NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ano Otome Game wa Oretachi Kibishii Sekai desu Jilid 3 Epilog

 Penerjemah: Randika Rabbani 

Proffreader: Randika Rabbani


Epilog


Bagian 1

Beberapa hari setelah liburan musim dingin dimulai.

Olivia sedang berada di kamarnya untuk bersiap-siap menantang Dungeon.

“Peralatan siap, ransel siap, senjata—— mungkin siap.”

Kyle membantu Olivia dengan persiapannya sambil memeriksa barang-barangnya.

“Apakah kita harus pergi ke Dungeon pada hari pertama?, Perjalanan kita bersama Yang Mulia Julius dan yang lainnya adalah lusa.”

Tidak ada banyak waktu sebelum kita berangkat.

Dia mengerti itu, tapi Olivia punya alasan untuk menantang Dungeon.

Itu adalah Kyle.

Dia harus mencari uang secara teratur untuk membayar gaji pelayan ekslusifnya yang bekerja full time.

Jadwal Olivia menjadi sangat padat, bahkan jika itu berarti dia harus menghabiskan lebih sedikit waktu untuk belajar.

“Aku punya banyak hal yang harus aku kerjakan, jadi aku harus mencari uang selagi bisa.

"Tolong jangan sampai kamu terluka dan berujung dirawat di rumah sakit."

“Ya, aku akan baik-baik saja. Aku telah menantangnya berkali-kali sebelumnya.”

Olivia menunjukkan kepercayaan diri, tetapi kenyataannya, dia hanya pernah menantang Dungeon di ibu kota beberapa kali saja, termasuk selama pelajaran.

Dia hanya bisa mengumpulkan logam dan batu ajaib di lantai-lantai awal untuk mendapatkan sedikit uang, dan dia tidak pernah menghasilkan banyak uang seperti anak laki-laki.

Biasanya, akan lebih efisien untuk menantang Dungeon dengan beberapa orang, tetapi, Olivia tidak memiliki siswa laki-laki yang bisa diandalkan.

Kebanyakan siswi perempuan tidak menjelajahi Dungeon selama liburan, dan Olivia sadar bahwa dia tidak disukai, jadi dia tidak bisa mengajak siapa pun.

“Mengapa kamu tidak mengajak anak laki-laki yang menolongmu dalam darmawisata sekolah? Orang itu kelihatannya mudah dibujuk dan dipengaruhi, dia mungkin akan meminjamkanmu uang juga.”

Kyle membuat komentar yang merendahkan tentang Leon.

Alasannya mungkin karena dia membandingkannya dengan Julius dan yang lainnya yang menyukai Olivia.

Memang benar jika dibandingkan dengan Julius dan teman-temannya, Leon kalah dalam hal penampilan dan kekayaan.

Perilakunya juga tidak terpuji, dan banyak gadis akan memilih Julius dan teman-temannya.

Namun, Olivia yakin bahwa Leon memiliki satu hal yang melebihi Julius dan yang lainnya.

Itu adalah kebaikan hati.

Dia mengulurkan tangan kepadanya dalam situasi di mana tidak ada orang lain yang mau membantunya.

Jika Julius dan yang lainnya ada di sana, mereka mungkin akan membantu Olivia.

Tapi, bagaimana jika situasinya sangat merugikan mereka?

Apakah mereka akan membantunya dalam situasi seperti itu?

Olivia tidak bisa sepenuhnya mempercayai Julius dan teman-temannya.

Bahkan, karena Julius dan teman-temannya, dia kehilangan waktu untuk belajar.

(Aku tidak seharusnya berpikir seperti ini,——tapi bagaimanapun juga, aku agak tidak menyukai mereka).

Perasaan kacau di dalam dirinya meluap.

Meskipun dia malu akan hal itu, dia tidak bisa menghentikannya.

Dia mengerti bahwa mereka baik padanya, dan Olivia sendiri telah dibantu berkali-kali.

Tetapi jika ditelusuri kembali ke akar masalahnya, bukankah Julius dan teman-temannya lah yang merupakan penyebabnya?

Dia tidak bisa tidak berpikir begitu.

Hal pertama yang terlintas dalam pikirannya adalah fakta bahwa mereka berdua telah berada di ruangan yang sama untuk waktu yang lama.

Kyle, yang mungkin khawatir melihat ekspresi Olivia yang muram, dengan ragu menawarkan,

“Oh, um…”

“Hm?”

“Itu—— bolehkah aku membantu juga? Setidaknya aku bisa membawa barang-barangmu."

Kontrak Kyle tidak termasuk untuk membantunya menantang Dungeon.

Kyle, yang biasanya menghindari pekerjaan ekstra dengan berdalih kontrak, hari ini menawarkan diri untuk membantu pekerjaan berbahaya.

Olivia menganggapnya sedikit lucu.

Olivia tertawa dan berkata.

“Itu tidak ada dalam kontrak, apa kamu yakin?

“T-Tidak masalah. Anggap saja ini semacam layanan tambahan.”

“Terima kasih, tapi aku minta maaf. Kurasa masih terlalu dini bagimu untuk pergi, Kyle.”

Olivia menolak tawaran itu, mengatakan bahwa dia tidak bisa membawa Kyle, yang masih terlalu muda.

Kyle tampaknya frustrasi karena ditolak karena usianya.

“Setidaknya aku bisa membawa barangmu jika aku berusaha lebih keras.”

"Niatmu saja sudah cukup. Terima kasih, Kyle."

Olivia meninggalkan ruangan dengan barang bawaan yang berat di punggungnya.

.

Bagian 2

Beberapa siswi sedang memperhatikan Olivia meninggalkan ruangan. 

Mereka menjaga jarak agar tidak terlihat dan berbisik-bisik.

“Di mana Dally dan Donna?”

"Mereka kabur ke rumah orang tua mereka karena takut pada Bartfort."

“Apa-apan itu? Pengecut sekali.”

Gadis-gadis itu mengejek Dally dan Donna, yang tidak ada di sini, mereka saat ini sedang melihat Olivia yang sedang menuju ke Dungeon.

"——Yah, bahkan tanpa mereka, apa yang akan kita lakukan juga tidak berubah, kan?"

Mereka melihat ke bawah dari jendela ke arah Olivia yang sedang meninggalkan asrama perempuan.

“Sudah menjadi tugas bangsawan untuk menghukum rakyat jelata yang kurang ajar.”

.

Bagian 3

Di sebuah kamar penginapan di bekas wilayah Offrey.

Hari ini, Marie mengunjungi kamarku dan berbaring di tempat tidur.

Aku melihat ke luar jendela dan melihat bahwa cuaca mendung dan mulai turun salju.

“Sepertinya hari ini akan dingin lagi.”

Meskipun kamarnya tidak dingin karena ada perapian, orang-orang di wilayah ini terlihat berjalan dengan pakaian tebal.

Luxion menoleh ke arah Marie.

[Saya senang anda menyukai cincin pertunangan itu. Tidak sia-sia untuk menyelidiki selera Marie secara menyeluruh.]

Logam mulia dan batu permata yang digunakan dalam cincin itu berharga sangat mahal karena mengandung kekuatan sihir.

Cincin yang telah dibuat ulang berkali-kali oleh Luxion tampaknya sesuai dengan selera Marie.

Marie bangun dan menunjukkan jari manis kirinya kepada Luxion.

“Kelihatannya cocok untukku, kan?”

[Tentu saja. Ini adalah barang yang saya siapkan khusus untuk Marie.]

“Aku tidak menginginkan respon seperti itu. Aku hanya ingin kamu mengatakan ini terlihat bagus untukku.”

[Itu cocok untuk Marie.]

“Terima kasih.”

Luxion juga dalam suasana hati yang baik.

Marie melihat ke sekeliling ruangan.

"Meskipun ini penginapan yang disediakan oleh keluarga Roseblade, bukankah ini lebih tua dari yang kita kira?"

Memang benar apa yang dikatakan Marie, tapi tetap saja ini bukan penginapan yang buruk.

"Anggap saja penginapan ini memiliki nilai sejarah."

“Tempat seperti ini kan, biasanya ada hantu. Aku sensitif terhadap hal-hal spiritual seperti itu."

Marie mulai bicara seolah-olah dia punya indera keenam, membuat aku dan Luxion saling berpandangan.

“Meragukan, ya.”

“Saat insiden kalung Saint, bukankah Marie tetap tertidur lelap saat roh pendendam itu muncul”

"Jadi, bagaimana bisa dia bilang punya indera keenam?"

Ketika roh pendendam itu muncul dari kalung saint, Marie bahkan tidak menyadarinya.

Tidak mungkin Marie yang seperti itu punya indera keenam.

Ketika Luxion dan aku terkekeh, Marie menjadi cemberut.

"Ini beneran! Pasti ada roh di penginapan ini juga!"

Aku benar-benar marah pada Marie yang mengatakan hal aneh.

"Hentikan! Aku tidak akan bisa tidur malam ini!"

“Pfft, penakut.

“Bukan itu! Dengar, aku takut pada sesuatu yang tidak bisa kukalahkan——?"

Aku merinding.

Aku merasa kedinginan, dan pada saat yang sama keringat dingin mengucur.

Firasat buruk yang membuat tubuhku gemetar——Aku pernah mengalami ini sebelumnya, tapi kali ini , entah kenapa terasa sangat jelas dan tidak menyenangkan.

Marie menatapku dengan cemas, bingung dengan keadaanku.

“Eh? Apa kamu benar-benar ketakutan? Maafkan aku. Tenang saja, itu bohong, jangan khawatir.”

Aku menggelengkan kepala pada Marie yang menyesal karena membuatku takut.

Sambil menutup mulut dengan tanganku, Luxion memindai tubuhku.

[Detak jantung meningkat tajam. Keringat juga terdeteksi.——Master, sebaiknya anda istirahat hari ini.]

Marie juga setuju dengan Luxion.

“Benar. Kamu harus tetap hangat dan tidur hari ini. Wajahmu juga terlihat pucat, apa kamu masuk angin?”

“Tidak, aku baik-baik saja.”

Apa firasat aneh ini? Apakah aku melewatkan sesuatu yang penting? Entah kenapa aku merasa cemas.

Kemudian aku melihat Marie yang sedang melihat ke sekeliling ruangan.

“Ada apa?”

"Hmm, aku merasa ada yang aneh. Mungkinkah ruangan ini benar-benar berhantu atau semacamnya?"

Aku menghela napas panjang.

"Kamu tidak punya indera keenam, jadi tenang saja."

.

Bagian 4

Olivia, yang menantang Dungeon sendirian, telah mendapatkan hasil yang cukup.

"Dengan ini aku bisa pergi berlibur dengan tenang."

Ransel yang dibawanya penuh dengan batu ajaib dan logam. 

Meskipun berat, dia harus menjualnya dan mendapatkan keuntungan agar bisa membayar gaji Kyle.

"Hup, sudah selesai. Sekarang tinggal kembali. Tapi, hari ini aku masuk cukup dalam."

Hari ini, Olivia tampaknya sudah terbiasa dengan ruang bawah tanah dan telah mencapai tempat yang lebih dalam dari biasanya. 

Mungkin para siswa laki-laki telah mengalahkan monster-monster di depannya saat mereka maju lebih dulu. 

Berkat itu, Olivia bisa mendapatkan batu ajaib dengan kemurnian tinggi, jadi untuk sementara waktu dia tidak perlu menjelajahi ruang bawah tanah lagi.

Penjelajahan ini jauh lebih mudah daripada yang aku kira.

"Aku membuat kemajuan yang lebih baik dari yang kuduga, tapi— sepertinya aku terlalu memaksakan diri hari ini."

Sambil berjalan melewati dungeon dengan senyum pahit di wajahku, aku melihat sesosok manusia muncul dari sisi jalan.

Itu adalah sekelompok gadis dengan pelayan pribadi mereka di belakangnya.

Mereka menghalangi jalan Olivia.

“Eh, ano?”

Olivia mencoba melarikan diri, tetapi mereka mengepungnya dari belakang, dan menghalangi jalannya.

“Kamu sangat ceroboh datang ke sini sendirian.”

Kata siswi itu, dan para pelayan mulai menggendong Olivia di punggung mereka.

Ransel Olivia direnggut dan dibuang. 

Karena dia tidak bisa menukarkannya dengan uang kecuali dia membawanya ke permukaan, Olivia dengan putus asa meraihnya.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kembalikan ranselku!”

Melihat keputusasaan Olivia, para gadis-gadis mengejeknya.

“Sepertinya kamu terlalu terbawa suasana ketika darmawisata akademi.”

“Kami tidak senaif Dally dan Donna.”

“Jangan harap ada yang akan menyelamatkanmu.”

Gadis-gadis itu masuk lebih jauh ke dalam Dungeon.

Dengan pelayan pribadi mereka sendiri, mereka dikawal oleh anak laki-laki bersenjata, yang membuat mereka terus berjalan.

Olivia memiliki firasat buruk.

“Tidak——kumohon, biarkan aku pergi.”

Olivia berteriak minta tolong, tetapi para gadis, pelayan dan anak laki-laki tidak mendengarkannya.

Olivia mencengkram jimat roda gigi yang diikatkan di pergelangan tangan kirinya.

“Ksatria-sama, tolong aku.

Dia membayangkan Leon, tapi salah satu siswi berbalik dan berjalan mundur kearahnya

Dia menyampaikan kenyataan yang pahit.

“Sayang sekali kamu tidak akan bisa hadir di pesta pernikahan Bartfort.”

Olivia merasa putus asa mendengar kenyataan yang disampaikan dengan wajah jahat itu.

(Pernikahan? Oh, begitu—— jadi dia akan menikah dengan gadis itu. Tidak sepertiku, dia kecil, imut, dan—— seorang gadis bangsawan yang cantik—)

Olivia, yang terdiam dalam keputusasaan, dibawa ke sebuah tempat yang ditandai sebagai tempat terlarang.

Pihak sekolah telah menutup area tersebut untuk mencegah para siswa masuk.

Ketika mereka melangkah lebih jauh, dia menemukan sebuah lubang vertikal yang dalam.

Itu adalah lubang yang sangat besar, dan terlalu gelap untuk melihat dasarnya.

Di depan lubang vertikal seperti itu, para gadis menjadi tanpa ekspresi.

Mereka menjelaskan situasi Dungeon seperti itu.

“——Bahkan di antara siswa Akademi, ada korban dalam penjelajahan Dungeon setiap beberapa tahun sekali. Satu atau dua orang, atau beberapa orang dalam satu kelompok."

“——!”

Olivia menyadari apa yang akan dilakukan para gadis itu.

Gadis-gadis itu melihat wajah pucat Olivia.

"Seorang gadis rakyat jelata yang nekat, menjelajah terlalu dalam tanpa mempertimbangkan kemampuannya sendiri, dan berujung menghilang—— Bukankah itu cerita yang sangat mungkin terjadi?"

Olivia tahu mereka serius.

Tapi dia tidak bisa menahan diri untuk memohon.

“Tunggu. Tolong tunggu. Dengarkan aku!”

Permohonan putus asa Olivia untuk hidupnya pasti memuaskan harga diri para gadis itu.

Mereka tersenyum——dan melambaikan tangan.

“Selamat tinggal.”

Gadis-gadis itu mulai tertawa.

“Ini salahmu sendiri. Kau terlalu terbawa suasana untuk seorang rakyat jelata.”

"Kau benar-benar pantas mendapatkan ini karena mendekati Yang Mulia Putra Mahkota tanpa tahu diri."

"Apakah kau lengah karena kau dilindungi di akademi? Sayang sekali, ya. Hari ini adalah akhir hidupmu di sini."

Para pelayan pribadi melemparkan Olivia ke dalam jurang.

Saat dia jatuh, Olivia mengulurkan tangan dan berpikir.

(Apa salahku?)

Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini?

Apakah karena dia disukai Julius?

Apakah karena dia adalah rakyat jelata di akademi bangsawan?

Olivia menangis.

Air matanya mengalir ke atas saat dia jatuh.

“Mengapa aku— Mengapa?!”

Dia merasa semua emosinya meledak sekaligus.

Kemudian, dia merasakan kehadiran monster dari kedalaman lubang vertikal—tepat di bawahnya.

Dari tempat gelap yang dasarnya tak terlihat itu, monster raksasa dengan mulut terbuka lebar mendekatinya.

Saat dia berpikir akan dimakan, ada sesuatu yang memancarkan cahaya bulat menembus monster itu dan mengubah monster itu menjadi asap hitam.

Di tengah asap hitam yang menghilang, Olivia terkejut saat sesuatu melilit lengan kirinya.

Sebuah gelang melingkari dilengan kirinya.

Saat gelang itu bersinar, kecepatan jatuhnya berangsur-angsur melambat.

Dan dia bisa mendarat tanpa cedera.

“Ge—Gelang?”

Apakah gelang ini yang menyelamatkannya?

Namun, jimat di pergelangan tangan kirinya terlepas— roda gigi kayu itu hancur berkeping-keping dan berserakan di tanah.

“A—Aku selamat?”

Dia mendongak, tetapi terlalu gelap untuk melihat apa pun.

Dia bahkan tidak bisa melihat gadis-gadis itu.

"Apakah gelang ini yang menyelamatkanku?"

Dia mengintip ke gelang aneh itu, dan gelang itu memancarkan cahaya redup—

Olivia terpesona oleh cahaya itu—.

"Hah? Apa ini— cahaya ini—"

 ——Cahaya menghilang dari matanya.

Tubuhnya jatuh ke tanah seperti boneka yang talinya putus.

Dari gelang yang melekat pada lengan kiri Olivia yang jatuh, sesuatu berbentuk wanita muncul.

Tanpa tubuh fisik, kabut hitam seperti ilusi membentuk sosok wanita.

Sosok itu menatap Olivia yang roboh, matanya yang berbentuk almond melengkung membentuk senyuman—.

“——Aku menemukannya. Akhirnya aku menemukanmu.”

Olivia, yang tubuhnya tidak bisa bergerak, tidak bisa melawan kabut hitam itu. 

Dia bahkan tidak bisa bersuara.

(Apa itu? Monster? Apa yang akan dilakukannya padaku?)

Saat dia merasakan ketakutan, kabut hitam itu mulai bergetar hebat.

“Wahai keturunanku. Engkau layak untuk mewarisi kekuatanku, pikiranku, kehendakku—semuanya!”

Ketika kabut hitam itu menghilang, ada seorang wanita cantik berdiri di sana.

Rambut pirang panjangnya berkilau dan berkibar lembut.

Mata merahnya yang kuat menatap Olivia.

Wanita cantik itu tampak seperti seseorang yang pernah Olivia lihat di suatu tempat sebelumnya.

(Hah? Orang ini—)

Wanita itu membuat gerakan seolah meraih wajah Olivia dengan kedua tangannya, namun karena dia tidak memiliki wujud fisik, Olivia tidak merasa disentuh. Hanya saja, ada sensasi dingin yang menusuk.

Sensasi sedingin es itu, terasa seperti bukan dari dunia ini.

Wanita itu merasa simpati pada Olivia. 

"Kamu anak yang malang. Dibuang ke dasar jurang gelap seperti ini." 

Di hadapan wanita yang tampak seperti akan menangis, Olivia merasa takut—

(Hentikan. Jangan sentuh hatiku!!)

Wanita yang berbicara lembut itu— menyentuh hati Olivia.

Rasa dingin wanita itu menyebar ke seluruh tubuhnya dan dia merasa seolah-olah dia sedang terkikis.

Olivia memahami hal ini secara intuitif.

Ini buruk.

“Padahal kamu adalah anak yang sangat baik.”

Wanita yang menatap wajahnya tampak seperti hantu—roh.

Olivia ingin segera melarikan diri, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak. 

Wanita itu tersenyum, lalu—menunjukkan wajah yang sangat buruk.

“Kau anak yang sangat jujur, baik hati, dan menyedihkan. Itu sebabnya— kau sangat mudah dirasuki!!”

Matanya terbuka lebar, dan dia memeluk tubuh Olivia lalu menghilang.

(Wanita itu masuk ke tubuhku dan— tidak, tolong, hentikan!)

Tubuh Olivia bersinar redup dan mulai bergerak.

Olivia memegang kepalanya dengan kedua tangannya dan mulai merintih kesakitan.

“Tidak, hentikan— tolong jangan ambil tubuhku—seseorang— ksatria-sama, tolong aku!”

Olivia mengalami sakit kepala yang luar biasa.

Saat Olivia menderita, dia mendengar sebuah suara dari dalam tubuhnya—suara hatinya.

(Kau benci, kan? Orang-orang yang melemparkanmu ke tempat ini? Kau benci para bangsawan yang memandang rendah dirimu, kan?)

“Hentikan!”

(Kau benci, kan? Para anak bangsawan yang menerimamu di akademi— lalu meninggalkanmu begitu saja disini tanpa bertanggung jawab?)

“Tolong. hentikan!”

(Bencilah lebih lagi! Bencilah lebih dalam! Siapa penyebab semua ini?— Benar, mereka. Orang-orang itu! Bencilah para bangsawan! Bencilah keturunan mereka!)

Wajah Julius dan yang lainnya muncul di benaknya.

Wajah para bangsawan yang baik padanya.

(Benar— kau juga membenci mereka, kan?!)

Saat dituduh membenci mereka, Olivia tidak bisa menyangkalnya. 

Mengapa mereka peduli padanya? Mengapa mereka menghalangi jalannya?

Meskipun bangsawan dan rakyat jelata memiliki status yang berbeda, mereka terus mengikutinya— dan karena itu, dia menjadi sasaran kebencian orang-orang di sekitarnya. 

Dia bahkan ditatap tajam oleh Angelica, putri seorang duke.

Namun, mereka hanya peduli padanya tanpa melakukan apa pun untuknya. 

"Aku—aku—membenci mereka?"

Sementara Olivia terkejut menyadari perasaannya sendiri, suara hatinya terus berlanjut. 

(Benar. Bencilah lebih lagi. Bencilah para bangsawan! Bencilah negara ini! Kau punya hak untuk itu!!) 

"Pergilah. Pergilah dari dalam diriku! Siapa kamu sebenarnya?!" 

Meskipun Olivia berteriak tanpa sadar, wanita yang merasuki hatinya menjawab. 

(Aku? Aku adalah wanita yang pernah disebut 'Saint' di Kerajaan ini.) 

"Apa?" 

(Akulah yang kalian sembah sebagai sebagai Saint.)

Olivia bingung, sakit kepalanya semakin parah, dan kesadarannya— terlepas disana—.

Suara terakhir yang berhasil dia keluarkan adalah,

“Ksatria-sama— tolong—.”

Setelah beberapa saat terjatuh lagi, dia perlahan-lahan bangkit.

Olivia berdiri dan melihat tubuhnya sendiri, tersenyum dengan mata yang telah kehilangan cahayanya.

Olivia— Saint— tertawa di dasar jurang.

“Akhirnya Aku mendapatkannya! Sebuah tubuh. Tubuhku yang baru!!”

Saint, yang telah mengambil alih tubuh Olivia, meregangkan tubuhnya dan menikmati sensasi memiliki tubuh fisik lagi setelah sekian lama

"Sudah lama. Bahkan sangat lama sekali. Tapi sekarang aku bisa membalas dendam pada Kerajaan. Aku bisa membalas dendam pada sampah-sampah yang mengambil segalanya dariku dan Lea!”

Di dasar lubang yang gelap.

Olivia, yang tubuhnya telah diambil alih oleh Saint, merentangkan tangannya dan tubuhnya melayang di udara.

Dia terus naik.

"Berkat kondisi mental gadis itu yang sedang tidak stabil, aku bisa mengambil alih tubuhnya dengan mudah— mungkin ini juga adalah takdir."

Dia melihat jimat roda gigi kayu yang hancur berserakan di tanah, tapi Saint itu tidak menghiraukannya.


Saint itu menghadap keatas dan terus meningkatkan kecepatan naiknya.

"Mari kita mulai. Akhir dari Kerajaan Holfort. Balas dendam 'kita'!! Mari kita tenggelamkan negara ini ke dalam lautan api dan membangun segalanya dari awal—."


Previous Chapter | ToC  | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close