NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Isekai Cheat Jinsei wo Kaeta V16 Chapter 2

 Chapter 2 – Pahlawan?


Part 1

Sementara Yuuya bersiap untuk Studi di Luar Negeri. 

Di Negara tempat dia pergi untuk Studi di Luar Negeri, sebuah organisasi tertentu mulai bergerak dari balik layar. 

"── bagaimana persiapannya? "

Seorang pria yang mengatakan itu. 

Pria ini adalah pemimpin grup teroris anti kerajaan. 

Pria seperti itu dikelilingi oleh rekan-rekannya yang berpikiran sama, dan suasana tegang menggantung di udara.

"Semuanya berjalan lancar. Kita sudah mendapatkan senjatanya. "

"Kita juga telah membagikan rutenya pada semua orang. "

"Begitu ya... Jadi kesempatan untuk membawa mereka ke pengadilan akhirnya datang, bukan? "

Pemimpin grup terlihat sangat terharu saat mengatakan ini.

── untuk waktu yang lama, pria ini telah menunggu sebuah kesempatan untuk memberontak melawan Negara. 

Hal ini dikarenakan, di Negara ini, kesenjangan antara orang kelas atas dan rakyat biasa sangatlah besar daripada Negara-Negara lain yang menganut sistem Kerajaan. 

Dan orang-orang yang berkumpul disini adalah mereka yang telah menderita karena kesenjangan ini. 

"Keluargaku terbunuh dalam kecelakaan lalu-lintas karena mereka. Tentu saja, dalam situasi yang normal, mereka harus menghadapi pengadilan. Tapi orang-orang ini... Para Bangsawan. Mereka menutupi fakta bahwa mereka bertanggung jawab dan lolos begitu saja, menjalani hidup seolah-olah tidak terjadi apa-apa! Bagaimana bisa sesuatu seperti itu dibiarkan terjadi begitu saja? "

"Tidak mungkin hal semacam itu bisa dimaafkan! "

"Aku juga! Karena mereka, kekasihku...! "

Semua teroris berteriak merespon teriakan pemimpin tersebut. 

Sebenarnya, Keluarga Kerajaan Negara ini tidak melakukan kesalahan apapun. 

Namun, para Bangsawan diantara mereka berbeda. 

Sebagai keluarga yang sudah lama berdiri dari garis keturunan Bangsawan, mereka telah menyusup ke jantung Negara dan mempunyai pengaruh yang sangat kuat sehingga bahkan Keluarga Kerajaanpun tidak dapat mengabaikan mereka.

Untuk merubah situasi ini, para teroris berencana memulai revolusi untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar setara. 

Namun, keamanan Keluarga Kerajaan selalu ketat, dan para teroris tidak bisa bergerak. 

Tapi kali ini, mereka memiliki kesempatan. 

"Aku yakin kamu sudah mengetahui informasinya, tapi dalam beberapa hari, Pangeran pertama akan mengundang, murid asing pertukaran Negara tertentu ke sebuah pesta besar. Pada malam itu kita akan membuat gerakan. Kegagalan bukanlah suatu pilihan. Jika kita melewatkan kesempatan ini, revolusi akan semakin sulit. "

Lalu, salah satu anggota mengangkat tangannya. 

"Apa? "

"Apakah informasi ini benar adanya? Mungkinkah itu tipuan untuk memancing kita keluar? "

"Bukankah aneh kalau mereka mengundang murid asing pada saat seperti ini?”

Ketika yang lain kelihatan khawatir, pemimpin grup berbicara.

"Hmm... Kekhawatiranmu benar. Tapi aku telah menyelidiki masalah ini secara menyeluruh dan aku yakin. Pertama-tama, kita telah mengirim orang ke Jepang untuk memastikan bahwa murid dari Jepang yang datang ke sini untuk belajar.”

“Oh!”

"Dan terkait bagaimana siswa tersebut dipilih untuk belajar di luar negeri… sepertinya latar belakang siswa tersebut ada hubungannya.”

“Huh?”

"Tampaknya Pangeran Pertama menyukai murid Jepang ini dan mencoba memenangkan hatinya dengan mengundangnya ke Negara kita.”

" Jadi begitu... "

"Aku rasa Pangeran pertama benar-benar menyukai murid itu. Ceritanya agak mendadak, sehingga informasinya tidak terkendali dengan baik. Dan sebuah pesta penyambutan akan diadakan di Istana untuk mengundang Murid itu. Seperti yang kalian semua tahu, di tempat itulah kita akan menyerang dalam operasi ini. "

Ketika dia selesai berbicara, pria itu melihat sekeliling ke arah anggotanya. 

"Kita tidak akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Dengar, kita akan membuat revolusi ini sukses tidak peduli apapun yang terjadi! "

“Ohh!”

Maka, tanpa sepengetahuan Yuuya, sebuah plot mulai terungkap di Negara lain. 


***


Waktu berlalu, dan sebelum aku mengetahuinya, hari perjalananku Studi di Luar Negeri telah tiba. 

Aku naik pesawat bersama Kaori, menggunakan tiket pesawat yang Tsukasa-san siapkan untuk kami, dan kami tiba dengan selamat di tempat tujuan kami. 

"Phew... Sudah lama sejak aku naik pesawat, tapi masih saja melelahkan. "

"Kurasa begitu. "

Kaori telah mengunjungi Negara ini beberapa kali sebelumnya, tapi dia masih saja belum terbiasa dengan penerbangan. 

Saat kami berjalan melewati bandara, mengambil bagasi terdaftar kami dan barang-barang yang lain... 

“──Nee-chan!”

“Ah, Kasumi!”

Aku melihat seorang gadis berjalan ke arah kami. 

Gadis itu... 

Gadis itu meraih Kaori dan melompat ke pelukannya dengan seluruh kekuatannya.

"Lama tidak bertemu, Nee-chan!”

" Sudah lama tidak bertemu! Bagaimana kabarmu, Kasumi? "

“Yup!”

Itu benar, gadis ini adalah adik perempuan Kaori. 

Adik perempuannya sangat gembira melihat Kaori lagi, tapi kemudian dia tiba-tiba menyadari kehadiranku. 

"Hei, orang itu... Oooohhh!”

“Ka-Kasumi?”


Adik perempuan Kaori menatapku dan berteriak keras. 

A-apa? 

Kasumi-san mendekatiku dengan terkejut. 

“Hei, Onii-san! Kamu Onii-san yang itu, bukan? "

“Eh?”

"Kamu tahu, selama pembajakan pesawat! "

“Ah.”

I-itu benar... Dipikir-pikir lagi, kami tidak bisa menghapus ingatan apapun selain yang berkaitan dengan Ouma-san waktu itu... 

"Uh, apa yang kamu bicarakan? "

"Apa yang kamu bicarakan? Onii-san menyelamatkanku dari pembajakan pesawat! "

"Ini... Soal salah identitas orang, bukan begitu? "

"Tentu saja tidak! Aku tidak akan pernah lupa seseorang seperti Onii-san!”

“Eh…?”

Apa yang harus kulakukan? Aku memang benar ada disana, tapi itu artinya aku harus menjelaskan bagaimana aku menyelamatkannya dari para pembajak dan segala macam hal yang lainnya. 

Saat aku berusaha sekuat tenaga mencoba memikirkan jalan keluar dari situasi ini, Kaori datang dan menyelamatkanku. 

"Kasumi, kamu seharusnya tidak mengganggu Yuuya-san dengan berlebihan. "

"T-tapi Onii-san itu menolongku, kan?! "

"Itu tidak benar. Yuuya-san sedang bersamaku pada saat itu. Kamu tahu itu, kan? "

Kaori mengatakan itu dan melihat ke arahku. 

Aku memang bertemu Kaori pada hari itu, tapi kita tidak menghabiskan waktu bersama. 

Tapi kupikir dia mungkin mengatakan itu karena dia tidak tega melihat aku dalam masalah. 

Aku berterima kasih atas kebohongannya. 

"I-itu benar. Aku bersama Kaori pada waktu itu. "

"Huh? Kamu berbohong! Aku tahu itu pasti kamu! "

"Ya, ya, aku mengerti. Kalau kamu membuat keributan lagi, kamu akan menggangu orang lain, tahu? "

"Ugh... Itu tidak bohong... Tapi entah bagaimana aku merasa telah ditipu... "

Adik perempuannya menatap Kaori dengan agak jengkel. 

Kemudian Kaori menoleh ke arahku, mengabaikan tatapan itu.

"Biarkan aku memperkenalkanmu pada adik perempuanku──”

" Aku Kasumi! Aku percaya kamu adalah orang yang menyelamatkanku saat itu! "

“A-ahaha… Um, namaku Yuuya. Senang bertemu denganmu, Kasumi-san. "

"Aku lebih muda darimu, jadi tolong jangan terlalu formal! Aku juga akan memanggilmu Yuuya-niichan! "

"Ba-Baiklah kalau begitu... "

Kasumi mendekatiku, dan aku mengangguk, bingung dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. 

Puas dengan kelakuanku, Kasumi tiba-tiba mengatakan sesuatu yang terpikir olehnya.

"Ngomong-ngomong, tempat dimana kamu akan tinggal selama kamu Studi di Luar Negeri, Yuuya-niichan──”

" Oh, jika kamu berbicara tentang itu──”

“Hei, Kaori! Aku sudah menunggumu! "

Tiba-tiba, aku mendengar suara. 

Aku melihat kearah suara itu dan melihat seorang pemuda berpakaian bagus dengan tangannya yang terentang, menyambut Kaori. 

Sementara aku terkejut dengan semua hal yang tiba-tiba ini, aku melihat sekeliling dan menjadi semakin bingung.

Apa-apaan kerumunan ini...? 

Seolah ingin mengkonfirmasi identitas pemuda itu, lebih banyak orang yang kelihatan seperti pengawal berkumpul disekeliling pemuda itu. 

Sementara aku bingung dan ingin tahu siapa pemuda ini sebenarnya, Kaori mengeluarkan suara terkejut. 

 “Joshua-sama! Mengapa kamu disini?! "

"Eh? Apa kamu tahu dia, Kaori? "

"Ya... Dia Putra Mahkota Negara ini. "

“Heehh, Putra Mahkota──Eh?”

Untuk sesaat, aku tidak bisa memahami apa yang Kaori katakan. 

Memang benar bahwa Negara yang aku datangi untuk Studi di Luar Negeri masih memiliki sistem Kerajaan. 

Namun, dia seharusnya bukan seseorang yang bisa kau temui begitu saja. 

Orang semacam itu sekarang berada tepat di depanku. 

Sementara aku benar-benar membeku, pemuda yang bernama Joshua menghampiri Kaori, berbicara dengan bahasa Jepang. 

"Apa yang kamu bicarakan? Tentu saja aku datang untuk menjemputmu, tunanganku! "

“Eh?!”

“Hey, Nee-chan, apakah kamu bertunangan? "

Tampaknya, Kasumi juga tidak tahu, dan saat dia mengeluarkan suara terkejut, Kaori mati-matian menyangkalnya. 

"Tidak, aku tidak! Joshua-sama, aku sudah memberitahumu bahwa aku menolak tawaran tersebut! "

"Kenapa? Jika kamu menikah denganku, kamu akan menjadi Ratu Negara ini. "

"Bahkan jika itu masalahnya, aku tidak tertarik menjadi seorang Ratu. "

Aku benar-benar tidak mengerti, tapi sepertinya Kaori dilamar oleh Joshua-sama ini, dan Kaori menolaknya. 

Aku bingung dengan pemandangan ini, yang sangat berbeda dengan pandangan duniaku, tapi di saat yang sama, aku mengerti.

Itu benar... Kaori berasal dari keluarga kelas atas, dan dia mungkin memiliki hubungan dengan Putra Mahkota... 

Yang paling penting, Kaori adalah gadis yang benar-benar baik, tidak heran jika Joshua-sama menyukainya. 

Dunia yang mereka tinggali sangat berbeda denganku. 

Saat aku melihat percakapan antara mereka berdua dengan perasaan campur aduk, tatapan Joshua-sama tiba-tiba beralih ke arahku.

"Jadi... Kamu adalah, Yuuya? "

"Y-ya."

Joshua-sama kemudian menatapku dari atas ke bawah dan mengendus.

"Hmm… kamu benar-benar memancarkan keburukan. Sekarang, kamu harus mengerti bahwa berkat Kaori kamu bisa Studi di Luar Negeri, kan?”

" Tentu saja. "

Tidak perlu dikatakan lagi. 

Aku bukan tipe orang yang biasanya dipilih untuk Studi di Luar Negeri.

Itu sebabnya aku sepenuhnya mengerti bahwa aku berada disini berkat Kaori. 

Melihat reaksiku, Joshua-sama kelihatan tidak senang. 

"Upayanya tidak sepadan... Aku menyetujuimu untuk Studi di Luar Negeri, tapi aku tidak ada niatan menyediakan tempat untuk kamu tinggal. "

"Untuk itu, kami telah mengatur semuanya, jadi tidak perlu merepotkanmu, Joshua-sama.”

Kaori memberi tahunya dengan ekspresi tenang. 

Ya, rumah dimana aku akan tinggali saat aku Studi di Luar Negeri telah disiapkan sebelumnya melalui pengaturan Tsukasa-san.

Atau lebih tepatnya, aku bisa meminjam kamar di rumah Kaori. 

Awalnya, aku menolak, mengatakan bahwa aku merasa sungkan, tapi Tsukasa-san mengatakan bahwa akan lebih meyakinkan jika aku tetap berada di dekatnya, dan Kaori mengatakan hal yang sama, jadi aku memutuskan untuk menerima tawaran mereka.

Aku benar-benar berterima kasih atas semuanya. 

Saat aku berterima kasih lagi kepada Kaori dan yang lainnya, Joshua-sama mengangkat alisnya.

"Apa? Dimana kamu akan membiarkan dia tinggal? "

"Tentu saja, di rumahku. "

"Apa?! Rumah Kaori? Aku tidak akan mengizinkannya! "

"Kenapa tidak? Karena kami mengundang Yuuya-san, aku pikir itu wajar saja. "

"Tidak! Kaori yang memungkinkannya untuk Studi di Luar Negeri, bukan? Tidak perlu sejauh itu!”

" Bagaimanapun, itu rumah kami, jadi Joshua-sama tidak ada hubungannya. "

“Kuh!”

Joshua-sama kehilangan kata-kata sebagai tanggapan pada pernyataan tegasnya.

Lalu dia melihatku dengan ekspresi muram dan berbicara. 

"... Hahhh, sudahlah. Pastikan saja kamu tidak melakukan hal bodoh. "

"Y-ya."

Ha-hal bodoh? 

Saat aku menggaruk kepalaku, tidak tahu apa yang terjadi, Joshua-sama akhirnya pergi dengan pengawalnya. 

Sementara aku menyaksikan dengan takjub, Kaori menghela nafas.

“Haah… Yuuya-san, aku minta maaf karena diam saja. "

"T-tidak, itu bukan masalah, tapi... Apakah kamu baik-baik saja? "

"Itu benar, Nee-chan! Pihak lain adalah Putra Mahkota, bukan? "

"Ya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ayah bilang itu akan baik-baik saja juga. "

"Senang mendengarnya... "

Saat dia mengatakan ini, dia melihat ke arah Joshua-sama pergi. 

"Tetap saja... Aku tidak pernah mengira Joshua-sama akan menjadi seperti ini. "

“Eh?”

"Dipikir-pikir lagi, kamu pernah melihat Joshua-sama sebelumnya, kan, Kasumi? "

"Ya, aku bersama dengan Nee-chan di sebuah pesta, pada saat itu, Joshua-sama dikelilingi oleh banyak orang, dan menurutku dia kelihatan seperti orang yang sangat menakjubkan, tapi aku tidak pernah membayangkan bahwa dia akan mendekati Nee-chan! "

"A-apa maksudmu mendekatiku? "

"Itu kenyataannya! Kamu menolak dia, kan? Dan dia terlalu gigih? "

Kasumi terus mengutarakan apa yang ada dipikirannya, dan baik aku maupun Kaori tidak bisa apa-apa selain tersenyum kecut. 

"Lebih penting lagi, masalah Studi di Luar Negeri ini, aku pikir kamu bisa menebak dari perbincangan kita sebelumnya bahwa itu adalah suatu hal yang disarankan oleh Joshua-sama. Awalnya, dia melamar untuk menikah denganmu, namun ketika kamu menolaknya, Perihal Studi di Luar Negeri muncul... "

"Aku mengerti. "

"Aku tidak ingin membuatmu khawatir, Yuuya-san, jadi aku tetap diam soal masalah ini. Maafkan aku. "

Kaori mengatakannya dan menundukkan kepalanya. 

"T-tidak, jangan khawatir tentang itu! "

Sebenarnya, aku merasa tidak enak karena aku hidup tanpa mengetahui situasinya. 

Namun alih-alih itu, ada satu hal yang masuk akal setelah mendengar penjelasan Kaori.

Soalnya, untuk alasan tertentu, aku diberi tahu untuk menyiapkan pakaian yang sesuai dengan dresscode untuk perjalanan Studi di Luar Negeri ini. 

Untunglah, aku sudah menyiapkan jas yang siap dipakai saat aku bertemu orang tua Miu-san, jadi tidak akan ada masalah, aku ingin tahu apa ada aturan dresscode untuk Studi di Luar Negeri? 

Namun, kalau Studi Luar Negeri ini merupakan saran dari Putra Mahkota, Joshua-sama, maka hal itu akan berbeda. 

Seperti yang Kasumi sebutkan, ada kemungkinan akan diadakan pesta atau semacam acara yang lain. 

Jadi aku rasa aku harus mengenakan sesuatu yang sesuai dengan dresscode. 

Yah, sepertinya tidak mungkin aku diundang, melihat dari sikap Joshua-sama. 

Bagaimanapun, sepertinya Studi di Luar Negeri ini tidak seperti biasanya yang aku bayangkan.

"Oh kalau begitu, ayo pulang! "

Kasumi mengatakannya dan mulai berjalan didepan kami. 

Kemudian Kaori mendekatiku dengan tenang dan berbisik. 

"Omong-omong, berkat Yuuya-san Kasumi diselamatkan dalam insiden pembajakan pesawat, kan? "

"Eh? Itu... Kalau itu, ya. "

Karena Kaori tahu tentang Dunia Lain dan semacamnya, tidak perlu menyembunyikan apapun. 

Saat aku memastikannya, Kaori berkata, 

"Sekali lagi terima kasih atas bantuanmu saat itu Yuuya-san. Berkatmu, Kasumi selamat. "

"Itu...! Senang rasanya aku bisa membantu juga. "

Saat kami melakukan perbincangan, Kasumi sadar bahwa kami tidak mengikutinya dan memanggil kami. 

"Hey, ada apa dengan kalian berdua? "

"Tidak ada! Kalau begitu, Yuuya-san, mari pergi! "

Jadi kita pergi menuju ke rumah Kaori.


Part 2

"Me-menakjubkan... "

Sebuah bangunan gedung apartemen bertingkat tinggi yang megah berdiri dihadapanku. 

Apartemen ini adalah rumah Kaori dan keluarganya, yang akan aku tinggali bersamanya kali ini. 

"Aku tahu, tapi Kaori benar-benar seorang nona muda, kan... "

Terlebih lagi, mobil yang menjemput kami dalam perjalanan menuju rumah Kaori juga sangat mengesankan dan bahkan memiliki sopir.

Aku menyadari bahwa Kaori juga anggota kalangan atas, meskipun tidak sebanyak Joshua-sama. 

"Lewat sini! "

Aku mengikuti Kaori dan yang lainnya ke pintu masuk gedung apartemen dan bahkan lebih kewalahan.

Wow... Kemanapun aku melihat itu sangat mewah, itu lebih seperti sebuah hotel yang mewah daripada gedung apartemen... Yah, aku belum pernah menginap di hotel mewah sebelumnya. 

Aku terus berjalan, mengagumi sekitar, dan akhirnya sampai di rumah Kaori. 

Aku mulai gugup... 

Di Dunia Lain, aku diundang oleh Lexia-san untuk menghabiskan waktu di Istana Kerajaan. 

Namun, kemewahan tempat itu berbeda dari apa yang sudah kualami sebelumnya, dan aku merasa sedikit kewalahan. 

Disamping itu, ini pertama kalinya aku diundang ke rumah teman seperti ini, jadi aku gugup dalam hal itu. 

Mengabaikanku, Kasumi membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. 

"Aku pulang! "

 “── selamat datang kembali. "

“Ah…”

Lalu, seorang wanita menyambut kami. 

Aku bisa melihat kemiripan dengan Kaori dan Kasumi pada wanita itu. 

Siapa orang itu...? 

Saat aku melihat wanita itu, dia menyadari tatapanku. 

"Selamat datang, Yuuya-kun, aku Kaya, Ibu Kaori dan Kasumi. Suamiku sering kali memberi tahuku tentangmu. Senang bertemu denganmu. "

"Y-ya! Senang bertemu juga! "

Ya, wanita yang ada didepanku adalah Ibu Kaori dan Kasumi, Kaya-san. 

Kemudian Kaya-san tersenyum kepadaku saat dia melihatku. 

"Tidak perlu terlalu gugup, buat dirimu merasa nyaman seperti di rumah. "

"Te-terima kasih. "

Aku merasakan kedewasaan dan profesionalisme dari Kaya-san. 

Sementara aku memikirkan hal ini, Kaori dan yang lainnya memperlihatkan sekeliling kamarnya. 

"Ini kamar Yuuya-san. "

“Oh…!”

Kamar yang diperlihatkan padaku seperti kamar di hotel mewah, dan cukup luas. 

Sementara aku kagum dengan ukuran kamarnya, Kaya-san datang. 

"Bagaimana? Aku telah menyiapkan beberapa hal yang mungkin kamu butuhkan. "

"Terima kasih, tidak apa-apa! Aku minta maaf untuk segalanya... "

"Jangan khawatirkan itu. Studi di Luar Negeri ini adalah sesuatu hal yang disebabkan oleh keadaan yang berada di luar kendalimu. "

Sepertinya Kaya-san juga tahu situasi Studi di Luar Negeri ini, dan dia mengatakannya. 

Lalu Kaya-san terlihat sedikit menyesal. 

"Jadi... Aku minta maaf karena tiba-tiba, tapi ada undangan dari Joshua-sama. "

“Eh?”

Kata-kata tak terduga itu membuat kami terkejut. 

"Sebuah undangan? "

"Ya. Mereka mengadakan pesta penyambutan untuk Kaori malam ini. "

"Apa? T-terlalu tiba-tiba... "

Kaya-san melanjutkannya, tampak kelelahan, sementara Kaori terkejut. 

"Aku tahu... Aku ingin mengadakan pesta penyambutan untuk Kaori dan kamu di tempatku malam ini... "

"Itu akan sulit untuk menolaknya, kan? "

"Itu benar. Jika kamu tidak berpartisipasi disini, akan memalukan bagi Joshua-sama. Tapi sebenarnya, Yuuya-kun juga diundang. "

"Eh? Aku juga? "

Untuk alasan tertentu, Joshua-sama memiliki kesan terhadapdaku, jadi aku berasumsi aku tidak akan diundang. 

Namun, sejak aku diundang, aku tidak bisa menolaknya, sama seperti Kaori. 

"A-aku mengerti. Kalau begitu aku akan hadir di pestanya malam ini. "

"Aku akan sangat berterimakasih jika kamu bisa hadir di pesta itu. "

Aku tidak pernah menyangka aku harus mengenakan pakaian formal secepat ini... 

"Tapi masih ada waktu sebelum pesta, jadi apa yang akan kamu lakukan setelah? Yuuya-kun? Bisakah aku mengajakmu berkeliling? "

"Oh tidak usah! Semua orang sepertinya bertemu kembali dengan Kaori setelah sekian lama, jadi aku akan beristirahat di dalam kamarku. "

"Sungguh? Kamu tidak perlu berdiam diri. "

"Ya, terima kasih. "

Aku menghargai tawaran mereka untuk mengajakku berkeliling kota, tapi Kaori juga bertemu kembali dengan Ibunya. 

Akan bagus bagi keluarga untuk bersantai bersama. 

Saat aku memberi tahu ini, Kaya-san dan yang lainnya merasa puas untuk saat ini. 

"Baiklah, kalau begitu. Panggil aku kapan saja jika kamu membutuhkan sesuatu. "

"Kalau begitu, Yuuya-san, sampai jumpa lagi! "

Dan kemudian Kaori dan yang lainnya pergi dari kamar. 

Ketika aku melihat Kaori dan yang lainnya pergi, aku mengambil waktu sebentar untuk mengatur nafas. 

"Phew... Oh, benar, aku harus menghubungi Saara-san... "

Mengingat janjiku pada Saara-san, aku secepatnya mengaktifkan Transfer Magic dan kembali ke rumahku di Jepang. 

Lalu, merasakan keberadaanku, Saara-san datang mendekat. 

"Yuuya-san, aku sudah menunggumu. "

"Aki kembali untuk saat ini. Tapi... Apakah kamu yakin ingin ikut bersamaku? "

"Ya. Kupikir aku akan mencoba keahlian Yuuya-san dalam menemukan masalah.”

Entahlah, meskipun itu benar, itu tidak terlalu bagus…

" Um, kalau begitu bisakah kita pergi? "

"Ya! "

Jadi aku kembali ke rumah Kaori dan yang lainnya bersama Saara-san, menggunakan Transfer Magic sekali lagi. 

Saara-san, yang merasa bahwa kita telah menempuh perjalanan jauh dalam sekejap, tercengang kagum.



"Ini menakjubkan. Di zamanku, tidak ada teknologi untuk bergerak dalam jarak sejauh itu dalam sekejap tanpa menggunakan 'Star Power'. Dan disana sudah malam, tapi disini siang hari, kan? "

Ya, aku sadar bahwa saat aku pergi menjemput Saara-san, tapi meskipun di sini siang hari, di Jepang sudah malam.

Lexia-san dan yang lainnya sepertinya sudah tidur, tapi sepertinya Saara-san masih bangun, terutama aku datang dan menjemputnya. Aku bersyukur aku ingat melakukannya hari ini. 

Dan dengan perbedaan waktu sebesar itu, mustahil membawa Lexia-san dan yang lainnya. Jika mereka datang, mereka tidak akan punya waktu untuk tidur.

Ketika aku memikirkan hal ini, Saara-san melihat sekeliling kamar. 

"Hmm... Cukup berbeda dari rumah Yuuya-san. "

Faktanya, rumah Kaori adalah rumah bergaya Barat yang sangat modern, memberikan tampilan yang sangat canggih, sedangkan rumahku adalah rumah bergaya tradisional Jepang. 

Dan bukan hanya rumahnya yang berbeda.

Dalam perjalanan ke rumah Kaori, aku melihat sekeliling kota, dan nuansanya benar-benar berbeda dari Jepang. 

Namun, Saara-san, yang tidak pernah keluar jalan-jalan di Jepang, mungkin tidak akan mengerti. 

"Yah, aku membawamu ke sini seperti yang dijanjikan, tapi... Apa yang akan kamu lakukan sekarang? " 

Saat aku mengatakan ini, Saara-san tampak termenung. 

"Yah, sejak aku di sini, kupikir aku ingin melihat-lihat sekitar kota. "

"Begitu, ya. "

"Jadi aku ingin tahu jika kamu bersedia pergi bersamaku, Yuuya-san. "

“Eh?”

Saat aku bertanya balik padanya, Saara-san terlihat serius.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku mempunyai ekspetasi yang sangat tinggi tentang kecenderunganmu dalam terlibat dalam berbagai hal, Yuuya-san. "

"Bahkan jika kamu mengharapkan sesuatu seperti itu... "

"Jadi aku memikirkan kalau aku pergi keluar dengan Yuuya-san, aku mungkin akan berinteraksi dengan Dewa... Maukah kamu pergi keluar denganku dan melihat-lihat sekitar? "

"Y-yah, aku punya waktu sebelum malam tiba, jadi harusnya baik-baik saja... "

Ketika seseorang mengandalkan kecenderunganku untuk terlibat seperti ini, mau tak mau aku merasakan hal tertentu…

Pertama-tama, aku tidak ingin mengakui bahwa aku memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai hal. 

Tapi jika Dewa di Bumi benar-benar menyerang, aku mungkin akan pergi dan melihat apa yang terjadi. 

Bagaimanapun, karena Saara-san ingin melihat-lihat kota, aku putuskan untuk pergi bersamanya. 

Aku memberi tahu Kaya-san bahwa aku akan jalan-jalan berkeliling kota, dan dia menawarkan untuk berkeliling lagi. 

"Apa kamu yakin kamu tidak ingin aku menemanimu? "

"Ya, tidak apa. Karena kita sudah datang sejauh ini, tolong santai saja dengan Kaori. "

Yah, memang benar aku tidak memiliki banyak pengalaman di Luar Negeri, jadi aku tidak akan mengatakan aku sepenuhnya tanpa rasa takut, tapi aku tidak berencana membeli sesuatu, dan menurutku aku mungkin bisa mengatasi masalah yang mungkin kutemui, seperti pencopet, yang sering kudengar di Luar Negeri. 

Lagipula, aku memiliki Saara-san bersamaku kali ini. 

Aku dengan sopan menolak tawaran Kaya-san dan pergi menuju kota. 

Seperti yang telah diberitahukan kepadaku sebelumnya, Saara-san akan mengikutiku namun tetap tidak terlihat.

"Aneh... Aku seharusnya bisa menghilang sepenuhnya dengan ‘star power, ' tapi Yuuya-san masih bisa menemukanku... "

"Y-yah... Bagiku, 'Star Power' ini lebih misterius. "

Berkat berbagai macam kekuatan yang kumiliki, aku bisa merasakan kehadiran Saara-san meskipun aku tidak bisa melihatnya. 

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Aku tidak mempunyai rencana apapun, jadi aku akan mengikuti arah yang ingin kamu tuju, oke? "

"Kalau begitu tolong tunggu sebentar. "

Saara-san mengatakan ini dan menutup matanya perlahan. 

Dan setelah beberapa saat, cahaya biru mulai muncul dari tubuh Saara-san dan menyebar ke seluruh kota dalam sekejap. 

Penampakannya sama seperti saat Reimei-sama menyelidiki pergerakan Dewa. 

Sementara aku memikirkan ini, Saara-san membuka matanya. 

"... Sayangnya, aku tidak bisa merasakan kehadiran Dewa di sini. "

"Ah, jadi begitu. Itu tadi... "

"Seperti yang kamu bayangkan, aku menggunakan 'Star Power' untuk mendeteksi mereka. Tentu saja, itu tidak seakurat saat aku menggunakannya dulu karena kondisiku yang belum prima, namun... Jika itu kehadiran para Dewa yang aku lawan dengan susah payah di masa lalu, aku yakin tidak akan melewatkannya. Jadi bisa dikatakan aman karena tidak ada Dewa di sini saat ini. "

"Begitu, ya... "

Omong-omong, ketika Reimei-sama mencoba mendeteksi kehadiran para Dewa, dia berkata bahwa dia tidak bisa merasakan satupun dari mereka dimanapun di Dunia. 

Saara-san mengatakan bahwa dia tidak bisa membayangkan para Dewa menyembunyikan kekuatan mereka, tapi itu tidak akan mengejutkan jika pola pikir mereka berubah saat dia disegel. 

Jadi meskipun kalau Saara-san tidak bisa merasakan kehadiran para Dewa saat ini, masih ada kemungkinan mereka ada di sini. 

"Bagaimanapun, mari kita waspada.”

" Itu benar. Bahkan jika mereka tidak ada di sini, ada baiknya kalau mereka mendatangi kita. Jadi aku menantikan itu, Yuuya-san. "

"Aku menantikannya juga. "

Setelah kejadian itu, aku mulai mencari-cari di sekitar kota dengan Saara-san, yang telah menghilang. 

Jumlah orang yang ada di jalan sepertinya hampir sama dengan yang ada di Jepang, tempat aku tinggal, tapi apakah hanya imajinasiku saja yang merasa lebih bergaya hanya karena aku berada di Luar Negeri?

Lebih dari itu, meski aku mengetahuinya saat aku pergi ke Luar Negeri dengan Miu-san, aku lega melihat, berkat skill language comprehension (pemahaman bahasa), aku dapat mendengar suara-suarasuara-suara disekitarku dalam bahasa Jepang. 

Ngomong-ngomong, sepertinya Saara-san memiliki translation ability (kemampuan penerjemahan) khusus yang memungkinkan dia berkomunikasi dengan orang secara normal, dan dia bisa memahami percakapan dalam bahasa asing tanpa masalah. Apakah dia bisa memahami isi percakapan itu adalah masalah lain…

Kemudian, sambil melihat sekeliling kota, Saara-san berbicara. 

"Apa yang bisa kukatakan... Sepertinya peradaban Dunia telah cukup banyak berubah. Dan, seperti yang kuduga, ada banyak mobil yang benar-benar melaju di darat... Aku harap mereka bisa terbang. "

"Yah, masih ada cara lain untuk berkeliling di langit. "

"Tapi bukankah itu sesuatu yang tidak bisa dimiliki oleh perorangan, melainkan sebuah sistem transportasi umum? "

"Yah, itu... "

"Dan kendaraan roda dua yang terkadang kulihat…”

" Sebuah sepeda? "

"Itu benar. Mungkin sepeda adalah alat transportasi yang lebih nyaman dibandingkan mobil, namun pada zamanku, kami bepergian dengan menggunakan cakram terbang yang disebut “Cakram Terbang”.

" Sebuah UFO?! "

Aku terkejut karena nama itu bukan berasal dari mulut alien seperti Merl melainkan dari salah satu peradaban yang pernah ada di Bumi. 

Zaman dulu memang menakjubkan... 

Aku sedang berjalan, sambil memikirkan hal-hal ini, ketika... 

BOOM!

“Hmm?”

Aku mendengar ledakan keras. 

Aku secara naluriah melihat ke arah suara itu dan melihat asap membumbung dari jarak yang cukup dekat. 

"Apakah itu... "

"Mungkinkah serangan dari para Dewa?! "

“Eehh…?

Tapi tidak ada tanda-tanda Divine Soldiers... 

Menurutku itu mungkin semacam serangan teroris karena kita berada di Luar Negeri, tapi orang-orang di sekitar kami hanya terlihat terganggu sebentar dan tidak tampak terlalu kesal.

Lebih penting lagi, ledakan tersebut terlihat seperti ledakan yang cukup besar, namun tidak ada tanda-tanda keterlibatan polisi atau pemadam kebakaran.

Apa yang sebenarnya terjadi...? 

"Ayo kita lihat! "

“Huh? Ah, Saara-san!”

Kemudian Saara-san mengatakan itu dan mulai berlari ke arah ledakan tersebut. 

Aku berlari mengejar Saara-san, dan kami sampai di pinggiran kota.



Part 3

Di tempat tujuan kami. 

Tempat ini sepertinya tidak terlalu aman, mungkin karena jauh dari jalan utama. 

Namun, saat aku tiba di tempat aku mengikuti Saara-san, ada banyak orang yang berkumpul disekitarnya. 

"Apa itu? "

Dari apa yang kulihat, sepertinya tidak ada sesuatu yang berbahaya dalam kelompok itu.

Setelah mengamati grup itu untuk sejenak, mereka sepertinya sedang melihat gedung di depan mereka. 

Aku masuk ke dalam grup tersebut dan melihat ke gedung. 

"Apakah itu... Sebuah film atau sesuatu yang lain? "

Sepertinya mereka sedang merekam sesuatu, dan ada berbagai macam peralatan film yang berjejer di sana. 

Dan karena ada asap, aku pikir mungkin itu kebakaran, tapi sepertinya bahan peledak penyangga panggung, dan di sana tidak ada tanda-tanda gedung itu sendiri kebakaran. 

Apa yang mereka rekam? Drama? Atau film? 

Apa pun itu, ini sangat mencolok, tidak seperti di Jepang…

"Yuuya-san, apa ini? "

Sementara aku melihat kejadian yang tak biasa, Saara-san bertanya padaku. 

"Yah, aku pikir ini mungkin perekaman untuk film atau drama. "

"Film? Drama? "

Ah… begitu ya. Jadi ada UFO, tapi tidak ada TV atau film…

"Yah, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya... Apakah kamu tahu panggung drama? "

"Tentu saja. Pada zamanku, ada banyak macam grup teater yang mementaskan berbagai macam drama. "

"Semacam itu. Jika ada Perbedaan, itu tidak seperti sandiwara panggung, di mana penonton menonton pertunjukan secara langsung, drama dan film direkam dengan peralatan khusus sehingga orang dapat menontonnya di tempat yang berbeda.”

"Begitu ya... Jadi teater telah berkembang seperti itu, bagaimanapun sepertinya tidak ada hubungannya dengan para Dewa... "

Saara-san mengatakan ini dan kemudian dia menurunkan bahunya. 

Namun, mungkin karena hal itu tidak ada di zaman Saara-san, dia melihat pembuatan film dengan penuh minat. 

Aku juga senang dengan kesempatan yang langka ini. 

Yah, aku bahkan tidak punya TV di rumah, dan aku tidak tahu aktor manapun, bahkan film atau drama. 

Dengan pemikiran ini, aku melihat ke arah tempat syuting film. 

Sepertinya syuting film berlangsung di atap gedung di depanku, dan ketika aku melihat lebih dekat, aku melihat seorang wanita berdiri di dekat tepi atap. 

Aki ingin tahu adegan seperti apa itu. 

Bahkan jika itu sebuah akting, menurutku akan menakutkan berdiri di tempat semacam itu... 

Kelihatannya mereka sudah menyediakan sesuatu seperti matras untuk mencegah orang terjatuh, tapi menurutku itu tidak akan cukup untuk menyelamatkan mereka.

Ngomong-ngomong, ada asap yang keluar dari atap gedung di depanku dan dari papan tanda di dua bangunan di kiri-kanan.

Aku tidak tahu apapun tentang adegan hanya dengan menontonnya di sini, tapi dilihat dari banyaknya orang awam yang datang untuk menonton pembuatan film tersebut, sepertinya itu adalah karya yang cukup terkenal, atau mungkin ada aktor populer yang terlibat.

Saat aku melihat sekitar tempat syuting, aku bisa mendengar percakapan sutradara dan kru. 

"Bagaimana tes ledakan tadi? "

"Hmm... Itu sedikit lemah. Tidak bisakah kita menambahkan lebih banyak bubuk mesiu? "

"Kami menyisakan ruangan untuk kemampuan manuver... "

"Lalu tambahkan lebih banyak mesiu sebisamu. Ini adalah adegan penting dimana Heroine terpojok dan ada di situasi putus asa, semakin buruk lingkungannya. Semakin putus asa Heroine rasakan. "

"Dimengerti."

Begitu ya. Jadi begitulah bagaimana cerita berjalan. 

Dipikir-pikir lagi, saat aku berperan sebagai model dengan Miu-san, staf mengalami pembicaraan yang sulit. 

Saat aku melihat sekeliling pada syuting film yang terjadi di depanku dan mengingat kembali waktuku sebagai model, syuting film sebenarnya dimulai. 

Susah untuk melihat dengan jelas dari sini, tapi sepertinya adegan aksinya cukup intens, dan untuk beberapa waktu ini, suara sesuatu yang meledak dan suara tembakan terus bergema.

"Aku bisa mendengar suara yang sangat keras. Apakah semuanya baik-baik saja? "

"Itu semua bagian dari pertunjukan, jadi kupikir itu akan baik-baik saja. "

"Jadi begitu... Tapi tetap saja, sungguh menakjubkan bahwa mereka menggunakan bahan peledak sungguhan di panggung akhir-akhir ini.”

Tiba-tiba aku punya pertanyaan untuk Saara-san, yang sepertinya sedikit terkesan. 

"Pertunjukan panggung seperti apa yang ada di zamanmu, Saara-san? Jika ada kekuatan spesial seperti yang kamu miliki, sepertinya kamu bisa melakukan sesuatu yang mirip dengan produksi semacam itu... "

"Kekuatanku dimaksudkan untuk digunakan melawan para Dewa, jadi tidak ada waktu untuk hal seperti menggunakannya di atas panggung. Dan sekarang aku memikirkan itu, tidak ada banyak hiburan selama perang melawan para Dewa. "

"Ah... Aku minta maaf. "

Dalam menanggapi kata-kataku yang tidak sensitif, Saara-san tersenyum sedih. 

Lalu, syuting filmnya sepertinya telah selesai untuk sementara waktu, dan mereka beristirahat. 

"Oke, sebelum adegan terakhir, uji lagi bubuk mesiunya. "

"Dimengerti."

Aku mendengar percakapan antara orang yang terlihat seperti sutradara dan kru film. 

Begitu ya, jadi adegan selanjutnya adalah adegan terakhir. Sepertinya cukup mencolok, tapi aku bertanya-tanya seberapa mencolok mereka akan membuat adegan terakhirnya. 

Saat aku memikirkan itu, aku melihat seorang wanita berdiri di tepi atap gedung, sama seperti yang aku melihat dia sebelumnya. 

Wanita itu melihat ke bawah dari atap dan melambai kepada kami, para penonton.

Dari apa yang kudengar dari anggota staf tadi, dia mungkin memainkan peran yang penting dalam adegan selanjutnya.

Tapi yang terpenting... 

"Kyaaa! Dia melambai ke arah kita! "

"Olivia sangat cantik saat kamu melihatnya secara langsung!”

"Film ini pasti akan menjadi sukses besar.”

Ada banyak sorakan dari para penonton disekitarku untuk wanita yang ada di atap. 

Begitu ya... Dia orang yang sangat terkenal...

Sayangnya, aku belum pernah menonton film atau drama, jadi aku tidak tahu siapa wanita yang ada di atap itu. 

Tapi saat aku melihat wanita itu melambai dari tepi atap, aku tidak bisa apa-apa selain merasa gugup, tapi... Yah, aku yakin dia akan berhati-hati dan segalanya akan baik-baik saja. 

Saat itulah yang kupikirkan. 

Tiba-tiba, ledakan yang sangat keras yang pernah kudengar. 

Apakah itu uji bubuk mesiu yang dibicarakan oleh sutradara? 

Aku terkejut dengan suaranya, yang ternyata lebih keras dari yang ku kira──.

“Ah!”

"Apa?! "

Yang mengejutkanku, aktris itu sangat kaget dengan suara ledakan itu sehingga dia terpeleset dan jatuh dari atap gedung! 

Kru film yang melihat ini bergegas memindahkan matras, tapi sepertinya mereka tidak akan tepat waktu. 

“Kuh!”

Aku melompat keluar dari kerumunan penonton dan berlari ke sisi gedung, dan memeluknya di udara. 

“Eh?!”

“Fuhh!”

Aku mendarat dengan lembut, berhati-hati untuk meminimalisir dampaknya meskipun wajah wanita itu terkejut. 

Para penonton dan kru film sedang melihatku. 

Namun masalah tidak berhenti disitu. 

"A-awas! "

Yang mengejutkanku, papan tanda dari gedung sebelah ambruk ke arah kami, mungkin akibat dari ledakan yang sebelumnya! 

Aku menilai kami akan bertabrakan jika aku tidak melakukan sesuatu, jadi aku menendang papan nama itu menjauh dari kami, melindunginya dengan punggungku.

Papan nama itu kemudian memantul dengan kekuatan besar dan jatuh ke tanah di area kosong. 

Setelah mengkonfirmasi kalau itu tidak terlihat berbahaya, aku mengambil nafas dalam-dalam. 

"Phew... Apa kamu baik-baik saja? "

“Ah, yeah…”

“WOOOOOOAAHHHHHH!!!”

“!?”

Hal selanjutnya yang kutahu, aku mendengar sorakan keras dari sekelilingku. 

Terkejut dengan kerasnya sorakan, semua orang mulai mengobrol dengan penuh semangat.

"Hei, apakah kamu melihatnya?! "

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi, kupikir seorang pria muda tiba-tiba muncul, tapi kemudian dia menangkap Olivia di udara dan mendarat tanpa goresan! "

"Selain itu, dia menendang papan iklan besar yang jatuh!"

"Itu bukan aksi manusia! Mungkinkah ini semua bagian dari pembuatan film? "

"Tapi pria muda itu, aku belum pernah melihat dia sebelumnya... Apakah dia seorang aktor Asia? "

"Dia sangat hot! "

"Apakah kamu mendapatkan fotonya? "

"Aku dapat! Ayo unggah ke sosial media! "

“U-um…”

“U-uh..”

"Eh? A-aku minta maaf! "

Di tengah tekanan dari orang-orang di sekitarku, aku kembali sadar saat mendengar suara wanita di pelukanku dan menurunkannya. 

Wanita itu melihatku dengan bingung. 

"Apa itu tadi...? Bagaimana kamu bisa... "

"Oh, tidak, itu... "

Saat aku menyadari bahwa wanita yang ada di depanku dalam bahaya, aku langsung bertindak tanpa memikirkan bagaimana menjelaskannya setelah itu. 

Aku berusaha mati-matian untuk berpikir, tapi aku tidak bisa menemukan jawaban yang bagus. 

Oh, kalau Merl ada disini dalam situasi ini...! 

Untuk sesaat, aku ingin memeriksa jika Saara-san mempunyai kemampuan yang sama untuk memanipulasi ingatan sama seperti Merl, tapi karena Star Power miliknya belum dalam kondisi terbaiknya, bahkan jika dia bisa melakukannya, itu akan sulit saat ini. 

Dalam keadaan tak berdaya, aku melihat wanita didepanku seolah melarikan diri dari kenyataan.

Dia memiliki rambut coklat bergelombang sampai ke bahunya dan mata coklat tua juga.

Dia tinggi, seperti seorang model, dan aku merasakan aura yang hanya dimiliki oleh selebriti, yang tentu saja membuatmu ingin melihatnya. 

Saat aku terus melarikan diri dari kenyataan dengan cara ini, seorang pria yang kelihatan seperti sutradara berlari ke arahku dengan panik. 

"Olivia, apakah kamu tidak apa-apa?! "

"Oh, Sutradara... Aku bisa selamat berkat orang ini. "

Saat wanita bernama Olivia mengatakan ini, sutradara melihat ke arahku.

"Oh aku melihatnya, saat Olivia terpeleset, kukira  semuanya sudah berakhir, tapi aku tak pernah menduga dia akan diselamatkan! Siapa kamu sebenernya? Apakah kamu pahlawan sungguhan yang sama seperti di film dan drama? "

"Tidak, bukan itu... "

Tidak, itu sudah pasti! Tidak hanya menyelamatkannya agar tidak jatuh dari atap gedung, tapi kamu menendang papan iklan yang akan jatuh menimpanya! Apa lagi yang bisa kamu sebut orang semacam itu selain pahlawan? "

Sutradara datang menghampiriku, terlihat sangat bersemangat. 

O-oh, tidak... Tidak ada jalan agar aku bisa keluar dari situasi ini...! 

Ditengah semua ini, kata-kata yang keluar dari mulutku adalah... 

"Y-yah... Aku memiliki beberapa pengalaman dalam Martial Arts…”

Itu aneh! 

Faktanya, Olivia nampak terdiam saat dia mendengar jawabanku. 

Saat aku berkeringat dingin, mata sutradara berbinar.

 “Martial arts! Begitu ya, dari apa yang kulihat, kamu sepertinya orang Asia... Yah, Dunia ini adalah tempat yang besar! "

Apa dia yakin? 

Sutradara sepertinya puas dengan jawabanku, yang aneh tidak peduli bagaimana kamu melihatnya. 

Tapi jika aku berdiam disini terlalu lama, aku akan terlibat dalam banyak masalah. 

Bahkan sekarang, aku sedang direkam oleh penonton yang berkumpul, dengan kamera smartphone yang diarahkan padaku. 

Jika ini menjadi semakin serius, itu akan menjadi masalah bagi keseharianku sebagai Murid pertukaran! 

"U-um... Pokoknya, aku senang kamu baik-baik saja! Sampai jumpa! "

“Eh?!”

"Hei, tunggu, kamu harus ada di filmkuuuuuu! "

Sutradara itu meneriakkan sesuatu dibelakangku, tapi aku memutuskan untuk meninggalkan tempat kejadian sekarang dan segera pergi. 


***


Pada saat Yuuya tertangkap di tengah-tengah sedang syuting film.

Kaya menikmati waktu yang langka bersama kedua putrinya, Kaori dan Kasumi.

"Tapi tetap saja... Joshua-sama padamu itu. "

Ketika Kaya bertanya pada Kaori tentang keadaan Studi di Luar Negeri kali ini, Kaori menghela nafas dengan ekspresi bingung di wajahnya. 

"Topik Studimu di Luar Negeri muncul tiba-tiba, dan tidak normal jika ada pesta untuk menyambutmu yang hanya Murid pertukaran.”

" Aku tahu... "

"Maksudku, Joshua-sama terlalu memaksa, aku tidak pernah berpikir dia akan menjadi seperti itu. "

Kasumi juga mengingat Joshua dan menyebut dia.

"Aku bertanya-tanya kenapa Kaori yang dipilih oleh Joshua-sama? "

“Yah… aku juga tidak begitu tahu. Aku hanya bertemu Joshua-sama di sebuah pesta di sekolah Kasumi... "

"Itu benar, meskipun di pesta itu, kita tidak punya waktu untuk menyapa Joshua-sama. "

"Ya. Aku ingin tahu bagaimana itu bisa terjadi... "

"Jadi begitu... Apakah ini keinginan Keluarga Kerajaan? Tapi Kaori menolaknya, kan? "

"Ya, aku benar-benar menolaknya. "

"Apapun alasannya, itu sungguh menjengkelkan. "

“Hahaha…”

Ucapan Kaya membuat Kaori tersenyum aneh. 

Lalu Kaya menyadari sesuatu. 

"Ngomong-ngomong, kenapa Yuuya-kun akhirnya ikut bersamamu? Dilihat dari cara Joshua-sama bertindak, sepertinya hanya kamu satu-satunya yang ingin dia undang sebagai Murid pertukaran, kan?”

"Yah, seperti yang dikatakan Ibu, awalnya hanya aku saja yang akan pergi, tapi aku akan merasa kesepian jika hanya aku sendiri, jadi Ayah berunding dengan Joshua-sama dan kami bisa mendapatkan izin untuk murid lain untuk datang juga. Jadi aku bertanya pada Yuuya-san, yang telah berkontribusi banyak pada Sekolah akhir-akhir ini... "

“Heh, Yuuya-niichan!”

Kaya terkejut tapi setuju dengan perkataan Kaori. 

"Tentu... Di umur segitu, akan terasa meresahkan untuk pergi Studi Luar Negeri, tapi dia hanya berjalan-jalan tanpa rasa takut tertentu. Aku terkejut mengetahuinya. "

"Oh, Yuuya-niichan benar-benar pergi sendirian?! "

Kasumi berasumsi bahwa Yuuya sedang bersantai di kamarnya, jadi saat dia mendengar cerita Ibunya Kaya, dia terkejut. 

"Ya. Oleh sebab itu aku tidak terlalu terkejut mendengar dia berprestasi di Sekolah. "

"Itu benar... Tapi aku merasa lebih nyaman ketika aku bersama dengan Yuuya-san dibandingkan apapun. "

Saat Kaori tiba-tiba melihat dia dengan ekspresi damai di wajahnya, Kaya melihat dia dengan ekspresi kaget. 

"Nyaman? "

"Oh, aku paham! Itu sangat menyenangkan bersama Yuuya-niichan! "

Kemudian Kaya bahkan terkejut saat Kasumi setuju dengannya. 

"Dipikir-pikir lagi, Kasumi tampaknya sudah dekat dengan Yuuya sedari awal, tapi apakah kamu bertemu dengannya di suatu tempat sebelumnya? "

"Ya! Yuuya-niichan adalah orang yang menolongki saat aku diculik di pesawat sebelumnya! "

“Eehh?!”

Kaya terkejut dengan komentar tak terduga Kasumi.

"Bu-bukankah itu cerita yang kamu beritahukan kepadaku tentang wanita dan pemuda misterius itu? Apakah kamu mengatakan bahwa indentitas sesungguhnya dari orang itu adalah Yuuya-kun? "

"Itu benar! "

"Hei, Kaori? Apakah Yuuya-kun benar-benar seluar biasa itu? "

“Uh-huh…”

Kaori, yang mengetahui tentang Dunia Lain, sepenuhnya paham bahwa Yuuya-kun adalah orang yang luar biasa, tapi dia tidak bisa menjelaskannya kepada mereka berdua.

"Kasumi, bukannya Yuuya-san mengatakan bahwa kamu salah orang? ".

" Ya, tapi aku yakin begitu aku melihat Yuuya-niichan, aku tidak akan pernah melupakannya! "

"Yah… meski kita mengabaikan keadaan saat itu, Yuuya-kun memiliki penampilan yang khas, jadi menurutku tidak mungkin kita salah mengira dia sebagai orang lain.”

"T-tapi aku bertemu Yuuya-san di Jepang saat Kasumi diculik! Mustahil bagi Yuuya-san muncul di pesawat yang terbang melintasi langit. "

"Yah, saat kamu mengatakannya seperti itu, kurasa kamu benar... "

Wajah Kasumi menunjukkan bahwa dia agak tidak yakin.

Namun, Kasumi tidak bisa menyangkal perkataan Kaori. 

Lalu Kaya kelihatan memikirkan sesuatu dan berbicara dengan tersenyum. 

"Ngomong-ngomong, Kaori. "

"Ya? "

"── sudah sejauh mana hubunganmu dengan Yuuya-kun? "

"I-Ibu!? "

Kaori tercengang dengan pertanyaan tak terduga dari Ibunya. 

Kemudian Kasumi mencondongkan tubuhnya ke depan, terlihat sangat tertarik.

"Eh, apa? Apakah kamu dan Yuuya-niichan berpacaran? "

“Huh?”

"Dipikir-pikir lagi, kamu dan Yuuya-kun selalu dekat! Jadi kapan kalian mulai berpacaran? "

"! Kami masih belum berpacaran! "

Saat Kaori menjawabnya dengan bingung, Kaya memberi tatapan penuh arti. 

"Hmm... 'Masih belum, 'huh? "

“Ah!”

Kaori secara spontan menutup mulutnya, tapi wajahnya secara bertahap memerah. 

"Tapi dari kelihatannya, aku bisa katakan kamu menyukai dia, kan? "

"U-um, itu... "

Kaori panik saat Ibunya Kaya terus menekannya. 

Bahkan tanpa mengatakannya pun, itulah jawabannya. 

Saat Kasumi melihat reaksi kakaknya, dia kelihatannya sangat tersentuh. 

"Jadi begitu... Nee-chan... Tapi tentu saja, Yuuya-niichan itu keren... "

"Ara, Kasumi? Sepertinya Yuuya-kun dan Kaori belum berpacaran, jadi mungkin kamu punya peluang? "

"Eh, sungguh?! "

"I-Ibu!? "

Kaori kaget mendengar kata-kata dukungan tak terduga untuk Kasumi. 

"Bukankah itu bagus? Dari sudut pandangku, pada akhirnya tidak masalah dengan siapa kalian berpacaran.”

" Itu benar, tapi! "

Kasumi menatap Kaori dengan nada memohon, yang sedang berteriak.

"Nee-chan! Kumohon berikan Yuuya-niichan kepadaku! "

"Apa... Itu tidak boleh! "

"Eehh! Bukankah itu tidak apa? Berikan Yuuya-niichan padaku! "

"Ti-tidak mungkin! Aku tidak akan memberikan Yuuya-san padamu! "

Kaori menunjukkan tekadnya untuk menolak memberikannya kepada Kasumi.

Namun, Kasumi terus memohon, menolak untuk menyerah. 

Melihat mereka berdua, Kaya tersenyum dengan lembut.


Previous Chapter | Next Chapter

0

Post a Comment



close