Chapter 3 – Clash
Part 1
Night dan yang lainnya telah dipindahkan ke sebuah Dunia misterius, dimana mereka berjalan melewati Dunia yang hancur sembari berhadapan dengan monster yang menyerang mereka satu per satu.
Mereka juga mengumpulkan lebih banyak kekuatan hijau di dalam tubuh mereka dari pecahan misterius yang mereka dapatkan setiap kali mereka mengalahkan monster.
Akhirnya, saat mereka melanjutkannya tanpa tahu kekuatan macam apa itu, sesosok makhluk hidup muncul di depan mereka yang memiliki hawa kehadiran sangat kuat diantara para monster yang telah mereka lawan sejauh ini.
“───”
Itu adalah makhluk humanoid, lebih dari 20 meter panjangnya.
Wajah manusianya tidak mempunyai mata atau hidung, dan seluruh tubuhnya tertutup dengan lapisan kulit yang tebal berwarna abu-abu.
Benda-benda seperti mesin menonjol dari anggota tubuhnya di beberapa tempat, dan beberapa tentakel menjulur dari punggungnya.
“Grrrrr…”
Untuk Night dan yang lain, ini adalah pertama kalinya mereka melihat sesosok makhluk semacam itu.
Jelas sangat berbeda dari para monster yang mereka lawan sebelumnya.
Melawan sesosok monster semacam itu, Night dan yang lainnya bersiap untuk bertarung.
Lalu──.
“Woof?”
Tentakel yang ada dipunggung makhluk itu mendekati Night dan yang lainnya dengan kecepatan luar biasa.
Night segera melompat ke belakang, menahan Akatsuki di mulutnya, dan Ciel juga menghindari tentakel itu.
Namun, tentakelnya mengubah lintasannya di udara dan terus mengejar Night dan yang lainnya.
“Piiiiiiiiiiiiii!”
Merespon tentakel itu, Ciel masuk ke dalam tentakel, seluruh tubuhnya tertutupi oleh api biru.
Kemudian, membakar habis tentakel itu satu per satu, dia menyerang tubuh utama dari makhluk humanoid itu.
Tetapi...
“Piii!?”
Makhluk humanoid itu menangkap serangan kuat Ciel dengan lengannya yang seperti mesin.
“───.”
“Piiiiiiiii!”
Makhluk itu mengayunkan lengannya sembarangan, dan Ciel terhempas.
Lalu Night, yang sudah menempatkan Akatsuki ditempat yang aman, bergegas menangkap Ciel dan mendarat dengannya.
“Piii…”
“Woof!”
Seolah ingin menghibur Ciel yang depresi, kali ini Night yang menyerang monster itu.
Pada saat itu, tentakelnya meluncur lagi seperti hujan.
“Grrrrrrrr… woof, woof!”
Namun, saat menghindari serangan-serangan itu dengan brilliant, Night menyelam ke dalam dada monster itu dan mencakar tubuhnya dengan cakarnya yang tajam.
“Kiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaa!”
“Woof!”
“P-piiii…”
Tiba-tiba, monster itu mengeluarkan teriakan yang memekakkan telinga.
Wajahnya datar, namun pada saat itu, area di sekitar mulutnya sepertinya terkoyak, dan ada sesuatu yang kelihatan seperti mulut muncul dari dalam.
Teriakan yang keluar dari mulutnya begitu mengerikan sampai reruntuhan yang tersebar di sekitar area tersebut terhempas, dan pasir yang memenuhi area sekelilingnya naik seperti badai.
Tidak hanya itu, setelah mendengar teriakannya, Night dan Ciel tiba-tiba dihantam perasaan kekuatan mereka diserap dari tubuh mereka.
Teriakan monster itu mempunyai efek menyerap kekuatan orang-orang yang mendengar teriakannya.
Makhluk itu mendekati Night dan yang lainnya, yang tidak bisa bergerak dengan kecepatan penuh, mengayunkan tangan dan kakinya.
“Aaaaaaaah!”
“W-woof…!”
Makhluk itu mendekat dengan suara yang seram bahkan mengerikan bagi Night dan yang lainnya.
Meskipun mereka mencoba mati-matian untuk kabur, mereka masih tidak bisa bergerak karena teriakannya.
“Woof?”
“Buhi!”
Akatsuki mengaktifkan skill Sanctuary miliknya, dan anomali spesial yang ada di Night dan yang lainnya telah hilang dari tubuh.
Tepat pada waktunya, Night dan yang lainnya bisa bergerak, dan makhluk itu menghindari serangan itu dan menyerang saat mereka berpapasan.
“Woooff!”
“Piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!
“Kiaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
Makhluk dengan tentakel dipunggungnya dicakar Night dan kakinya tertusuk Ciel berteriak lagi.
Namun, sejak Sanctuary Akatsuki masih mempunyai efeknya, Night dan yang lainnya tidak akan terpengaruh.
Tapi...
“Woof!”
Atas keterkejutan mereka, luka yang mereka akibatkan mulai sembuh.
Sementara mereka terkejut, monster itu mengayunkan lengannya secara membabi buta.
“Aaaaaaaaaaaah!”
Meskipun hanya mengayunkan lengannya, area di sekelilingnya berubah dengan satu pukulan, membuat itu mustahil untuk mendekatinya.
Selain itu, semua serangan yang tidak fatal akan segera dipulihkan.
Namun, dengan ukuran tubuh Night dan yang lainnya, akan sulit untuk memberikan kerusakan fatal kepada monster itu.
Akatsuki bisa tumbuh lebih besar, tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk menahan serangan monster itu, juga tidak memiliki skill menyerang untuk mengalahkannya.
Ketika Night dan yang lainnya sedang berjuang menghadapi situasi ini, dia tiba-tiba merasakan sensasi aneh di tubuhnya.
Namun rasa tidak nyaman ini bukannya, tidak menyenangkan.
Night tidak bisa menjelaskan situasi ini dengan kata-kata, tapi sepertinya itu adalah reaksi terhadap cahaya hijau aneh yang diserap tubuhnya di dunia misterius ini dan sesuatu yang tertidur di dalam dirinya.
Pada titik tertentu, Night menyerah pada ketidaknyamanan fisik ini.
Lalu──.
“Fugu!”
“Pi!?”
Tiba-tiba, tubuh Night mulai bersinar.
Cahaya itu semakin kuat dan kuat sampai menjadi sangat besar hingga menelan monster yang ada didepannya.
Kemudian──.
“Woof.”
Saat cahayanya memudar, apa yang muncul dari cahaya itu adalah... Night, yang telah membangkitkan skill Night God Wolf’s Divine Authority, yang pernah diaktifkan selama pertempuran dengan Alien Dragonia.
Awalnya, lingkungan harus pada malam hari untuk mengaktifkan skill ini.
Namun, di Dunia misterius ini, warna langit pada dasarnya berbeda, dan diragukan adanya konsep siang dan malam.
Lebih penting lagi, Night yang telah terbangun dengan cara ini, tapi ada perbedaan dari saat waktu pertarungan dengan Alien Dragonia.
Cahaya hijau yang telah diserap oleh tubuh Night, berkilauan dan muncul dari tubuhnya.
Ciel dan Akatsuki terkejut dengan perubahan mendadak itu, tapi Night sendirilah yang paling tercengang.
“Wo-woof?”
Night yang telah bangkit selama pertarungan dengan Alien Dragonia, tapi ini adalah pertama kalinya dia mengenali keadaannya.
Dia sudah mendengar tentang perubahan raksasanya, tapi dia tidak mengingatnya, jadi dia ragu akan hal itu.
Bagaimanapun, setelah bangkit dengan cara ini, Night tumbuh semakin besar, bahkan sangat kuat dari monster di depannya.
“Ki-kiiiiiiii.”
Monster itu juga kewalahan dengan Night raksasa yang muncul tiba-tiba.
Namun, pada waktu yang sama, monster itu mengalihkan perhatiannya ke cahaya hijau yang memancar dari tubuh Night dan menyerang dengan lebih ganas dari sebelumnya.
“Aaaaaaaaaaaaaaah!”
Serangan terus menerus dengan seluruh tentakelnya dan kedua lengan serta kakinya.
Semua serangannya menghantam tubuh Night.
Tapi...
“Woof.”
Cahaya hijau itu berperan seperti perisai, mencegah semua serangan ini.
Hasilnya, tidak ada satupun goresan di tubuh Night.
“Aaaaaaaaaaaah!”
Monster itu masih marah dan terus menyerang, tetapi hasilnya tetap sama.
Kemudian──.
“Woooooof!”
“──!”
Saat Night melolong, gelombang kejut yang luar biasa melanda seluruh dunia misterius.
Makhluk itu yang terkena oleh gelombang kejut dari dekat langsung terhempas, dan tubuhnya tidak mampu menahan kekuatan dan tercabik-cabik menjadi beberapa bagian.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Monster itu menjerit
Namun, tidak peduli seberapa keras monster itu menjerit, lolongan Night tidak berhenti, dan yang lebih penting, monster itu tidak bisa pulih, dan sama seperti monster lainnya, monster itu hancur dan menghilang seperti pasir.
Setelah mengalahkan monster yang tiba-tiba muncul itu, tubuh Night bersinar lagi, dan dia kembali ke ukuran aslinya.
“Woof?”
Pada akhirnya, Night tidak paham kenapa dia tiba-tiba tumbuh menjadi ukuran raksasa, tapi dia menghela nafas lega karena dia telah mengalahkan monster itu.
“Pipi!”
“Woof?”
Menanggapi suara Ciel, pecahan misterius yang dia lihat sebelumnya muncul dari tempat makhluk itu baru saja menghilang.
Namun, pecahan itu lebih besar dari yang pernah mereka lihat sebelumnya, dan Night serta yang lainnya kewalahan.
“Woof.”
“Fugu?”
“Pii.”
Tanpa mengetahui apa pecahan ini, mereka melihatnya sebentar, dan lalu pecah menjadi tiga bagian dan diserap oleh Night dan yang lainnya, sama seperti sebelumnya.
Disaat berikutnya.
“Woof!”
Tidak seperti sebelumnya... ingatan monster yang dikalahkan mulai mengalir ke dalam pikiran Night dan yang lainnya.
Part 2
Setelah mengalahkan Whips.
Iris-san menuntun kami ke lokasi Shu.
Awalnya, karena Iris-san pernah mengunjungi markas Shu dan kelompoknya, dia seharusnya bisa menggunakan Divine Authority miliknya untuk pindah ke sana dalam sekejap.
Namun, sepertinya disana ada Divine Power yang mengambang di markas Shu dan kelompoknya, yang mengganggu teleportasi instan untuk ke markas mereka.
Namun, ketika kami sudah dekat dengan markas mereka, kami terus bergerak secepat yang kami bisa dan akhirnya tiba di tempat dimana markas mereka berada.
Itu adalah lembah yang sangat besar yang anehnya terasa menekan.
"Iris-san, tempat apa ini...? "
"Ini adalah Lembah Naga. "
"Lembah Naga? "
Aku pernah mendengar nama tempat ini sebelumnya.
Itu adalah nama tempat dimana Naga palsu berada ketika aku dipindahkan ke masa lalu.
Sesuai dengan namanya, ada banyak sekali Naga melayang diatas Lembah, dan salah satu dari mereka menyadari kami dan menyerang kami.
"Takkan kubiarkan kau! "
Namu, ketika Meiko mengaktifkan Spirit Chain dengan cepat, naga itu diikat sebagaimana adanya dan kemudian jatuh ke dasar lembah saat tubuhnya semakin tertembus oleh rantainya.
Memgamati pemandangan itu, Iris-san menlanjutkan.
"Seperti yang kau lihat, sebuah tempat yang dihuni oleh spesies Naga yang tak terhitung jumlahnya... Tingkat bahayanya menyaingi Great Devil’s Nest.”
" Jadi begitu... "
"... Yah, dari Yuuya-kun, yang tinggal di Great Devil’s Nest, mungkin tidak ada banyak perbedaanya. "
Sama sekali tidak.
Aku sangat menyadari bahaya Great Devil’s Nest.
Aku tidak tahu tempat itu sebanding dengan tempat seperti itu.
"Itu artinya Shu bukan satu-satunya yang harus kita hadapi…”
“Begitu… Tapi jika terjadi pertarungan dengan Shu, para Naga seharusnya tidak bisa mendekat karena kehadiran kekuatan yang terpancar dari Shu dan kita.”
Untuk saat ini, aku lega mengetahui bahwa aku hanya harus fokus pada Shu selama pertempuran.
Jika kita harus bertarung dengan Naga juga, kita tidak punya cukup kekuatan untuk melawan mereka.
"Baiklah kalau begitu, ayo pergi! "
“──Oops, itu sudah tidak diperlukan. "
“!”
Pada saat kami akan masuk ke Lembah Naga.
“Yuuya-kun, hindari itu! "
“!”
Aku melompat mundur setelah mendengar kata-kata Iris-san.
Tiba-tiba, suara alat musik gesek terdengar.
Aku terkejut oleh suaranya yang indah, dan setelah itu tempat dimana aku berdiri hancur oleh sesuatu yang tak terlihat.
"Apa... "
Saat aku dikejutkan oleh kejadian itu, dua orang muncul dari Lembah.
"Apa akhirnya kau siap untuk ditangkap? "
"Kau tidak akan bisa kabur kali ini. "
Seorang pria seperti penyair dengan Lyre di tangannya dan seorang pria bertanduk muncul.
“Tone, Seras…”
"Sepertinya kau telah menyadari bahwa tidak ada gunanya kabur. ”
Iris-san tersenyum penuh kemenangan pada penyair Tone... yang mengatakan ini dengan cara yang agak mengejek
"Hah... Sama sekali tidak. Kami disini untuk mengalahkan kalian. "
"Kau disini untuk mengalahkan kita? Meskipun kau telah dihajar berkali-kali, kau masih tidak tahu perbedaan kekuatan di antara kita... "
Pria bertanduk... Seras mencemooh perkataan Iris-san.
"Tentu, aku tidak akan bisa menang sendirian. Tapi... Kali ini, aku memiliki rekan yang meyakinkan. "
Ketika Iris-san mengatakan ini, Tone dan Seras mengalihkan pandangannya ke arah kami.
"... Hmph lihat siapa yang kau bawa bersamamu... Aku tidak menyangka kau membawa orang-orang yang bahkan bukan seorang Holy. "
"Jangan bilang kau akan membiarkan bocah yang disana itu dan pelayan itu bertarung? "
“Nya, nya!”
Tidak senang karena dia sendiri tidak dihitung sebagai kekuatan tempur, Stella marah sebagai protes, tapi Seras dan Tone mengabaikannya.
"... Kau bisa berpikir apapun yang kau inginkan. Bagaimanapun, kau akan dikalahkan... Disini. "
"Hah... Coba saja! "
Seras berteriak dan langsung datang ke arah kami!
“Meiko!”
“Ya! Spirit Chain!”
"Apa? "
Kemudian, seolah ingin menangkap Seras yang menyerang, rantai yang tak terhitung jumlahnya muncul dari tanah dan melilit tubuhnya.
Tetapi...
"Kau menggunakan kekuatan yang aneh... Sound Supremacy!”
Saat Tone kembali memukul Lyre miliknya, rantainya hancur oleh pukulan yang tak terlihat.
" Apa...! "
"Ugh... Tone! Bisakah kau menghancurkannya dengan lebih berhati-hati? "
"Jika kau tidak suka rasa sakit, jangan sampai terkena. "
"Tch... Aku lengah sebelumnya! Selanjutnya... Aku akan menghabisi mereka! "
“Kuh… Spirit Chain!”
Merespon serangan baru Seras, Meiko membuat rantai itu muncul sekali lagi.
Lalu cahaya berwarna pelangi... Divine Power berkumpul diantara tanduk Seras.
"Kau menghalangiku! Divine Horn Piercing!”
Dan Divine Power yang terkumpul membelah semua serangan Spirit Chains.
" Terima ini! "
“Haaah!”
“Muh!”
Namun, saat Iris-san menebasnya, Seras membalikkan tanduknya dan menahan pedang Iris-san.
"Hmph... Divine Authority palsu yang lain? Apa kau pikir bisa menghentikanku dengan kekuatan semacam itu? "
"Aku tidak tahu. Tapi... Aku tidak sendirian! "
“──Haaaaahh!”
"Apa... Guh! "
Ketika Iris-san sedang menahan Seras, aku secepatnya mendekat dan menebas tubuh Seras dengan Omni-Sword.
Namun, Seras segera mundur, dan tidak terkena luka yang serius.
"Kau orang bodoh... Kau melukai tubuh Dewa ini? "
"Tampaknya, senjata itu mempunyai kekuatan yang aneh. "
"Jadi apa? Tidak peduli seberapa kuat senjata itu, itu tidak bisa mengalahkan kita. "
Pada saat Seras mengatakan itu, luka yang aku timbulkan langsung sembuh.
Lagi pula, sepertinya hanya serangan yang menggunakan Divine Authority atau Power of Existence yang bisa mengalahkan mereka.
Lalu Tone memainkan Lyre miliknya.
Pada saat itu, Prajurit Dewa yang tak terhitung jumlahnya muncul dibelakang Tone dan yang lainnya.
"Aku akan biarkan kau melihatnya sendiri... Betapa bodohnya menentang Dewa. "
"Mereka datang! "
Saat Iris-san memberitahu itu, para Prajurit Dewa dan serangan tak terlihat datang pada waktu yang bersamaan.
Namun, serangan tak terlihat Tone sepertinya menerbangkan sejumlah besar Magic Power, dan itu mungkin bisa dihindari jika kau bisa menyadari Magic Power itu.
Namun, segerombolan Prajurit Dewa memblokade tindakan kami.
“Master! Aku akan mengurus para Prajurit Dewa itu...! "
"Aku mengandalkanmu! "
Meiko, yang tidak bisa menggunakan Divine Authority, mengambil tugas berurusan dengan Prajurit Dewa.
“Spirit Chain! Dan kemudian… Spirit Doll!”
Seperti biasa, Meiko menunjukkan teknik baru, membuat rantai Spiritual Power muncul.
Lalu, Spiritual Power mulai muncul dari tanah dan secara bertahap mengambil bentuk manusia.
Makhluk seperti Prajurit ini terbuat dari Spiritual Power menyerang Prajurit Dewa segera setelah dia muncul.
"Teknik ini adalah... "
"Aku melihat wujud Prajurit Dewa dan mencoba menyalinnya. "
Jelas sekali, teknik ini berdasarkan Prajurit Dewa.
Aku bertanya-tanya bagaimana mungkin membuat teknik baru dengan begitu mudah…
Yah, kurasa itu mungkin karena Meiko lebih akrab dengan Spiritual Power dari pada aku.
Bagaimanapun, terima kasih pada Meiko, kita tidak usah mengkhawatirkan tentang Prajurit Dewa itu, dan kami memutuskan untuk berhadapan dengan Tone dan Seras lagi.
“Iris-san! Aku akan melawan Tone! "
"Baiklah! "
"Kau sungguh ingin menjadi lawanku, bukan? "
Tone sangat marah ketika aku berkata aku akan melawannya.
"Kau masih berpikir kau bisa mengalahkan kita? "
"Yeah, itu benar! "
“Guh…!”
Seras menahan tebasan Iris-san dengan tanduknya.
"Tidak masuk akal... Kau tidak memiliki kekuatan sebanyak ini sebelumnya! "
"Sayangnya, aku juga bertumbuh semakin kuat! "
"Hal bodoh macam apa yang kau katakan! Divine Horn Piercing!”
“Hyaaaaaah!”
Iris-san mengeluarkan serangan pedang yang ganas.
" Itu tidak baik mengalihkan perhatianmu dariku! "
“! Haahh!”
Ketika aku teralihkan oleh pertarungan Iris-san, aku menerima serangan tak terlihat dari Tone.
Namun, aku menghindarinya dengan mundur ke belakang, aku mengeluarkan Absolute Spear dari Item Box dan melemparkannya ke Tone.
"Mm... Senjata baru yang lain! "
Tone mencoba mengelak dari Absolute Spear, tetapi itu terus mengejarnya.
"Tch...! Sangat mengganggu karena itu mengejarku! Sound Supremacy!”
Tetapi, Tone menyerang Absolute Spear dengan serangan tak terlihat dan memantul kembali.
Akan tetapi, aku sudah bersiap untuk seranganku yang berikutnya.
“Formless Bow!”
“Gaaaah!”
Sama dengan Whips, aku mengeluarkan Formless Bow milikku dan menembakkan anak panahnya.
Serangan Tone juga tak terlihat, tapi disisi lain memiliki Magic Power; itu seperti intinya.
Namun, Formless Bow ini sebenarnya tidak terlihat.
Sejak itu bukan sekumpulan Magic Power, mustahil untuk dideteksi dan menghindarinya.
"Gu... Kau! "
Sayangnya, karena tidak mungkin memakai Power of Existence untuk menghindari deteksi, luka Tone sembuh dengan cepat.
Namun, gangguan sesaat saja sudah cukup.
Itu adalah──.
“Stella!”
“Nya!”
"Apa... Seekor kucing? "
Stella, yang tidak terlihat, muncul dibelakang Tone.
“Fushaaaah!”
Lalu dia menendang ke langit, melaju dengan cepat dan menembusnya.
“Guaaaaaaaaah!”
Dengan lubang di perutnya, Tone jatuh berlutut.
"Apa... Tone? "
"Jangan kau berani berpaling! "
“Kuh!”
Dipihak Iris-san juga memasuki tahap akhir pertarungan.
Ditengah semua ini, Tone meletakkan tangannya ke perutnya, berusaha mati-matian menyembuhkan lukanya.
Akan Tetapi...
"Me-mengapa? Mengapa lukanya tidak bisa sembuh? "
“Nya~”
Stella, dia yang memberikan luka itu, sedang merawat dirinya dengan santai.
Luka Tone tidak sembuh sama sekali akibat serangan Power of Existence Stella.
Akhirnya, dia mencapai batasnya dan jatuh ke tanah.
"Ti-tidak masuk akal... Kita adalah Dewa... "
“Tone!”
“── ini juga merupakan akhir. "
Seras menjadi tidak sabar karena Tone kalah, dan Iris-san memegang pedangnya di atas kepalanya.
Seras mengarahkan tanduknya ke Iris.
"Berakhir, katamu? Bagaimana bisa aku, Dewa Sejati, bisa dikalahkan olehmu, orang palsu! "
Mengkonsentrasikan sejumlah besar Divine Power ke dalam tanduknya, Seras menyerang Iris-san, bertujuan untuk menusuknya.
Tapi...
“───!”
Iris-san mengeluarkan Idle Strike, memotong semua Divine Power Seras.
... Lagipula, Iris-sun telah mencapai kondisi seperti itu, bukan?
Aku merasakan hal ini ketika aku melihat ilmu pedang Iris-san lagi, tapi menurutku itu tidak terlalu aneh.
Aku tahu Iris-san, yang telah berlatih pedang sampai titik itu, pada akhirnya akan sampai di sana.
Seras, yang telah terbelah dua bersama dengan Divine Power miliknya, terkejut.
"Mu-mustahil... Untuk menebas Dewa──”
Dan kemudian, begitu saja, dia hancur seperti pasir dan menghilang.
Saat Tone dan Seras kalah, Prajurit Dewa yang telah muncul disekitar mereka juga menghilang seolah-olah mereka hancur.
"Apakah ini sudah berakhir?”
" Untuk sekarang, ya. Terima kasih untuk mengahadapi Prajurit Dewa itu. "
"Itu benar. Karena Meiko-chan ada disana, aku bisa berkonsentrasi dalam pertarungan melawan Seras. Terima kasih. "
"Itu bukan apa-apa! Aku seorang pelayan, dan tugasku adalah untuk membantu masterku. Aku melakukan apa yang harus kulakukan. "
Setelah mengatakan itu, Meiko membungkukkan kepalanya dengan sopan.
Hmm... Apa yang bisa kukatakan? Rasanya masih aneh berpikir bahwa aku mendapatkan pengetahuan ini di Underworld.
Yah, jika dia tidak apa-apa, tidak ada lagi yang bisa kukatakan tentang itu.
Lebih penting lagi...
“Iris-san, serangan tadi itu... "
"Itu teknik yang aku pelajari dalam pertarungan sebelumnya melawan Seras dan yang lainnya. Ini masih belum sempurna saat ini. "
Iris-san tergelak, tapi dari sudut pandangku, aku hanya bisa katakan bahwa serangan itu sangat menakjubkan.
Terima kasih pada Zenovis-san, aku bisa memperoleh Idle Strike, tetapi Iris-san memperoleh semua itu sendirian.
Dan meskipun dia belum bisa memahami sensasi itu, dia tidak kehabisan nafas, tidak seperti pertama kali aku melepaskan Idle Strike.
Aku rasa itu karena dia sudah memegang pedang selama bertahun-tahun.
"Baiklah kalau begitu... Bisakah kita akhirnya pergi ke markas mereka? "
"Ya! "
Kami akan memasuki kedalaman Lembah Naga sekali lagi… dan itu terjadi pada saat ini.
“Aku tidak pernah mengira aku akan melihat hal ini terjadi. "
"Apa...? "
Tiba-tiba, sebuah tekanan kuat menghantam kami.
Perasaan ini... Sama dengan saat aku dihantam oleh Power of Existence milik Yin!
Aku terkejut melihat betapa menyesakkannya seolah-olah dunia ini sendiri sedang dibebankan kepadaku.
Ketika aku melihat sosok sebenarnya dari tekanan tersebut, aku melihat seorang pria berdiri di langit diatas kami.
Iris-san mengalihkan tatapan tajamnya ke arah pria yang, pada pandangan pertama, kelihatannya berpakaian seperti seorang Samurai.
“Shu…!”
──Akhirnya, Shu Zakuren muncul dihadapan kami.
Part 3
Sekitar waktu Yuuya bertemu Shu.
Sesuatu yang tidak biasa terjadi pada tubuh wanita yang yang berada dalam peti mati.
“…Ah…”
Wanita itu mengerang kesakitan dengan keringat di dahinya.
Suara ini disadari oleh Lexia, yang datang untuk memeriksa wanita itu.
“Hmm? H-hey, Luna!”
"Apa ada masalah? "
"Dia kelihatannya sangat kesakitan! "
"Apa? "
Luna bergegas memeriksanya dan meletakkan tangannya ke dahi wanita tersebut.
"Dia mengalami demam yang parah... "
Wanita itu mengalami demam, dan suhu tubuhnya meningkat drastis.
Setelah mendengar perkataan Luna, Lexia tanpa sadar panik.
"Oh, tidak! A-apa yang harus kita lakukan? "
"Tenanglah. Tapi sihir penyembuhan tidak bekerja pada orang sakit... "
Jika ini adalah luka, bisa dirawat dengan sihir penyembuhan.
"Namun, satu-satunya cara untuk merawat sebuah penyakit adalah dengan obat-obatan.
Tetapi, wanita itu saat ini pingsan dan tidak bisa diberi obat.
Tetap saja, mereka tidak bisa meninggalkannya seperti itu, dan saat mereka berpikir apa yang harus dilakukan, Lexia punya sebuah ide.
"I-Itu benar! Ayo minta Ouma-sama untuk membawanya ke tempat yang dingin!”
" Apa kau bodoh? "
"Kenapa? Dia mengalami demam tinggi sehingga dia perlu didinginkan! "
"Itu benar, tapi ada sesuatu yang salah! "
"Lalu apa yang kamu ingin aku perbuat? "
"Itu... "
Karena terburu-buru, Lexia telah mengatakan sesuatu yang keterlaluan, tapi dia tidak menyadarinya.
Lalu Yuti datang.
Dia sedang memegang sebuah baskom berisi air dan sebuah handuk.
"Membawa. Aku membawakan handuk basah. "
Lexia dan Luna tertegun.
Lexia segera berbicara dengan kagum.
"Bagus sekali, Yuti. "
"Kenyataannya, kenapa kamu tidak bisa memikirkan sesuatu yang begitu sederhana...? "
"Hey! Bahkan Luna tidak memikirkan hal ini! "
Keduanya mulai berdebat lagi.
Ngomong-ngomong, Lexia bukan tipe orang yang sering demam, dan Luna tetap melakukan pekerjaannya tanpa mempedulikan kesehatannya, jadi keduanya hampir tidak punya pengalaman merawat orang sakit.
Menanggapi hal tersebut, Yuti menempelkan handuk ke dahi wanita yang kesakitan itu.
Yuti sendiri selalu menerima perawatan dari Archer setiap kali dia merasa sakit, jadi dia bisa memberi perawatan dengan cara ini.
Ouma, yang datang untuk melihat bagaimana situasi mereka bertiga , bergumam dengan cemas.
"Ya ampun, apa yang kamu lakukan...? "
Lalu dia dengan lembut mengalirkan udara dingin ke dalam ruangan dengan sihir dan pergi.
“…Mmm…”
“Huh? Oh, Lu-Luna! Bukankah baru saja ada suara! "
Lexia yang dengan cepat merasakan kehadiran wanita yang terbangun, memanggil Luna.
Lalu saat berikutnya──.
“…Ah…!”
"Li-Lihat! Dia bangun! "
"Aku tahu, jadi jangan buat keributan! "
Wanita itu membuka matanya secara perlahan.
Lexia memanggil wanita itu.
"Apa kamu baik-baik saja? Bisakah kamu mendengar suaraku? "
“…..”
Tapi wanita itu masih memiliki ekspresi kosong di wajahnya dan terlihat agak linglung.
Saat Lexia dan yang lainnya melihat satu sama lain, mereka mendengar suara perutnya yang berbunyi.
“Lexia?”
"I-itu bukan aku! Bukankah itu darimu, Luna? "
"Tentu saja bukan, tapi... "
"Perhatian. Aku mendengarnya dari wanita ini. "
“”Ah…””
Ucapan Yuti menenangkan mereka berdua.
Lexia melihat ke wanita itu lagi, dan ekspresi khawatir muncul di wajahnya.
"Yah... Jika kau memikirkannya, dia berada dalam peti mati sepanjang waktu... Tidak heran dia kelaparan... Baiklah, sudah kuputuskan! "
"... Apa yang sudah kamu putuskan? "
Luna bertanya pada Lexia, merasa sedikit tidak nyaman.
Kemudian Lexia membusungkan dadanya seakan berakata, apa yang kamu tanyakan padaku?
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya memasak untuk wanita ini! "
"Omong-omong, siapa yang akan memasak untuk dia? "
"Aku, tentu saja! "
"Ditolak."
"Kenapa? "
Ketika Lexia dengan cepat ditolak, dia langsung membalas.
Namun, Luna tetap tidak gentar dengan Lexia.
"Kamu tidak tahu apapun tentang masakanmu sendiri, kan?”
" Tentu saja aku tahu. "
"Jika kamu tahu, kamu tidak akan berbicara tentang memasak! "
"Apa maksudmu? Aku punya keahlian memasak! Apa masalahnya? "
"Masakanmu itu membahayakan jiwa! "
"Huh? Apa yang kamu bicarakan? Bagaimana bisa memasak membahayakan jiwa? "
"Hidangan itu hampir membunuhku, kamu tahu. "
Ya, Lexia tidak hanya berbahaya dengan masakannya, tapi makanan yang dia buat juga memiliki rasa yang mengerikan.
Normalnya, jika kamu mencicipi makanan, kamu akan dapat mengetahui apakah itu bagus atau tidak.
Namu, Lexia tidak merasakan apapun yang khusus ketika dia mencicipi masakannya sendiri, jadi tidak ada artinya bagi Lexia untuk mencicipinya.
Untuk alasan ini, Luna ingin mencegah Lexia memasak dengan segala cara.
Tetapi...
"Jezz, kamu sangat menjengkelkan! Jika kamu sangat khawatir, kenapa kamu tidak memasak untuknya, Luna? "
"Itu... "
"Aku akan memasak tidak peduli apa yang kamu katakan! "
“H-hey!”
Kata Lexia sambil cepat-cepat berjalan ke dapur.
Saat berikutnya, perut wanita itu berbunyi lagi.
Tapi meski dibawah keadaan seperti itu, kesadaran wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda bangun, dan dia masih memasang ekspresi kosong di wajahnya.
Melihat seorang wanita seperti itu, Luna menghela nafas.
"...Hah. Mau bagaimana lagi. Yuti, maafkan aku, tapi bisakah kamu merawat wanita ini untukku? "
“Dimengerti.”
Setelah meminta Yuti untuk merawat wanita itu, Luna bergegas menuju ke dapur.
Pada saat itu, sebuah pisau terbang seakan menunggu Luna.
“!?”
"Geez, kenapa pisaunya terlepas.... Dan kamu juga datang, Luna? "
"Ya. Setelah apa yang baru saja kulihat, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian lagi.”
Sangat berbahaya memasak di dekat Lexia, tapi lebih menakutkan lagi meninggalkannya seperti ini.
Jika ada yang tidak beres, dapurnya mungkin meledak... Atau sesuatu semacam itu.
Lebih penting lagi, bahkan tanpa kecelakaan sebesar itu, rumah Yuuya akan rusak.
Untuk menghindari ini, Luna harus tetap didekat Lexia yang merupakan atasannya.
Lebih penting lagi, dia tidak bisa membiarkan wanita yang lapar itu memakan makanan Lexia, yang merupakan zat yang sangat mematikan.
Maka dimulailah proses memasak yang berbahaya, dan segera, suara yang mengganggu terdengar dari samping Luna.
"Hmm... Kurasa itu masih belum cukup merangsang… ayo taruh semua bubuk merah cerah itu di sana. "
“…..”
Itu terlalu menakutkan untuk melihatnya, tapi untuk saat ini, Luna berkonsentrasi memasak makanannya sendiri.
Pisau dan wajan terbang ke arah Luna seakan dia telah melupakannya, tapi setiap kali, Luna mengeluarkan tali benangnya dan menyelamatkan dinding dari kerusakan lebih parah.
"Terima kasih, Luna! Sangat mengganggu melihat wajan penggorengan terbang ke udara. "
"Aku tahu. "
Luna tidak punya waktu untuk komplain pada Lexia.
Sementara masakan Luna berjalan dengan baik, hidangan Lexia telah siap selangkah lebih maju dari masakan Luna.
"Selesai! "
Hidangan Lexia, sama seperti sebelumnya, tampak sangat lezat.
Tapi rasa sebenarnya tidak bisa ditentukan tanpa mencicipi masakannya.
Masakan Luna hampir selesai.
"Sudah siap, juga. Tapi masakanmu──”
" Ayo beri dia makan segera! "
“H-hey!”
Dan sebelum Luna bisa menghentikannya, Lexia mengambil makanannya sendiri dan langsung pergi menhampiri wanita itu.
"Aku membawa makanannya! "
"... Khawatir. Apakah itu aman? "
Saat Yuti melihat Lexia dengan ekspresi khawatir yang tidak biasa diwajahnya, Lexia membusungkan dadanya dengan bangga.
"Tentu saja, aku baik-baik saja! Jika dia memakan masakanku, dia akan pulih dalam waktu singkat. "
"Negatif. Aku tidak mengkhawatirkan tentang itu... "
Meski dia khawatir tentang wanita itu, kekhawatiran terbesar Yuti adalah bagaimana hasil masakan Lexia.
Namun terlepas dari kekhawatiran Yuti, Lexia menyendok hidangan yang sudah jadi seperti sup dan dengan lemah lembut mencoba memberikannya kepada wanita itu.
"Ini dia makanannya! "
“…..”
Hidung wanita itu bergerak sedikit, dan wanita lemah itu secara reflek mengambil sesendok hidangan Lexia.
Lalu──.
“!? Tremble, tremble…”
"H-hey, ada apa dengannya? "
"... Tepat sasaran. Aku tahu itu... "
Kemudian wanita itu mulai mengeluarkan busa di mulutnya dan… matanya terbuka lebar.
Seperti yang ditakutkan Yuti, masakan Lexia sangat buruk.
Mulut wanita itu berbusa karena dia telah mencicipi hidangan semacam itu.
Akan tetapi, Lexia, yang tidak berpikir bahwa masakannya sebagai penyebabnya, mengulurkan sesendok untuk memberi wanita itu lebih banyak makanan.
"Aku tahu kamu sedang lapar dan sakit! Maka makanlah lebih banyak! "
Wanita itu masih punya ekspresi kosong di wajahnya, tetapi tubuhnya telah menolak makanan tersebut, dan dia sedikit menggigil, mengeluarkan keringat dingin.
Saat itu, Luna datang juga.
"Hey, Lexia bodoh, hentikan! "
"Bodoh, katamu! Ada apa? "
Secepatnya Luna memberikan segelas air minum pada wanita itu yang dia bawa bersamanya, mengabaikan kemarahan Lexia karena dipanggil bodoh.
Pada saat itu, meskipun wanita itu belum bangun, dia meminum air itu seakan dia akan melahap airnya.
Melihat dia seperti itu, Luna menarik nafas dalam-dalam.
"Syukurlah... Sepertinya dia selamat... "
"Apa maksudmu? "
"... Kamu tidak perlu tahu. Lebih penting lagi, coba yang ini. "
Kali ini, Luna mengambil sesendok makanan yang telah ia siapkan dan menyodorkannya kepada wanita itu, yang menempelkan mulutnya ke sendok dengan ekspresi wajah kosong.
Melihat itu, Lexia terkejut.
"Huh? Apakah dia sudah cukup pulih untuk makan sendiri? Aku tahu masakanku──”
" Itu tidak benar, jangan khawatir. "
"Kenapa tidak? "
Wanita itu melanjutkan makannya sementara mereka berdua bertukar ejekan seperti biasa.
Dan... Pada akhirnya, cahaya muncul di mata wanita itu.
"Ugh... Ah... A-aku... "
──dan akhirnya wanita itu mendapatkan kembali kesadarannya.
Post a Comment