Penerjemah: Nobu
Proofreader: Nobu
Epilogue
Duri yang Tertinggal di Hatimu
♡♡♡
PoV
Enomoto Rion
Sepulang Sekolah
Setelah sejenak mengunjungi klub alat musik tiup, aku beranjak menuju ruang sains. Gara-gara janji aneh yang dibuat Shii-kun, aku harus bersama Yuu-kun selama pembuatan aksesori.
(Kenapa sih, Hii-chan dari dulu selalu begitu...)
Apakah jalan-jalan bersama di festival budaya itu begitu penting?
Memang aku paham itu salah satu bagian dari membuat kenangan berharga, tapi apakah itu yang terpenting?
(Yah, mungkin kalau enggak sekeras kepala itu, dia enggak akan bisa bergaul dengan Yuu-kun...)
Aku sudah menyerah, jadi tak peduli lagi.
Membuat aksesori juga merepotkan. Kenapa Shii-kun begitu keras kepala pada hal-hal aneh seperti itu? Seharusnya dia membiarkanku saja.
Dia tidak perlu memikirkan "hutang" saat SMP...
Sambil memikirkan hal-hal itu, aku membuka pintu ruang sains.
"Halo."
...Eh?
Tidak ada balasan. Tidak ada siapa-siapa... Tapi kuncinya, terbuka, kan?
Saat aku mengintip ke dalam ruangan, hanya ada Yuu-kun. Dia membelakangiku, diam-diam menulis sesuatu.
Mengabaikan... Tidak, ini kebiasaan buruknya.
Aku mendekat perlahan, mengintip tangannya dari balik bahu Yu-kun.
Dengan wajah serius, Yuu-kun menggerakkan pensil mekaniknya di buku catatan. Sambil mengetuk-ngetukkan kalkulator di ponselnya dengan tangan kiri, dia menghitung sesuatu.
Di buku catatan itu, tertera perkiraan laporan laba rugi penjualan aksesori.
...Begitu. Ini yang disebut proposal penjualan yang diminta Sasaki-sensei.
Biaya bahan untuk bunga dan aksesori. Menguranginya, lalu menekan harga satuan aksesori hingga di bawah 500 yen.
Aku menghela napas, merasa kagum.
Ini memang sulit. Biaya bahan untuk komponen lain bisa ditekan, tapi bagian bunga yang paling penting justru sulit dipangkas.
Biaya bahan bunga berbanding lurus dengan kualitas akhir aksesori. Yuu-kun, yang mengutamakan kualitas, tidak bisa memangkas bagian ini, jadi dia harus memaksakan diri di bagian lain.
Tapi, ada batasnya.
Jelas tidak mungkin memotong harga sebanyak ini hanya dengan sedikit manipulasi. Berulang kali, dia memangkas dan menghitung ulang bagian yang sama, lalu memangkas dan menghitung ulang lagi.
(...Seharusnya dia bisa mengira-ngira saja dan mengakalinya.)
Penjualan, pada akhirnya, tidak akan diketahui hasilnya sampai dibuka.
Dia bisa saja membuat perkiraan optimistis, lalu pada hari-H bilang, "Tidak bisa!" Dia memang orang yang tidak bisa melakukan hal semacam itu, ya... terutama soal aksesori.
Ketika aku tanpa sadar menatapnya dengan serius, Yuu-kun menghentikan gerakannya.
"Aduh! Memang enggak bisa!"
"...!?"
Aku terlonjak kaget dan tersentak ke belakang saat dia tiba-tiba memegangi kepala dan berteriak.
Saking kuatnya momentum yang aneh itu, dalam sekejap mata aku sudah terduduk di sana!
"Eh!? Enomoto-san, kamu enggak apa-apa!?"
"...Enggak apa-apa, kok."
Pantatku sakit.
Yuu-kun dengan panik mengulurkan tangan membantuku bangkit. Aku membersihkan debu di rokku sambil menatap Yuu-kun dengan tatapan tajam.
"...Kamu membuatku terkejut, tahu."
"M-maaf. Aku enggak menyangka Enomoto-san ada di sini..."
Sambil tertawa canggung, Yuu-kun menawarkan kursi kepadaku.
Aku tanpa sadar langsung duduk di sampingnya karena gerakannya yang begitu alami. Setelah duduk, aku baru menyadari, "Ah, mungkin enggak nyaman di sini," tapi aku enggan berpindah tempat duduk lagi karena terlihat seperti terlalu memikirkannya.
"Berapa banyak biaya bahan yang bisa ditekan?"
"Ah, kamu dengar dari Himari?"
"Ya."
Yuu-kun menunjukkan buku catatannya kepadaku.
Menurut itu... Hmm. Memang tidak memuaskan. Untuk menekan biaya bahan, jumlah produksi aksesori harus dikurangi. Tapi jika jumlah produksi dikurangi, biaya bahan tidak bisa tertutupi. Ini lingkaran setan yang buruk.
"Aksesori lainnya, aku bisa menekan harganya di bawah 500 yen dengan menyederhanakan komponen atau mengubah prosesnya... tapi bunga Gekka Bijin itu memang enggak bisa ditekan biayanya."
Bunga Gekka Bijin langka. Itu berarti harganya lebih mahal daripada aksesori bunga lainnya.
Aku menghela napas.
"Sejak awal, itu milikmu, jadi biaya bahannya nol, kan? Kenapa enggak dihitung dengan biaya bahan nol aja?"
"Mana bisa begitu. Araki-sensei sudah merawatnya, jadi aku harus menyiapkan imbalan untuk itu."
"Serius amat."
"Memang serius."
Kami saling pandang, lalu tanpa sadar tertawa.
"Hei, Yuu-kun."
"Ada apa?"
"Bukankah enggak harus Gekka Bijin lagi?"
"Eh..."
Aku menunjuk ke buku catatan sambil berkata,
"Kalau bunga lain, biayanya bisa terkendali, kan? Kalau begitu, tinggalkan saja Gekka Bijin. Jadikan bunga lain sebagai pemeran utamanya. Kalau kamu khawatir dengan 'tiga syarat' Shii-kun, aku yang akan bicara padanya."
"..."
Yuu-kun terdiam.
Dia pasti sudah mempertimbangkan hal itu sebagai salah satu pilihan. Setelah merenung sejenak, dia menggelengkan kepalanya perlahan.
"Enggak, aku akan tetap memakai Gekka Bijin."
"Kenapa? Memang cantik, tapi bukan bunga yang sepenting itu..."
"Bukan begitu. Itu bunga yang penting."
Yuu-kun entah kenapa menegaskan.
Sambil menatap tajam proposal penjualan... padahal dengan begitu biaya bahan tidak akan otomatis turun, tapi dia tetap saja keras kepala memikirkannya dari awal lagi.
"Kamu bilang stok Gekka Bijin itu kamu dapat dari Araki-sensei, kan?"
"Ya."
Yuu-kun menatap ke kejauhan.
Dia pasti sedang mengenang masa lalu. Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, baginya itu pasti kenangan yang begitu jelas dan tak lekang oleh waktu.
Bagi orang ini, yang terpenting adalah hal semacam itu. Sebuah peristiwa yang terjadi di dunianya sendiri, yang tak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Mengintip ke dalamnya... pasti takkan bisa dilakukan oleh siapa pun.
"Itu cinta pada pandangan pertama. Waktu itu dia masih tunas kecil, tapi rasanya begitu kuat, penuh vitalitas. Aku tak meragukan sedikit pun bahwa dia akan mekar menjadi bunga yang indah. Bahkan sebelum ada kuncup bunga, aku setiap malam pergi ke rumah sensei, melihatnya terus-menerus, bertanya-tanya kapan, kapan akan mekar... Dan pada hari itu di SMP, dia mekar hanya satu kuntum."
Mengingat momen itu, ekspresi Yuu-kun menjadi sayu. Seperti seorang anak laki-laki yang bermimpi, atau seorang gadis yang memikirkan orang yang disukainya.
Lalu, sambil tersenyum padaku, dia melanjutkan,
"Gekka Bijin itu sangat indah, lho. Kelopak bunganya yang perlahan terbuka, seperti pemandangan seorang balerina cantik menari di malam bulan. Aku ingin menciptakan kembali keindahan itu dengan tanganku sendiri, makanya aku membuat gelang itu."
Yuu-kun terus bercerita seolah diliputi demam.
Sebaliknya, perasaanku menjadi dingin.
(Lagi-lagi.)
Sama seperti saat di Tokyo.
Mata itu tidak menatapku.
Hanya menatap ke depan, ke ujung mimpinya, seolah meninggalkan yang lain... Aku takkan lagi terpedaya oleh dorongan yang terlalu lurus ke depan itu.
Sungguh, aku memang tidak peduli sama sekali.
—Begitu pikirku.
"Lebih dari segalanya, kalau bukan karena bunga ini, aku enggak akan bisa membuat aksesori bersama Enomoto-san seperti ini. Bagiku, ini bunga yang sangat penting. ...Karena itu, aku ingin menjadikan Gekka Bijin sebagai bintang utamanya."
Yuu-kun berkata demikian.
Rasanya dia tidak sengaja mengatakannya. Seperti, entah kenapa, dia keceplosan saja.
"..."
Saat aku terheran-heran, Yuu-kun menyadari perkataannya. Wajahnya tiba-tiba memerah, lalu ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
"....Ah, enggak, itu, entah bagaimana..."
Aku terkekeh melihat Yuu-kun yang tergagap mencari alasan.
"Rayuan gombal alami seperti itu enggak mempan, ya."
"Enomoto-san!? Bukan begitu maksudku!"
Yuu-kun buru-buru membalikkan badannya menghadap buku catatan, sambil mengibas-ngibaskan kerahnya.
"B-bagaimanapun juga, aku harus mencari cara agar bunga Gekka Bijin bisa di bawah 500 yen..."
"Bisa, kok."
Mendengar perkataanku, Yu-kun menoleh dengan ekspresi "Eh?".
Ekspresinya terlihat ragu, seperti "Serius?" atau "Bohong, kan?". Aku menghela napas pasrah dan menunjuk ke satu titik di buku catatan.
'Kerugian produk cacat yang timbul selama proses produksi.'
Maksudku, di kolom produk cacat yang pasti muncul selama proses produksi bunga. Bunga yang bentuknya buruk dan tidak bisa digunakan untuk aksesori, jadi tidak bisa dijual sebagai produk.
"Dengan ini, harganya bisa di bawah 500 yen, kok."
"...Maksudnya?"
Aku menjawab pertanyaan Yuu-kun dengan singkat.
"Kamu tahu apa itu assortment?"
"Uhm... kalau di makanan ringan, itu kan, yang isinya berbagai macam jenis makanan ringan?"
"Ya. Itu diperlakukan seperti kotak hemat, tapi menurutmu kenapa harganya bisa ditekan?"
"K-kenapa ya? Mungkin karena bisa menjual banyak sekaligus?"
"Setengah benar."
Aku kemudian menggambar ilustrasi cara kerjanya di buku catatan, mengatakan, "Setengahnya lagi adalah..."
"Itu adalah sistem di mana dengan mencampur lebih banyak produk berharga murah, harga keseluruhan bisa ditekan, kan? Mari kita terapkan itu pada aksesori milik Yuu-kun juga."
"Aku mengerti keuntungan penjualan dalam bentuk set, tapi... Aksesori lain saja biaya bahannya sudah mepet, masih bisakah itu mengkompensasi biaya bahan Gekka Bijin?"
"Makanya, untuk set, kita gunakan ini."
Aku menunjuk kembali ke kolom 'Kerugian Produk Cacat'.
"Bunga-bunga yang enggak bisa dipakai karena rontok atau rusak selama proses produksi ini, akan kita olah menjadi aksesori untuk paket set."
"...!"
Yu-kun memahami apa yang ingin kusampaikan.
Seperti toko kue yang mengemas sisa potongan sponge cake dan menjualnya.
Seperti toko roti yang melapisi remah pinggiran roti dengan gula lalu menjualnya sebagai rusk.
Kami akan mengumpulkan kelopak bunga yang rontok, lalu mengeringkannya dengan resin, membuat aksesori dengan biaya bahan bunga yang hampir nol rupiah.
"Lalu, bunga-bunga itu dan aksesori Gekka Bijin dijual dalam satu set, empat buah seharga 2.000 yen. Kalau begitu, harga satuan masing-masing kan di bawah 500 yen?"
Jika strategi penjualan assortment ini diterapkan—ini akan mengimbangi biaya bahan Gekka Bijin yang besar.
"Enomoto-san, kamu hebat sekali!"
Yuu-kun dengan gembira menggenggam tanganku.
Aku terkejut dan buru-buru memalingkan pandangan.
"E-enggak hebat. Biasa aja, kok..."
"Enggak, kamu hebat! Aku hanya berpikir untuk mengurangi biaya bahan... Ini seperti menciptakan nilai positif dari sesuatu yang tadinya negatif, intinya, memang luar biasa!"
Yuu-kun menemukan jalan keluar dan segera kembali menghitung ulang.
Mata itu sudah tidak menatapku lagi, Yuu-kun kembali pada dirinya yang mengejar mimpi.
Sambil menatap profil wajahnya—dan matanya yang berbinar-binar—aku teringat kata-kata tadi.
'Kalau bukan karena bunga ini, aku enggak akan bisa membuat aksesori bersama Enomoto-san seperti ini. Bagiku, ini bunga yang sangat penting.'
...
...Wajahku terasa panas.
Aku menutupi wajahku yang memerah dengan kedua tangan, lalu menggumam pelan.
"...Kalau kamu bicara begitu, aku benar-benar jadi bingung."
Padahal aku hanya yang kedua.
Padahal yang pertama itu pasti aksesori.
Padahal dia selalu membuatku terbawa perasaan dengan kata-kata manis, lalu pada akhirnya mengkhianati.
...Meskipun begitu, dia terus saja mencoba memberiku mimpi, itu sungguh tidak adil.
Kata Penutup
Afterword
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Pekerjaan dan saya, mana yang lebih penting?
…Jujur, itu pertanyaan yang lumayan curang, ya. Kalau bisa diurutkan sih masih mending, tapi keduanya sama-sama penting, kan? …Begitu, berarti solusi satu-satunya memang penghasilan pasif. Kalau kita terbebas dari kerja, orang-orang bisa bahagia. Royalti adalah jawaban terbaik dan satu-satunya.
Ayo, semuanya jadi penulis light novel! Batas waktu pengiriman untuk penghargaan Dengeki Bunko adalah April, jadi kalau mulai menulis sekarang, pas banget!
Bukan, saya tidak dibayar, kok.
Saya Nanana. Tidak sengaja menulis hal yang terlintas di pikiran, malah jadi seperti promosi, ya….
Nah, dengan demikian! Jilid kelima yang dengan mantap menyusun fondasi menuju yuri end antara Himari dan Rion, bagaimana pendapat kalian semua?
Sayangnya, kali ini perubahan arah subjudul tidak berhasil, ya. Untuk selanjutnya, saya akan berusaha agar bisa memenuhi harapan kalian…. Eh? Candaan semacam itu sudah cukup? …Betul juga. Nanana juga berpikir begitu.
Baiklah, ini pratinjau untuk jilid selanjutnya. Remaja-remaja yang silau akan impian ideal hingga lupa pijakan. Tombol yang kembali salah terkancing. Bunga-bunga yang mekar indah. Emosi yang menjerit. Siapa yang akan tertawa di akhir? Apakah oleh-oleh dari Saku-neesan akan terkirim dengan selamat? Bagaimana dengan penampilan Hibari-san?
Dan yang terpenting, apakah festival budaya benar-benar akan dimulai!? Nantikan!
Ucapan Terima Kasih
Kepada Parum-sensei sang ilustrator, para editor yang terhormat K-sama dan I-sama, seluruh staf yang terlibat dalam produksi, serta semua pihak yang membantu dalam penjualan, terima kasih banyak atas dukungan kalian untuk jilid kali ini. Dan saya benar-benar minta maaf. Karena editor saya telah memberikan sebuah strategi rahasia… sebuah strategi rahasia untuk bisa menaati tenggat waktu, saya yakin mulai jilid berikutnya saya hanya akan mengucapkan terima kasih saja. Saya akan berusaha keras….
Kepada para pembaca sekalian, terima kasih banyak atas dukungan kalian untuk jilid kali ini. Seharusnya masih banyak lagi hal yang perlu saya sampaikan, namun karena keterbatasan halaman, saya cukupkan sampai di sini.
Dengan demikian, saya berharap dapat bertemu dengan kalian lagi suatu hari nanti.
Juli 2022, Nanana Nana
Post a Comment