NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Inkya no Boku ni Batsu Game V9 Chapter 3

Penerjemah: Eina

Proffreader: Eina


Chapter 3: Keberanian untuk Mengundang


"Mai-chan, Mai-chan, benarkah perjalanan sekolahmu nanti akan ke Hawaii?"  

"Sepertinya begitu..."  

Saat sedang beristirahat dari kerja paruh waktu, Yuu-senpai memandangku dengan mata yang bersinar. Ya, perjalanan sekolah tahun ini ke Hawaii, jadi saatnya untuk mulai mempersiapkannya.

Aku perlu membuat paspor, menyerahkan dokumen yang diperlukan, membeli apa yang akan aku butuhkan di sana... dan juga mencari tahu apa yang akan kulakukan selama di sana.  

"Wow, itu luar biasa! Itu hebat bahwa perjalanan sekolahmu akan ke luar negeri~... Bolehkah aku ikut? Lagipula, aku adalah saudara tirimu."  

"Apa maksudmu dengan 'saudara tiri' ketika aku adalah anak tunggal?"  

"Karena kita bekerja di tempat yang sama, tidak sepenuhnya salah untuk memanggilku saudara tiri."  

"Memangnya ada saudara tiri seperti itu!? "  

Kami terus membicarakan hal-hal konyol, tetapi sebenarnya aku memiliki beberapa kekhawatiran mengenai perjalanan sekolah nanti. Tentu saja, ada banyak hal menarik juga.  

Aku sedang merenungkan sebuah kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.  


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇  


"Kalian terlalu mesra."  

Itu adalah komentar mendadak yang ditujukan padaku... tidak, pada kami. Butuh waktu bagiku untuk memahami arti kata-kata itu, karena diucapkan dengan sangat tiba-tiba tanpa basa-basi.  

Tidak jarang bagiku untuk dipanggil oleh seorang guru, tetapi kali ini berbeda.  

Di dalam ruangan yang terlihat seperti area resepsi besar dengan sofa yang elegan, guru itu duduk di meja yang terlihat lebih mengesankan dari yang biasanya.  

Karena biasanya aku hanya duduk di kursi biasa di ruang guru, sofa yang empuk dan nyaman ini terasa aneh untuk ada di sini. Rasanya juga lututku jadi lebih tinggi dari biasanya.

(Tln: Kalau kalian pernah punya sofa yang kalau di dudukin udah turun banget, tar kalian rasa kalau kaki kalian ga nyaman karena ketinggian)  

Dan di sampingku adalah... Nanami.  

Nanami dan aku duduk berdampingan, dan sedang menghadap guru.  

Mereka bahkan menyajikan teh untuk kami, dan suasananya sepenuhnya berbeda dari ketika biasanya siswa dipanggil. Lalu, tiba-tiba, komentar tadi muncul entah darimana.

Baik Nanami maupun aku akhirnya memerah.  

"Yah, dipuji sebegitunya membuatku malu."  

"Tidak, aku tidak memujimu."  

Aku sepenuhnya menyadari hal itu, tetapi aku sengaja memberi lelucon ringan untuk meredakan ketegangan suasananya. Nanami, dengan cara yang sama, memerah dan menoleh sambil sedikit menutupi pipinya dengan jari-jarinya.  

Guru itu sepertinya mengerti, dan tersenyum pahit tetapi memandang kami dengan tatapan yang agak penuh kasih.

Meskipun sepertinya tatapan dan kata-katanya terlihat tidak selaras.

"Tapi guru, aku tidak ingat pernah terlalu mesra hingga perlu untuk dipanggil seperti ini..."  

"Ya kamu pernah, kamu baru saja dipanggil beberapa hari yang lalu mengenai saat festival sekolah. Aku memperhatikannya tahu?"  

"Serius, kalian berdua?"

Guru itu tampak benar-benar kesal. Atau lebih tepatnya, dia memang kesal.  

Tetapi Nanami benar. Aku mengerti mengapa kami dipanggil sebelumnya. Lagipula, kami berciuman di depan semua orang.  

Jadi panggilan kali ini... agak membingungkan.  

"Kalian berdua... kalian juga berciuman selama festival olahraga..."  

Gah... kami tertangkap basah.  

Nanami dan aku sama-sama melihat ke arah yang berlawanan dan berpura-pura tidak mengetahuinya. Kami berharap bahwa mungkin, karena tidak ada kata-kata frontal yang dikeluarkan, kami masih bisa menghindari situasi ini.

Guru itu menatap kami dengan mata setengah tertutup, tatapannya tak tergoyahkan dan penuh tekad yang kuat.  

"Yah, aku rasa hanya ada beberapa orang yang menyadarinya. Sejujurnya, aku khawatir tentang apa yang telah kalian lakukan..."  

Aku merasa sedikit lega dengan kata-kata itu, tetapi aku rasa kami mungkin sudah sedikit... berlebihan. Kami baru saja diperingatkan di festival sekolah, dan kemudian kami melakukannya lagi di lapangan.  

"Tapi guru, mengapa Youshin juga dipanggil untuk sesuatu yang kulakukan?"  

"Hmm? Jika aku hanya memanggil Barato, itu mungkin akan menimbulkan rumor aneh. Selain itu, yah, umumnya hal semacam ini harus menjadi tanggung jawab bersama."  

"Eh...? Jadi Youshin mendapat masalah karena sesuatu yang kulakukan?"

Nanami protes, dan jelas tidak puas, tetapi sejauh yang kuketahui, aku tidak memiliki keberatan karena aku sama salahnya karena tidak menghentikannya.  

Dan juga...  

"Lebih baik jika aku dimarahi bersama dengan Nanami daripada dia dimarahi sendirian. Kami harus membagi tanggung jawab kami."  

"Youshin..."  

"Jadi, guru, jika kamu akan marah, tolong arahkan sebagian besar kemarahanmu padaku dan sisakan sedikit saja untuk Nanami."  

"Bahkan dalam situasi seperti ini, kalian berdua tidak bisa menahan kemesraan kalian?"  

Guru itu memberi tanggapan yang kasar, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu. Bukan berarti aku melindungi Nanami tanpa alasan, aku pasti akan memarahinya jika dia melakukan kesalahan...

Meskipun aku belum pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya...  

"Ngomong-ngomong, maaf mengganggu kesenangan kalian, tetapi alasan aku memanggil kalian hari ini bukan untuk ceramah seperti biasanya."  

"Bukan ceramah?"  

"Itu benar. Itulah sebabnya aku memanggil kalian ke sini, bukan ke ruang staf."

Guru itu juga menambahkan kalau itu karena ada banyak orang di sekitar ruang staf.

Oh, jadi alasan kami dipanggil bukan ke tempat yang biasa. Karena ini bukan ceramah, jadi aku dan Nanami sedikit merilekskan pikiran kami.  

Tapi itu mengingatkan kami kembali ke pertanyaan awal... mengapa kami dipanggil?  

Guru itu memperbaiki ekspresinya, meminum tehnya di meja dalam satu tegukan, lalu menyatukan tangannya, dan dengan hati-hati mulai berbicara.  

"Langsung ke intinya, ada kekhawatiran tentang apakah kalian berdua boleh berada dalam kelompok yang sama pada perjalanan sekolah nanti."  

…Hah?  

Pernyataan mendadak itu membuat aku dan Nanami terkejut. Pada perjalanan sekolah... huh? Aku bertanya-tanya mengapa kekhawatiran seperti itu bisa muncul.  

Saat kami masih kehilangan kata-kata, guru itu melanjutkan perkataannya. 

"Selama festival sekolah, kalian berciuman di atas panggung, dan di festival olahraga... yah, tidak banyak saksi jadi masih bisa diabaikan, tetapi kalian juga berciuman di lapangan. Sepertinya kalian berdua berada di ambang hubungan yang tidak pantas, dan orang-orang khawatir kalian mungkin akan melakukan sesuatu lagi selama perjalanan sekolah... benar?"  

Aku dan Nanami bertukar pandangan mendengar penjelasan itu. Ini membuat kami terdiam. Apakah ini yang disebut sebab dan akibat?  

Tetapi, untuk berpikir kalau orang-orang khawatir tentang apakah kami boleh berada dalam kelompok yang sama... tunggu sebentar. Kelompok untuk perjalanan sekolah...  

"Tapi kami belum memutuskan kelompoknya?"  

"Itu benar, tetapi ujungnya kalian berdua kemungkinan besar akan tetap berada dalam kelompok yang sama."  

Dia mengatakannya seolah itu adalah hal yang sudah pasti. Yah, aku rasa itu memang benar.  

Aku berharap kami bisa berada dalam kelompok yang sama, tetapi karena aku tidak tahu bagaimana keputusan itu akan dibuat, itu hanya harapan kosong.  

"Ini tidak akan diputuskan dengan undian atau semacamnya, kan?"  

"Karena ini adalah perjalanan sekolah biasa, kalian bebas membentuk kelompok beranggotakan sekitar lima hingga enam orang dengan siapa pun yang kalian mau. Bahkan ada beberapa kelompok yang bergabung dengan kelompok lain juga."  

Aku merasa sedikit bersalah karena bertanya bagaimana kelompoknya akan dibentuk sebelum itu diumumkan, tetapi aku lega mendengar kalau kami bisa berkumpul dengan teman-teman kami.  

Aku senang itu tidak diputuskan dengan undian atau dipisah berdasarkan gender. Tapi... mungkinkah aku terlalu cepat untuk merasa lega?

(Tln: Untuk memudahkan imajinasi dan melancarkan pembacaan, gua bakal ganti dari “guru” -> “sensei” untuk yang ikut berdialog, “guru” untuk guru lain yang tidak ditempat)

"Jadi, Sensei khawatir jika Nanami dan aku akan berada dalam kelompok yang sama?"  

"Benar sekali. Kekhawatirannya adalah jika kalian berdua berada dalam kelompok yang sama, kalian akan terus-menerus bermesraan. Lagipula, perjalanan sekolah tetaplah perjalanan dengan tujuan edukatif."  

"Seperti yang kami duga, tapi aku dan Nanami memperhatikan pelajaran dengan baik, dan nilai kami tidak begitu buruk... Maksudku, bukankah ini berlebihan?"  

"Tidak, tidak, meskipun disebut perjalanan sekolah, tapi ini tetaplah sebuah perjalanan. Orang-orang khawatir kalau, dalam situasi yang tidak biasa, siswa mungkin akan melanggar batasan mereka."  

Lalu dia juga menambahkan "Terutama karena kalian sudah melakukannya dua kali berturut-turut" yang membuat kami sulit untuk membantahnya.  

Yah, aku mengerti kalau perjalanan sekolah memang tujuannya edukatif, tetapi tidak bisakah mereka lebih menekankan ke bagian 'perjalanan' dan bukan ‘sekolah’ nya?

Tapi jika mereka sebegitu khawatirnya... itu agak mengganggu. Apakah kami terlalu banyak bermesraan di sekolah? Tapi bukan berarti kami sengaja melakukannya...  

"Meski begitu, jangan terlalu khawatir. Aku tidak akan melarang kalian berdua untuk berada dalam kelompok yang sama."  

"Tapi karena Sensei membahas ini dengan kami... itu berarti ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan bukan?"  

"Ya... beberapa guru bisa cukup ketat mengenai hal semacam ini..."  

Aku mengerti. Sepertinya mereka tidak akan melarang kami, tapi mungkin akan mengawasi kami dengan lebih ketat.  

Aku menghargai para guru yang tidak melarang kami, dan aku merasa bersyukur untuk itu. Namun, aku tidak ingin merusak perjalanan ini dengan Nanami—meskipun itu hanya perjalanan sekolah biasa.

Saat aku sedang memikirkan solusi yang cocok, Sensei langsung memberi tahu caranya.  

"Jadi, kalian berdua perlu mendapatkan nilai setinggi mungkin di ujian tengah semester yang akan datang. Katakanlah... targetkan setidaknya 90 poin jika bisa."  

"Hah? Apa maksudnya...?"  

Pernyataan itu membuatku sedikit terkejut. Dan menargetkan 90 poin? Apakah Sensei menyadari seberapa tinggi standar yang dia berikan? Aku kan berada di kelas remedial selama liburan musim panas.  

Aku bingung, tetapi Nanami sepertinya mengerti akan sesuatu dan berkata dengan suara kecil "Ah, aku mengerti..." apanya?  

"Ujian tengah semester berlangsung sebelum perjalanan sekolah. Itu agar semua bisa menyelesaikan seluruh urusan masing-masing sebelum perjalanan nanti. Kami para guru juga ingin menyelesaikan penilaian dan tugas-tugas sebelum perjalanan itu."  

Sensei mulai menjelaskan tujuan ujian tengah semester padaku, yang masih dalam keadaan bingung. Memang benar, jika ujian tengah semester diadakan setelah perjalanan sekolah, akan sulit untuk menikmati perjalanan sekolah sepenuhnya.  

Selain itu, setelah kembali dari perjalanan sekolah yang menyenangkan dan dihadapkan dengan ujian akan membunuh motivasi semua orang untuk belajar.

Tapi kenapa mendapat nilai tinggi di ujian tengah semester bisa mempengaruhi perjalanan sekolah nanti?  

"Jangan bilang, jika kita gagal di ujian, kita harus mengikuti kelas remedial selama perjalanan, atau lebih buruk lagi, kita tidak akan diizinkan untuk ikut sama sekali..."  

"Tidak, bukan begitu. Bahkan kami pun tidak ingin mengadakan kelas remedial selama perjalanan."  

Aku rasa itu masuk akal. Sensei juga mengatakan kalau biasanya, ujian tengah semester tidak akan ada hubungannya dengan perjalanan sekolah. Lalu mengapa?  

"Masalahnya adalah kalian berdua dan perilaku kalian. Ini tentang kekhawatiran bahwa bakacouple ini, yang sudah di ambang perilaku yang tidak pantas, mungkin akan melakukan sesuatu lagi."

(Tln: Bakacouple, Baka Couple, Pasangan bodoh atau biasanya julukan untuk pasangan yang kerjanya mesra mesraan terus)

Bahkan Sensei sudah mulai memanggil kami "bakacouple". Apakah kami benar-benar terlihat seperti itu dari sudut pandang para guru...? Ya, mungkin memang begitu.  

Namun, diberitahu kalau kami mungkin akan menyebabkan masalah membuatku sedikit kesal. Jika ini tentang aku, tidak masalah, tetapi Nanami... Nanami...  

Adegan dari tindakan masa lalu Nanami berputar di benakku seperti lentera berputar.  

Bukankah lentera berputar seharusnya menjadi cara otak mengingat masa lalu untuk mencari jalan keluar? Ya, setidaknya, aku tidak bisa mengingat kenangan yang bisa membantu kami saat ini.  

"Kami... tidak akan menyebabkan masalah."  

"Setidaknya katakan itu sambil menatap mataku..."  

Ya, mengatakannya sambil melihat arah lain jelas tidak memiliki kepastian. Nanami juga mengangguk mengikutiku, tapi dia juga sedikit tertekan yang terlihat di wajahnya.  

Melihat kami seperti ini, Sensei menghela napas kecil dan tersenyum pahit.  

"Definisi masalah bervariasi dari orang ke orang. Misalnya, perawat sekolah mungkin mengatakan selama kalian tidak berakhir dengan seorang anak, itu akan baik-baik saja, dia sangat berpikiran terbuka."  

"Meskipun itu sendiri adalah masalah", kata Sensei. Ternyata, orang itu dianggap cukup eksentrik bahkan di antara para guru.  

Bagaimanapun, kami perlu ingat bahwa ada orang yang menganggap perilaku kami bermasalah.  

"Para guru tidak sepakat soal itu. Tapi, selama kalian tidak benar-benar menyebabkan masalah, masih ada ruang untuk toleransi. Jadi... di situlah nilai ujian akan berperan."  

"Jadi, meskipun ada masalah kecil nantinya, para guru akan mengabaikannya karena nilai kami meningkat?"  

"Benar sekali. Jika ada, karena nilai Misumai meningkat sejak dia punya pacar, menekannya justru akan menyebabkan nilainya turun lagi."  

Bagaimanapun, belajar adalah tanggung jawab utama seorang siswa, kata Sensei selagi menggerakkan tangannya secara dramatis seolah-olah belajar adalah segalanya.  

Aku mengerti, aku mengerti. Memang benar bahwa di sekolah ini, selama nilaimu bagus, kamu akan mendapatkan sedikit toleransi. Seragam Nanami, atau bahkan Shizuka-san, mungkin adalah contoh dari toleransi itu. Mungkin bahkan Teshikaga-kun juga.

Jadi saat ini... jika aku bisa mendapatkan target nilai, mereka akan mengurus sisanya.  

Ini adalah tawaran yang cukup baik. Tawaran yang baik... tetapi...  

"Bisakah kamu membuatnya setidaknya menurunkannya ke 70 poin... tolong!!"  

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku bisa mengeluarkan jawabanku, yang membuat Sensei sedikit terkejut. Tunggu, Aku benar-benar akan berusaha sebaik mungkin di sini, tetapi 90 poin itu mustahil.  

Aku pikir suaraku terdengar menyedihkan, tetapi kemudian Sensei mengatakan sesuatu yang tidak terduga.  

"Yah, jika Misumai mendapatkan lebih dari 70 poin, itu akan menjadi usaha yang cukup, kan...?"  

"Ya, benar sekali, Sensei! Youshin akan benar-benar berusaha!"  

Nanami juga ikut berbicara dengan cepat, seolah-olah mendorong Sensei yang masih ragu-ragu untuk tidak ragu lagi. Yah, selain melakukan itu, dia juga mulai memeluk kepalaku dan mengelusnya.  

"Yoshin bisa melakukannya jika dia berusaha! Jadi kamu harus memujinya karena bisa menetapkan tujuannya!"  

"Uh, Barato. Apakah kamu benar-benar merenungkan apa yang kubicarakan sebelumnya?."  

Nanami, yang masih mengelus kepalaku dengan tatapan serius dimatanya, Sensei juga menatapnya dengan serius, tatapan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Memang, alasan kami ditegur sebelumnya adalah karena terlalu mesra. Namun, sekarang, saat ini, dia mengelus kepalaku tepat di depan Sensei yang menegur kami…  

"Bagaimana bisa seorang siswa yang rajin menjadi bodoh di depan orang yang dia suka?"  

“Apakah ada orang lain yang seperti itu juga, Sensei?” Pikirku, tetapi aku tidak akan mengatakan apa-apa karena aku bisa membayangkan beberapa orang tertentu. Aku mungkin tahu siapa yang dia maksud.  

Sensei yang menghela nafas terus terngiang di telingaku.  

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇  


"Yah, begitulah. Jadi, selain mempersiapkan perjalanan sekolah, aku juga harus fokus belajar."  

"Jika kamu belajar dengan normal, mendapatkan sekitar 70 poin seharusnya mudah, kan?"  

Disini ada orang yang luar biasa juga. Maksudku, aku tidak menyangka pernyataan seperti itu datang dari Yuu-Senpai, jadi itu mengejutkanku.  

"Yuu-senpai, apakah kamu sebenarnya pandai belajar?"  

"Mengejutkan, bukan? Aku sudah terlihat seperti ini, jadi akan lebih baik bagiku untuk memiliki nilai yang baik tau?"  

Ah, aku mengerti. Memang, Nanami juga pernah mengatakan bahwa jika nilai bagus, mereka akan mengabaikan beberapa aspek penampilanmu.

Yuu-senpai pasti berusaha untuk tetap berpegang pada prinsip dan hal-hal yang tidak ingin dia kompromikan. Aku merasa sedikit malu karena merasa terkejut…

"Aku pikir itu akan membuatku menjadi lebih populer, tapi ternyata tidak, sama sekali tidak populer."  

Aku segera ingin menarik kembali apa yang kukatakan.  

Tapi motivasi berbeda-beda dari orang ke orang, kupikir. Menjadi populer adalah keinginan yang umum. Tapi, mengapa aku merasa kecewa saat ini?  

"Tapi Yuu-senpai, kamu sudah sering mendapat pengakuan, kan?"

"Yah, begini... Entah kenapa, hanya orang-orang yang sudah punya pacar yang mengaku padaku... Aku tidak mendapatkan perhatian dari orang yang benar-benar jomblo..."  

Dia terlihat sangat sedih. Kalau dipikir-pikir, bukankah Yuu-senpai pernah mendapatkan banyak pengakuan aneh di masa lalu karena dia terlalu dekat dengan orang lain?

(Tln: Terlalu friendly tidak baik bro)  

Aku penasaran apakah itu keinginan berbeda dari sekadar ingin populer. Dia memang terlihat seperti ingin punya pacar... Segera setelah aku mengingat itu, wajah seorang teman laki-laki muncul di benakku.  

"Ngomong-ngomong, temanku juga bilang kalau dia ingin menjadi populer dan punya pacar."  

"Oh, teman Mai-chan? Ya, itu adalah hal yang biasa untuk siswa SMA bukan? Kamu ingin populer, kan?"  

"Lain kali jika dia datang ke kafe, tolong layani dia."  

"Ya, ya, jika itu teman Mai-chan, aku akan memberikan perlakuan istimewa!"  

Dengan semangat tinggi, Yuu-senpai melanjutkan persiapannya seolah-olah sedang menari. Para pelanggan akan segera datang, jadi ini mungkin adalah terakhir kalinya kami bisa mengobrol santai hari ini.  

"Yah, nilaiku cukup baik, jadi aku bisa mengajarmu kapan saja. Hubungi aku saja jika perlu, tidak perlu ragu."  

"Terima kasih. Tapi Nanami sudah membantuku, jadi aku hanya akan menerima pemikiran itu."  

"Oh, jadi Mai-chan sudah punya tutor pribadi, ya? Padahal aku berpikir untuk mengajarmu sambil melakukan cosplay sebagai tutor."  

"Alasan kamu mendapatkan pengakuan-pengakuan aneh itu pasti karena kamu bersikap seperti itu."  

Orang ini benar-benar tidak memahami batasan pribadi. Aku tahu dia bisa diandalkan dan orang yang baik, tetapi aku akan memastikan untuk menjaga semua hal yang berhubungan dengan Yuu-senpai sebagai rahasia dari Nanami.  

Dia terlihat sedikit kecewa, dan berkata "Yah, jika mereka sudah punya pacar, maka aku tahu mereka tidak akan berbuat aneh, jadi aman saja."

Dalam beberapa hal, orang ini benar-benar naif atau mungkin hanya tidak bisa melihat niat buruk.

"Jadi, bisakah kamu memberitahuku satu hal? Bagaimana aku bisa mempertahankan motivasiku untuk terus belajar?"  

"Itu mudah, Mai-chan. Yang kamu butuhkan hanyalah sebuah tujuan."

"Hah? ...Ah, aku mengerti. Itu memang masuk akal."


Saran yang Sensei beri tahu tujuannya untuk menghilangkan kekhawatiran para guru, tapi itu juga bisa menjadi motivasi untuk belajar.  

Menikmati perjalanan sekolah bersama Nanami.  

Hanya memikirkan itu membuatku merasa bisa melakukan apa saja. Dengan motivasi seperti itu, aku menerima nasihat dari Yuu-senpai.  

"Mai-chan, perjalanan sekolah sebenarnya sudah dimulai sebelum kamu berangkat."  

"...Apa maksudmu?"  

"Itu berarti kesenangannya dimulai dari masa persiapan. Belajar itu bagus, tetapi pastikan kamu juga menikmati persiapannya."  

Aku mengerti. Ini seperti mengatakan kalau perjalanan dimulai dari persiapan, bukan dari saat kamu berangkat. Memang benar, saat mempersiapkan festival sekolah itu adalah saat yang menyenangkan.

Karena aku tidak terlalu ingat perjalanan sekolahku saat SMP, membuat ini terasa seperti perjalanan sekolah pertamaku yang sebenarnya. Memang, jika itu yang terjadi, aku tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menikmati persiapannya.  

"Terima kasih."

Sebagai balasan atas terima kasihku, Yuu-senpai memberiku senyuman yang sangat cerah. Itu benar, aku perlu memastikan untuk menikmati masa persiapan bersama Nanami.  

Aku akan bekerja keras dalam belajar dan pekerjaan paruh waktuku, dan menikmati perjalanan sekolah nanti. Kesibukan yang akan datang itu membuatku merasa bersemangat.  

Untuk saat ini, mari fokus untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaan paruh waktu hari ini.  

"Ngomong-ngomong, Mai-chan, ketika temanmu datang ke toko, haruskah aku melakukan hal-hal seperti “ahh” dan menyuapi makanan pada mereka?"  

"Apakah itu bahkan diperbolehkan...?"  

Mungkin... tidak, pasti Hitoshi akan sangat senang... tetapi apakah itu diperbolehkan? Untuk saat ini, aku akan mencari tahu agar semuanya baik-baik saja saat mereka berkunjung.


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇


Mempersiapkan perjalanan sekolah sangatlah penting.  

Terutama karena kali ini, kami benar-benar akan terbang ke dunia yang tidak dikenal yaitu ke luar negeri. Itu berarti akan ada banyak rasa takut dan antisipasi tentang hal yang tidak kami diketahui.  

Saat pergi ke dunia yang tidak dikenal, tidak ada istilah “terlalu siap”. Seperti yang sering orang katakan "bahkan hal kecil perlu dicek secara detail", perlu mencari tahu bahkan sampai hal terkecil.  

Jadi, hari ini aku memutuskan untuk pergi kencan dan belanja dengan Nanami sebagai persiapan untuk perjalanan nanti.

Mungkin ini tidak termasuk kencan... tetapi belakangan ini, dengan semua acara sekolah, kami telah banyak menghabiskan waktu untuk bersantai bersama ketika hanya berdua.

Tentu saja, kami menghabiskan banyak waktu bersama... tetapi belakangan ini, kami lebih banyak menghabiskan waktu bersantai di kamar masing-masing.  

Membeli camilan di toserba dan mengobrol sambil bersantai di salah satu kamar kami. Berada di dalam kamar berarti kamu bisa berbaring kapanpun.

(Tln: Toserba -> Toko Serba Ada)

Namun, ketika aku berbaring, sudah menjadi kebiasaan bagi Nanami untuk... ikut berbaring di sampingku. Itu agak mengejutkan.  

Di sisi lain, ketika Nanami berbaring, aku kesulitan untuk berbaring dengannya kecuali dia memberitahuku.  

Akan lebih baik jika aku bisa lebih proaktif... tetapi, oh, aku jadi melenceng. Hari ini adalah kencan belanja. Sudah lama sejak terakhir kali kami berkencan.  

"Yah, mari kita beli kacamata hitam hari ini!"  

"Okay!"  

Ketika Nanami mengangkat tangannya, aku juga merespon dengan mengangkat tanganku. Ada hal-hal lain yang perlu kami beli, tetapi tujuan utama hari ini adalah kacamata hitam.  

Membeli kacamata hitam adalah tantangan besar bagiku, yang bahkan belum pernah membeli kacamata biasa, tetapi dengan Nanami bersamaku, aku merasa bisa mengatasinya tanpa merasa terlalu canggung.

Terkadang ada hal-hal yang terlihat sepele tetapi menjadi hambatan mental ketika harus membelinya. Tidak, bukan hal yang aneh.  

Hari ini, Nanami, yang mungkin karena kami akan membeli kacamata hitam, mengenakan pakaian yang agak seksi.  

Dia mengenakan sweater oversize dengan satu bahu terbuka, dan celana jeans ketat yang menunjukkan garis tubuhnya.  

Untuk memastikan area yang terbuka tidak terlihat terlalu jelas, dia mengenakan kalung. Kombinasi fashion ini dengan kacamata hitam... sepertinya akan terlihat keren.  

Sementara itu, aku mengenakan pakaian sehari-hari yang sederhana, yang sebenarnya tidak kusesuaikan dengan jika menggunakan kacamata hitam. Meski begitu, dibandingkan dengan pakaian serba hitamku yang dulu, aku ingin berpikir kalau aku sudah menjadi lebih baik sekarang.  

Aku mengenakan kaos putih dengan jaket hitam besar dan celana khaki. Sebenarnya, Nanami membantuku memilih pakaian ini.

(Tln: Celana khaki itu celana kain biasa, Khaki itu nama warna mirip krem gitu)

Ketika aku bertanya padanya apakah ini cocok untukku, dia bilang cocok, yang membuatku senang, jadi aku membelinya. Sepertinya aku terlalu berpikir sederhana.

"Nanami, gayamu hari ini agak seksi dan keren."  

"Terima kasih, dan kamu juga terlihat bagus, Youshin. Sangat imut."  

Memberi pujian satu sama lain terasa agak canggung tetapi penting. Penting untuk mengakui betapa baiknya penampilan kami atau betapa imutnya kami...

"Nn? Kamu pikir aku imut?"  

"Sangat imut. Penampilannya terlihat sangat imut."  

Bahkan melihat diriku sendiri, perasaan "imut" tidak akan muncul dalam pikiranku. Apakah ini yang disebut imut...? Imut?

Rasanya agak membingungkan seolah ada ketidaksesuaian antara persepsiku dan persepsi Nanami. Mungkin ini adalah hasil dari tidak belajar tentang fashion...

"Jadi, inilah yang disebut imut. Hmm, aku bisa dengan mudah menganggapmu imut saat melihatmu, tetapi berbeda saat tentang diriku sendiri..."

"Eh? Benarkah? Kadang-kadang aku juga berpikir aku imut tahu?"  

"Itu karena kamu memang imut, Nanami."  

Menanggapi komentarku, Nanami memberikan senyuman sedikit puas dan suara imut "Ehehe." Ya, aku bisa benar-benar menganggapnya imut saat berkaitan dengan Nanami.  

Seperti yang kuduga, yang imut selalu yang benar... 

"Yah, aku akan meminjam tangan Nanami-san yang imut..."  

"Aku juga akan memegang tangan Youshin yang imut."

(Tln: SIALLLL IRIRIRIRIRIRIRIRI)

Kami berpegangan tangan dan mulai berjalan menuju tujuan kami. Meskipun kami berencana mengunjungi beberapa tempat hari ini jika waktunya cukup, tujuan kami untuk saat ini adalah fokus pada satu toko.  

Selama beberapa hari terakhir, aku telah meneliti berbagai hal tentang Hawaii, dan ada banyak temuan menarik.  

Misalnya, sinar matahari.  

Meskipun kami pergi saat bukan musim panas, sinar matahari di Hawaii dikatakan masih sangat kuat, jauh lebih dari sinar di Jepang.  

Jadi ketika pergi ke tempat-tempat seperti Hawaii, sangat penting untuk memiliki tabir surya untuk area yang rawan terkena sinar matahari, topi, dan terutama kacamata hitam, yang sangat disarankan.

(Tln: Kemungkinan karena cahaya kuat jadi takut merusak mata makanya kacamata recommended) 

Dulu aku berpikir kacamata hitam adalah sesuatu yang hanya untuk orang-orang yang mencolok atau para ekstrovert yang membelinya untuk fashion, tetapi ternyata mereka cukup praktis.  

"Namun, untuk bisa membakar mata juga...sinar mataharinya menakutkan..."  

"Aku suka telur ceplok, tapi aku pasti lebih memilih agar mataku tidak terbakar."

(Tln: Bentuk telur ceplok / telur mata sapi mirip mata dan cara masaknya digoreng(panas))

"Apakah tidak tabir surya yang bisa cocok untuk mata? Seperti tetes mata atau semacamnya?"  

"Hmmm... aku belum menemukan yang seperti itu, dan meskipun ada, mungkin hanya untuk setelah terpapar sinar matahari."

Ini mungkin fakta umum, tetapi aku tidak tahu kalau mata bisa terbakar sinar matahari. Sepertinya Nanami juga tidak tahu.  

Itulah sebabnya kami memutuskan untuk membeli kacamata hitam hari ini. Aku mengira Nanami mungkin sudah memiliki sepasang, tetapi ternyata dia juga tidak punya.  

"Aku belum pernah ke luar negeri sebelumnya, dan mungkin aku bahkan belum pernah naik pesawat."  

"Oh, benarkah? Bagaimana dengan perjalanan sekolahmu di SMP?"  

"Saat itu, kami bepergian dengan kereta, jadi... Bagaimana denganmu, Youshin?"

"Aku juga belum pernah naik pesawat. Selama SMP, kami bepergian dengan bus dan kereta."

“Jadi, kita akan mengalami momen pertama lainnya lagi bersama”, kata Nanami dengan senyuman bahagia. Hanya melihat ekspresi itu membuatku ingin memuji diriku yang lalu karena tidak pernah naik pesawat.  

Aku bertanya-tanya berapa banyak lagi momen pertama yang akan kami alami bersama mulai sekarang. Hanya ini saja sudah membuat perjalanan ini akan menjadi pengalaman yang berkesan dan penting.  

Saat aku terbenam dalam pikiran ini, tiba-tiba Nanami menunjukkan ekspresi sedikit bingung. Sepertinya dia menyesal atau khawatir tentang sesuatu.

"Ada apa?"  

"Hmm... Aku berpikir bahwa jika aku tidak memakai kacamata, ini akan menjadi pertama kalinya aku memilih kacamata. Tapi karena aku sudah punya kacamata..."  

Ah, aku mengerti. Nanami memang memakai kacamata secara teratur, jadi dia sudah memilikinya.

Untungnya, atau lebih tepatnya, karena aku tidak memiliki masalah penglihatan dan tidak memerlukan kacamata, aku tidak perlu memikirkan hal itu. Aku bahkan tidak memiliki kacamata untuk fashion.  

Rasanya agak aneh membeli kacamata hitam bersama seperti ini.  

"Tapi, kamu belum punya kacamata hitam, kan? Jadi ini akan menjadi kacamata hitam pertamamu, dan kita bisa saling berbagi pengalaman pertama itu juga."

"Hmm... Yah, itu benar. Selain itu, aku akan melihat Youshin dengan kacamata yang selalu ingin kulihat. Aku sangat menantikannya."  

"Kamu sangat menantikannya...?"  

"Ingat saat kita melihat pemandangan malam sebelumnya? Aku menyebutkan kalau aku ingin melihat Youshin dengan kacamata."  

Oh, apakah aku bilang begitu...? Aku tidak begitu ingat. Apakah aku terlalu fokus memberikan hadiah kepada Nanami saat itu?  

Saat aku mencoba mengingat momen itu, tiba-tiba aku merasakan tatapannya padaku.  

Itu bukan tatapan bahagia, lebih seperti tatapan... seperti ingin menangis, tatapan sedih.  

Satu-satunya orang yang memberikan tatapan seperti itu adalah Nanami, tentu saja.  

Sepertinya Nanami agak kesal karena aku tidak ingat apa yang dia sebutkan sebelumnya. Suasana hatinya, yang telah membaik, sedikit menurun lagi.  

"...Maaf, aku tidak ingat."  

"Yah, seharusnya kamu memberitahuku dengan jujur dari awal, tetapi karena kamu sudah melakukannya sekarang, aku akan memaafkanmu."  

Ketika aku jujur alih-alih mencoba menutupinya, Nanami dengan mudah memaafkanku. Mungkin dia tidak begitu marah sejak awal.  

Nanami kemudian melepaskan pegangan tangannya, lalu melingkarkan lengannya di lenganku, dan memelukku dengan erat.

Kelembutan tubuhnya terasa langsung melalui lenganku.  

Meskipun kami sudah pernah tidur bersama, perasaan ini berbeda saat kami bergerak bersama seperti ini.

Aku sudah cukup terbiasa berjalan dengan lengan terikat dengannya. Rasanya lebih lancar dibandingkan sebelumnya.

"Yah, kamu juga sedang kesulitan saat itu. Kamu takut ketinggian dan lain-lain..."  

"Ah... ya, itu benar... Aku lupa tentang itu."  

Mungkin rasa takut itu mengaburkan detailnya, sehingga sulit untuk diingat. Aku bahkan tidak yakin apakah kami pernah membicarakannya.  

"Ngomong-ngomong, Youshin, kamu takut dengan ketinggian, kan? ...Apakah kamu akan baik-baik saja saat terbang nanti?"  

"Oh... benar. Aku penasaran..."  

"Kamu juga tidak tahu kalau kamu takut ketinggian saat itu... jadi mungkin kamu juga tidak tahu sekarang..."  

Tapi benar juga, apakah aku baik-baik saja nanti? Aku sama sekali tidak memikirkannya. Yah, dengan ketinggian pesawat seharusnya tidak terlalu terasa, seharusnya aku bisa menghadapinya, kan?

Karena aku belum pernah naik pesawat, aku tidak benar-benar tahu bagaimana reaksiku nantinya. Aku rasa itu akan tergantung pada bagaimana aku menghadapinya saat waktunya tiba. Apakah ada yang namanya "tindakan pencegahan ketinggian" seperti untuk terbakar sinar matahari?  

Jika ternyata buruk, aku harus bersiap-siap untuk membuat kekacauan di depan kelas.  

"Aku tidak ingin kamu memaksakan diri, tetapi aku masih ingin pergi ke perjalanan sekolah bersamamu... Apakah ini yang mereka maksud dengan situasi yang kontradiktif?"  

"Yah, hanya butuh sedikit kesabaran dan aku akan bisa bertahan. Aku juga ingin pergi ke perjalanan denganmu."  

"Tapi bukankah penerbangannya sekitar delapan jam?"

"Hah? Delapan... jam? Apakah benar-benar oke berada di pesawat selama itu? Sekarang aku lebih khawatir tentang itu daripada tentang ketinggian."

Melihat reaksiku, Nanami sepertinya berpikir aku cemas tentang melihat ketinggian selama itu. Dia dengan lihai memegang tanganku dari lengan yang kami tautkan.

Itu adalah cara memegang tangan yang berbeda dari biasanya, mengaitkan lengan selagi berpegangan tangan.

"Itu akan baik-baik saja. Jika kamu cemas, aku akan memegang tanganmu sepanjang waktu."  

Nanami memberikan senyuman yang menenangkan dan mendekatkan tubuhnya padaku. Tentu saja, jika Nanami memegang tanganku, aku tidak akan merasa cemas...  

Yah, mungkin aku pernah merasa cemas tentang ketinggian sebelumnya, tetapi itu karena tidak terduga. Jika aku tahu sebelumnya, aku bisa mengumpulkan keberanian terlebih dahulu.  

"Seandainya kita bisa duduk berdampingan di pesawat."  

"Hmm, jika kita tidak bisa duduk bersama, bukannya kita tukar tempat duduk atau semacamnya?"  

Aku tidak yakin. Dari apa yang aku baca, sepertinya semua kursi pesawat sudah dipesan, jadi mungkin kita tidak akan bisa tukar tempat duduk seenaknya?

Atau mungkin perubahan tempat duduk dimungkinkan jika kedua pihak setuju? Apakah ada sistem untuk memeriksa tiket dan tempat duduk?  

Aku harus mencari tahu itu nanti.

Yah, ada juga kekhawatiran kalau kami terlalu mesra, jadi mungkin akan sulit untuk duduk berdampingan di pesawat.  

Aku benar-benar perlu bekerja keras dalam studiku.  

"Baiklah, mari kita mulai persiapan hari ini... dengan memilih kacamata hitam!"

"Ya! Aku akan memilih yang imut!"  

Kami berada di toko khusus tempat Nanami biasanya membeli kacamata, yang terletak di sebuah department store. Toko ini cukup luas dan memiliki aroma unik yang berbeda dari toko biasa.  

Aku telah mengalami berbagai aroma: buku di toko buku, produk rambut di salon, makanan di restoran... tetapi ini adalah aroma baru bagiku.  

"Oh, Nanami-chan! Sudah lama tidak bertemu. Apa yang membawamu ke sini hari ini?"  

"Ehehe, sudah lama. Aku di sini untuk membeli kacamata hitam dengan... pacarku..."  

Begitu kami masuk, Nanami disambut oleh seorang karyawan wanita.  

Dia memiliki rambut coklat yang diikat, dengan sikap lembut dan terlihat sedikit mengantuk. Dia sepertinya mengenakan seragam, yang mirip jas.  

Dia memberi kesan seperti tipe Onee-san.  

Karena aku belum pernah didekati oleh karyawan seperti ini sebelumnya, aku jadi sedikit terkejut. Ini pasti merupakan hasil dari keterampilan komunikasi Nanami yang luar biasa.  

Akan tidak sopan untuk tidak membalas sapaannya, jadi aku sedikit menunduk selagi tidak yakin apa yang harus dikatakan, dan hanya memberikan sapaan dasar.

(Tln: ingat Orang JP kalau pertama kali kenalan biasanya nunduk)

Karyawan itu melihat ke arah Nanami dan aku secara bergantian, lalu berseru dengan senyuman lebar "Wah wah!"  

Sepertinya ada sedikit jejak air mata di matanya.  

"Ara~a... Aku sudah mendenganya, tetapi Nanami-chan, kamu benar-benar punya pacar ya... Bolehkah aku mengucapkan selamat?"  

Mendengarnya...? Eh? Bahkan karyawan ini mengetahuinya?  

"Ehehe, terima kasih. Tapi Kasumi-san, kamu berlebihan."

"Apa yang kamu bicarakan? Itu tidak berlebihan. Oh, dan tentang kacamata hitam... Silakan duduk di sini. Aku akan membawakan kalian teh."  

Teh? Apa ini? Kami datang ke sini untuk membeli kacamata, dan sekarang kami mendapatkan teh?

Setelah duduk di tempat yang disediakan, aku merasa sedikit gelisah. Aku tidak terbiasa dengan jenis layanan seperti ini dan itu membuatku tidak nyaman.

Aku mendapati diriku melihat sekeliling seperti seseorang yang baru saja pindah ke kota. Aku harap Nanami tidak merasa malu dengan perilaku ku...  

Tapi sepertinya Nanami sangat tenang, seperti biasa. Melihatnya seperti ini membantu aku sedikit rileks.  

"Jadi... Kasumi-san itu...?"  

"Kasumi-san adalah teman ibuku. Aku rasa... dia junior dari ibuku? Dia hanya sedikit lebih muda dari ibuku."

Oh, jadi dia adalah teman Mutsuko-san. Itu sebabnya dia tahu tentang Nanami yang memiliki pacar. Masuk akal jika percakapan antara ibu-ibu akan seputar berita tentang anak-anak mereka.  

Bukan karena aku terkejut hanya karena dia teman ibu Nanami, tetapi dia tampaknya memiliki aura atau kesan yang mirip dengan Nanami.  

...Seorang junior? Hanya sedikit lebih muda?  

Aku mengira dia seorang Onee-san, tetapi dia sebenarnya hampir seumur dengan ibuku? Dia sama sekali tidak terlihat seperti itu... dia terlihat jauh lebih muda...  

Aku tahu kalau sebaiknya tidak perlu menyebutkan usia wanita, tetapi itu mengejutkan.

"Apakah kamu juga terkejut? Kasumi-san benar-benar terlihat muda. Ibu selalu bilang dia iri padanya."

"Hah? Kamu bisa tahu aku terkejut..."  

"Karena reaksimu saat terkejut sama seperti milikku. Dia hanya terlihat sedikit lebih tua dari kita."  

"Ah, jadi Nanami, kamu juga mengalami ini?"  

"Ya. Ketika aku di sekolah dasar... Tunggu sebentar... Sekarang aku setelah kupikir lagi, tentang penampilan Kasumi-san... tidak berubah sejak aku di sekolah dasar?"  

Sekarang giliran Nanami yang terkejut. Ini adalah jenis kejutan yang berbeda dari milikku, tetapi menurutku biasa saja untuk melihat orang yang penampilannya tidak berubah sama sekali. Bahkan selebriti kadang memiliki ciri khas itu.  

"Ini teh kalian."  

Di depan kami ada minuman berwarna emas-hijau cantik. Cangkir putihnya membuat warna itu semakin menonjol.

(Tln: Mungkin teh chrysanthemum)

Ini adalah teh hangat dengan uap yang naik dari atasnya. Ketika aku memegangnya, kehangatan menyebar dengan pelan melalui tanganku.  

"Jadi, kacamata hitam seperti apa yang kamu cari hari ini? Mungkin sesuatu untuk mengenang bagaimana kalian menjadi kekasih?"  

"Uh, yah... Kami akan pergi ke Hawaii untuk perjalanan sekolah kami yang akan datang. Jadi, aku pikir aku akan membeli kacamata hitam untuk melindungi mata kami dari sinar matahari."

Karena Nanami masih pulih dari keterkejutannya, jadi aku yang menjelaskan sebagai gantinya, dan Kasumi-san tersenyum padaku dengan senang.  

Tatapannya agak membuatku malu, jadi aku meminum sedikit tehku untuk menyembunyikan rasa maluku.  

Ah, ini enak. Rasanya sedikit manis... rasa yang menenangkan.  

"Pacarnya Nanami-chan... um..."  

"Aku Misumai. Namaku Misumai Youshin, senang bertemu denganmu."  

"Ah, Youshin-kun, Youshin-kun... Ya, Youshin-kun. Mengerti."  

Dengan senyumannya dan tehku, aku bisa merasa lebih rileks dan membiarkan ekspresiku melunak. Itu adalah senyuman yang lembut dan menenangkan.  

"Youshin-kun, kamu dan Nanami-chan mulai berkencan tahun ini, kan?"

"Ah, ya... Sebenarnya kami mulai berkencan di awal tahun ini, jadi sudah hampir enam bulan."

"Apakah kamu pernah melihat Nanami-chan mengenakan kacamata? Dia terlihat sangat imut! Aku yang merekomendasikannya, dan aku pikir gadis-gadis seperti Nanami-chan seharusnya lebih sering memakai kacamata."  

"Ah, ya. Aku pernah melihatnya dengan kacamata sebelumnya. Dia pastinya imut."  

Menyingkirkan topik kacamata hitam, Kasumi-san dengan antusias melanjutkan tentang betapa cocoknya kacamata untuk Nanami dan betapa imutnya dia saat memakainya.  

Karena aku merasa ragu untuk memilih kacamata hitam selagi Nanami masih berusaha pulih dari keterkejutannya sebelumnya, aku mengikuti percakapan itu. Lagipula, aku bisa mendengar cerita tentang sisi Nanami yang tidak kuketahui, yang cukup menggemaskan.  

Kisah-kisah Kasumi-san tentang Nanami dan kacamata terus berlanjut selama beberapa waktu.  

"Nanami-chan tidak memiliki masalah penglihatan, jadi dia tidak perlu lensa kontak, tetapi sekali dia mendengar tentang memasukkan kontak langsung ke mata, dia sangat ketakutan hingga dia mulai menangis."  

"Nanami memiliki sisi yang sangat imut saat itu. Yah, dia masih imut sekarang, tetapi dengan cara yang berbeda, tahu..."  

"Apa yang kalian berdua bicarakan?!"

Nanami, yang akhirnya kembali sadar, menyela setelah aku menikmati mendengar banyak cerita tentang dirinya dan kacamata.  

Setiap cerita sangat menggemaskan sehingga aku merasa datang ke sini hanya untuk mendengarnya...  

"Mengapa kamu terlihat begitu puas?! Kita belum membeli kacamata hitamnya bukan?!"  

"Karena Nanami-chan terlihat tidak fokus, aku memastikan untuk menyoroti semua kualitas baiknya kepada Youshin-kun."  

"Apa yang kamu katakan?! Apa yang kamu bicarakan?! ...Kamu tidak memberitahunya “itu” kan?!"  

Menanggapi protes Nanami, Kasumi-san hanya tersenyum lembut, dan tidak menunjukkan reaksi yang berarti. Aku penasaran apa "itu" yang dimaksud. Sepertinya itu bukan salah satu dari yang aku dengar.

Bagaimanapun, sekarang setelah Nanami sudah kembali, kami bisa mulai berbisnis.  

"Baiklah, mari kita pilih kacamata hitam. Kamu mau yang seperti apa?"  

Kasumi-san menepuk tangannya untuk mengganti topik. Nanami, yang masih belum sepenuhnya puas, mengembungkan pipinya sedikit.  

Mungkin dia menyadari kalau tidak ada gunanya melanjutkan topik tadi lebih jauh. Bagaimanapun, sekarang saatnya untuk mulai memilih kacamata hitam...  

"Youshin... tolong beri tahu aku apa yang kamu dengar nanti, ya...?"  

"...Oke."  

Menghadapi senyuman ceria tetapi menekan dari Nanami, aku tidak punya pilihan selain setuju. Maksudku, siapa yang bisa menolaknya?

Setidaknya, aku tidak bisa.


◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇


Persiapan untuk perjalanan sekolah berjalan dengan lancar.  

Kami membeli kacamata hitam, tabir surya, membuat paspor, dan mengisi formulir yang diperlukan untuk diserahkan ke sekolah...  

Dengan setiap langkah, fakta kalau aku akan ikut dalam perjalanan sekolah semakin besar. Perlahan tapi pasti, semangatku semakin tumbuh.  

Tugas-tugas yang biasanya terasa merepotkan—seperti pengajuan dan administrasi—terasa menyenangkan.  

Mungkin karena Nanami bersamaku. Pergi bersama seseorang membuat semuanya terasa berbeda. Aku pikir, dalam sebuah perjalanan, siapa yang akan pergi bersamamu mungkin lebih penting daripada ke mana kamu pergi.  

Yah, aku belum banyak melakukan perjalanan, dan sebagian besar perjalanan itu bersama Nanami, jadi aku mungkin tidak memiliki dasar yang terbaik untuk pernyataan itu.  

Bagaimanapun, kami hampir selesai dengan persiapan kami. Hari ini, kami akan menyelesaikan pemilihan kelompok untuk perjalanan. Kami telah membahas ini selama beberapa waktu, jadi sepertinya sebagian besar orang sudah memutuskan dengan siapa mereka ingin bersama dalam kelompok.  

Karena perjalanan sekolah secara teknis juga merupakan bagian dari pelajaran kami, apa yang dilakukan kelompok juga penting, yang menjadikan pemilihan anggota kelompok sebagai keputusan yang penting.  

Jika itu terjadi padaku sedikit waktu yang lalu, memutuskan kelompok ini akan menjadi masalah besar, tetapi untungnya, itu tidak terjadi sekarang... Aku bersyukur untuk itu.  

"Tidak ada batasan jumlah orang dalam kelompok, tetapi targetkan sekitar lima atau enam orang."  

Dengan kata-kata dari guru dan anggota panitia, semua orang mulai memanggil orang-orang yang ingin mereka ajak atau berkumpul bersama, yang membuat kelas menjadi hidup dan ramai.  

Yah, aku berdiri dengan formal dan mendekati Nanami. Dia sepertinya seedang menungguku, dan menyandarkan dagunya di tangannya saat aku semakin dekat.  

Sebenarnya, aku sudah menyebutkan sebelumnya bahwa aku yang akan pergi ke arahnya. Selama festival sekolah dan festival olahraga, Nanami yang datang ke tempat dudukku.

Jadi, ini adalah hal kecil, tetapi aku ingin mengajaknya untuk berada di kelompok yang sama untuk perjalanan sekolah. Ini benar-benar hal kecil, tetapi itu adalah hal yang besar bagiku.  

Ketika aku berhenti tepat di samping Nanami, anehnya aku merasa gugup. Sedikit saja, rasanya mengingatkanku pada saat seperti mengajak seseorang berkencan. Sepertinya aku belum pernah terbiasa mengajak seseorang dengan diriku sendiri.  

"Nanami, untuk perjalanan sekolah... maukah kamu berada di kelompok yang sama?"  

"Tentu saja! Hehe, aku selalu senang diajak!"  

Dengan senyum lebar di wajahnya, Nanami, yang sebelumnya menyandarkan dagunya, menepuk kursi di sampingnya. Dia bermaksud agar aku duduk di sana.

Duduk di kursi yang bukan milikku terasa aneh dan tegang... tetapi karena itu adalah undangan dari Nanami, aku duduk di sana. Aku tidak tahu itu kursi siapa, tetapi aku akan meminjamnya.  

Meskipun kami hampir selalu duduk di kursi yang sama di sekolah, mengapa duduk di kursi yang berbeda membuatku begitu gugup?  

"...Yah, jika kalian berdua tidak berada di kelompok yang sama, lalu siapa lagi yang akan begitu?"  

"Sepertinya kita sudah berhenti menahan diri di kelas sejak festival sekolah, ya?"

(Tln: Maksudnya udah mulai bonding dengan lancar tanpa ragu lagi)

Dengan suara yang penuh keputusasaan, Otofuke-san dan yang lainnya berdiri di belakang kami. Aku belum memberi tahu mereka, tetapi ada banyak yang terjadi... dan sebenarnya...  

Nanami dan aku, seolah sepakat, mengalihkan pandangan kami ke Sensei.  

Dan Sensei, setelah menyadari tatapan kami... mengangguk pelan, tersenyum, dan memberikan jempol. Ah, syukurlah... itu melegakan...  

Kami saling memandang dan menghela napas dengan lega.  

Kami bekerja keras... untuk ujian tengah semester. Serius, aku sangat berusaha keras dalam belajar. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa berkat usaha itu, kami bisa bersama sekarang.  

Mendapatkan nilai di atas 70 poin di semua mata pelajaran adalah pencapaian yang cukup besar bagiku. Ini adalah pertama kalinya aku merasa begitu segar setelah ujian, tanpa kelas remedial atau hal lain yang membebani pikiranku.  

Aku masih khawatir mungkin ada guru yang ketat mengeluh, tetapi respon Sensei sebelumnya membuat jelas bahwa semuanya sudah diurus.  

Kini aku bisa dengan yakin bahwa tidak akan ada hambatan antara Nanami dan aku untuk membentuk kelompok kami. Dengan ini, kami bisa pergi ke perjalanan sekolah tanpa khawatir.  

"? Apa yang terjadi dengan kalian berdua? Ada apa dengan ekspresi aneh itu?"  

"Ada suasana aneh... apakah kalian berdua melakukan sesuatu yang nakal?"  

"Kami tidak! Kenapa Ayumi selalu langsung menyimpulkan seperti itu?!"  

"Yah, itu jelas, kan? Itu karena aku ingin. Tapi karena aku tidak bisa melakukannya untuk sementara, jadi aku akan cemburu jika kalian berdua melakukannya~..."  

Ah, Nanami kehilangan kata-kata. Kamoenai-san, yang mengingat sesuatu, juga memiliki ekspresi gelisah di wajahnya. Ekspresi itu sepertinya membuat Nanami terdiam.  

Otofuke-san tersenyum pahit, tetapi dia memiliki tatapan yang menunjukkan kalau dia juga memahami perasaan Kamoenai-san. Mereka berdua... juga memiliki masalah mereka sendiri.  

"Yah, banyak yang terjadi."  

"Aku mengerti, banyak yang terjadi, ya?"  

"Jika banyak yang terjadi, maka itu tidak bisa dihindari~."  

Untuk saat ini, sepertinya mereka puas dengan penjelasan itu. Keduanya lalu duduk di kursi terdekat. Kami berempat seperti biasa... jadi, aku memutuskan untuk mengumpulkan sedikit keberanian.

"Otofuke-san, Kamoenai-san, maukah kalian berada di kelompok yang sama dengan kami?"  

Begitu aku mengatakannya, jantungku mulai berdebar. Kecemasan ini berbeda dari saat aku bertanya kepada Nanami sebelumnya.  

Aku setengah khawatir tentang apa yang akan terjadi jika mereka menolak dan setengah khawatir jika aku terlalu memaksa. Aku belum pernah benar-benar mengajak siapa pun untuk melakukan sesuatu sebelumnya, jadi aku mulai keringat dingin.  

Mereka tidak langsung meresponku, dan kecemasanku semakin kuat... tetapi ketika aku melirik keduanya, mereka berdua memiliki ekspresi kosong dengan mata terbelalak.  

Nanami juga menundukkan kepalanya saat melihat mereka. Ada apa dengan suasana ini?  

Keduanya saling bertukar pandang, sama seperti yang aku dan Nanami lakukan sebelumnya, lalu mengalihkan tatapan mereka kembali padaku. Saat itu, mereka tidak lagi memiliki ekspresi kosong, melainkan senyuman hangat yang agak bahagia.  

Entah mengapa, senyuman itu sedikit tumpang tindih dengan senyuman ibuku dalam pikiranku, tetapi itu adalah rahasia.  

"Aku tidak pernah menyangka aku akan diundang oleh Misumai."  

"Benar, benar, ini agak... membuat jantungku berdebar?"  

"Ayumi...?"  

"T-tidak, bukan itu, Nanami! Bukan berdebar seperti itu, lebih seperti perasaan senang melihat seseorang tumbuh...!"  

Dengan mata Nanami yang bersinar, Kamoenai-san buru-buru mencoba menenangkan dia. Respon mereka yang tidak terduga juga mengejutkanku.  

Tentu saja, ini adalah pertama kalinya aku secara resmi mengajak seseorang, tetapi aku tidak menyangka mereka akan terkejut seperti ini. Aku merasa sedikit malu, seolah aku telah mengatakan sesuatu yang tidak perlu.  

Jadi, begini rasanya berinteraksi dengan orang lain... meskipun, mungkin sedikit dramatis untuk mengatakan kalau mengajak seseorang adalah hal yang besar.  

"Yah, aku senang kamu mengajak kami."  

"Ya, mendengar ini secara langsung terasa menyenangkan. Terima kasih~."  

Aku sedikit terhibur oleh kata-kata menenangkan mereka. Tetapi pada saat yang sama, aku merasa sedikit bersalah karena membuat mereka repot-repot untuk bersikap baik. Aku perlu memastikan agar tidak terlalu malu mulai sekarang.  

Mungkin ini adalah sesuatu yang perlu aku biasakan dengan lebih banyak pengalaman.

"Namun, maksudku, aku memang mengajak kalian berdua, tetapi... apakah kalian yakin ingin berada di kelompok yang sama denganku?"  

Sudah pasti Nanami akan senang bersamaku, tetapi aku tidak bisa tidak khawatir jika mereka akan baik-baik saja berada di kelompok yang sama dengan kami.

Juga, dengan aku dan Nanami bersama, yah... mari kita katakan mungkin ada beberapa hal yang mungkin tidak ingin dilihat orang lain. Tentu saja, aku akan menahan diri, tetapi kami adalah pasangan, jadi pasti akan ada sedikit hal seperti itu.

Nanami sepertinya juga mengkhawatirkan hal ini, dan menyarankan bahwa karena ini adalah perjalanan sekolah, mereka tidak perlu merasa tertekan dan bisa memilih untuk bersama teman-teman lain jika mereka mau.  

Sama seperti Nanami, Otofuke-san dan Kamoenai-san juga memiliki banyak teman, jadi aku yakin mereka akan bersenang-senang di kelompok mana pun yang mereka pilih. Contohnya, kedua orang yang datang untuk meminta maaf padaku baru-baru ini.  

Ini adalah perjalanan spesial, jadi sebaiknya pergi bersama kelompok yang membuatmu bisa menikmatinya.  

"Ah... tentang itu..."

Otofuke-san dan Kamoenai-san sedikit ragu, lalu mendekat untuk berbisik di telinga kami. Ini adalah reaksi yang jarang terjadi.  

"Masalahnya adalah... kakak-kakakku khawatir padaku..."  

"Ya, ya... Mereka khawatir apakah kami akan baik-baik saja jika sekelompok dengan anak laki-laki. Terutama setelah mereka melihat kostum festival sekolah kami... mereka benar-benar khawatir~..."  

"Jadi, kamu lihat... jika kami berada di kelompok yang sama dengan Misumai, kakak-kakak kami akan merasa lebih tenang..."  

"Itu juga memudahkan kami untuk menolak undangan dari cowok lain~..."  

Ah, aku mengerti... itu masuk akal. Aku paham sekarang. Memang benar kalau perjalanan sekolah mungkin akan memberi cowok rasa kebebasan, dan mereka mungkin akan mencoba mengajak cewek yang biasanya sulit didekati.  

Melihat sekeliling kelas, aku bisa melihat beberapa cowok mencoba mengajak cewek untuk berada di kelompok mereka, ada yang ditolak dan diterima.  

Kedua cewek dari hari itu tampaknya sedang mengajak cowok sebagai gantinya. Cowok yang diajak terlihat sedikit terkejut dan sedikit memerah.  

Aku mengerti, jadi ada aspek semangat muda dalam menentukan kelompok untuk perjalanan sekolah. Itu tampaknya menarik dengan caranya sendiri.  

Hal seperti ini mungkin adalah daya tarik perjalanan sekolah... tetapi bagi Otofuke-san dan Kamoenai-san, yang memiliki pacar di luar sekolah, mungkin sedikit rumit, terutama karena kekhawatiran tentang pacar mereka.  

Aku benar-benar memahami itu... dengan sangat baik.  

Jika Nanami bersama cowok lain tanpa sepengetahuanku, aku pasti akan merasa cemas kecuali ada seseorang yang aku percayai di dekatnya.

"Jika itu masalahnya, aku akan senang untuk... tetapi apakah boleh jika aku mengundang satu orang lagi?"  

"Hm? Oh, tidak masalah. Kami hanya mengganggu kalian berdua, jadi tidak ada masalah..."  

"Maaf... aku tahu kalian mungkin lebih suka hanya berdua saja..."  

Tentu saja, itu tidak mungkin... pikirku, menyadari mereka mengungkapkan hal yang jelas, meskipun aku membayangkan betapa menyenangkannya bisa sendirian dengan Nanami.  

Nanami juga membisikkan "hanya kita berdua..." dan tampaknya terjebak dalam fantasinya sendiri. Aku harus membawanya kembali ke kenyataan... dan kami berdua bangkit dari tempat duduk.

Tujuan kami adalah... sepasang orang tertentu. Sama seperti sebelumnya, mengajak seseorang membutuhkan keberanian, terutama jika itu adalah sesuatu yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya.  

Tetapi karena sebelumnya berjalan dengan baik, aku merasa lebih tenang sekarang. Aku yakin aku bisa mengajak mereka dengan lancar.  

"Hitoshi... bolehkah aku bicara denganmu sebentar? Jika kamu tidak keberatan, maukah kamu berada di kelompok yang sama...?"  

"OK!!"  

Dia langsung menjawabnya.  

Terkejut dengan jawaban yang tidak terduga, aku terdiam sejenak. Hitoshi tampaknya menganggap reaksiku lucu, dan dia tertawa ceria. Senyumnya seolah dia sudah menunggu ini.  

"Ah, akhirnya kamu mengajakku. Sudah saatnya! Aku menunggu untuk diundang! Aku khawatir apa yang akan aku lakukan jika kamu mengajak cowok lain selain aku..."  

Hitoshi terlihat benar-benar lega. Meskipun, sejujurnya, aku belum begitu dekat dengan cowok lain, jadi itu tidak pernah benar-benar akan menjadi kekhawatiran.  

Oh, dan sekarang keributan Hitoshi menarik perhatian yang hangat, hampir berlebihan, dari semua orang di sekitar... terutama dari Sensei, yang memiliki tatapan paling hangat di antara semuanya.  

Tolong berhenti, Sensei. Aku tahu aku sedikit membuatmu khawatir sebelumnya, tetapi... melihatku seperti anak kecil yang baru saja berteman untuk pertama kalinya... Yah, itu sebenarnya cukup akurat, tetapi tetap saja.  

"...Bagaimanapun, meskipun aku mengajakmu, tapi apakah ini benar-benar oke? Lagipula, ini adalah perjalanan sekolah."  

"Tidak, tidak, itu benar-benar baik-baik saja. Lagipula, jika aku tidak bergabung, hanya satu-satunya cowok di kelompok, dan itu akan sepi, bukan? Lebih baik ada lebih banyak cowok di sekitar."  

"Yah, bukan berarti aku akan merasa sepi atau apa. Tapi aku memang berpikir akan lebih menyenangkan jika bersama."  

"O-oh... saklar tsundere-nya terjadi begitu cepat...!"  

Apa yang membuatmu begitu emosional? Aku tidak melakukan hal tsundere, jadi jangan mengartikannya seperti itu.

Aku senang kamu menjawab dengan cepat, tetapi sekarang aku mulai bertanya-tanya apakah aku mengajakmu terlalu cepat, terutama dengan ejekan dari kerumunan.  

"Ah, Misumai, Misumai—. Dia benar-benar bersemangat untuk bergabung denganmu di perjalanan sekolah ini, jadi biarkan dia masuk!"  

"Oi jangan bocorkan!! Selagi... aku bisa... terlihat keren!"  

"Kamu kurang kosakata, dan itu tidak keren sejak awal."  

Mendengar komentar-komentar ini, Hitoshi menjadi merah dan terlihat putus asa, seperti anak kecil yang tertangkap basah dalam sebuah prank. Tapi, yah, menyenangkan mengetahui kalau dia merasa seperti itu.

Memiliki seseorang yang ingin bergabung dalam perjalananmu benar-benar sesuatu yang patut disyukuri.

"Kenbuchi-kun, apakah kamu berhasil mengajak mereka?"

"Ah, ya... Bagaimana dengan Nanami?"  

"Semua baik-baik saja di sini, Kotoha-chan bilang dia akan bergabung dengan kelompok kami."  

Di belakang Nanami, yang membuat lingkaran dengan jarinya, Shizuka-san memberikan tanda peace(️) dengan mata mengantuk seperti biasa. Dengan Shizuka-san, kelompok kami sekarang memiliki enam anggota... jadi kelompok untuk perjalanan sekolah sudah ditentukan.  

Setelah pemilihan kelompok di kelas, sekarang aku akan melakukan kegiatan kelompok dengan kelompok ini, jadi aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya.  

Tetapi aku menantikannya.  

"Hehe, aku bersemangat."  

Mendengar Nanami mengatakan itu pada saat yang sama, aku merasakan kebahagiaan yang meluap. Rasanya semangatku berlipat ganda. Apakah ini yang mereka maksud jika ada berdua, kesenangannya akan dilipat gandakan.  

Jika itu masalahnya, aku benar-benar senang bukan aku tidak sendiri... Aku menyadari itu lagi. Bukan berarti aku menolak untuk sendiri, tetapi tetap saja.  

"Jadi, apakah Otofuke-san dan Kamoenai-san juga baik-baik saja?"  

"Ya, dengan Kenbuchi, tidak ada masalah sama sekali. Sama tidak berbahayanya seperti Misumai."  

"Benar, meskipun ketua panitia agak nakal, dia tidak berbahaya~"  

Kedua orang yang bergabung karena ajakanku... oke-oke saja. Melihat reaksi mereka, Hitoshi terlihat malu dan meletakkan tangannya di kepalanya.  

Sungguh mengejutkan bagaimana mereka bereaksi mengingat seberapa banyak dia berbicara tentang ingin memiliki pacar. Aku pikir mereka akan sangat berhati-hati.  

Aku juga tidak menyangka dianggap tidak berbahaya.  

"Ngomong-ngomong, apakah Nanami baik-baik saja dengan ini?"  

"Ah, ya. Aku baik-baik saja. Aku sudah bicara dengan Youshin sebelumnya."  

Nanami juga memberikan tanda peace kepada kami bersama Shizuka-san.  

Aku khawatir Nanami mungkin tidak akan menyukainya, tetapi secara mengejutkan, dia mengizinkan Hitoshi bergabung dengan mudah.  

"Yah, dia teman Youshin, jadi tidak masalah. Lagipula, ini Kenbuchi-kun."  

Nanami mengatakannya dengan santai, tanpa menunjukkan tanda-tanda tidak ketidaknyamanannya di sekitar cowok. Aku pikir dia sudah perlahan-lahan mengatasi ketidaknyamanannya baru-baru ini, tetapi...  

Dari reaksi Otofuke-san dan yang lainnya, sepertinya mungkin ada dinamika kelas yang terjadi yang tidak aku sadari. Itu sedikit membuatku iri.  

Aku melihat Nanami memberikan tanda peace dan teringat apa yang terjadi saat itu. Saat itu, Nanami menerima partisipasi Hitoshi dan di atas itu...

Dia tersenyum, mulutnya melengkung seperti bulan sabit.  

Kata-katanya seolah bergema seperti musik.  

"Selain itu, aku tidak akan kalah."  

Dengan senyum yang menakutkan, aku tanpa sadar tersenyum juga. Aku tidak bisa memastikan apakah itu senyuman yang lahir dari ketakutan atau dari kebahagiaan.

Mengingat momen itu membuatku menggigil.  

Aku teringat apa yang pernah dikatakan Baron-san sebelumnya: jangan salah mengartikan prioritas antara persahabatan dan cinta... Aku perlu mengingat itu sekali lagi.  

"Wah, menyenangkan berada di kelompok yang penuh dengan cewek. Betapa menyenangkannya—"  

Hitoshi sangat ceria, dan tidak menyadari perasaanku. Tapi memang, memiliki dua cowok dan empat cewek terlihat sedikit tidak seimbang.  

Bagiku, kelompok ini cukup normal.  

"Tapi apakah ini baik-baik saja? Hampir semua cewek di kelompok ini sudah memiliki pacar, jadi peluangmu untuk mendapatkan pacar sangat kecil."  

"Oh, itu tidak masalah. Jika aku akan mendapatkan pacar, itu akan terjadi sebelum perjalanan nanti. Jadi, jika aku mendapatkannya, tolong bantu aku!!"

(Tln: Bantu disini maksudnya biar bisa ke kamar cewek, bantu tutupin buat alasan)

Hitoshi mengacungkan jempolnya, tetapi dengan perjalanan sekolah yang begitu dekat, aku bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa menemukan pacar tepat waktu... Sambil merenungkan ini, dia meletakkan lengannya di bahuku dan berbisik cukup keras agar aku bisa mendengarnya.  

"Jadi, jika kamu ingin sendirian dengan Barato, beri tahu aku... Aku akan melindungimu."  

"Eh…?! Apakah itu diperbolehkan…?"  

"Seharusnya... Karena kita mungkin akan berada di kamar yang sama, jika kita melakukannya dengan baik, kita bisa berakhir sendirian di kamar hotel... Lagipula, aku juga akan mengunjungi kamar pacar masa depanku..."  

"Di kamar hotel…?"  

Saat aku berbicara, aku mendapati diriku tanpa sengaja membungkuk. Rasanya seperti pertemuan strategi atau rencana jahat, hampir seperti godaan setan… dengan diskusi yang penuh harapan.  

Apakah ini bahkan mungkin? Aku bertanya-tanya, tetapi melihat sikap percaya dirinya, aku mulai merasa bahwa ini mungkin akan berhasil.  

Ada rasa kegembiraan yang berbeda dari sebelumnya…  

"Hei…"  

"!?!?!"  

"Uwah!?!?"  

Tiba-tiba, aku melihat Shizuka-san, yang juga membungkuk seperti kami, tepat di depan kami. Hitoshi dan aku terkejut dan melompat. Itu adalah posisi yang aneh, tetapi aku ingin memujinya karena tidak jatuh ke belakang.  

Shizuka-san menatap kami dengan mata setengah terpejamnya, terlihat mengantuk. Aku tidak bisa tahu apa yang dia pikirkan, tetapi…

"Aku juga ingin ikut… Ketika aku sendirian dengan Taku-chan, tolong…"  

Melihat Shizuka-san mengangkat tangannya sedikit, Hitoshi dan aku bertukar pandang dan tidak bisa menahan tawa kami. Sangat mengejutkan mendengar hal seperti itu dari ketua kelas yang biasanya serius.  

Itu cukup menghibur.

"Apakah ini benar-benar baik-baik saja, ketua...? Bukankah ini agak berisiko dengan cowok dari kelas lain…?"  

"Baik-baik saja… Jika ini sampai terdengar, aku akan membuat alasan seperti mengawasi siswa nakal…"  

"Yah, jika itu masalahnya… Tolong pastikan untuk membuat alasan untuk kami juga…"  

Hitoshi dan Shizuka-san mulai mengadakan pertemuan strategi dengan suara rendah. Tetapi memiliki Shizuka-san, ketua kelas, di pihak kami sangat menenangkan.  

Meskipun fashion Shizuka-san sekarang lebih ke gal, para guru masih memiliki kepercayaan besar padanya. Baru-baru ini, mereka sepertinya memiliki harapan tinggi bahwa dia bisa merehabilitasi siswa nakal, Teshikaga-kun.  

Sepertinya sebuah aliansi aneh dari tiga orang telah terbentuk di sini… atau mungkin lebih baik dikatakan bahwa rasa solidaritas telah berkembang.  

"Apa yang kalian bertiga lakukan membungkuk seperti itu…?"  

Yah, itu cukup jelas karena kami melakukannya di depan semua orang. Nanami juga membungkuk di sampingku, membuat kelompok aneh ini semakin aneh.  

"Hmm, apakah ini seperti pertemuan strategi?"  

"Eh? Sepertinya menyenangkan, jadi biarkan aku ikut juga… Maksudku, kita perlu merencanakan kegiatan kelompok, kan?"  

"…Maaf."  

"Diampuni!"  

Aku sedikit dimarahi. Memang benar bahwa setengah dari kelompok membungkuk dan berbisik itu tidak ideal… dan terlalu mencolok.  

Shizuka-san dan yang lainnya lalu duduk di kursi, dan menyilangkan kakinya. Meskipun mereka tersenyum pahit, mereka mengirimkan tatapan hangat kepada kami… yah, aku rasa itu ditujukan padaku. Itu terasa sedikit memalukan.  

Untuk mengembalikan ketenanganku, aku batuk sekali untuk membersihkan tenggorokanku, lalu berdiri. Nanami, yang masih membungkuk, menatapku dengan senyuman ceria.  

Rasanya mereka sudah mengetahui semua yang kami bisikkan sebelumnya.  

Dan sekarang setelah kelompok sudah ditentukan, mari kita bahas rencana untuk perjalanan sekolah.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close