Penerjemah: Randika Rabbani
Proffreader: Randika Rabbani
Bonus SS
Principality Sister Part 3
“Child of the Black Knight”
"Hari ini adalah hari aku akan membuatmu mati, orang tua!!"
Orang yang aku acungkan pedang kayu di taman mansion adalah Black Knight, Viscount [Vandel Him Zenden], pahlawan dari Principality Fanose.
Dia adalah seorang pria besar dengan rambut beruban seperti seorang prajurit yang gugur dan bekas luka berbentuk salib di dahinya.
Dia sudah cukup tua untuk disebut sebagai orang tua, tapi dia memiliki tubuh yang tertutup dengan otot.
Pedang kayu yang dia bawa, dibuat berdasarkan pedang besar ‘Greatsword’ dan biasanya diberi pemberat.
Ketika dia melatihku, dia melepaskan pemberatnya karena dinilai berbahaya, tetapi ini malah membuat kecepatan ayunan pedang itu terlalu cepat untukku.
Di sisi lain, pedang kayu yang aku pegang dibuat berdasarkan model pedang panjang ‘Longsword’.
Awalnya, pedang ini seharusnya diayunkan dengan kedua tangan, tapi atas perintah orang tua itu, dia memaksaku untuk memegangnya dengan satu tangan.
Karena aku memegangnya dengan satu tangan, aku harus mengayunkannya dengan sekuat tenaga, karena hal itu, aku terasa seperti yang diayunkan oleh pedangnya, dan orang tua itu akan menertawakanku dengan ringan.
"Kata-katamu seringan pedangmu. Apakah kamu pikir kamu bisa mengalahkanku hanya dengan itu?"
Orang tua itu, yang dengan mudah mengayunkan pedang besar dengan satu tangan, menangkis pedang kayuku ke atas dari tanah.
Ketika tubuhku terbuka, dia menendangku di sana.
"Kaha!?"
Aku ditendang di perut, semua udara di paru-paruku keluar, dan aku terlempar ke belakang begitu saja.
Aku berguling di rumput, dan ketika aku mencoba bangun, aku dipukul ringan oleh pedang kayu orang tua itu di leherku.
Ketika aku melihat ke atas, orang tua itu menghela napas panjang.
"Bisakah kamu setidaknya memberiku satu pukulan yang bagus, idiot"
"Itu terlalu sulit. Kamu harus sadar bahwa kamu adalah pahlawan negara"
"Padahal kamu semakin banyak bicara."
Sebagai tanggapan, orang tua itu menghela napas kedua dan memintaku untuk berdiri.
Berdiri dengan pedang kayu sebagai tongkat, orang tua itu mulai mengajariku cara mengayunkan pedang.
"Kamu harus lebih berusaha menjadi satu dengan pedang. Jangan mengayunkannya dengan lenganmu. Tetapi gunakan seluruh tubuhmu. Sadarilah bahwa pedang adalah bagian dari tubuhmu."
Ada keadaan tertentu yang telah dicapai oleh seorang ahli.
Itu hanya pengetahuan yang aku dapatkan sekilas di kehidupan sebelumnya, tapi tampaknya pernyataan mereka yang telah menguasai seni berada di level yang tidak dipahami orang biasa.
"Apakah kamu menyuruhku untuk menempelkan pedang ini ke tubuhku?"
Tidak peduli seberapa banyak aku mengayunkannya, aku tidak bisa mengakuinya sebagai bagian dari tubuhku.
Sebagai tanggapan atas pernyataanku, yang merupakan orang biasa, orang tua itu mengayunkan pedang kayunya sendiri.
Pemandangannya tampak seolah-olah dia sedang melakukan tarian.
"Tidak apa-apa, tapi teruslah mengayunkan pedang sampai pedang itu terasa seperti bagian dari tubuhmu. Tentu, bakat memang penting, tapi pada akhirnya, waktu yang kamu habiskan itulah yang lebih penting. Bekerja keraslah sebelum kamu mengeluh bahwa kamu tidak punya bakat. Kerja keras adalah satu-satunya senjata yang tersisa untuk orang biasa."
Ada bantahan terhadap pendapat itu.
Aku tahu dari kehidupanku sebelumnya bahwa beberapa guru besar menyatakan bahwa "bakat untuk bekerja keras juga ditentukan oleh gen."
Kenyataan itu kejam tanpa akhir.
Tidak hanya bakat, tapi bahkan dapat bekerja keras adalah bakat yang ditentukan secara genetik.
Namun, bahkan jika aku menceritakan kisah ini di sini, dia tidak akan percaya.
Akan merepotkan untuk membuktikan bahwa kemampuanku untuk bekerja keras adalah karena bakat yang diberikan Tuhan.
Hal yang benar untuk dilakukan mungkin adalah tetap diam, tapi aku adalah orang yang bisa membicarakan hal-hal dari perspektif yang berbeda.
Katakan pada orang tua itu bahwa zaman pedang sudah berakhir.
"Kita hidup di zaman sekarang di mana Armor memegang senjata dan bisa saling menembak. Aku rasa kita tidak boleh hanya terpaku pada pedang. Lalu kita harus mencoba segala macam senjata lainnya."
Orang tua itu, yang telah berhenti mengayun, menatapku dan terkejut, tapi dia juga yakin.
"Sepertinya semakin banyak kamu berbicara, semakin banyak pula kamu bisa berpikir. Namun, pendapatmu benar. Aku juga setuju dengan pendapatmu. Jika kamu pergi medan tempur sebenarnya, kamu akan menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan satu pedang."
Apakah orang tua itu mendengarkan pendapatku?
Aku punya firasat buruk tentang ini.
Orang tua itu mengangkat kedua sudut mulutnya untuk memberiku senyum yang menakutkan.
"Sudah waktunya untuk memulai pelatihan lainnya. Aku akan mengajarimu cara menggunakan senapan dan pengetahuan serta keterampilan lain yang diperlukan sesuai dengan keinginanmu."
Rupanya pernyataanku membawa masalah yang tidak perlu pada diriku sendiri.
.
Bagian 2
"Leon benar-benar idiot."
"Bukankah Rude sedikit kasar kepadaku? Kau perlu lebih baik kepadaku, atau kau tidak akan bisa mendapatkan kebaikanku."
"Aku tidak butuh kebaikanmu, Leon idiot."
Sudah menjadi rutinitas bagiku untuk menghabiskan liburanku di istana Principality.
Kami telah saling kenal selama lebih dari lima tahun sekarang, sebagai teman bermain Yang Mulia.
Aku dan [Hertrude] berusia sepuluh tahun, dan adik perempuannya [Hertrauda] berusia delapan tahun.
Akhir-akhir ini, Hertrude——Rude telah mulai ingin bertindak seperti wanita dewasa.
Meskipun itu tampak seperti pemandangan yang menawan untuk gadis seusianya, dia terpaksa berperilaku menjadi wanita dewasa karena posisi yang mewajibkannya sebagai keluarga bangsawan di istana Principality.
Waktu di mana mereka berdua masih dapat bertindak seperti anak-anak akan segera selesai.
Saat kami berdua, Rude dan aku sedang berbicara, Hertrauda —— Rauda menyela kami.
"Onee-sama tidak menginginkan kebaikan Leon? Kalau begitu aku akan mengambilnya. Leon, berikan kebaikanmu padaku."
Rauda, yang membusungkan dadanya, tampaknya tidak memiliki pemahaman yang benar tentang ‘kebaikan’.
Karena pengetahuan kehidupan masa laluku secara tidak sengaja tersebut, mereka berdua sekarang telah mempelajari pengetahuan yang tidak perlu.
Aku dengan lembut mengelus kepala Rauda.
"Rauda adalah gadis yang baik. Aku harap kamu tumbuh menjadi orang yang jujur seperti sekarang."
Rude, yang sedang melihat Rauda, yang senang dielus, merasa kesal dan membusungkan pipinya.
Tidak seperti Rauda, Rude tidak jujur.
“Pernyataan itu membuatku terdengar seperti orang yang tidak jujur."
"Aku senang kamu mengerti. Jika kamu ingin aku bersikap baik kepadamu, kamu harus mendapatkan kebaikanku. Aku secara fisik dan emosional terluka karena dipukuli oleh orang tua sialan itu."
"Biar kukatakan, itu dimaafkan karena itu Leon. Tidak ada seorang pun di istana Principality yang boleh mengatakan "orang tua sialan" kepada Vandel.
Aku menghela napas kecil saat melihat Rude, yang cemberut dan marah.
Black Knight, pahlawan besar dari Principality Fanose, ditakuti oleh semua orang.
Tidak ada yang pernah melihat sifat asli dari orang tua itu.
Bagi seorang orang tua yang terikat oleh keinginan untuk balas dendam setelah keluarganya dibunuh, status pahlawan pastilah sebuah belenggu baginya.
"Jika kamu bertanya kepadaku, orang tua itu seharusnya lebih mengejar kebahagiaannya sendiri. Aku merasa kasihan padanya, terikat oleh status pahlawan dan balas dendamnya."
Sejak aku menyadari bahwa ini adalah dunia dari otome game itu, aku merasa kasihan dengan situasi Principality saat ini.
Negara ini dipandang tidak lebih dari negara yang siap menjadi antagonis dari cerita, dan aku merasakan kesedihan.
Alasan aku memiliki pandangan luas adalah karena aku adalah orang yang bereinkarnasi yang mengetahui otome game itu.
Mungkin kata-kata dan perbuatanku yang sombong sebagai orang yang bereinkarnasi tersampaikan kepada Rude, dia memelototiku dengan alis berkerut.
"Apa maksudmu? Tarik kembali apa yang baru saja kamu katakan."
"Hah? Kenapa?"
Ketika aku melihat Rude dalam suasana hati yang buruk, pada awalnya aku tidak meminta maaf, dengan mudah berpikir bahwa itu adalah kejadian biasa.
Rude didominasi oleh kebencian, yang sulit dipercaya untuk seorang anak, dan bahkan ekspresinya menunjukkan hal itu.
"Tarik kembali! Vandel adalah seorang pahlawan. Dia adalah ksatria terhebat yang berjuang untuk Principality melawan Kerajaan yang kita yang benci! Dan kamu malah merasa kasihan padanya?"
Aku rasa dia ingin mengatakan bahwa jalan hidup orang tua itu tidak salah.
Aku akhirnya menyadari betapa buruknya pernyataan yang telah ku buat.
Tidak seperti orang yang bereinkarnasi sepertiku, Rude adalah penduduk asli yang tinggal di dunia lain ini.
Mereka mungkin tidak tahu tentang situasiku, dan bagi orang-orang di Principality, balas dendam terhadap Principality adalah keadilan.
Suatu hari kami akan menjatuhkan palu keadilan pada Kerajaan pengecut yang telah menyerang Principality Fanose——mereka pikir.
Rude meraih dadaku dan dengan keras mengguncangku bolak-balik.
Ekspresi Rude begitu serius sehingga aku ragu untuk mendorongnya pergi, meskipun aku yakin bisa melepaskannya jika aku melawan.
"Tarik kembali!"
Aku berhenti mencoba membuat argumen, ketika aku melihat tatapan mata Rude yang meyakinkanku bahwa balas dendam adalah keadilan.
Ini adalah topik yang seharusnya tidak boleh dianggap enteng.
Berpikir bahwa aku harus menghindari topik ini, aku mengalihkan pandanganku dari Rude dan meminta maaf.
"M-Maafkan aku."
"——Bohong."
"Eh?"
"Kamu memalingkan muka dan mencoba mengganti topik pembicaraan."
Putri ini sepertinya tahu banyak tentangku.
Saat aku melihatnya, Rude yakin bahwa dialah yang benar dan mendorongku menjauh.
"Pergi! Jangan pernah muncul di depan kami lagi. Aku membencimu sekarang!"
Tidak bisa dihindari bahwa dia akan menolakku.
Bagi gadis-gadis ini, balas dendam terhadap Kerajaan adalah hal yang penting.
Tanpa membuat alasan apa pun, aku menundukkan kepalaku dan mencoba meninggalkan ruangan——.
"Tidak. Aku tidak menyukainya! Leon tidak boleh pergi!"
Rauda, yang diam sampai sekarang, meraih lenganku.
"Rauda? Maaf."
Aku meminta maaf dan mencoba meninggalkan ruangan, tapi Rauda tidak mau melepaskanku.
Rude juga tampak sedikit marah melihatnya.
Mengapa kamu membelanya ketika dia menyangkal balas dendam kita? Sepertinya Rude tidak mengerti.
"Lepaskan dia, Rauda. Dia telah menyangkal keadilan kita. Dia adalah seorang pengkhianat."
Rude, yang tampaknya cukup kesal, menyilangkan lengannya dan berbalik.
Rauda berteriak dengan air mata berlinang.
"Bagaimana jika kamu melakukan itu dan kamu tidak akan pernah melihat Leon lagi seperti otou-sama dan okaa-sama?"
Ketika topik tentang orang tua mereka muncul, Rude juga bergidik.
Sementara Rude bingung, para penjaga, yang curiga dengan keributan di ruangan itu, masuk ke dalam.
Rude diam, dan Rauda menangis.
Aku akhirnya meninggalkan ruangan sambil dikawal oleh seorang penjaga yang bingung.
.
Bagian 3
"Dasar bodoh!!"
Ketika orang tua itu mendengar apa yang terjadi di istana Principality, dia menjadi sangat marah seperti yang diharapkan dan melemparku ke halaman.
Dia melemparkan pedang kayu ke arahku dan ketika aku menerimanya, dia sendiri mengarahkan ujung pedang kayu itu ke arahku.
"Sungguh keterlaluan membuat para putri menangis ketika kamu dipercayakan untuk bermain dengan mereka! Dan terlebih lagi, apakah kamu berpikir bahwa balas dendam terhadap Kerajaan itu hal yang bodoh? Apakah itu cara seorang ksatria Principality?"
Orang tua itu mengayunkan pedang kayunya ke arahku dalam kemarahan.
Ketika aku berguling untuk menghindarinya alih-alih menangkapnya, pedang kayu itu tertancap dalam di tanah.
Jika aku menerimanya dengan benar, pedang kayuku akan hancur.
Jika tidak hancur, itu akan mematahkan tulangku.
"Apakah kamu akan membunuhku!?"
Aku protes, tapi orang tua itu tidak menyangkalnya.
"Aku tidak melatihmu untuk mati dari level ini. Jika kamu mati, kamu harus menyalahkan ketidakmampuanmu sendiri!"
Di kehidupanku sebelumnya, ini akan menjadi pernyataan yang akan menjadi masalah sosial, tapi sayangnya, di dunia ini, itu sulit, dan itu bisa diabaikan.
Aku melarikan diri dari orang tua yang sedang mengayunkan pedang kayu.
Saat aku putus asa melarikan diri, aku mulai merasa kesal di dalam.
Mengapa aku harus dimarahi?
Memang, orang tua itu mungkin punya alasan sendiri untuk membalas dendam, tapi jika kamu melihat ke masa lalu, kamu tidak bisa mengatakan bahwa Principality tidak bersalah.
Aku berhenti berlari dan melemparkan pedang kayuku ke arah orang tua itu.
Orang tua itu dengan ringan menepis pedang kayuku, tapi pertarungan sebenarnya dimulai di sini.
"Mana yang menyerang lebih dulu? Meskipun balas dendammu benar, Kerajaan seharusnya memiliki hak untuk itu, kan?"
Aku biasanya dilatih tanpa alasan dan frustasiku telah mencapai batasnya.
Itu sebabnya aku memutuskan untuk mengakui kepada orang tua itu apa yang telah aku tahan sampai sekarang.
Orang tua itu mengangkat alisnya pada apa yang aku katakan.
"—— Di mana kamu mendengar itu?"
"Apakah kamu pikir dengan menyembunyikannya akan membuat fakta tersebut hilang? Kamu mengamuk dan kemudian menjadi marah dan malu ketika mereka menyerangmu balik?"
Orang tua itu, yang tertangkap basah, dengan serius mengayunkan pedang kayunya ke arahku.
Aku gugup tentang pukulan yang akan merenggut nyawaku, tapi pukulan orang tua itu dihentikan.
"——Aha! Kamu akhirnya datang, Kuro!"
Apa yang muncul di depan aku dan orang tua itu adalah bola hitam yang merupakan makhluk ajaib.
Meskipun dia adalah makhluk yang menakutkan bebentuk satu mata dari daging, perilaku dan kata-katanya seperti maskot yang menyenangkan.
[Sudah berapa kali aku harus memberitahumu bahwa itu adalah Brave, sobat?]
Seorang orang tua, setelah disela, menjauhkan diri dari Kuro.
"Jangan menghalangi, Lost Item. Ini adalah masalah antara aku dan Leon."
Kuro, yang disuruh untuk tidak menghalangi, memiliki tatapan tegas di matanya.
[Tidak. Jika pukulan itu baru saja terkena, partnerku akan kehilangan nyawanya. Apakah kamu——ingin membunuh sobatku?]
Fakta bahwa orang tua yang membawaku dan membesarkanku datang untuk membunuhku secara sungguhan, itu membuatku emosional.
Tapi pada saat yang sama, aku sadar bahwa aku telah menginjakkan kaki ke bagian yang orang lain tidak ingin aku menginjakkan kaki ke bagian itu.
Akan lebih baik jika kita berpisah di sini.
"Cukup, Kuro. Pokoknya, kita akan mengucapkan selamat tinggal hari ini."
[Apakah tidak apa-apa? Rude dan Rauda juga ada di sini.]
"Mereka juga sudah membenciku, jadi kita tidak akan pernah bertemu lagi. ——Maaf, orang tua. Karena mengatakan hal-hal yang menyangkal balas dendammu."
Aku berbalik dan memutuskan untuk meninggalkan mansion bersama Kuro.
Pada akhirnya, semuanya menjadi sangat buruk, bahkan cuaca menjadi lebih buruk.
Langit gelap dan hujan mulai turun.
.
Bagian 4
Melihat punggung Leon saat dia pergi, tangan kiri Vandel secara alami terulur seolah ingin mengejarnya.
Dengan terengah-engah, dia menarik kembali tangan kirinya.
(Apa yang telah aku lakukan, itu adalah keinginan yang tak terpenuhi. Anak kecil itu dibesarkan karena dia bisa digunakan untuk membalas dendam pada Kerajaan, dan tidak ada kasih sayang diberikan. ——Atau seharusnya begitu)
Aku mengambil dan membesarkan seorang anak kecil karena itu demi kepentingan terbaik Principality di masa depan.
Dia mencengkeram tangan kirinya, yang masih terulur.
"——Bocah. Pergilah dari sini."
(Ini baik-baik saja. Aku tidak butuh siapa pun untuk memahami perasaanku. Yang aku inginkan hanyalah membalaskan dendam istri dan anak perempuanku.)
Memikirkan istri dan putrinya, yang tidak bisa dia lindungi, Vandel melemparkan pedang kayu itu dan menggenggam tangannya.
(Aku tidak peduli dengan sejarah. Istriku tidak menyerang Kerajaan. Putriku masih kecil. Jadi apa salahnya membenci Principality yang mengambil segalanya dariku? Aku——Aku——Aku telah bersumpah untuk terus berjuang sampai aku membalaskan dendam mereka berdua)
Sejarah antara bangsa-bangsa tidak relevan.
Dia hanya ingin membalaskan dendam keluarganya.
Untuk alasan itu saja, dia terus berjuang.
Saat dia melihat Leon pergi, kenangan lima tahun terakhir kembali membanjiri dirinya.
(Aku tidak peduli dengan bocah kecil yang tidak bisa menutup mulutnya. Kamu bisa pergi ke mana pun kamu mau)
Meskipun dia tidak peduli di mana dia akan mati di jalan, Vandel mendapati dirinya mambalikkan tubuhnya ke arah Leon.
"Nak——Jangan sampai masuk angin karena hujan ini."
Apa yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata perhatian untuk tubuh Leon, yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri.
Tampaknya sama untuk Leon, yang matanya terbuka lebar.
Leon menjawab dengan malu-malu.
"Terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku, orang tua. Kamu juga jaga dirimu baik-baik."
Menyaksikan Leon berjalan keluar dari gerbang mansion, Vandel merasa seolah-olah ada lubang menganga di dadanya.
Dia merasakan kehilangan, tetapi tidak ingin mengakuinya.
"Ini baik-baik saja. Dia memiliki hidupnya sendiri—"
Namun, suara terkejut Leon dapat terdengar dari sisi lain gerbang.
"Mengapa kamu di sini, Rauda!?"
Vandel segera berlari keluar dari gerbang dan menemukan Rauda, yang telah melarikan diri dari istana Principality.
.
Bagian 5
"Kenapa kau menyelinap keluar dari istana Principality tanpa ada orang yang menemanimu!? kamu juga begitu basah kuyup karena hujan."
Rauda berlumuran lumpur setelah berlari di tengah hujan.
Orang tua itu menyuruh Ethel-san untuk mencarikannya baju ganti, lalu dia menyalakan api di perapian untuk menghangatkan Rauda.
Rauda masih menangis.
"Karena. Gerat bilang kalau Leon tidak akan kembali,"
Ketika nama Gerat muncul, aku mengerutkan kening.
"Count yang licik itu selalu melakukan hal-hal yang tidak perlu"
Kuro tidak menunjukkan wajahnya di istana Principality, jadi dia tidak tahu banyak tentang Gerat.
Dia bertanya orang seperti apa dia karena aku dan orang tua itu telah membuat wajah bermasalah.
[Aku sering mendengar nama Gerat dari mulut partnerku, tapi apakah dia benar-benar seburuk itu?]
"Dari penampilan hingga perilakunya, dia adalah pria yang licik. Dia memiliki kepribadian yang buruk, jadi setidaknya aku tidak menyukainya."
Kudengar dia bekerja di istana Principality mengurus Rauda dan yang lainnya, tapi dari sudut pandangku, sepertinya dia hanya ikut campur dalam urusan untuk memenuhi kepentingannya sendiri.
Orang tua itu tidak membantah pendapatku, tapi dia tidak banyak mengeluh tentang Gerat.
Orang tua itu, yang mengkhawatirkan Rauda, berbicara dengan suara lembut.
"Sepertinya ada semacam kesalahpahaman. Aku akan menjelaskannya kepada Gerrat, jadi untuk hari ini, ayo kembali ke kastil istana."
Jika aku memberi tahu Rauda bahwa aku akan pergi, dia akan menangis lagi, jadi orang tua itu mencoba menipunya.
"Meskipun kau sangat ketat denganku, kau sangat baik pada Rude dan Rauda"
Ketika aku mengeluh, Kuro, yang ada di sebelah kiriku, tertawa.
[Apakah kamu cemburu, sobat?]
"Tidak, bukan itu maksudku. Maksudku, jika dia biasanya begitu ketat denganku, dia bisa bersikap sedikit lebih ketat terhadap Rude dan Rauda,"
[Mari kita anggap begitu. Tapi kamu benar, orang tua itu sangat baik pada mereka berdua.]
Orang tua itu tampaknya telah mencapai batas kesabarannya saat kami berdua berbicara pelan.
Mungkin dia tidak bisa berteriak karena Rauda ada di sana, tapi saat dia menoleh ke arah kami, kami bisa melihat urat-urat di dahinya.
"Leon, ini salahmu karena sang putri sangat kesepian. Setidaknya kau bisa bicara dengannya"
Di depan orang tua yang mengintimidasi sambil tersenyum, aku mengangkat bahu dan mendekati Rauda.
Aku merasa tidak enak saat melihat Rauda terisak.
"Aku minta maaf atas kesalahpahamannya. Tapi bagaimana kau tahu di mana mansion ini? Padahal mungkin kau hanya pernah beberapa kali keluar dari kastil istana."
Overprotektif terdengar bagus, tapi ini hampir seperti tahanan rumah.
Aku tidak berpikir Rauda bisa keluar sendiri.
"Aku telah mengetahui jalan rahasia istana dari Onee-sama"
"——Jangan beri tahu siapa pun tentang jalan rahasia itu."
Rauda sepertinya keluar dengan memanfaatkan jalan rahasia yang hanya diketahui bangsawan.
Sementara aku tercengang, orang tua di belakangku menghela nafas panjang.
"Putri, selalu ada skenario "untuk berjaga-jaga". Mulai sekarang, kau sebaiknya hanya meninggalkan istana ketika hanya dalam keadaan darurat"
"Ini darurat! Semua orang bilang Leon akan pergi."
Rauda hampir menangis, jadi kami berusaha mati-matian untuk menghiburnya.
"Tenang, Rauda, aku di sini!"
[Benar, Rauda. Sobatku masih ada di sini. Benar, kan, orang tua?]
Saat ditanya oleh Kuro, orang tua itu mengangguk dengan ekspresi kaku di wajahnya.
"Benar. Kau bisa tinggal——di mansion selama yang kau mau, dasar bocah,"
Pria tua itu berkata sambil berbalik, jadi aku pun berbalik juga.
Karena ini agak memalukan.
"—Aku akan berhutang budi padamu lagi, orang tua"
Kami saling berpaling, mengabaikan kepergian rumah tersebut, dan Rauda tampak sedikit lega melihatnya.
Kuro, yang sedang mengawasi kami, mendekati Rauda.
"Jadi, kau bisa tenang mulai sekarang, Rauda!"
Kuro sendiri mungkin memiliki niat baik, tapi kata-kata dan tindakan pria ini lucu, tapi penampilannya menyeramkan.
Rauda mulai menangis, mungkin karena dia takut saat melihat Kuro dari dekat.
"Uwaaaaan, sangat menakutkan!!"
[Sekarang itu salahku!?]
.
Bagian 6
Rauda, ditemani Vandel, kembali ke istana, di mana Rude yang khawatir dan Gerat yang tidak senang sedang menunggu.
"Rauda! Kamu membuatku khawatir"
Rauda, yang dipeluk oleh Rude yang mulai menangis, juga berlinang air mata.
"Aku minta maaf, onee-sama"
Melihat kedua saudari itu berpelukan, Vandel menghela nafas lega.
(Entah bagaimana semuanya berjalan lancar. Meski begitu, aku tidak menyangka Rauda-sama begitu dekat dengan Leon——Bagaimanapun juga, dia pasti takut kehilangan seseorang yang dekat dengannya)
Merasa seperti pisau telah menusuk jantungnya, Vandel tanpa sadar meletakkan tangannya di dadanya.
Gerat, yang marah karena pelarian Rauda, mendekat.
"Kabur pada saat pelajaran penting, sebagai bangsawan istana, itu adalah sebuah ketidakdisiplinan"
"—— Kau ingin seorang anak kecil bertekad?"
Ketika Vandel menatapnya tajam, Gerat mengangkat tangannya dan mengambil pose menyerah.
"Aku harap kau tidak marah padaku. Menatapku akan membuat kumisku yang berharga meringkuk."
"Kumismu meringkuk?"
Gerat, yang sangat terpaku pada kumisnya, terkadang berbicara omong kosong seperti ini.
Ketika Vandel berbalik, Gerat menjelaskan dengan cara yang buruk bagaimana tindakan Rauda itu salah.
"Pertama-tama, sebagai bangsawan istana, mereka berdua memiliki peran penting untuk dijalankan. Mereka adalah pemilik Magic Flute yang telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh keluarga bangsawan istana."
Lost Item, yang disebut Magic Flute, dapat dimainkan untuk membuat dan memanipulasi monster.
Ini adalah alat yang sangat cemerlang yang dapat membuat monster, menghilang saat dikalahkan dan kemudian bangkit kembali, menjadikan kekuatan militer yang harus diperhitungkan.
Jika ada kekurangannya, hanya bangsawan istana yang bisa mengendalikannya.
"Bagi Principality Fanose, Magic Flute adalah kartu truf untuk melawan Kerajaan Holfort yang dibenci secara setara. Berlatih menguasai Magic Flute itu lebih penting dari apapun, bukankah begitu? Namun, melarikan diri dan pergi ke mansion seorang anak laki-laki, itu adalah tindakan yang suram"
"Mereka masihlah anak-anak. Selain itu, Magic Flute akan merenggut nyawa para putri."
Magic Flute dapat menghasilkan kekuatan yang tidak ada habisnya, tetapi ketika menggunakan kekuatan aslinya, ia akan merenggut nyawa pengguna.
Saat Vandel tertekan, Gerat berkata dengan acuh tak acuh.
"Tidak masalah jika hanya satu dari mereka yang menggunakan kekuatan sebenarnya dari Magic Flute. Jika hanya satu dari mereka yang tersisa, Principality akan memenangkan pertempuran melawan Principality dan akan terus makmur setelahnya."
Vandel mencoba mengulurkan tangan kanannya ke Gerat yang mengucapkan kata-kata sensitif.
"Apakah hanya itu yang ingin kau katakan?"
Dia meraih dadanya dan mencoba membantingnya ke lantai.
Namun, Gerat menggunakan kata-katanya untuk secara akurat menunjukkan bagian menyakitkan Vandel.
"Bukankah kau setuju dengan rencana kami?"
"!?"
Ketika Vandel menarik tangannya, Gerat terus berbicara dengan volume yang tidak dapat didengar oleh kedua saudari yang sedang berpelukan.
"Sama halnya denganmu yang memanfaatkan para putri. Karena kau mengutamakan balas dendammu sendiri, putri-putri kesayanganmu di depanmu ini juga kehilangan orang tua mereka."
Vandel menggenggam tangan kanannya sekuat mungkin, dan darah menetes keluar.
Gerat memiliki senyum jahat di wajahnya.
"Aku ingin tahu seperti apa wajah para saudari itu saat mereka mengetahui yang sebenarnya——? Aku yakin mereka akan patah hati saat mendengar bahwa Black Knight yang mereka percayai adalah seorang pengkhianat."
"Kau bajingan!"
Kepada Vandel, yang meninggikan suaranya, Gerat meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya dan berkata, “Sstt~,” lalu berjalan pergi.
Vandel, yang tetap di sana, merasakan rasa bersalah yang hampir menghancurkan hatinya.
(——Aku tidak punya hak untuk mengganggu rencana sekarang. Aku mengerti. Aku seharusnya mengerti)
Sambil melihat Rude dan Rauda di sisinya, Vandel berjuang melawan pengkhianatannya sendiri terhadap mereka.
Previous Chapter | ToC |
Post a Comment