Aku merasa lega. Kurasa aku berhasil lolos.
“...Orang ini juga menatap kakiku saat aku berbicara dengannya sebelumnya.”
“Shimizu-san...”
Memang, ada suatu momen saat kelas seni sebelumnya, ketika aku menatap kaki Shimizu-san. Tapi kupikir dia sudah melupakannya.
“Daiki-kun, apakah yang dikatakan Kei itu benar?”
“...Itu tidak salah.”
Ai-san sepertinya menatapku dengan mata yang lebih dingin dari sebelumnya. Setelah beberapa saat menatapku dengan tatapan itu, dia tersenyum lagi.
“Aku akan memaafkanmu. Kaki Kei memang memiliki keindahan yang berbeda dengan kakiku. Aku paham kalau Daiki-kun pun akan terpikat.”
Sepertinya aku akan diingat oleh para Shimizu bersaudara sebagai seorang pemuja kaki (Tl: Fetish kaki).
“Apakah itu benar-benar tidak apa-apa?”
“Hatiku seluas lautan. Aku tidak peduli apakah itu Daiki-kun atau Kei, oke? Selain itu, yang penting aku sudah menang.”
“Kompetisi apa yang kamu menangkan?”
Shimizu-san bertanya. Sejujurnya aku juga tidak tahu.
“Itu adalah kompetisi untuk melihat siapa yang bisa memilih pakaian yang disukai oleh Daiki-kun.”
“Lakukan saja sendiri.”
Shimizu-san mendorong Ai-san pergi dengan kata-katanya.
“Heh.”
“A-apa sekarang?”
Ai-san tiba-tiba saja memasang senyum jahat yang tak terduga.
“Kamu kurang percaya diri ya, Kei? Bahkan jika kita disebut Ultra Beauty Sisters, ada perbedaan besar antara aku dan imoto. Wajar jika Kei ingin melarikan diri sebelum kompetisinya dimulai.”
Ai-san mencoba untuk memperburuk situasi. Jelas itu adalah sebuah provokasi. Yah, tidak mungkin Shimizu-san akan jatuh pada provokasi murahan seperti itu...
“...Baiklah.”
“Hah?”
“Baiklah! Aku akan menerima tantangan itu!”
(Shimizu-san jatuh pada provokasi itu!)
Aku tidak mengira bahwa Shimizu-san memiliki toleransi yang rendah terhadap provokasi. Aku tidak tahu, karena tidak ada seorang pun di kelas yang memprovokasi Shimizu-san. Ini adalah sesuatu yang baru bagiku.
“Hmmm, aku tahu Kei akan ikut serta. Aturan untuk pertarungan ini sederhana: kita akan melihat siapa yang bisa memilih pakaian yang disukai Daiki. Kita akan mencobanya, dan pemenangnya adalah yang menurut Daiki-kun paling bagus. Kita hanya boleh mencoba pakaian sebanyak dua kali. Jadi aku punya kesempatan sekali lagi untuk mencoba. Sekarang, ayo kita siap-siap dan mulai!”
Dengan begitu, Shimizu-san menghilang dari pandanganku.
*
“Ai-san, mengapa kamu mengatakan hal-hal yang memprovokasi Shimizu-san?”
Aku bertanya pada Ai-san, yang masih berada di ruang ganti dengan raut wajah nyamannya. Ai-san pasti tahu bahwa Shimizu-san akan menerima tantangan itu jika dia memprovokasinya.
“Kadang-kadang aku ingin Kei membeli pakaian dengan suasana yang berbeda dari biasanya.”
“Apa maksudmu?”
“Kei biasanya hanya memakai pakaian yang tomboi. Memang benar bahwa Kei terlihat bagus dengan pakaian yang terlihat keren, tetapi Kei itu cantik dan imut, jadi aku ingin dia mengenakan sesuatu yang menonjolkan sisi itu, Kamu paham? Itulah mengapa aku menantangnya untuk ikut kompetisi ini. Aku mengundang Kei ke toko ini karena toko ini memiliki banyak pakaian yang imut dan cantik, jadi kupikir ini akan sangat cocok untuknya.”
“Oh, begitu. Jadi itu maksudmu.”
Tampaknya Ai-san memiliki pikirannya sendiri.
“Yah, juga fakta bahwa aku hanya ingin melihat Kei dengan pakaian yang berbeda. Pokoknya, aku akan mengganti pakaianku dan mencari yang kedua sekarang.”
Setelah mengatakan hal itu, Ai-san menutup gorden kamar ganti. Saat itulah sebuah pertanyaan muncul di dalam diriku.
(Hei, apa yang harus aku lakukan sementara mereka memilih pakaian mereka?)
Pertanyaan itu tetap tidak terselesaikan, dan aku akhirnya menghabiskan banyak waktu di toko sampai mereka memilih pakaian mana yang akan dicoba.
“Oke, sepertinya Kei sudah memilih beberapa pakaian juga.”
“Hei, sudah terlambat untuk berhenti sekarang.”
***
Beberapa saat kemudian, kami bertiga berpindah tempat ke tempat lain di dalam toko, di mana terdapat dua kamar ganti yang berdekatan. Untungnya, hanya ada sedikit pelanggan, meskipun mereka ingin mencoba pakaian, sepertinya tidak akan jadi masalah.
“Aku sudah menunjukkan pakaian pertamaku, jadi sekarang giliranmu, Kei.”
“Baiklah, aku akan ganti baju, jadi aku akan menutup gordennya sebentar.”
Gorden di ruang ganti Shimizu-san ditutup.
“Bukankah itu membuatmu bersemangat untuk berpikir bahwa Kei sedang berganti pakaian di dalam?”
Ai-san, yang tampak bosan, berbicara kepadaku dari dalam ruang ganti.
“Aku bisa mendengarmu. Dan Hondo, aku tidak akan memaafkanmu jika kamu membayangkan sesuatu yang aneh. ”
Bahkan sebelum aku sempat memikirkan apa pun, dia sudah memperingatkannya. Memang benar bahwa tidak menyenangkan jika ada lawan jenis yang membayangkan seperti apa penampilanmu tanpa pakaian.
“Jangan mengambil kebebasan kami untuk berimajinasi!”
Aku tidak tahu pendapat siapa yang dia bicarakan, tapi Ai-san memprotes.
“Itu lebih seperti khayalan daripada imajinasi. Lagipula, aku sudah berpakaian.”
“Bukankah kamu terlalu cepat? Apakah kamu ahli dalam perubahan?”
“Mengapa kamu terdengar sedikit kecewa? Baiklah, aku akan membuka gordennya.”
Saat gorden terbuka, ada Shimizu-san yang mengenakan blus hijau. Ia mengenakan rok flare berwarna krem di bawahnya, sehingga kakinya tidak terlalu menonjol seperti kaki Ai-san. Perbedaan antara pakaian yang dia kenakan saat ini dan pakaian kasual yang biasanya kulihat membuatku sedikit terkejut.
“... Hei, katakan sesuatu.”
“Kei, apakah rasa malumu sudah hilang?”
Ketika aku sedang memikirkan sebuah komentar, Ai-san dengan santai berbicara seperti itu pada Shimizu-san.
“Hah? Ada apa denganmu tiba-tiba?”
“Yah, kombinasi blus hijau dan rok flare berwarna krem cocok untukmu. Tapi kau tahu, Kei-san, aku melihatnya. Kamu menaruh rok mini di keranjang itu. Satu-satunya alasan kamu tidak mau memakainya adalah karena kamu malu memakai rok mini.”
“Ugh...”
Reaksi Shimizu-san menunjukkan bahwa dia tepat sasaran.
“Kamu benar-benar imoto-chan yang imut. Tapi aku menang.”
Ai-san mengangkat tangan kanannya dengan penuh kemenangan, dengan ekspresi kemenangan.
“Y-yah, kamu masih belum tahu hasilnya.”
“Oh, itu benar. Daiki-kun, kenapa kamu tidak memberikan pendapatmu?”
Untuk beberapa alasan, aku akhirnya menjadi seperti bawahan Ai-san.
“Ya, baiklah... aku pikir kombinasi blus dan rok yang Shimizu-san kenakan saat ini memberikan kesan wanita yang tenang dan dewasa, dan menurutku itu terlihat bagus.”
“...O-oke.”
Shimizu-san menanggapinya dengan lemah. Eh, aku tidak tahu bagaimana caranya menanggapi reaksi seperti itu.
“Tapi itu tidak bisa dibandingkan dengan kaki telanjangku.”
“Jangan bilang begitu. Maksudku, kalau memang begitu, pemenangnya bukan pakaian yang kamu pilih, tapi kakimu, kan?”
“Kamu menggonggong seperti pecundang.”
Dalam hal memprovokasi Shimizu-san, Ai-san tidak memiliki saingan di planet ini.
“Siapa yang pecundang? Aku akan mengalahkanmu.”
“Aku akan senang jika Kei mengalahkanku. Ngomong-ngomong, Daiki-kun, pakaian mana yang kamu sukai? ”
Aku penasaran bagaimana aku bisa mencegah umpan yang membunuh dari Ai-san.
(Tl: キラーパス (kirāpasu), ane pikir itu seperti mengabaikan Kei dan berbicara dengan santai).
“Aku pikir keduanya memiliki daya tarik tersendiri, jadi aku tidak bisa memutuskan...”
“Daiki-kun, terkadang kebaikan lebih menyakitkan. Ayolah, katakan pendapatmu!”
“Abaikan pernyataan Ai, meskipun benar bahwa ini adalah kompetisi, jadi pilihlah salah satu.”
Meskipun aku benar-benar berpikir keduanya bagus, sepertinya aku harus membuat keputusan di sini.
*
“Bolehkah aku melihat kedua pakaian kalian sekali lagi sebelum memutuskan?”
Aku memutuskan untuk menunda pilihan. Pada akhirnya, aku pikir pilihanku akan sama, tetapi aku ingin memastikannya sekali lagi jika memungkinkan.
“Itu benar. Sejak awal memang itu rencananya. Mari kita coba lagi, lalu memutuskan.”
“Jika kamu berkata seperti itu, aku tidak keberatan.”
Maka, pertarungan pun berlanjut ke ronde berikutnya.
“Aku yang pertama tadi, jadi Kei yang pertama sekarang.”
“Aku mengerti. Kali ini, aku akan mulai duluan.”
Shimizu-san menutup tirai lagi dan mulai berganti pakaian.
“Yah, kemenanganku sudah hampir pasti. Bagaimana denganmu, Kei? Apakah kamu akan mengenakan rok mini? Meski begitu, aku pikir dampaknya akan sedikit kurang dibandingkan dengan rok mini pertama yang kukenakan.”
“Ai-san, jika kamu mengatakannya seperti itu, bukankah itu sebuah tanda kekalahan?”
Jika kamu dengan percaya diri mengklaim menang melawan musuh seperti itu, di dalam dunia manga, itu adalah jalan menuju kekalahan.
“Jangan khawatir, ketika menyangkut orang sepertiku, aku mengurus semuanya mulai dari pembuatan hingga menghancurkan semua tanda kehancuran.”
“Jika kamu ingin menghancurkannya, jangan membuatnya terlebih dahulu.”
“Kei, apakah kamu sudah selesai berpakaian?”
“Iya.”
Mendengar itu, Shimizu-san membuka gorden sedikit dan mengintip keluar, hanya kepalanya yang terlihat.
“Kenapa kamu malu? Oh, mungkinkah kamu memakai pakaian yang lebih terbuka daripada milikku?”
“Tidak mungkin seperti itu. Aku hanya tidak terbiasa mengenakan pakaian seperti ini.”
“Kamu sudah memakainya. Tidak apa-apa. Ayo, berpose!”
“H-hei!”
Ai-san menyambar gorden dari genggaman Shimizu-san dan membukanya. Yang berdiri di sana adalah Shimizu-san dengan gaun one-piece putih bersih.
“Apa-apaan ini...?”
Ai-san jatuh berlutut saat melihat penampilan Shimizu-san.
“Itu adalah gaun one-piece putih dengan desain sederhana yang bahkan tidak memperlihatkan bahumu. Tapi... itu justru menonjolkan kualitas Kei yang begitu bagus. Aku harus mengatakan ini, meskipun kamu adalah imotoku, itu pantas untuk dipuji.”
“Kenapa kamu meremehkanku? Dan... bagaimana menurutmu, Hondo... Hondo?”
“Ah, maafkan aku.”
Aku sangat terkejut. Aku begitu terpesona oleh Shimizu-san dengan gaunnya, sehingga aku tidak bisa memikirkan hal lain.
“Tidak perlu minta maaf. Jadi, bagaimana menurutmu?”
Aku mengubah pikiranku sebelum berlebihan. Namun, tidak peduli seberapa banyak aku berpikir, aku tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk Shimizu-san saat ini.
“Kurasa ini tidak cocok untukku...”
Ekspresi Shimizu-san terlihat sedikit lebih sedih yang biasanya dia tunjukkan. Tak tahan melihatnya seperti itu, aku segera berbicara.
“Itu cocok untukmu.”
“Hondo?”
“Gaun itu sangat cocok untukmu. Shimizu-san, kamu terlihat cantik.”
“Ugh, apa yang kamu katakan...”
Ekspresi Shimizu-san berubah. Aku mengerti dari ekspresi itu bahwa dia tidak sedih lagi.
“Itu bagus, Kei. Dia bilang kamu cantik.”
“Jangan ulangi itu.”
Ketika aku melihat wajah Shimizu-san lagi, aku merasa wajahnya sedikit lebih merah dari biasanya.
Aku bertanya-tanya, apakah butuh banyak keberanian bagi Shimizu-san untuk menunjukkan pakaian ini kepada orang lain.
“Shimizu-san, wajahmu merah, apakah kamu baik-baik saja?”
“Menurutmu ini salah siapa...”
“Kei baik-baik saja. Dia tidak bisa menunjukkannya dengan kata-kata, jadi warna kulitnya yang jujur.”
Ai-san menjawab kata-kata Shimizu-san. Aku tidak begitu mengerti soal yang terakhir, tetapi jika Ai-san mengatakan dia baik-baik saja, maka itu pasti baik-baik saja.
“Mengapa kamu berbicara omong kosong? Aku akan ganti baju sekarang.”
Mengatakan hal itu, Shimizu-san menutup gorden lagi.
“Oh, apa sudah selesai? Aku bahkan belum memfoto Kei dengan gaun itu!”
Shimizu-san tidak menjawab. Setelah beberapa saat, gorden kembali terbuka. Terlihat Shimizu-san, yang sudah kembali mengenakan pakaian tomboi yang ia gunakan sebelumnya.
“Ah, itu kembali normal. Padahal ini adalah kesempatan yang langka untuk melihat Kei mengenakan gaun...”
Ai-san berkata sambil menyeka air matanya yang tidak ada.
“Sekarang giliranmu, Ai. Berpakaianlah sekarang.”
“Aku sudah muak dengan semua ini.”
Ai-san mengatakan itu dengan santai.
“Hah?”
“Aku menyerah karena aku merasa tidak bisa menang melawan gaun Kei yang sangat kuat. Aku menyerah!”
“Apakah itu tidak masalah bagimu?”
“Ya! Aku benar-benar puas hanya dengan melihat Kei dengan gaun itu, jadi aku tidak menyesal!”
Memang, ekspresi Ai-san tidak menunjukkan sedikit pun penyesalan.
“...Aku tidak merasa seperti sudah menang.”
Shimizu-san mengatakan hal itu sambil memegang gaun itu dan berjalan menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, dia kembali ke ruang ganti di mana aku dan Ai-san berada.
“Hei, Kei, apakah kamu membeli gaun itu? ”
“Iya.”
“Apa? Seharusnya kau bilang padaku lebih awal. Aku menangis tanpa sebab tadi. Sekarang aku bisa melihat Kei memakai gaun itu kapan saja, di mana saja!”
“Jangan bilang begitu. Lagipula, kamu tidak menangis sejak awal. Dan aku tidak akan memakai gaun ini sesering itu.”
Shimizu-san tampak benar-benar terkejut. Sewaktu aku memikirkan hal itu, mata kami sempat bertemu.
“Apakah kamu juga ingin mengatakan sesuatu?”
“Gaun itu terlihat sangat bagus untukmu, jadi aku senang Shimizu-san juga menyukainya.”
“Ugh, kamu selalu mengatakan hal-hal seperti itu secara santai... Dan juga, aku tidak membelinya hanya karena kamu bilang itu cocok untukku! Yah, itu tidak masalah. Aku sudah membeli punyaku, jadi sekarang hanya perlu menunggu Ai memilih pakaiannya.”
“Aku juga sudah memutuskan.”
“Apa?”
“Aku akan membeli ini! ”
Ketika aku melihat Ai-san, dia memeluk kardigan yang dia coba sebelumnya.
“Apakah rok mini itu baik saja-saja? ”
“Aku menemukan bahwa memakainya akan sangat memikat laki-laki di sekitarku, jadi aku memutuskan untuk tidak memakainya kali ini.”
Ai-san menatapku dan mengedipkan mata. Pada saat yang hampir bersamaan, Shimizu-san memelototiku.
“Ahaha...”
Terperangkap di antara tatapan kakak-beradik Shimizu, yang bisa kulakukan hanyalah memaksakan tawaku.
“... Jika Ai tidak masalah dengan itu, maka aku juga tidak masalah. Sekarang kita sudah selesai berbelanja, ayo kita pergi.”
Dengan kata-kata Shimizu-san barusan, kami meninggalkan toko.
--Entah bagaimana, bayangan Shimizu-san dengan gaun putih itu tetap terbayang jelas di benakku.
Post a Comment