NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tsun'na Megami-sama to Darenimoienai Himitsu no Kankei V1 Prolog

Penerjemah: Rion

Proffreader: Rion


 Prolog - Dewi es

氷の女神様

Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.


Begitu kamu melanjutkan studi di sekolah khusus laki-laki, kamu mungkin bisa membangun persahabatan yang abadi dengan teman-temanmu, tetapi hampir bisa dipastikan kamu harus menyerah untuk membuat pacar dan menjalani masa muda yang penuh warna. 

Tidak ada teman perempuan dari sekolah lain, dan juga tidak mungkin mendapatkan kenalan perempuan melalui teman laki-laki. Disini, aku hanya bisa merasakan kekaguman terhadap keberadaan perempuan dan hubungan diantara mereka.

Setidaknya, di sekitar, aku tidak pernah mendengar cerita tentang seseorang yang memiliki pacar, dan hanya selalu mendengar cerita tentang para laki-laki yang menghabiskan masa mudanya untuk klub atau pekerjaan paruh waktu.

---Namun begitu, belakangan ini semuanya terasa berbeda.

Ada suasana yang berubah di kelas... tidak, di seluruh sekolah.

Tentu saja, aku juga salah satu dari mereka.

Ketika aku hanya duduk di kursi tanpa melakukan apa-apa di kelas, teman sekelas yang juga merupakan sahabat sejatiku, Minase Junya, mendatangi dengan wajah penuh semangat.

"Oi, oi, oi, sudah dengar belum, Hazuki?! Tentang sekolah yang akan bergabung dengan kita! Ada rumor yang menyebar tentang ketua OSIS di SMA Shiramine!"

"Berisik... Aku sudah tahu, tentang ketua OSIS itu."

Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, sekolah kami, SMA Kuroba, adalah sekolah khusus laki-laki yang tidak memiliki hubungan atau keterkaitan dengan perempuan.

Namun, karena berada di kota kecil, jumlah siswa yang terdaftar terus mengalami penurunan. Akibatnya, mulai tahun depan, sekolah kami akan digabungkan dengan SMA Perempuan Shiramine, yang merupakan sekolah terdekat dari sini. Itulah mengapa semua anak laki-laki di sekolah kami menjadi gelisah.

SMA Perempuan Shiramine adalah sekolah khusus perempuan yang cukup terkenal yang pasti akan kamu dengar jika tinggal di sekitar sini. Di dalamnya, ada anak-anak perempuan dari keluarga kaya dan anak-anak perempuan yang ayahnya adalah seorang presiden dari perusahaan besar. Tentu saja, Shiramine sangat berbeda dari Kuroba dalam hal nilai akademis, tradisi, dan segalanya.

Sebenarnya, tidak mungkin bagi orang-orang biasa seperti kami untuk terlibat. Aku sendiri juga tidak terkecuali, bahkan saat inipun aku sudah merasa sangat gugup. Sejak awal, anak-anak di sekolah khusus laki-laki yang sejatinya menghabiskan waktu tanpa kehadiran perempuan ini merasa tidak tenang dengan fakta penggabungan antar sekolah.

Junya, dengan rambut coklatnya yang diwarnai, berbicara tentang ketua OSIS di SMA itu dengan gestur tubuhnya.

"Dia cantik seperti dewi, berpenampilan murni, keren, dan cerdas. Dia juga punya kemampuan fisik yang luar biasa dan sangat disukai oleh para siswa dan guru. Namanya bisa diartikan, 'bunga es yang mekar di istana salju', dan ditulis sebagai 'Yukimiya Hyouka'... Bisa bersekolah di tempat yang sama dengan gadis cantik seperti itu, sungguh luar biasa!"

"Aku setuju, tapi jujur... itu menjijikkan, Junya."

"Ah, diam. Seharusnya, kau itu bisa lebih bersemangat daripada sekarang."

Aku memang bersemangat, tapi ketika ada orang yang lebih bersemangat di sampingku, entah kenapa malah membuatku lebih tenang. Apakah hanya aku yang merasa begitu?

Junya, yang tidak puas dengan reaksiku, menunjukkan wajah cemberut, tapi segera setelah itu, ia merangkulkan lengannya di bahuku dan menyeringai.

"Bukankah luar biasa bisa beraktivitas bersama gadis cantik seperti itu? Kan, Ketua OSIS Yatsuhashi Hazuki?"

"Kalau iri, seharusnya kau juga ikut masuk OSIS."

"Apa? Tidak akan, itu merepotkan. Orang-orang yang secara sukarela mau masuk ke sana itu cuman para masokis akut."

Haruskah aku mencekiknya sekali?

Setelah melepaskan lengan Junya, aku mengambil tas dan beranjak pulang.

Yah, seperti yang Junya katakan, aku adalah ketua OSIS saat ini di SMA Kuroba.

Seharusnya, setelah penggabungan, anggota OSIS SMA Kuroba tidak akan dibutuhkan lagi. Namun, pasca penggabungan, karena perbedaan jenis kelamin, akan ada banyak kesulitan. Maka dari itu, turun kata-kata yang penuh 'berkah' tentang hal itu dari kedua kepala sekolah. Yah... tidak ada yang benar-benar senang atau berterima kasih untuk itu. Bahkan para anggota OSIS pun merasa seperti dipaksa.

Menurut keputusan kepala sekolah dari kedua belah pihak tersebut, setelah penggabungan berhasil dicapai, dua badan OSIS, SMA Kuroba dan SMA Perempuan Shiramine, akan berjalan berdampingan sampai akhir masa jabatan mereka di bulan Oktober.

Dan begitulah, saat ini... aku hanya bisa berharap tidak akan ada masalah... meskipun, aku merasa sangat khawatir.


🔸◆ Beberapa bulan kemudian ◆🔸


"Baiklah, dengan ini, kami akan memulai pertemuan rutin pertama antara dewan OSIS SMA Shiramine dan dewan OSIS SMA Kuroba."

Suara, sikap, ekspresi, semuanya terlihat tegas.

Cantik seperti putri dari dongeng, dan anggun seperti bidadari.

Seorang siswi dengan sikap yang tegas dan mempesona, berdiri memancarkan aura yang seolah tidak akan membiarkan hal-hal asing mendekat.

'Dingin', yah itulah kesan pertamaku terhadap ketua OSIS SMA Perempuan Shiramine, Yukimiya Hyouka.

Rambutnya terlihat indah, bagaikan bisa mengikat galaksi; ia berkilauan cerah saat memantulkan sinar matahari sore. Dadanya cukup sederhana, atau lebih tepatnya kurang menonjol... Namun, di sana juga terselip pesona tersendiri yang terasa cukup mendalam.

Benar-benar kecantikan luar biasa, sesuai dengan rumor yang beredar. Bisa dibilang cantik, bisa juga dibilang imut.

Faktanya, anggota OSIS di pihak kami sendiri adalah sekelompok bajingan yang tidak terbiasa duduk berhadap-hadapan dengan perempuan. Mereka terus merasa salah tingkah dan juga gugup dengan situasi di mana semua gadis berada di ruangan yang sama.

Terlebih lagi, ditambah dengan fakta bahwa ada kehadiran gadis yang sangat cantik seperti Yukimiya Hyouka, ketegangan mereka yang sebelumnya terjadi di sekolah khusus laki-laki telah menghilang, dan berubah menjadi jinak seperti kucing pinjaman.

Aku? Tentu saja aku merasa tegang. Jangan pernah meremehkan kemampuan komunikasi remaja SMA laki-laki yang tidak terbiasa dengan perempuan.

Sambil mendengarkan pidato pembukaan Yukimiya, aku menundukkan pandangan ke pamflet yang dibagikan sebelumnya demi menenangkan diri.

Saat itu, pandangaku beralih ke seragam yang kukenakan. Saat di Kuroba, aku mengenakan seragam serba hitam, tetapi sekarang aku mengenakan blazer berwarna putih. Karena Shiramine sebelumnya adalah sekolah khusus perempuan, tentu saja tidak ada seragam laki-laki disana. Itulah mengapa seragam ini baru saja dibuat, meskipun masih terasa aneh.


Membaca panduan sekolah yang tercantum didalam pamflet, aku bisa melihat bahwa semua fasilitas yang termasuk didalamnya sangat megah dan indah. Sepertinya seluruh area sekolah ini adalah suatu karya seni. Tak heran, sekolah ini disebut-sebut sebagai sekolah para gadis bangsawan di sekitar sini.

Kata 'gadis bangsawan' juga sangat cocok dengan Yukimiya, yang tampak sempurna dalam segala aspek. Caranya bicara menebarkan kesan elegan, dan gerak-geriknya pun terasa sangat halus. Setidaknya begitulah yang aku rasakan. Walaupun, aku tak tahu pasti karena belum pernah melihat gerak-gerik yang halus sebelumnya.

Meskipun menerima tatapan iri dari beberapa orang, Yukimiya tetap mempertahankan ekspresi wajahnya yang cantik, mungkin sudah dipersiapkan sebelumnya, dia menjelaskan kronologi kejadian dengan tenang sambil memegang dokumen.

"Seiring dengan penurunan jumlah siswa di Sekolah Menengah Atas Kuroba, maka rencana penggabungan sekolah telah diresmikan bersama dengan Sekolah Menengah Atas PeremShiramine. Sebagaimana hasilnya, sekarang kita memiliki dua dewan OSIS yang telah terbentuk. Namun begitu, dewan OSIS dari Kuroba akan tetap melanjutkan tugasnya demi memperdalam persahabatan antara dua sekolah, pertama-tama melalui pertemuan antar dewan OSIS---"

Ah, ini terlalu formal, sangat-sangat formal! Apa-apaan ini, apa dia robot?! Lihatlah anggota OSIS kami, mereka terlihat kebingungan. Pertemuan kami biasanya itu seperti, "Ayo lakukan ini!" → "Yaa!" Begitulah! Kami tidak terbiasa dengan pertemuan formal semacam ini!

Kata-kata Yukimiya terus berlanjut. Aku mengerti dia berusaha melakukan yang terbaik, tetapi dengan cara ini, pertemuan tidak akan maju sedikit pun. Mereka yang tadinya terpesona dengan suara Yukimiya, sekarang malah merasa seperti sedang mendengarkan lantunan doa, kelopak mata mereka bahkan mulai terkulai satu per satu. Jujur saja, aku juga merasa mengantuk. Tidak mungkin bagiku bisa terus mendengarkan ini.

Bagaimanapun, sebagai ketua OSIS SMA Kuroba, aku harus melakukan sesuatu tentang suasana ini.

Saat aku mengangkat tangan untuk menyela, tatapan sedingin es dari Yukimiya menancap padaku. Ugh, menakutkan!

"...Ketua OSIS Yatsuhashi, silakan."

"Maaf sudah memotong pembicaraan, Yukimiya. Penjelasan awal itu bagus, tapi bagaimana kalau kita mulai melanjutkan saja rapat pertemuan rutinnya? Jika tetap melakukannya dengan cara ini, kita tidak akan pernah maju. Yah, pertemuan hari ini seharusnya lebih berfokus pada diskusi santai tentang apa yang akan dilakukan ke depannya, bukan?"

Kata-kataku membuat anggota OSIS dari pihak kami mengangguk-angguk. Namun, mereka diam dan menunduk seketika setelah mendapat tatapan tajam dari Yukimiya. Hei, hei, kalian harus lebih mendukungku, tahu? Jangan kalah.

Ya... aku agak mengerti perasaan mereka. Tatapan dingin Yukimiya, seolah-olah melihat kami, anggota OSIS SMA Kuroba, tapi sebenarnya tidak. Ada semacam kesan sombong, atau perasaan seperti memandang rendah. ...Tidak, itu mungkin hanya imajinasiku saja. Kompleks inferioritas kami membuat pikiran seperti itu muncul.

Masih dengan wajah tanpa ekspresi, Yukimiya terus menatap ke arahku. Aku pun tidak mau kalah, tetap menatap lurus tanpa mengalihkan pandangan dari Yukimiya. Mengalihkan pandangan, berarti kalah... Tidak, tunggu pertandingan macam apa ini? Uhh... entahlah, siapa juga yang tahu.

".....Itu juga benar. Maka, mari kita mulai rapatnya."

Huff...... syukurlah, dia mau mengalah. Kalau Yukimiya menjadi keras kepala di sini, rapat seperti ini tidak akan bisa berlangsung.

Yukimiya bergerak dari tempat duduknya ke depan papan tulis, dan menulis dengan huruf yang indah di atas papan yang masih kosong itu.

"Agenda rapat hari ini adalah, 【Keakraban】. Kami berencana untuk menyelenggarakan sebuah acara ringan untuk memperdalam keakraban antar sekolah. Mari kita mulai dari pendapatku---"

Wah, acara ringan, huh? Itu bagus. Misalnya seperti rekreasi, kan? Memang, itu bisa jadi cara yang bagus untuk memperdalam keakraban.

Tapi, dengan perbedaan suasana antara sekolah laki-laki dan perempuan, jenis acara apa yang akan dilakukan? Jika mereka mengatakan mari kita adakan acara menulis puisi, itu pasti jadi suasana neraka bagi kami.

Namun, pertanyaanku segera terjawab dengan kata-kata berikutnya dari Yukimiya... dalam cara yang mengejutkan.

"Untuk semua anggota OSIS, pertama-tama kita akan berjalan-jalan di dalam sekolah. Aku akan menjelaskan sejarah sekolah kita di berbagai tempat, dan setelah mendengarkan penjelasan, kita akan melakukan 'stamp rally' di mana kalian akan mendapatkan cap."

..........

Apa?

Eh, apa yang baru saja dia katakan? Berjalan-jalan? Sejarah? Stamp rally? ...Apa?


TL/N:

Stamp rally adalah kegiatan di mana peserta mengunjungi beberapa lokasi atau tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Di setiap lokasi, peserta mendapatkan cap atau stempel sebagai bukti bahwa mereka telah mengunjungi tempat tersebut. 


Aku jadi bingung, tidak mengerti apa yang dikatakan. Benar saja, para bajingan di pihak kami juga ikut tercengang, seolah terbangun, orang-orang bodoh itu membuka mulut mereka dengan wajah bodoh sambil menatap Yukimiya. Ya, tidak mungkin hanya aku yang merasa ini aneh, kan!?

Ketika aku mengangkat tangan lagi, Yukimiya menatapku dengan dingin tapi tetap berkata, "Silakan."

"Ehm... Yukimiya, apa kamu benar-benar mengerti arti dari keakraban?

"Tentu saja. Itu berarti saling bersikap ramah satu sama lain, berteman. Juga bisa disebut menjalin persahabatan atau persaudaraan."

Aku bukannya meminta jawaban yang bisa ditemukan dalam kamus bahasa Jepang seperti itu!

Ah, baiklah. Itu tak penting.

"Dengan stamp rally, apa kamu benar-benar berpikir keakraban bisa terjalin?"

Saat aku mengajukan pertanyaan, pandangan semua orang langsung tertuju pada Yukimiya.

Tidak mungkin dia benar-benar berpikir seperti itu, kan? Ah, ataukah mungkin ini cara Yukimiya bercanda? Bisa jadi dia sedang mencoba melunakkan suasana yang tegang---

"Aku memang berpikir begitu, ada masalah?"

"Serius...?!"

Melihat anggota OSIS Shiramine yang lain, sepertinya hampir tidak ada yang punya keberatan dengan pendapat Yukimiya. Hanya satu atau dua orang saja yang tersenyum pahit.

Rupanya, gadis bernama Yukimiya Hyouka ini memiliki sifat yang sangat serius. Tidak, bukan hanya serius, tapi mungkin lebih tepatnya... kaku.

Yukimiya menatapku tajam, seperti kesal dengan sikapku yang memusingkan.

"Kalau begitu, ketua OSIS Yatsuhashi. Apa kamu bisa memberikan ide yang lebih baik?"

Sial, aku sudah menggali lubang untuk diriku sendiri...

Aku seharusnya sudah tahu itu, jika kamu menentang dalam rapat seperti ini, mereka akan memintamu untuk memberikan ide alternatif... Yah, tidak ada cara lain lagi...

Bagaimanapun, aku harus mengatakan sesuatu tanpa menyinggung, dan terus memikirkan rencana selagi berbicara.

"Aku pikir, mengadakan acara untuk memperdalam keakraban itu ide yang brilian. Terutama karena kita sama sekali belum saling mengenal."

"Ya. Karena itulah, aku ingin kita mengadakan stamp rally..."

"......Setidaknya, stamp rally untuk acara siswa SMA itu terlalu kurang diminati. Juga, meskipun kita belajar tentang sejarah sekolah, itu tidak akan memperdalam keakraban kita sendiri. Yang penting adalah bisa menjadi contoh bagi para siswa yang merasa bingung karena penggabungan sekolah. Jika kita sendiri terpecah belah, siswa lain juga akan terpecah, dan pasti akan ada yang merasa tidak aman karenanya."

Anggota OSIS di pihak kami mengangguk mendengar kata-kataku.

Disisi lain, dari anggota OSIS Shiramine, aku bisa merasakan suasana seperti mereka tidak ingin setuju, tapi aku bisa memahami hal itu.

"Kalau begitu, bagaimana cara kita bisa memperdalam 'keakraban'? Silakan beri pendapatmu."

"Untuk acara keakraban, yang pertama harus dipikirkan adalah bagaimana cara agar kita bisa saling mengenal. Misalnya, kita semua bisa membawa camilan dan berbincang-bincang di ruang OSIS. Aku pikir itu sudah cukup untuk awalnya."

"Membawa barang kesenangan ke ruang OSIS itu tidak diperbolehkan."

"Kalau camilan tidak boleh, bagaimana dengan membawa makan siang dan mengadakan makan bersama? Makan di sini seharusnya tidak masalah, kan?"

"......Yah, itu mungkin masih bisa diterima..."

Ini dia. Ini saatnya beraksi.

"Acara keakraban seperti itu, dengan suasana santainya saja sudah cukup bagus. Mungkin acara yang terstruktur yang sebelumnya juga bagus, tapi mari kita coba buat lebih santai."

Dan lagi, karena kita akan mengikuti kelas bersama di sekolah yang sama, tidak ada salahnya untuk melangkah tanpa terburu-buru. Pada akhirnya, tidak perlu bagi kita generasi ini untuk memperdalam persahabatan. Jika generasi penerus selanjutnya bisa melakukannya, itu sudah cukup. Kita hanya perlu menjadi pemicunya.

Saat aku berpikir demikian... Yukimiya menatapku dengan mata tanpa emosi.

Eh... serius, itu menakutkan. Itu bukan pandangan yang seharusnya ditujukan kepada manusia, kan?

Saat aku merasa sedikit canggung dan mengalihkan pandangan, salah satu anggota OSIS dari pihak SMA Perempuan Shiramine berbicara kepada Yukimiya, seperti mencoba untuk menjadi perantara.

"Tetapi, ketua Yukimiya. Apa yang dikatakan ketua Yatsuhashi juga masuk akal. Mungkin akan lebih baik jika kita mulai dengan perlahan mendekati satu sama lain, bukan dipaksakan secara langsung melalui suatu acara."

Mendengar itu, Yukimiya menutup mulutnya dengan tangan dan berpikir dalam diam.

"------"

...Indahnya...

Dia hanya sedang berpikir.

Namun hanya dengan itu, aku terjebak dalam ilusi seolah-olah dunia ini ada dan berpusat pada Yukimiya Hyouka.


Cahaya matahari sore memancar melalui jendela, melingkupi Yukimi seperti cahaya surgawi. Yukimiya terlihat begitu anggun, sampai-sampai jika dikatakan ini adalah adegan dari sebuah film, aku akan percaya.

Tanpa sadar, aku menelan ludah dan terus menatap Yukimiya, sampai matanya sedikit bergerak, menembus pandanganku.

"Baiklah, maka pertemuan keakraban pertama kita akan berupa makan siang bersama dengan membawa bekal sendiri-sendiri. Hari pelaksanaan adalah Jumat ini. Tempatnya di sini, di ruang OSIS."

Kata-kata Yukimiya ditulis oleh sekretaris di papan tulis.

Hmm... Jumat ini, ya. Harus berpikir tentang menu, dan membuat bekal. Daripada membuat sesuatu yang biasa saja, lebih baik sesuatu yang sedikit mewah.

Saat aku memikirkan tentang hari itu, Yukimiya memeriksa seluruh ruang OSIS.

"Ada hal lain? ...Sepertinya tidak. Maka, pertemuan OSIS hari ini berakhir. Terima kasih atas kerja kerasnya."

Ketika Yukimiya mengumumkan pembubaran, suasana ruangan menjadi lebih santai.

Memanfaatkan itu, anggota OSIS dari Kuroba bergegas meninggalkan ruangan OSIS. Pokoknya, aku juga mau cepat-cepat keluar dari sini.

Haa... entah kenapa aku merasa sangat lelah. Lebih dari merasa tegang, rasanya seperti berbagai hal telah terkikis oleh pandangan dan kata-kata Yukimiya.

Anggota lain juga merasakannya, mereka mengeluh tentang Yukimiya.

"Lihatlah, ini sangat berbeda dari apa yang digosipkan."

"Siapa yang menyebarkan rumor dia seperti dewi?"

"Tidak salah sih, tapi kepribadiannya itu tidak bisa diterima..."

Aku mengerti apa yang ingin mereka sampaikan. Aku juga, merasa bahwa dia sangat berbeda dari apa yang bisa aku bayangkan.

Menurut cerita Junya, jika ada seseorang yang mengalami kesulitan, maka dia akan mendekati dengan lembut, memberikan senyuman serta rasa aman dan nasihat. Seperti seorang dewi... begitulah seharusnya, tapi apa-apaan? Dia lebih seperti penyihir es ketimbang dewi es. Dengan tatapannya saja dia bisa membekukan orang. Memang, fakta bahwa dia sangat cantik tidak bisa ditepis.

Namun... berbicara buruk tentang seseorang di belakang mereka itu tidak bisa diterima. Aku bukannya berusaha membela Yukimiya, tapi dalam situasi ini... mungkin aku harus melakukannya.

"Yukimiya sudah mencoba memperdalam hubungan dengan kita, jadi jangan bicara buruk tentangnya."

"Tapi, Ketua..."

"Tidak ada tapi-tapian. Lagipula, coba kalian bicara buruk lagi tentang perempuan dan lihat apa yang terjadi. ...Kehidupan SMA kalian, pasti tidak akan pernah terhiasi dengan kehadiran seorang pacar."

" " "Hidup Ketua Yukimiya!" " "

Hahaha... Lihatlah, betapa sampahnya bajingan-bajingan ini.

Ketika kami semua keluar dari gerbang sekolah, kami melihat ke atas gedung sekolah SMA Perempuan Shiramine... tidak, nama sekolah telah berubah tahun ini menjadi SMA Shiramine.

Suasana dan penampilan luar yang mulia dan murni putih, layak untuk nama Shiramine. Aku bisa merasakan bahwa aku sangat tidak cocok berada di sini.

Sambil menghela nafas seakan kehilangan harapan, mataku bertemu dengan mata seorang gadis yang berdiri di balkon gedung sekolah.

Yukimiya Hyouka. Di bawah langit senja yang fantastis, kehadirannya tidak kalah dengan keindahan alam, dia adalah gadis yang merepresentasikan puncak keindahan.

Angin musim semi bertiup, mengusap rambutnya yang tergerai dengan begitu nakal.

Kata 'dewi' sangat cocok untuk Yukimiya sekarang, dia sangat cantik. Jika aku tidak tahu menahu tentang kepribadian dia sebelumnya, aku mungkin akan jatuh cinta di sini. Bahaya, sungguh sosok yang berbahaya.

Kami entah bagaimana tidak mengalihkan pandangan kami satu sama lain. Merasa seperti kalah jika mengalihkan pandangan. Meskipun aku tidak tahu apa makna dari hal ini.

Ketika kami berdua terus saling menatap seperti itu, sepertinya Yukimiya dipanggil oleh seseorang di ruang OSIS, membuat dia masuk ke dalam setelahnya.

Heh, aku menang. ...Tapi, apa yang aku lakukan? Sungguh konyol.

"Ketua, ada apa?"

"...Tidak, tidak ada apa-apa."

Aku tak punya waktu untuk memperhatikan Yukimiya. Aku membenahi posisi tasku dan segera pulang ke rumah.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close