Penerjemah: Rion Sangek
Proffreader: Rion Sangek
Chapter 1
Pawai Malam Seratus Putri
Belka Albertine, seorang penyihir berusia tujuh belas tahun yang hidup sebagai hikikomori.
Selain itu, dia juga pengangguran dan penyihir yang terlambat menikah.
Setahun telah berlalu sejak dia lulus dari sekolah sihir. Belka menikmati hari-harinya dengan berselancar di internet, bersembunyi di kamar sambil menggantungkan hidup pada harta kekayaan orang tuanya yang berasal dari keluarga terpandang, keluarga Albertine.
Namun kali ini, masa moratorium itu benar-benar berakhir. Orang tuanya benar-benar marah.
"BEEELKAAAA------------! Cepat keluar dari kamar dan bekerjalah!"
Bersamaan dengan suara keras itu, pintu diketuk dengan kekuatan yang luar biasa, keringat dingin Belka bercucuran.
"Ibu, tolong tenang. Itu mengganggu tetangga."
"Tidak ada yang lebih mengganggu daripada keberadaanmu! Sejak dulu kau bahkan tidak pernah mau keluar rumah!"
*Dooon!* Sebuah pukulan yang lebih kuat menggema di pintu.
"-----Inilah alasan kenapa kau belum menjadi penyihir dewasa dan masih saja perawan, tak bisa mendapatkan satu pria pun!"
Belka mengerang, seolah terkena pukulan di tubuhnya.
"Pe-perawan atau hikikomori tidak ada hubungannya!"
Betapa tidak sopannya orang tua yang mengatakan hal seperti ini. Inilah alasan mengapa para penyihir dikenal sebagai makhluk yang kasar dan menyebalkan. Di dunia manusia, perkataan seperti ini pasti akan dianggap tidak sopan atau cabul. Namun, ini adalah dunia para penyihir-----dunia di mana pandangan tentang kesucian pria dan wanita terbalik dibandingkan dengan dunia manusia. Jadi, mau bagaimana lagi.
"Ibu tak bisa menahan ini lagi. Bagaimanapun juga, kau harus bekerja!"
"Eh!?"
"Kami akan membuatmu menandatangani kontrak dengan ksatria pilihan keluarga kita. Cepat pergi hadapi <Pawai Malam Seratus Putri>!"
Belka menelan napasnya.
"Ti-tidak! Aku benar-benar tidak mau! Aku tidak mau membuat kontrak dengan ksatria mana pun!"
Tiba-tiba, ibunya mengetuk dengan lembut.
Pintu yang dilindungi oleh sihir pertahanan tingkat tertinggi itu meleleh seperti permen lengket.
"-----Keluar dari rumah dalam tiga hari. Jika tidak, ibu akan mengkremasi ruangan ini sekaligus."
Begitulah. Situasinya menjadi semakin kacau. Bekerja atau mati. Keduanya adalah sesuatu yang tidak diinginkan.
"Me-menandatangani kontrak dengan ksatria..."
Ksatria adalah partner bisnis manusia yang bekerja sama di dunia manusia. Mungkin kedengarannya tidak masalah, kan? Tapi semuanya tidak sesederhana itu. Karena pekerjaan itu... termasuk hal-hal yang... yah, cukup intim!
"Me-membuat kontrak bersama ksatria yang dipilihkan keluarga, yang bahkan tidak kusukai, itu tak mungkin…! Aku menolak, terima kasih...!”
Tentu saja, Belka juga merasa tertekan dengan statusnya sebagai penyihir perawan di usia yang sudah matang. Namun, tetap saja, jika tidak suka, ya tidak suka.
"…Hal seperti itu seharusnya dilakukan hanya dengan pria yang kita cintai…"
Belka, yang telah terpengaruh oleh nilai-nilai dunia manusia melalui internet, merasa sulit beradaptasi dengan pemikiran dunia para penyihir. Ia menginginkan cinta yang alami, ingin bertemu pasangan takdirnya tanpa campur tangan keluarga, dan berharap merasakan cinta yang tulus serta menggetarkan---sebuah hubungan sejati yang melampaui sekadar tanggung jawab atau pekerjaan..
"…Hah. Konyol…"
Sambil bermimpi akan hal itu, Belka juga merasa putus asa.
Selama ini, meskipun mengintip dunia manusia, dia tidak pernah menemukan seseorang yang membuatnya tertarik. Lagipula, dia sudah cukup puas hanya dengan membaca manga dan bermain game, sehingga sulit membayangkan dirinya bisa jatuh cinta.
...Meskipun sulit dibayangkan, setidaknya dia harus berjuang. Jika tidak, dia akan dipaksa menandatangani kontrak dan berakhir di ranjang dengan ksatria pilihan orang tuanya.
Belka mengangkat tangannya di depan cermin besar yang ada di hadapannya, lalu menyalurkan sihirnya dan melafalkan kata "Buddies."
Sekejap kemudian, permukaan cermin menampilkan deretan foto wajah dan profil banyak dari pria.
Belka menghela napas kagum.
"Jadi ini... yang mereka sebut aplikasi pencocokan untuk..."
"Buddies" adalah nama aplikasi ajaib tersebut.
Di dunia penyihir, budaya baru ini masih cenderung dihindari, tetapi di dunia manusia, bertemu lewat aplikasi sudah menjadi hal yang biasa.
Untuk saat ini, berniat mencobanya. Lalu dia akan memberi tahu ibunya bahwa dia sedang mencari calon ksatria sendiri dan memohon untuk memperpanjang masa moratorium selama satu tahun lagi.
Seorang gadis tujuh belas tahun yang benar-benar tidak ingin bekerja. Itulah Belka Albertine, seorang penyihir.
Dia tidak berharap banyak dari pertemuan lewat aplikasi. Cinta adalah kemewahan yang tidak akan pernah terjangkau oleh penyihir sepertinya.
"…Masukkan syarat filternya---"
Jari-jarinya yang ramping mengetik di udara kosong.
Syarat-syarat ideal untuk ksatria yang isinya lebih dari seratus pun dimasukkan satu per satu dengan teliti. Setelah menatap daftar syarat yang telah selesai, Belka tersenyum kecut, "Fuhaa~~ Tidak mungkin ada ksatria impian seperti ini."
Dengan sikap pasrah, dia menekan tombol konfirmasi.
-----1 orang yang sesuai dengan syarat ditemukan.
"……Eh?"
Belka menyentuh cermin untuk membuka satu-satunya kartu profil yang ditampilkan. Kemudian, arus listrik manis mengalir dari ujung jari, mengguncang hatinya.
"---Ah. …S-suka…!"
Perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya meluap, berubah menjadi kata-kata yang keluar tanpa bisa ia kendalikan. Dalam sekejap, Belka menyadarinya. Bagaikan mendapatkan sebuah wahyu, Belka tersadar bahwa inilah yang dinamakan sebagai 'cinta pada pandangan pertama'.
Jika dia bisa menjalin hubungan dengan orang ini, mungkin dia bisa bertahan dengan pekerjaan menyebalkan berburu seratus penyihir bayangan yang disebut [Hyakki Yagyou] sampai selesai!
Belka menekan jantungnya yang berdebar dengan kedua tangan, lalu dengan penuh kekaguman, dia berbisik menyebut nama pria itu.
"---Utsugi Yakou-sama."
Dia memiliki firasat. Orang ini pasti akan menjadi ksatria yang tercatat dalam sejarah. Sebagai pria legendaris yang menyelamatkan seratus gadis, namanya akan terkenal di dua dunia-----
"Eh, dia masih perjaka…?"
Namun, hal itu masih merupakan sesuatu yang sangat jauh untuk dicapai.
🔸◆🔸
"......Hm? Barusan ada yang memanggilku?"
Dengan suara berdebum aku menutup buku dan memandang sekeliling kelas dari tempat dudukku. Di ruang kelas 2-A SMA Seiran setelah jam sekolah, hanya ada aku dan temanku. Sepertinya semua sudah pulang saat aku sibuk membaca buku.
"......Mungkin cuma perasaanku saja?"
"Aku memanggilmu, genius-kun."
Yang menggodaku seperti itu adalah Kurusu Minato, siswa paling tampan di sekolah kami.
Sekolah ini terkenal dengan suasana 'bebas dan santai'-nya, seragam bisa dirombak sesuka hati. Minato, yang memang gemar berpakaian modis, hari ini pun datang dengan penampilan yang bisa dibilang 'hampir seperti pakaian sehari-hari'.
Dia terlihat keren seperti model. Tapi, bukan berarti dia bisa mengatakan apa saja hanya karena dia tampan.
"Hentikan panggilan itu. Aku bukan genius."
"Oh? Dengan nilai seperti ini, kau masih bisa bilang begitu?"
Minato melambai-lambaikan selembar kertas.
"...Ah. Maaf. Buang saja itu."
Itu adalah hasil ujian 'Tes Kecakapan Akademik Seluruh Sekolah' yang aku ikuti akhir tahun lalu.
Sebuah kompetisi yang diadakan setiap akhir tahun ajaran. Acara ini sendiri menjadi tradisi populer di SMA Seiran, yang merupakan sebuah sekolah unggulan. Semua mata pelajaran dan materi diuji dalam acara ini, dan peringkat hasil tes ditentukan tanpa mempertimbangkan tingkatan kelas, seolah-olah menjadi turnamen tanpa batasan kelas dalam hal kemampuan akademik.
"-----Ayolah. Kau tidak boleh bilang 'buang saja' untuk hasil tes dengan nilai sempurna di semua mata pelajaran begini, kan?!"
Aku adalah pemenang dalam kompetisi itu. Maka, bisa dikatakan bahwa kemampuanku adalah yang terbaik di sekolah…
Tapi, itu cuma seperti itu saja.
"Hmph. Itu cuman selembar kertas. Kalau mau, ambil saja."
"Nggak perlu! Kau memang menyebalkan, ya. Kenapa ngomongnya harus ngeselin begitu sih?"
Aku merengutkan bibirku.
"…Soalnya, seberapa pintar pun dirimu, kalau tidak populer, ya percuma saja, kan?"
Minato terkejut dengan ekspresi bodoh, "---Heh?"
"Eh… Yakou-chan, kau ada minat sama cewek?"
"Hah…? Tentu saja. Aku ini remaja laki-laki yang penuh dengan hasrat seksual membara, lho."
"Eh, seriusan!? Hei, hei, kau ternyata bisa ngomong begitu juga!?」
Minato tiba-tiba tertawa.
"Aku terkejut. Kupikir kau bakal bilang sesuatu yang klise seperti 'Cinta itu sepele'."
"Tentu saja tidak. Memangnya kau menganggap aku ini apa?"
"Seseorang yang lebih suka rumus daripada cewek, begitu...? Genius kan biasanya hanya bisa terangsang dengan bilangan prima?"
"Mana mungkin! ---Eh, atau mungkin... benar juga. Tidakkah menurutmu fakta bahwa bilangan 1.234.567.891 itu bilangan prima yang bisa membuat hatimu bergetar?"
"Tidak! Sama sekali tidak. Memang beda yah, genius itu...."
Minato tersenyum getir.
Inilah kenapa aku bilang aku berbeda. Dipuji seperti itu rasanya membuatku tidak nyaman, dan aku benci itu.
"Dengar, Minato. Aku bukan orang yang se-'high class' seperti yang kau pikirkan. Hal yang paling membuatku resah dalam hidup itu juga... sangat biasa."
"Eh? Apa itu? Coba katakan."
"…Uhm. Tidak… maksudku, sebenarnya…"
Mengungkapkan hal ini sebenarnya sangat memalukan.
Tapi, memberi tahu hal ini mungkin akan menjadi cara tercepat agar Minato bisa memahami diriku.
"----------Aku masih perjaka...! Dan itu adalah masalah terbesar dalam hidupku!"
Seolah waktu terhenti, Minato membeku di tempat tanpa bergerak.
Namun beberapa detik kemudian, setelah otaknya berhasil mencerna, Minato langsung tertawa terbahak-bahak, "Buahahaha!"
"Kurang ajar! Di saat seorang pria sejati mempertaruhkan segalanya untuk mengungkapkan sesuatu, kau malah ketawa?!"
"T-tunggu, aku bukannya mau mengejek! Serius! Aku mengerti kok, itu memang masalah besar buat... seorang pria..."
Minato menahan mulutnya dan tertawa lagi.
"Orang hebat... sepertimu... mengkhawatirkan hal sepele seperti itu?"
"Apa maksudmu hal sepele!?"
Aku bangkit, lalu memukul meja dengan keras.
"Yah, mungkin bagi Minato itu memang sangat sepele! Tapi bagiku, itu jauh lebih sulit dibandingkan soal 'Millennium Prize Problems'!"
TL/N:
Millennium Prize Problems adalah tujuh masalah matematika terkenal yang dinyatakan oleh Clay Mathematics Institute pada tahun 2000. Masalah ini sangat sulit sehingga hingga saat ini, hanya satu yang berhasil diselesaikan. Setiap orang yang memecahkan salah satu masalah ini akan mendapatkan hadiah sebesar 1 juta dolar AS.
"Itu berlebihan…"
"Bukan berlebihan. Dengar, memang di luar sana orang bilang 'Utsugi Yakou itu seorang genius'. Tapi coba tambahkan di belakangnya 'tapi dia perjaka'! Seketika itu akan jadi bahan tertawaan, bukan!?"
"Memang bagus begitu saja, kan? Kalau sudah genius ditambah lagi sampai punya pacar, Yakou-chan bakal jadi orang paling menyebalkan sedunia, tahu?"
"Peduli setan! Jadi menyebalkan atau apapun itu! Aku ingin punya pacar!"
Setelah berteriak-teriak seperti orang gila, semangatku tiba-tiba habis, dan aku perlahan-lahan tenggelam dalam keputusasaan.
"Haaah... Aku pengen populer. Aku pengen punya pacar. Aku pengen nge-seks... Tapi aku ini nggak ada harapan. Palingan aku bakal tetap perjaka sampai tua, umur tiga puluhan, terus bukannya jadi penyihir, malah jadi om-om kosong tanpa tujuan hidup, dan akhirnya mati kesepian...”
TL/N:
Penyebutan 'penyihir' dalam konteks ini mengacu pada sebuah urban populer di Jepang yang menyebutkan bahwa pria yang tetap perjaka (virgin) hingga usia 30 tahun 'akan menjadi penyihir'. Ini adalah konsep yang sering digunakan dalam budaya otaku, manga, dan anime, biasanya dengan nada bercanda atau sarkastik.
Minato menepuk pundakku.
"Kamu kan masih punya aku. Aku cinta kamu, Yakouu-chan~"
"Berisik! Kalau mau ngomong begitu, mati lalu bereinkarnasilah jadi gadis cantik, baru datang kembali!"
Sial, hampa sekali rasanya. Tapi aku yakin dia mengerti sekarang.
Inilah diriku---seorang pria biasa, bernama Utsugi Yakouu.
🔸◆🔸
Lulus dari masa perjaka itu sulit.
Pertama-tama, menggunakan jasa PSK bukanlah 'lulus,' melainkan lebih seperti 'drop out,' jadi aku sama sekali tidak menganggap itu sebagai pilihan. Lagi pula, aku masih SMA, jadi hal seperti itu jelas mustahil.
Dengan mempertimbangkan itu, ada terlalu banyak rintangan yang harus dilalui untuk lulus dari keperjakaan.
Yang paling jelas, inisiatif untuk mendekati para gadis adalah yang utama. Kecuali mamang terlahir setampan Minato, pada dasarnya gadis-gadis tidak akan datang sendiri. Kau perlu memenangkan mereka di antara banyaknya pesaing laki-laki yang ada.
Untuk itu, kau harus belajar tentang fashion, menguasai topik-topik yang disukai para gadis, mengendalikan diri untuk tidak bercerita tentang diri sendiri yang tidak ada gunanya, bersabar mendengarkan cerita mereka yang mungkin akan membosankan bagi pria, serta melakukan banyak usaha kecil-kecilan lainnya.
Namun, meskipun sudah berusaha sejauh itu, tingkat keberhasilan dalam percintaan tidaklah 100%. Mereka bisa saja direbut oleh pesaing (pria) lain, atau terjadi ketidakcocokan yang menyebabkan kegagalan, yang sebenarnya cukup sering terjadi.
Oleh karena itu, yang terpenting adalah jumlah percobaan. Meskipun ditolak berkali-kali, kau harus memiliki keberanian untuk bangkit dan menggunakan kegagalan sebelumnya untuk mendekati gadis berikutnya.
Kau harus selalu tetap tenang dalam mencari secara sistematis, untuk siapa saja yang pantas untuk dijadikan pacar. Buanglah harga diri yang tak berguna, seperti berpikir, 'Hanya demi seks, aku harus melakukan semua ini?'
Itulah tekad yang harus dimiliki.
Dan hanya setelah memiliki semua itu, barulah kau akhirnya bisa mencapai puncak, yaitu 'kelulusan dari keperjakaan.'
…Begitulah yang kujelaskan dengan semangat pada Minato, tapi dia hanya memiringkan kepalanya dan berkata, "Kalau kau sudah tahu, kenapa tidak kau lakukan saja?"
"Logika yang benar, mati saja!"
Kami bertengkar untuk sementara waktu. Mungkin ini adalah pertempuran yang paling tidak berguna dalam hidupku.
Saat kami keluar dari kelas, hari sudah gelap, dan aku menghela napas di depan kotak sepatu.
"Apa yang kulakukan..."
Kalau sudah tahu, kenapa tidak lakukan saja? Itu sudah jelas, meskipun aku tidak perlu diberitahu.
Tapi, meskipun aku tahu, ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan, dan aku merasa ingin berteriak karena merasa tidak berguna.
---Kenapa aku harus menerapkan teori yang dipikirkan oleh kepala untuk sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan hati?
---Sebenarnya, butuh usaha untuk jatuh cinta itu salah dari dasarnya, bukan?
Apakah berharap pada cinta sejati itu hal yang buruk? Bertemu dengan takdir, jatuh cinta secara alami, menggenggam tangan satu sama lain dan menghabiskan malam pertama bersama orang yang sudah ditakdirkan.
Aku ingin mendapatkan cinta seperti itu-----
'…Maaf. Ternyata, aku memang... tidak bisa melihat Yakou sebagai seorang pria…'
"…Sialan."
Aku kembali teringat hal yang tidak menyenangkan.
Berapa kali lagi aku harus terjebak dalam lingkaran negatif ini sebelum merasa puas? Sudah waktunya untuk membuat kemajuan.
Aku merasa perlu mengambil langkah-langkah, jadi aku memutar otakku yang dikatakan jenius ini.
"…Baiklah, aku akan membebaskan diri. Kalau aku jadi biksu dan menjalani hidup sebagai seorang pertapa, semua masalah akan teratasi!"
Begitu sudah diputuskan, aku akan segera melaksanakan rencana ini. Aku akan pulang dan mulai menulis sutra Hannya Shin Gyo.
TL/N:
Sutra Hannya Shin Gyo (般若心経), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Heart Sutra, adalah salah satu teks paling terkenal dalam ajaran Buddhisme Mahayana. Sutra ini sangat dihormati dalam tradisi Buddhisme Jepang, Tiongkok, dan Korea.
Secara umum, Sutra Hannya Shin Gyo dianggap sebagai inti ajaran kebijaksanaan dalam Buddhisme. Sutra ini mengajarkan tentang "kekosongan" (śūnyatā), yaitu konsep bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak memiliki esensi atau sifat yang tetap, dan segala hal bersifat sementara atau tidak kekal. Sutra ini mengajarkan bahwa dengan memahami kekosongan, seseorang dapat mencapai pencerahan dan terbebas dari penderitaan.
Dalam pikiran yang sudah mencapai pencerahan, aku membuka kotak sepatu. Ada sebuah surat dengan segel hati di dalamnya.
"-----Terima kasiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih!!!"
Pembebasan diri? Pencerahan? Persetan! Aku hanya akan hidup untuk cinta sejati!
🔸◆🔸
Dengan kecepatan kilat, aku pulang dan mengunci pintu kamarku. Ketika membuka tas yang sudah aku peluk erat, gulungan surat masih ada dan tidak menghilang.
"Ini... bukan mimpi...! Surat cinta!"
Menahan debar di dada, aku duduk di meja dan mengangkat gulungan surat untuk memeriksanya.
Gulungan surat yang tampak mahal itu berwarna biru, dengan segel lilin bertanda lambang yang asli. Sangat otentik.
Kemudian, di sudut kanan bawahnya, ada logo yang bertuliskan 'Buddies' dalam bahasa inggris.
Buddies...? Mungkin nama merek? Tidak terlihat seperti nama pengirim.
Ketika membalik gulungan surat, aku melihat nama yang ditujukan dengan tulisan yang imut: 'Kepada Utsugi Yakou'.
"Ini bukan salah kirim, kan...? Baiklah!"
Aku menarik napas dalam-dalam dan merobek segel surat itu. Ternyata, sesuatu yang tak terduga keluar dari dalamnya.
Sebuah pena kecil berbulu, lima lembar kertas perkamen yang dilipat empat, dan sebuah kartu seukuran ponsel. Itu saja.
"...Apa-apaan suasananya, perkamen ini..."
Aku hanya pernah melihatnya di bahan pameran museum. Lagipula, biasanya, apakah orang akan menulis surat cinta dengan benda seperti ini?
Keraguanku pun terbukti ketika aku membuka perkamen yang dilipat itu.
【Selesaikan masalah berikut.】
"…Hah? Memecahkan 'masalah'?"
Bingung, aku mengerutkan alis, tetapi aku memutuskan untuk tetap membacanya.
"‘Ada seorang gadis yang mengalami gangguan mental akibat suatu insiden. Karena ini, gadis yang menyimpan kekuatan negatif dalam hatinya telah dirasuki oleh monster bayangan. Jika gadis itu tidak diselamatkan sebelum bulan purnama, hatinya akan ditelan oleh monster dan dia akan berubah menjadi penyihir kegelapan yang membawa bencana ke dunia. Untuk mencegah situasi ini, apa saja metode yang bisa dipertimbangkan untuk menyelesaikan masalah ini? Mohon pertimbangkan situasi yang dicatat, informasi sekitar, dan ketentuan yang ada, lalu berikan jawaban.’… Ini, pengaturan masalah yang cukup rumit, yah..."
Aku memandang keseluruhan dengan sekilas. Ternyata, setiap perkamen berisi satu masalah, dengan total lima masalah dari lima orang gadis.
Arah masalahnya berbeda-beda, dan masing-masing situasinya cukup serius. Aku bisa memahami mengapa mereka bisa mengalami gangguan mental dan dirasuki monster. Tapi yang paling sakit hati sekarang, dan tanpa diragukan lagi... adalah aku, yang sedang membaca ini.
"Ini bukan surat cinta... kan...?"
Sambil merasa lesu, aku membaca kartu kecil yang tersisa. Dengan tulisan yang imut seperti milik gadis-gadis, tertulis:
【Jika semua soal terjawab dengan benar, maka saya akan mempersembahkan cinta abadi dan kesucian saya kepada Yakou-sama.】
“…………Ba-baiklah, aku akan menjawabnya. Untuk berjaga-jaga saja, oke?!”
Aku hanyalah budak dari nafsuku sendiri.
Dengan tekad untuk mendapat kesucian itu, aku meraih pena dan mulai memutar otak.
“-----Yosh, aku mengerti.”
Aku menyelesaikan kelima soal yang tertera sekaligus. Tidak masalah meski ini bukan soal lima mata pelajaran, aku sudah terbiasa menangani hal-hal yang membutuhkan pemikiran.
Aku menggigit gigi, menulis jawaban dengan tekanan pena yang cukup kuat hingga tampak seperti mau merobek perkamen itu.
"Kesucian... kesucian... kesucian... kesucian... kesucian…!"
Saat ini, mungkin mataku terlihat merah karena penuh semangat. Sebegitu putus asanya aku untuk lepas dari kutukan perjaka ini.
"---Selesai!"
Aku menggoreskan tanda akhir penyelesaian dengan tegas.
Saat itu juga, kelima lembar perkamen mulai memancarkan cahaya biru dan melayang perlahan seolah memiliki kehendaknya sendiri.
"Eh… kenapa ini!?"
Aku terjatuh bersama kursi yang kunaiki.
Dengan bodohnya, aku terduduk di lantai dan tak bisa berdiri karena terkejut. Saat aku masih dalam posisi itu, lima lembar perkamen mulai menyebar secara merata, membentuk formasi melingkar di sekitarku.
Perkamen-perkamen itu tiba-tiba terbakar hebat.
Mereka berubah menjadi lima bola api, yang saling menghubungkan diri dengan garis-garis cahaya. Bola-bola itu menggambar pentagram, lingkaran ganda, dan pola-pola geometris lainnya, hingga akhirnya membentuk sebuah lingkaran sihir.
[---Berhasil. Kecocokannya tercapai…! Kita bisa bertemu!]
Suara seorang gadis misterius terdengar menggema.
Tak lama kemudian, cahaya biru yang sangat terang memancar dari seluruh lingkaran sihir itu.
“U-uwaaaaaaahhhhh---------------!?”
Aku tak mampu membuka mata, lalu menutupi wajahku dengan tangan.
🔸◆🔸
Setelah beberapa saat, tekanan cahaya yang kurasakan di mataku menghilang.
Aku menurunkan tangan yang menutupi wajahku dan perlahan membuka mata dengan hati-hati.
"-----Eh?"
Sejenak, aku berpikir kalau aku mungkin telah terlempar ke planet asing di suatu tempat jauh di luar angkasa.
Melihat pemandangan asing yang terbentang di depan mataku, aku hanya bisa berdiri terpaku dalam kebingungan.
Bagaikan melompat ke tengah-tengah galaksi, langit malam dihiasi oleh berbagai bintang berwarna-warni yang tersebar di mana-mana.
Bintang-bintang memenuhi langit malam, ditemani cahaya melayang dari lampu-lampu yang tampak seperti lentera, menciptakan pemandangan yang begitu terang hingga sulit dipercaya bahwa ini adalah malam hari. Di bawah hamparan langit yang memukau itu, terbentang padang rumput hijau dan ladang bunga yang indah, membentang sejauh mata memandang....
"Tempat apa ini...? Apa ini... surga?"
"---Ini adalah tempat yang menghubungkan dunia penyihir dan dunia manusia, <Walpurgisnacht>."
TL/N:
Valpurugisu no Yoru - ヴァルプルギスの夜
Frasa ini merujuk pada "Malam Walpurgis" (Walpurgisnacht), sebuah perayaan tradisional yang berasal dari Eropa, sering dikaitkan dengan cerita rakyat, sihir, atau pesta penyambutan musim semi. Dalam konteks fiksi Jepang, nama ini sering muncul dengan nuansa magis atau misterius.
Suara seorang gadis terdengar. Itu suara yang sama seperti yang keluar dari lingkaran sihir. Aku berbalik.
...Ah, begitu. Aku pasti sedang bermimpi.
Kalau tidak, mana mungkin gadis secantik ini ada di dunia nyata-----
"Aku ingin sekali bertemu denganmu, Utsugi Yakou-sama."
Aku yang masih terpaku hanya bisa menatap langit malam.
Di sana, seorang gadis yang luar biasa imut tengah duduk di atas sapu terbang, mengambang di udara.
Dia mengenakan pakaian aneh, tubuhnya dibalut jubah, rambut panjang birunya selembut sutra, dengan topi runcing bertengger di atas kepalanya.
Saat mataku bertemu dengan mata indahnya yang bagaikan safir, aku merasa seperti terjerat sihir pesonanya hingga tak mampu bergerak.
Angin malam yang bertiup di padang rumput membuat rambutnya berkibar, dan gadis misterius itu tersenyum lembut.
"-----Saya, adalah seorang penyihir. Belka Alberttine."
"……Penyihir……"
Walaupun dia jelas merupakan sosok yang tak mungkin nyata, keindahan misteriusnya begitu meyakinkan, seolah menegaskan keberadaannya.
Aku tanpa sadar menelan ludah.
Kemudian, bibir tipis berwarna merah muda itu bergerak, seperti sedang merapalkan mantra.
"...Keren......"
…Eh? Keren?
Aku meragukan pendengaranku, tetapi-----
"Keren... Senang sekali bisa bertemu secara langsung. Anda terlihat jauh lebih memukau....."
Sepertinya dia benar-benar mengatakannya.
Wajah putih gadis itu perlahan memerah, dan dia tersenyum ke arahku.
Ugh!? Dia imut sekali, sampai rasanya aku bisa mati tanpa penyesalan sekarang juga.
"Maaf sudah tiba-tiba mengirimkan 'suka dan pesan'. Tapi saya benar-benar ingin menjalin ikatan dengan Yakou-sama, jadi saya ingin menguji kemampuan Anda."
Hah? ...Suka dan pesan? Ikatan? Menguji kemampuan?
"...Ah. Jangan-jangan ini tentang gulungan surat penuh soal masalah itu?"
"Ya. Kelima soal itu adalah apa yang disebut sebagai 'Ujian Putri'."
"'Ujian Putri'?"
"Itu adalah ujian untuk memilih manusia istimewa yang layak menjadi ksatria penyihir. Yakou-sama telah lulus dengan sempurna. ...Hebat. Keren sekali. Saya jadi jatuh cinta lagi."
"Eh...!? J-jatuh cinta lagi, maksudnya apa?"
"Sama seperti apa yang tertulis di surat. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yakou-sama."
Mata safirnya yang indah merefleksikan diriku dengan sinar yang begitu murni.
"-----Yakou-sama, saya suka, sangat suka! Saya... mencintaimu!"
Ada orang yang pernah menerjemahkan kata-kata itu sebagai, 'Aku akan mati jika tidak bisa bersamamu'.
Dan aku... saat ini, benar-benar merasa seperti itu.
"Hei. ...Ingat soal hadiahnya?"
Dia tersenyum jahil, menyilangkan kakinya di atas sapu.
Sejenak, aku bisa melihat keseluruhan dirinya dalam sekejap. Ah, luar biasa...
"I-itu kan, yang tentang 'mempersembahkan kesucian'... atau apalah itu, kan? Aku tahu! Itu pasti tidak serius, hanya umpan belaka, kan!?"
Tidak, tenangkan dirimu, Yakou! Akhir semacam ini sudah jelas sejak zaman dulu.
'Kesucian' yang dimaksud pasti hanyalah kiasan untuk sesuatu yang lain, jauh dari harapanku yang liar.
Karena gadis secantik dan seanggun ini tidak mungkin memikirkan hal-hal mesum seperti-----
"Tidak. Saya serius. Saya ingin memberikan keperawanan saya kepada Anda."
Satu kata itu menghancurkan semua ekspektasiku.
"Eh!?"
Aku berteriak dengan suara yang sangat konyol. Serangannya tidak berhenti di situ.
"Kenapa tidak? ...Yakou-sama. Mari kita... lakukan itu? Peluk saya sebanyak mungkin!"
Telinga dan wajahku serasa meleleh karena panas.
-----Uhh, g-gadis ini berbicara tentang hal itu! Dia benar-benar mengatakannya!
"Be... berhenti! Se-seorang gadis muda tidak seharusnya mengucapkan hal-hal seperti itu!"
"Hal seperti itu? Maksudnya apa?"
"Eh, i-itu, umm, yah..."
"Soal seks?"
"Uwaaaa-----!? Hentikan!!!"
Bohong. Sebenarnya aku ingin dia mengatakan lebih banyak. Aku bahkan ingin merekam dan membawanya pulang.
Belka-jou terkikik pelan, seolah bisa membaca pikiranku yang mesum
"Yakou-sama, lucu sekali. Perjaka~"
"K-kau ini! Berisik! Maaf saja ya, kalau aku masih perjaka!"
"Kenapa? Itu bukanlah sesuatu yang buruk."
Belka-jou tampak senang, menggerakkan kakinya di atas sapu.
"Pria yang saya sukai tidak pernah mengenal wanita lain, bukankah itu yang terbaik?"
"...Ugh."
"Fufu. ...Tapi, sebentar lagi Anda tak akan jadi perjaka lagi, lho?"
Tidak mungkin! Tolong seseorang selamatkan aku! Gadis penyihir ini imut sekali, aku hampir gila dibuatnya!
Tapi jelas aku tidak boleh terlibat lebih dalam… Aku merasa dia akan segera mengajukan syarat yang sangat berbahaya.
"Tapi, dengan satu syarat."
"Seriusan, kau benar-benar mengajukannya... A-apa itu?"
Belka-jou berdiri di atas sapu yang ramping, lalu melepas topi runcingnya dan membungkuk dalam-dalam.
"Buatlah kontrak denganku, jadilah ksatriaku. Lalu, hadapilah <Pawai Malam Seratus Putri>."
"...Ksatria? Pawai Malam Seratus Putri?"
"Fufu~ Saya tidak akan memberitahu Anda sampai kita membuat kontraknya."
"Itu terlalu mencurigakan!"
"Lalu, tidak jadi 'melakukannya' dan kita bubar saja?"
Belka-jou menyipitkan mata, tersenyum mengejek.
“Aku sudah terlanjur terlibat, loh?”
Ah... Benar saja. Dia memang penyihir. Pria bodoh seperti aku tidak mungkin bisa kabur darinya... dan jujur saja, aku sendiri juga tidak berniat kabur darinya...
Lagipula, kalau ini hanya mimpi, bukankah aku memang harus menikmatinya habis-habisan?
"Baiklah! Aku akan menerima kontrak itu! Aku akan menjadi ksatria atau apa pun itu!"
Jadi, uhm... bisakah kau mengizinkanku memelukmu, Penyihir-san-----?
Sebelum aku sempat mengatakan pemikiran iyu, dia sudah melompat dari sapunya.
"Berhasil...! Kontrak selesai! Sekarang, saya tidak akan pernah melepaskan Anda!"
Dengan latar belakang langit malam yang dihujani meteor, Belka-jou melompat ke arahku dengan penuh semangat.
Semua itu memang terdengar indah, tapi...
"Eh, tunggu sebentar... Waaah--------!?"
Aku tidak bisa menangkapnya dengan baik, dan kami berdua jatuh terguling. Untungnya, aku sempat menjadi bantalan untuknya. Saat dia duduk di atas tubuhku, menunggangiku, dia tiba-tiba...
“-----Ngh!?!”
Dia menahan kedua pergelangan tanganku dan tiba-tiba menciumku.
Ah, terasa hangat dan lembut… tapi tidak ada waktu untuk tenggelam dalam perasaan itu. Dalam sekejap, aku merasakan sesuatu yang licin---lidahnya meluncur masuk ke mulutku!?
"Hnng!? Hnnggg~~~!?"
"~~~~~~~♪"
Semuanya terjadi begitu cepat sampai otakku tidak bisa
memprosesnya. Ahh... Tapi dengan ini, akhirnya, aku bisa, mengakhiri, status perjakaku-----
"...Pwah.... Yakou-sama? ...Eh, Yakou-sama?"
"------------------"
“...Tidak mungkin. Pingsan...?"
🔸◆🔸
Seperti yang kuduga, aku terbangun dari mimpi di atas ranjang kamarku.
"…Bahkan di dalam mimpi, aku tidak bisa menyelesaikannya sampai akhir…!"
Kenapa realita ini terasa begitu kejam?
Meski begitu, sensasinya begitu nyata hingga terasa seperti bukan sekedar mimpi... Aku bahkan masih merasakan sisa-sisa perasaan itu.
Dengan tangan yang menutupi mataku, aku menyusuri bibirku.
"...Sudah lama ya..."
"Apanya yang sudah lama?"
"Tentu saja ciuman... eh---?!"
Suara ini, aroma yang harum, dan juga sensasi lembut serta hangat dari lengan yang memelukku... Apa ini....?
Aku menyingkirkan selimut dengan satu tangan.
Di sana, terlihat Belka-jou tengah memeluk lenganku dengan erat. Dan yang lebih parahnya lagi----dia benar-benar tak mengenakan sehelai benang pun!
"Uwaaaaaaaaaaah---------------!?"
"Fufu~ Selamat pagi, Yakou-sama."
"S-s-selamat pagi katamu!? Tidak mungkin, itu semua cuman mimpi kan!?"
".....? Tentu saja bukan."
Belka-jou memperlihatkan tangannya yang menggenggam tangan kananku dengan erat, seperti sepasang kekasih yang mesra.
Di jari manis masing-masing, melingkar sebuah cincin yang indah.
"A-apa iini!?"
"Itu cincin perjanjian. Bukti akan sumpah cinta dan kesetiaan."
Aku merasakan keringat dingin mengucur deras.
"Ci-cincin ini, tidak bisa dilepas...?"
"Tidak bisa. Kecuali maut memisahkan kita, atau sampai <Pawai Malam Seratus Putri> berakhir."
Penyihir itu tertawa kecil.
Senyum yang dulu terlihat polos itu, kini tampak begitu menyeramkan di mataku.
"---Aku takkan pernah melepaskanmu lagi. Aku... mencintaimu, Yakou-sama!"
🔸◆🔸
Sebelum ditemukan keluargaku, aku bergegas membawa Belka-jou keluar (sekaligus memintanya memakai baju), lalu pergi menuju sekolah di pagi buta.
Aku membuka kunci pintu ruang sains kedua yang terletak di ujung lantai tiga gedung khusus.
Di dalam ruang kelas dengan tirai hijau-hitam yang tertutup rapat, suasana terasa pekat dan gelap gulita, seolah meniadakan cahaya pagi. Aroma debu yang menguar tipis menusuk hidung.
"Ba-baiklah. Sekarang, cepat masuk."
"Mmn... Ini di mana?"
"Ini ruang klub sains. Anggotanya cuman aku. Pada dasarnya tidak ada yang akan datang ke sini.
"Begitu," jawabnya sambil tersenyum dingin.
"Kita akan melakukannya di sini? Langsung di sekolah pada pertemuan pertama, Anda berani sekali~"
"Ba-bodoh, bukan itu maksudku! Aku hanya ingin bicara, serius! ...Maksudku, uhh... ya ampun!"
Aku mengerang frustasi, mengayunkan lengan kananku.
Namun, yang kurasakan hanyalah sensasi yang lembut dan kenyal (luar biasa) dari dadanya, aku tidak bisa melepaskan Belka-jou.
"Sudah cukup, lepaskan aku! Kita sudah seperti ini sejak keluar rumah, kan!?"
"Nggh... Tidak mau! Yakou-sama pasti akan kabur."
"Aku tidak akan kabur. Kalau aku berniat kabur, aku tidak mungkin membawamu ke sekolah, kan?"
"…Hmm?"
Belka-jou mendekatkan wajahnya, tersenyum dengan makna tersembunyi.
Aagh, terlalu dekat! Jantungku berdegup terlalu kencang. Aku bisa mati!
"To-tolonglah, Belka-san. Otakku tidak bisa berpikir jernih! Aku bisa-bisa melakukan sembarang hal!"
"…Kalau begitu, mulai sekarang, panggil saya Bell. Kalau Anda mau, saya akan melepaskannya."
"Eh!? Memanggil nama gadis begitu saja, itu terasa agak..."
"Kalau tidak mau ya sudah. Terserah."
Belka-jou memelukku lebih erat.
Ka-kalau terus begini, otakku akan benar-benar hangus. Tidak ada pilihan lain, aku harus melakukannya…!
“…B-Bel, tolong… lepaskan aku…”
TL/N:
Di monolog, MC nyebutnya 'Belka-jou', tapi kalau di dalam dialog, MC manggil dengan, 'Belka-san'. Dan sekarang berganti jadi cuman, 'Bel'. Buat honorifik '-jou' ini sendiri bisa dibilang sedikit mirip sama '-san', hanya saja penggunaannya nggak umum dan terbatas pada beberapa hal.
“…Fufu. Baiklah. Mulai sekarang, panggil saya dengan penuh cinta setiap hari, yaa~”
Setelah memelukku erat untuk terakhir kalinya, Bell akhirnya melepaskanku. Dia melihat sekeliling ruang sains yang tirainya masih tertutup dan mengerutkan hidung karena bau debu.
"Yakou-sama, boleh saya buka jendelanya?"
"Oh, tunggu. Biar aku yang membukanya---"
Bel menjentikkan jarinya.
Dalam sekejap, semua tirai terbuka lebar, dan cahaya matahari pagi membanjiri ruangan.
“Voila.”
Bel mengayunkan kedua lengannya dengan ringan dari dalam ke luar, dan kunci-kunci jendela terbuka sekaligus dengan suara berderit.
Angin segar pagi hari menyapu udara pengap.
Sambil mengibaskan rambut panjang birunya dengan malas, Bell menghela nafas.
"Baiklah... Kurasa, saatnya bekerja."
Saat itu, aku kembali diingatkan akan kenyataan yang sudah seharusnya kupahami.
Gadis ini benar-benar penyihir sungguhan.
"Kalau begitu sekarang saya akan menjelaskan tentang misi kita, <Pawai Malam Seratus Putri>. Apa Anda sudah siap, ksatriaku, Utsugi Yakou-sama?”
Bel menuangkan teh ke dalam cangkir dari teko yang melayang di udara dengan sihir.
Kami duduk saling berhadapan, masing-masing di kursi bundar lab, dipisahkan oleh meja.
"Yakou-sama. Apa Anda masih ingat garis besar soal 'Ujian Putri'?"
“Ya, aku tidak pernah lupa pada apa yang sudah pernah kubaca sekali.”
---Ada seorang gadis yang hatinya dikuasai oleh monster bayangan karena masalah yang dia hadapi.
Untuk menyelamatkannya, kita harus menemukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Jika tidak, gadis itu akan berubah menjadi penyihir jahat yang menghancurkan dunia… Begitulah ceritanya, kan?
"Seperti yang bisa diharapkan dari Yakou-sama. Anda cepat menangkap maksudku. …Sebenarnya, masalah itu bukan sekadar masalah fiksi. Itu adalah masalah nyata yang pernah terjadi di masa lalu. Dan bahkan saat ini juga, masalah itu terus terjadi di dunia manusia."
"Apa...?"
"Misi kami <Penyihir Sejati> adalah melindungi perdamaian dunia manusia dan dunia penyihir. Untuk itu, kami harus memburu monster bayangan yang membawa bencana ke dunia ini, <Penyihir Bayangan>."
Bel mengangkat jari telunjuknya dan menggambar persegi panjang di udara. Jejak cahaya terbentuk, dan area yang dilingkari menjadi seperti jendela dalam film-film fiksi ilmiah.
Gambar <Penyihir Bayangan> yang dimaksud muncul di sana.
Siluetnya adalah bayangan penyihir tinggi kurus yang mengenakan topi dan jubah penyihir. Wujudnya berubah menjadi tiga dimensi, tubuh hitam legam seperti potongan langit malam yang gelap. Dari ujung ke ujung, mulutnya yang lebar terbuka sambil tertawa keras.
"Itu... cukup menyeramkan."
"<Penyihir Bayangan> tidak punya wujud fisik, jadi penampilannya bervariasi antar individu. Ini hanyalah salah satu contoh. ...Mereka pada dasarnya adalah ikan teri. Tapi karena mereka tidak memiliki tubuh fisik, mereka memiliki karakteristik yang merepotkan."
"Karakteristik merepotkan?"
"<Penyihir Bayangan> menyatu dengan bayangan di hati seorang gadis," jawab Bell. Lalu ia melanjutkan, mengatakan bahwa mereka merasuki hati gadis-gadis yang sedang terluka.
"Jika terus dibiarkan, mereka akan tumbuh dan perlahan melahap hati gadis yang menjadi inangnya, hingga akhirnya mengambil alih tubuhnya. Dengan cara itu, mereka akan bereinkarnasi sebagai penyihir jahat."
"Itu... buruk, ya. Kurasa."
"Ya. Jika penyihir ini mengamuk, kerusakannya akan setara dengan satu bencana alam yang cukup besar. Orang-orang akan mati seperti lembaran kertas yang beterbangan, dan gadis yang sudah jatuh itu tidak akan pernah kembali lagi."
"...Orang-orang akan... mati..."
Menyadari mulutku terasa kering, aku mengambil cangkir tehku.
Sayangnya, tanganku yang gemetar membuat permukaan teh itu bergelombang.
"-----Tidak apa-apa."
Sembari tersenyum nakal, Bell mengepalkan tangan, dan memukul telapak tangannya.
"Supaya hal itu tidak terjadi, di sinilah peran kami sebagai <Penyihir Sejati>. …Tenang saja. Sejauh ini, saya belum pernah gagal memburu <Penyihir Bayangan>."
"Wow…! Sungguh bisa diandalkan."
"…Tapi, saya juga belum pernah berhasil."
"Hah? Maksudmu?"
"Ini adalah pekerjaan pertama saya."
"Jadi kau benar-benar pemula!!!"
Gawat, ini terasa berbahaya. Dia terlihat sangat tidak meyakinkan. Aku harus tetap tenang dan memastikan semuanya berjalan dengan baik…!
"Lalu, apa yang harus kulakukan? Jangan bilang aku harus bertarung melawan monster, <Penyihir Bayangan> itu..."
"Tidak. Urusan kasar adalah tugas penyihir. Saya ingin Yakou-sama memenuhi tugas seorang ksatria dalam <Pawai Malam Seratus Putri>."
"Tugas seorang ksatria...?"
Apa itu? Aku bahkan tidak bisa membayangkannya.
Tapi, karena aku telah membuat kontrak. Apa pun tugasnya, aku harus bertanggung jawab dan menyelesaikannya sampai tuntas-----!
"-----Buat seratus gadis yang dirasuki <Penyihir Bayangan> jatuh cinta kepada Anda, dan dekaplah mereka."
🔸◆🔸
Tentu saja, aku langsung berlari sekuat tenaga dari ruang sains.
"Mana mungkin aku bisa...! Bukan seratus orang, bahkan dengan satu orang pun aku belum melakukannya!!!"
Untungnya, Bell tidak mengejarku.
Daripada kabur ke luar sekolah, sepertinya lebih aman kalau aku berbaur dengan murid lain di dalam sekolah. Aku pun lari masuk ke dalam kelas.
Aku terhuyung-huyung seperti kapal yang terdampar. Berpegangan pada meja, napasku terengah-engah.
"Yakou-chan, jarang sekali melihatmu hampir terlambat begini. Bangun kesiangan?"
"…Ah. M-Minato..."
Dengarkan aku! Sesuatu yang besar baru saja terjadi! -----Haha, mana mungkin aku bisa mengatakannya. Terlalu tidak masuk akal untuk dipercaya, dan yang pertama, aku tidak mungkin melibatkan orang lain dalam masalah yang kubuat sendiri. Lebih baik aku mengalihkan pembicaraan saja.
"Selamat pagi. Yah, begitulah. Aku bangun kesiangan."
"Hoo~ Jadi, dia tidak membangunkanmu? Tunangan kebanggaanmu itu?"
"…Hah? Tunangan?"
Apa yang dia bicarakan?
"Mana mungkin aku punya tunangan. Kau mengigau ya?"
"Justru Yakou-chan lah yang mengigau, kan? Dia duduk tepat belakangmu, lho?"
Omong kosong. Kursiku terletak di deretan paling belakang dekat jendela, jadi tidak mungkin ada orang di belakangku----
"Padahal tadi kita tidur bersama lho, Yakou-sama♪"
"GYAAAAAAHHHHHHH----------!?"
Di kursi yang entah kenapa tiba-tiba muncul di belakangku, Bell dengan seragam sekolahnya duduk di sana.
Aku terjatuh dari kursi, dan langsung merangkak mundur sambil terduduk di lantai.
"K-Kenapa kau di sini!? Barusan kau tidak ada disana!"
"Fufufu~ Inilah kekuatan cinta♡."
"Mana mungkin! Jelaskan dengan logis!"
"Tidak ada logika. Ini sihir."
Sambil menopang dagunya di atas meja, Bell terkikik.
"Benar, kan. Anda memang kabur. Lelaki memang selalu begitu."
"Ugh...! Tapi, ada batasan tentang apa yang bisa kulakukan dan yang tidak bisa kulakukan..."
"Anda bisa. Serius. Lagipula, Anda tidak punya pilihan lain selain melakukannya."
Bel dengan sengaja memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Bersama, sampai mati 𖹭. Ini adalah kontrak yang seperti itu~"
"Aaaaarrrrhhhhggg...! Tidak akan---------------!"
"Ah, Yakou-chan mau ke mana!?"
Inilah yang benar-benar disebut melarikan diri dari kenyataan.
Aku kembali berlari keluar dari kelas dengan kecepatan penuh, terjatuh dari tangga, tersandung berkali-kali, dan akhirnya berhasil terhuyung-huyung masuk ke ruang kesehatan.
"S-sensei, maaf! Ada ranjang yang kosong, kan…!?"
"Utsugi-kun? Ada apa ini? Kenapa kau babak belur begitu?"
"Aku merasa ada yang salah dengan kepala dan hatiku! Aku seperti sudah gila!"
"Itu biasa terjadi di masa pubertas. Kembalilah ke kelas."
"Tapi, ada penyihir yang bilang dia sangat-sangat mencintaiku, ingin tidur denganku, dan kalau aku tidak tidur dengan seratus wanita, dunia akan hancur!"
Sensei mendongak ke langit-langit, tatapannya kosong.
"…Yah, Utsugi-kun memang tidak butuh pelajaran, jadi terserah. Istirahatlah di ranjang yang kau suka."
"Terima kasih, sensei! Anda memang yang terbaik!"
"Tisunya ada di sana. Kalau sudah dipakai, buang di toilet, oke."
"Sensei?"
"Jangan terlalu banyak baca komik erotis. ...Oh, Sensei ada rapat sebentar lagi. Kalau mau pulang lebih awal, kunci pintunya pakai kunci yang ada di sana ya."
Sensei pun keluar dan menutup pintu. Aku tidak sempat menjelaskan kesalahpahaman ini.
Di ruang kesehatan yang telah menjadi ruang tertutup sempurna, aku menghela napas.
"...Sebaiknya aku tidur sebentar untuk menenangkan diri."
Aku berbaring di ranjang kosong di dekat jendela, menutup semua tirai di sekitarnya, dan menyelimuti tubuhku. Dalam posisi meringkuk seperti bayi, aku mencoba tidur.
Namun tentu saja, aku tidak mungkin bisa tertidur. Rasa bersalah itu seperti merayap keluar dari seprai dan mengikatku erat.
"...Sial. Dari semua hal, kenapa harus masalah percintaan..."
"Itu diperlukan untuk mengusir <Penyihir Bayangan> dari dalam diri seorang gadis."
......Ah. Tekstur yang tiba-tiba muncul di punggungku ini... Sepertinya aku memang harus pasrah dan menerimanya.
"Dengan alasan apa?"
"<Penyihir Bayangan> bersemayam dalam bayangan yang jatuh dari kegelapan hati seorang gadis. Jadi, jika kita bisa menghilangkan kegelapan hati yang menjadi sumbernya, mereka akan kehilangan tempat tinggal dan keluar. Di saat itulah kami, para <Penyihir Sejati> akan menghabisi mereka."
"...Kegelapan hati."
"Maksudku adalah kekuatan sihir kegelapan yang bocor keluar. Hanya kekuatan sihir cahaya yang bisa membersihkannya. Dan sumber dari kekuatan sihir cahaya itu adalah..."
"Cinta dan kasih sayang dari seorang gadis, begitu?"
Aku merasakan anggukan dari suhu tubuh yang menyentuh punggungku.
Memang benar, jika seperti itu, akan sulit bagi seorang penyihir untuk melakukannya sendirian. Akan lebih mudah jika mereka bekerja sama dengan manusia, terutama seorang pria.
"Tapi, kenapa harus aku? Kau jelas-jelas salah pilih, bukan?"
Tak bisa dibilang tampan, seorang perjaka yang canggung dan penyendiri. Itulah aku. Meskipun aku lumayan pintar, itu sama sekali tidak berguna dalam percintaan, apalagi untuk membantu seorang gadis-----
"Bukan begitu. Yakou-sama, Anda memiliki kualitas terbaik sebagai seorang ksatria."
"K-kualitas terbaik sebagai ksatria…?"
"Yakou-sama memiliki kekuatan. Kekuatan untuk membantu menyelesaikan masalah apa pun yang dihadapi orang lain."
"…Ah, maksudmu hasil ujian itu? Jangan anggap itu serius. Itu hanya teori yang ada di atas kertas."
"Teori pun tidak masalah, karena-----"
Bel melanjutkan dengan tegas, "Saya bisa menggunakan sihir."
"Ah…"
"Solusi seperti mimpi apa pun yang Yakou-sama berikan, saya bisa mewujudkannya. Jika semua yang ada di pikiran Anda bisa dilakukan, bukankah Yakou-sama akan menjadi tak terkalahkan?"
"...Ta, tapi, meskipun aku bisa menyelesaikan masalah mereka, bukan berarti para gadis akan langsung menyukaiku!"
"Biarkan itu menjadi urusan profesional seperti saya. <Penyihir Sejati> telah mempelajari banyak cara untuk membuat target jatuh cinta pada ksatria. Dukungan penuh dari profesional akan selalu menyertai Yakou-sama."
"Uh… ugh…"
"Lagipula, para gadis yang dirasuki <Penyihir Bayangan> atau yang biasa disebut <Heroine>, pada dasarnya selalu menyimpan kegelapan yang tidak bisa mereka ceritakan pada siapa pun. Jika ada seorang pria yang mampu memahami mereka dan membantunya, di mata mereka pria itu akan terlihat seperti ksatria sejati. Membuat mereka jatuh cinta tidaklah sesulit yang Anda bayangkan."
"…Kalau dipikir-pikir, apa yang kau katakan masuk akal juga…"
"Intinya, <Pawai Malam Seratus Putri> adalah pekerjaan di mana Anda akan membantu gadis-gadis cantik yang sedang kesulitan, lalu mereka akan jatuh cinta pada Anda. Anda harus melakukannya."
…Sial, mendengar itu membuatku perlahan merasa ingin melakukannya.
Rasanya seperti sedang dibujuk oleh penjual (sales) yang sangat piawai. Kalau ini produk informasi atau semacamnya, aku pasti langsung membelinya.
"…Tetap saja, aku tak punya kepercayaan diri…"
Kerumitan dalam diriku sudah terlalu mengakar.
Aku merasa muak pada diriku sendiri yang masih tidak bisa tergerak meskipun sudah dibujuk sekeras ini.
"Aku ini dikutuk sebagai perjaka. Bisa bersama seratus orang wanita itu hanya mimpi yang mustahil…"
"…Hei, Yakou-sama, lihatlah ke sini."
Sambil menggigit bibir karena merasa tidak berguna, aku berbalik sesuai perintahnya.
Saat itu, wajah Bell yang cantik berada sangat dekat di depanku---lalu kemudian, dia menciumku dengan lembut, seperti seekor burung kecil yang sedang mematuk.
Beberapa detik berlalu dengan begitu panjang. Ketika dia menjauh, terdengar suara basah yang begitu nyata, *chuu....*
"-----Kalau memang begitu, bagaimana kalau saya tanggalkan kutukan itu?"
Jantungku berdebar kencang saat Bell menelusuri bibirku dengan jari telunjuknya, sambil tersenyum menggoda.
"Dari nol ke satu itu istimewa. Tapi dari satu ke seratus, itu bukan hal yang sulit."
"...Be-Belle..."
"Hei, Yakou-sama.... Maukah Anda melakukan pengalaman pertama ini, bersama denganku...?"
Bel meraih tangan kananku---tanpa ragu, ia mengarahkannya ke dalam tubuhnya, melalui celah di bawah pakaiannya.
Ujung jariku menyusuri kulitnya yang basah oleh keringat, membentuk lingkaran lembut, dan menanjak mengikuti lekukan atas tubuhnya.
Untuk pertama kalinya, aku menyentuh payudara seorang gadis. Entah kapan, pakaian dalamnya sudah terlepas.
Rasanya jauh lebih kenyal daripada yang pernah kubayangkan, ujung jariku perlahan tenggelam ke dalamnya. Di balik kulit telanjangnya yang kupegang, detak jantung Bell berdegup kencang, bergema dengan penuh harap.
"...Fufu, ketahuan, ya. Sejak pertama kali bertemu dengan Yakou-sama, saya selalu merasa seperti ini..."
Aku buru-buru menarik tanganku dari kulitnya yang terasa panas seolah bisa membakar. Namun, panas yang membara di ujung jariku tidak kunjung hilang.
Panas itu menjalar melalui darahku, melumerkan isi kepalaku.
"...Ah..."
Bel menghela napas kecil karena tubuhku menindihnya. Aku memegangi pergelangan tangannya, menekannya di sisi bantal.
"...Ka-kalau kau cuman bercanda, ini saatnya berhenti, paham!?"
Aku mencoba mengintimidasi, seolah ingin membuatnya takut. Tapi yang sebenarnya ketakutan adalah aku sendiri, dan Bell mungkin sudah menyadarinya.
Terkekeh, Bell melingkarkan kedua kakinya di pinggangku.
Dia menarik tubuhku ke arahnya, mengundangku ke tempat yang hangat dan membara... sambil memohon,
"Yakou-sama... Makanlah aku..."
Aku telah membulatkan tekad. Seolah ingin membalas dendam atas kegagalan semalam, aku dengan semangat mencium dan melumatkan lidahnya.
"Mm, hnn... nngh...!"
Aku akan melakukannya. Aku akan melakukannya! Aku akan meninggalkan status perjakaku.
Aku akan menyelesaikan semuanya di sini, dan kali ini benar-benar melangkah maju----
---"Hentikan, Yakou! Jangan mendekat...!"---
---Dug!
Rasanya seperti ada tangan hitam yang mencengkeram jantungku, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa hingga aku tak bisa bernapas.
"Gu... ugh...!?!"
"Ya-Yakou-sama!? Ada apa!? ...Yakou-sama!?"
Kesadaranku perlahan memudar.
…Ah, ternyata memang tidak bisa. Aku tidak akan pernah bisa berbagi cinta dengan siapa pun.
Selama 'dia' yang terus mengutukku masih bersemayam di dalam hatiku-----
🔸◆🔸
Beberapa waktu setelah itu, aku kehilangan kesadaran.
Aku akhirnya terbangun saat matahari sore mulai merayap masuk melalui jendela.
"Ah...! Syukurlah. Anda sudah bangun...!"
"...Bel."
Duduk di kursi bulat di samping tempat tidur UKS, Bell tampak seperti ingin menangis.
Kulihat jam di ponselku, sudah hampir pukul lima sore.
Aku bangkit dari tempat tidur dan menundukkan kepalaku, merasa terpuruk.
"Maaf... Sudah Mmmbuatmu menungguku sampai sekarang."
"Ti-tidak apa-apa. Yang penting, Anda... baik-baik saja...?"
Suara Bell terdengar lemah. Aku merasa sangat menyesal telah membuatnya seperti ini.
"Aku baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya."
"Eh...?"
"......Aku punya trauma terkait hubungan seksual. Sejak itu, setiap kali mendekati hal-hal seperti itu, aku kehilangan kesadaran."
Bel tersentak.
Aku hanya bisa tersenyum untuk mencairkan suasana.
"Hei, Bell. Kau tau pepatah yang mengatakan bahwa bagian bawah tubuh pria itu seperti makhluk hidup yang lain?"
"Hmn...?"
"......Aku juga seperti itu. Dalam arti yang berlawanan."
Aku menatap bagian bawah tubuhku sendiri.
Meskipun aku baru saja mengalami kejadian paling erotis dalam hidupku, tidak ada tanda-tanda gairah di tubuhku.
"Aku, sudah lama impoten..."
Aku sangat malu, rasanya ingin menghilang saja. Sebenarnya aku tidak ingin ada yang tahu tentang ini.
Tapi sekarang, mengungkapkan semuanya adalah satu-satunya ketulusan yang bisa kuberikan pada Bell.
"Sekarang kau mengerti, kan? Secara fisik, <Pawai Malam Seratus Putri> itu tidak mungkin bagiku."
Aku menundukkan kepala dalam posisi sujud di atas tempat tidur dengan tiga jari bertumpu di lantai.
"Aku benar-benar minta maaf. Kumohon batalkan kontraknya dan pilihlah orang lain sebagai ksatria."
Dengan hati-hati, aku mengangkat kepalaku yang tertunduk dalam-dalam.
Disana Bell hanya tersenyum dengan wajah yang sangat lembut.
"Membatalkan kontrak...? Tentu saja, TIDAK AKAN."
🔸◆🔸
"Mana bisa begitu! Batalkan kontraknya!!"
"Tidak mau!"
Bahkan saat pulang sekolah, Bell tidak mau melepaskanku.
Setelah kejadian itu, aku mencoba melarikan diri dengan sepeda yang kuparkir di sekolah, tapi seperti biasa, begitu aku melewati gerbang belakang, Bell sudah duduk di boncengan sepeda. Aku bahkan sudah tidak kaget lagi.
Apalagi, entah sihir apa yang dia gunakan, beratnya jadi sepuluh kali lipat dan aku tidak bisa mengayuhnya dengan benar. Mau tidak mau, aku turun dari sepeda dan mendorongnya dengan Belle yang cemberut masih duduk di atas boncengan.
Dalam perjalanan pulang, aku melewati lapangan tempat klub baseball berlatih, suara pukulan tongkat baseball bergema dengan keras.
"Kenapa kau tidak mau mengerti...!? Tidak ada masa depan yang bagus untukmu jika terikat kontrak denganku..."
"Tentu saja ada. Terlebih lagi, Yakou-sama, Anda salah paham tentang banyak hal."
"Salah paham? Apa?"
"Pertama-tama, tentang diri saya, Yakou-sama mengira saya ini perempuan murahan yang hanya tertarik pada tubuh Anda, kan?"
Bel cemberut, bibirnya mengerucut.
"Jangan salah sangka. Pada dasarnya, saya adalah penyihir suci yang benci hal-hal berbau mesum."
Apa dia bahkan tidak ingat tentang apa yang terjadi hari ini?
"Hanya saja, saat saya bersama Yakou-sama, rem instingku tidak berfungsi. Itu suatu kondisi spesial, saya sangat menyukai Anda sampai-sampai saya menjadi gila."
"…A-aku harus bilang apa setelah mendengar itu?"
"Intinya, saya ingin mengatakan bahwa diriku yang sebenarnya tidak masalah meskipun tidak ada hal-hal mesum."
Aku berhenti mendorong sepeda.
Matanya yang bening seperti safir menatapku.
"Selama bisa bersama Yakou-sama, itu sudah cukup untuk membuat saya bahagia. Jadi, tidak akan pernah ada yang namanya pembatalan kontrak hanya karena itu."
Aku masih tidak bisa terbiasa dengan ungkapan cinta secara langsung seperti itu, dan seketika wajahku memerah.
Aku sangat senang. Itu adalah ungkapan cinta yang sangat indah.
"Tapi... tetap saja tidak bisa! Selama aku tidak bisa berhubungan seks, aku takkan bisa menyelamatkan gadis, eh... <Heroine> itu dari monster, kan? Jika ini menyangkut masalah hidup dan mati, kita tidak boleh bermain-main----"
"Itulah kesalahpahaman yang kedua. Yakou-sama... jika itu hanya pelukan, Anda bisa melakukannya, bukan?"
"Eh? …Tentu saja aku bisa, tapi---"
Bahkan, hari ini aku hampir sepanjang waktu dipeluk oleh Bell.
"Jadi, <Pawai Malam Seratus Putri> ini bisa dilakukan. Anda cukup memeluk seratus orang saja."
"...Eh?"
Keheningan menyelimuti kami. Suara pukulan tongkat baseball bergema, "Ahoo, ahoo," gagak berkaok.
"Tunggu. Jangan-jangan, mendekap seratus orang gadis itu... Maksudnya pelukan, ya?"
"Benar. Setelah membuat mereka jatuh cinta, Anda harus memeluk mereka erat-erat untuk mengaktifkan cahaya hati. Lalu, barulah saya bisa mengusir <Penyihir Bayangan> setelah itu."
Aku membanting sepedaku ke tanah.
"-----Kau menipuku, ya!? Bukankah katanya aku bisa tidur dengan seratus gadis cantik!?"
Jeritan jiwa penuh amarah meluap dari dalam diriku.
Bell yang masih melayang meskipun sepeda jatuh, menatapku dengan tatapan sinis.
"Itu hanya kesalahpahamanmu sendiri, Yakou-sama. Lagipula, kenapa Anda marah?"
"Ini jelas iklan menyesatkan! Badan Perlindungan Konsumen tidak akan tinggal diam!"
"Saya sama sekali tidak mengerti apa yang Anda bicarakan."
Cahaya dari mata Bell menghilang.
"Melakukan hal seperti itu dengan gadis lain? Mana mungkin saya akan membiarkannya! Lagipula, Anda tidak mungkin bisa. Bahkan saat melakukannya dengan saya saja, Anda tidak sanggup! Kita hanya berhenti di tengah jalan. Anda bahkan tidak ereksi. Sama sekali tidak memikirkan perasaan pihak wanita. Dan sekarang? Anda sempat-sempatnya berpikir bisa tidur dengan seratus gadis. Hmph...!"
"M-maaf... Aku terlalu tidak peka..."
"Tidak apa. Saya tidak marah sama sekali."
Saat itu juga, suara pukulan keras bergema. Aku mendongak kearah langit. Sebuah bola meluncur membentuk garis parabola yang indah, melewati pagar dan datang ke arah kami. Itu adalah home run.
Dari jarak ini, aku rasa titik jatuhnya akan jauh dariku...
Atau begitulah yang kupikirkan. Tiba-tiba saja, bola home run itu melengkung seperti misil di anime sci-fi dan langsung jatuh menghantam kepalaku.
-----Bugh!!!
"Guaaaaaahh-----------!? Sakit sekali!?"
"Maaf. Itu hukuman dari langit."
"Kau bercanda!? Itu ulahmu, kan!? Jadi kau benar-benar marah, ya!?"
"Tidak, saya sama sekali tidak marah."
Dia... dia ini... meskipun wajahnya terlihat dingin, ternyata dia tipe wanita yang sangat pendendam...!
Kami terus berdebat tanpa hasil. Lalu, tiba-tiba saja sebuah insiden terjadi.
*Kling.....* *Kling.....* *Kling.....*
Suara lonceng seperti yang terdengar di kapel pernikahan bergema dari aksesoris lonceng yang dikenakan Bell di pinggangnya.
"A-apa itu?"
Aku tercengang. Sementara itu, ekspresi Belle menegang, seolah-olah gempa bumi akan datang.
"...Ada. Sesuatu mendekat."
"---Permisi, kalian berdua....."
Benar saja, seperti yang dikatakan Bell, seorang gadis dari klub baseball putri berlari dari arah lapangan.
Rambutnya yang diikat dengan gaya ponytail kecil bergoyang-goyang. Kulitnya yang kecokelatan dan senyumnya yang ceria meninggalkan kesan yang kuat, dan di dada kiri seragamnya tertulis nama 'Fujikawa'.
"Apa ada bola yang terbang ke sini!? Kalian melihatnya?"
Ah... itu dia. Aku sudah memungutnya.
"Ah! Ini, kan!?"
"Ya, ya! Itu dia! Maaf, bisa tolong lemparkan ke sini!?"
Gadis itu melambaikan tangan kirinya yang memakai sarung tangan baseball.
Namun, ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, dan aku merasa seperti tidak bisa melemparkan bola itu.
"A-apa itu...?"
-----Gerakan bayangan miliknya sangat berbeda dari gerakan tubuhnya. Begitu aku menyadari hal itu, aku tahu ada yang tidak beres. Bayangan gadis itu sangat besar dan mencolok.
"... Yakou-sama. Apa Anda bisa melihatnya?"
"Y-ya, aku bisa..."
Bayangan yang menggeliat itu merentangkan kedua tangan, merayap, seolah memamerkan keberadaannya. Apalagi, begitu ia menyadari bahwa kami bisa melihatnya, bayangan itu menjadi bentuk tiga dimensi dan muncul dari tanah. Bayangan itu kemudian memeluk gadis itu dari belakang, menempatkan tangan di leher dan perut bawahnya, lalu tertawa jahat dengan mulut besar yang aneh-----
"Hei!? Di belakangmu!"
"Hah?"
Gadis itu menoleh ke belakang.
Tapi dia sama sekali tidak menyadari apa pun, hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Tidak ada apa-apa? Bisa tolong lemparkan bola-nya!?"
"...Tunggu sebentar. Aku akan lempar sekarang!"
Untuk saat ini, aku melemparkan bola itu kembali.
Aku melemparkan bola itu kembali padanya. Setelah itu, bayangan aneh itu menyusut lagi dan kembali ke bentuk bayangan besar yang semula.
Gadis itu menangkap bola yang tepat di depan dadanya dengan sangat terampil, lalu melepas topinya dan tersenyum lebar.
"Terima kasih! Terima kasih banyak!"
Dia berlari penuh semangat, kembali ke lapangan.
Sambil memandangi punggungnya, aku memeriksa ulang situasinya.
"Bell. Tadi itu...?"
"Ya. Itu <Penyihir Bayangan>. Dan sepertinya sudah berkembang cukup pesat... Jika terus dibiarkan begitu..."
---Makhluk itu akan menelannya.
Sebelum Bell selesai berbicara, tubuhku sudah bergerak.
"Segera kumpulkan informasi tentang gadis bernama Fujikawa itu."
"...Eh? Maksudnya...?"
Dengan tekad bulat, aku mengangguk.
"...Apa Anda yakin? Yakou-sama, sebelumnya Anda bilang itu tidak mungkin."
"---Jangan khawatirkan aku!"
Suaraku keluar seperti anak panah yang dilepaskan.
"Kalau ada orang yang kesulitan di depan mataku, maka aku harus menolongnya! Mana mungkin aku tetap keras, mengatakan kalau itu tidak mungkin!"
"...Ya. Seperti yang saya kira, Yakou-sama memanglah pria yang luar biasa."
Bell tersenyum bahagia. Di dalam mata birunya, ada cahaya penuh harapan yang bersinar.
"-----Kalau begitu, ayo kita lakukan. ...Langkah pertama, penyelamatan <Heroine>, dimulai!"
Post a Comment