NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tsun'na Megami-sama to Darenimoienai Himitsu no Kankei V1 Epilog



Penerjemah: Rion 

Proffreader: Rion 


 Epilog -  Lagu

歌

Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.


Hari itu, entah bagaimana aku malah berakhir dengan melihat sekilas situasi keluarga Yukimiya. Entah kenapa aku tak bisa tidur, jadi aku keluar ke balkon dan menatap bulan purnama.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Ini sudah masuk hari Senin.

Aku tahu betul harus tidur karena besok ada sekolah, tapi sayangnya, aku sama sekali tak merasa mengantuk.

Jika aku sedikit saja tertidur di kelas, aku pasti sangat dimarahi. Tapi jika membolos, aku akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran.

"Hah... Siapa sangka ini akan terjadi."

Sekarang ini, aku tidak akan berhenti terlibat dengan Yukimiya, bahkan sepertinya Korekiyo-san memberikan semacam persetujuan dari orang tua... Tidak, aku tidak tahu persetujuan tentang apa itu. Kami bahkan tidak dalam hubungan yang membutuhkan persetujuan.

Kami juga bukan teman dekat... atau apapun. Hanya rekan sesama OSIS, dan kalau harus dikatakan.... tetangga? Ya, benar. Mungkin 'tetangga' adalah kata paling pas.

Dan... tentang ibu tiri Yukimiya, sepertinya masalah itu belum selesai.

Ibu tiri, Minori-san, kan namanya? Alasan kenapa Yukimiya membenci rumahnya... Huft, jika memungkinkan... aku tidak ingin bertemu dengannya.

Selama bersama Yukimiya, aku tidak ingin terlibat dengan sesuatu yang merepotkan.

"Haa... Sepertinya aku akan terjebak dalam masalah yang rumit lagi..."

"Sangat tidak sopan mengatakannya begitu, tahu."

"Tidak, tidak, aku memang terjebak---Eh?!"

Suara itu...

Aku mengintip melalui pembatas, dan... memang benar. Itu Yukimiya.

"Selamat malam"

"Ah, ya. Ada apa? Tidak bisa tidur?"

"Ya, kurang lebih. Ini, kopi."

"Terima kasih."

Dia sangat siap. Mungkinkah dia menyadari aku ada di sini dan sengaja menyeduh kopi untukku?

Tapi, jika aku minum ini sekarang, bukannya aku malah jadi semakin tidak bisa tidur? Hmm, biarlah. Karena sudah diterima... Ya sudah, biar aku meminumnya.

Kami berdua duduk berdampingan di balkon, minum kopi.

"Ini enak."

"Syukurlah."

Pertukaran seperti ini biasanya terasa canggung, tapi di sini tidak terasa seperti itu.

Ini adalah jarak pas antara kami, dan ini baik saja. Tidak, ini sebenarnya yang terbaik.

Ketika aku menghela nafas dan menatap bulan, Yukimiya memulai pembicaraan, "Ngomong-ngomong, PR yang aku berikan tadi, kamu mengerti tidak?"

"PR?"

"Perbedaan antara kepercayaan dan keyakinan."

Topik itu masih berlanjut?

"...Tidak tahu. Sama saja, bukan?"

"Sangat berbeda. Kepercayaan itu dibangun berdasarkan evaluasi terhadapmu di masa lalu. Aku tidak mengenal Yatsuhashi-kun dari masa lalu, dan tidak bisa menilai dalam dua minggu ini apakah kamu layak dipercaya atau tidak."

Hmm... memang benar apa yang dikatakannya. Setelah semua itu, hubungan kami memang baru berlangsung dua minggu.

"Tapi, keyakinan adalah tentang 'percaya dan bergantung'. Bukan kamu di masa lalu. Aku percaya dan bergantung pada kamu yang sekarang, Yatsuhashi Hazuki, itu kamu. Jadi, aku akan terus mempercayaimu."

"---!"

Melihat dari balik pembatas; dia tersenyum dan mengatakan hal seperti itu... Sial, ini terlalu curang.

Jika kau melakukan ini padaku, bisa-bisa aku berakhir jatuh cinta, jadi tolong berhentilah.

Aku mengalihkan pandangan dan hanya menjawab singkat, "Oke..."

"Kamu malu, kan?"

"Tidak."

"Menyangkal dengan cepat bisa jadi bukti kalau kamu memang malu. Laki-laki SMA itu gampangan sekali, ya~"

"Berhentilah. Jangan membuat semua laki-laki SMA menjadi musuhmu. Yang gampangan itu cuman aku saja."

"Kamu mengakuinya, ya."

"...Aku membencimu."

"Oh? Tapi aku menyukai sisi darimu yang seperti itu."

Jangan mengatakan itu, atau aku akan menganggapnya serius, oke?

Aku meneguk kopi yang masih panas. Tingkatan suhu yang sangat pas untuk saat ini.

Yukimiya juga tidak melanjutkan lagi, dan melanjutkan minum kopinya dalam diam.

Kemudian, terdengar helaan nafas dari seberang.

"Aku ingat sesuatu."

"Apa itu?"

"...Lagu."

Lagu...?

Lalu... suara lagu dengan irama yang lambat terdengar.

Lagu dari luar negeri yang dilantunkan dengan suara yang indah.

Di bawah sinar bulan, lagu yang dinyanyikan Yukimiya, meskipun tidak familiar, langsung masuk ke dalam pikiranku.

Pikiranku lenyap seketika saat aku mendengar suara nyanyian seperti malaikat itu.

Melupakan apa yang terjadi sebelumnya, aku hanya terfokus melihat wajah samping Yukimiya dan mendengarkan suara nyanyiannya.

Jam dua dini hari atau apa pun itu, tidak penting.

Aku hanya ingin satu hal, terus mendengarkan... itulah yang kupikirkan.

Setelah nyanyian lagu berakhir, Yukimiya menghela napas lembut dan mengusap matanya.

Mungkin, dia hampir menangis.

"...Dulu, ibuku sering menyanyikannya untukku. Sebagai pengganti lagu pengantar tidur."

"Begitu..."

"Berkat kamu."

"Aku?"

"Selama ini, aku sangat membenci rumah hingga aku melupakan semua... Tapi, sekarang sudah tidak apa-apa. Selama aku masih punya ikatan dengan ibuku, aku akan baik-baik saja."

"...Itu, syukurlah."

Hanya itu yang bisa kukatakan saat ini, tapi dari lubuk hatiku, aku ikut merasa senang.

Lupakan masa lalu, lupakan masa depan, mari kita hargai saat ini.

Di bawah cahaya bulan, kami terus mengobrol santai tentang banyak hal....


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close