Penerjemah: Eina
Proffreader: Eina
Interlude 2: Pesta Takoyaki Pertama
Kurasa ini bukan hanya aku saja yang merasa seperti ini, tapi acara perayaan itu, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, selalu membuat orang jadi bersemangat bukan?
Seperti Natal, atau Tahun Baru...
Dan jika itu adalah hari ulang tahun, semangatku jadi lebih besar lagi daripada saat Natal. Tentu saja aku senang saat diriku yang dirayakan, tapi aku juga sangat suka merayakan ulang tahun orang lain.
Terlebih lagi jika itu adalah orang yang sangat kusayangi... pacarku sendiri, perasaan itu jadi semakin besar.
Apa dia akan tersenyum saat aku mengucapkan selamat ya, atau apa dia akan senang dengan hadiahnya ya... atau apa dia akan bilang masakanku enak ya.
Dalam hal seperti ini, perasaan adalah yang terpenting bukan. Baik ucapan, hadiah, maupun masakan, semuanya sama saja dalam artian kita memberikannya untuk seseorang.
Barang semahal apapun, jika tidak ada perasaan di dalamnya, tidak akan terasa membahagiakan. Hadiah yang tulus dari hati. Itulah yang paling penting.
Terutama bagiku... ini adalah pertama kalinya aku memberikan hadiah ulang tahun untuk seorang laki-laki.
Ah, ayahku tidak termasuk tahu. Maksudku laki-laki di luar keluarga.
Ini adalah hadiah ulang tahun pertama dariku, karena itu aku memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Berbagai macam hal, aku berusaha keras untuk memikirkannya. Aku bahkan sempat bertanya pada Hatsumi dan yang lainnya apa ideku bagus atau tidak...
Semoga Youshin menyukainya.
Hari ini adalah hari kencan untuk merayakan ulang tahun pacarku... Youshin, yang baru saja berulang tahun.
"Youshin, sekali lagi, selamat ulang tahun."
"Un, terima kasih."
Hari ulang tahunnya memang jatuh pada hari kerja sama seperti sebelumnya, tapi sebagai perayaan ulang, aku mengucapkan selamat sambil bertepuk tangan, dan Youshin tersenyum malu-malu.
Saat ini kami sedang berada di rumahnya, lebih tepatnya di kamarnya... dengan kata lain, ini adalah kencan di rumah.
"Youshin, apa benar tidak apa-apa hari ini kita hanya kencan di rumah?"
Saat ulang tahunku, dia sudah mengajakku pergi ke berbagai tempat, jadi aku berpikir apa ini tidak apa-apa... tapi saat kutanya pada Youshin, dia bilang dia ingin menghabiskan waktu berdua dengan santai di rumah.
Belakangan ini kami memang sering ramai-ramai bersama yang lain, dan orang di sekitar Youshin juga semakin banyak, jadi kesempatan untuk berduaan saja juga...
Tidak, sebenarnya masih cukup sering ya.
Meskipun begitu, rasanya jarang sekali ada kesempatan untuk benar-benar hanya berdua saja sejak awal.
Jadi, aku sendiri sih tidak masalah... tapi apa Youshin benar-benar tidak apa-apa ya?
Saat kutanya sekali lagi, Youshin meregangkan badannya seolah merasa lega. Entah kenapa dia terlihat lebih santai dari biasanya.
"Yah... kita kan baru saja pulang dari liburan sekolah... Lagipula kita berdua juga baru sembuh dari sakit, dan sebentar lagi juga Natal, jadi setidaknya di hari ulang tahunku aku ingin bersantai..."
Kalau terlalu banyak acara kan jadi lelah, iya kan? Katanya, dan sepertinya itu benar juga. Ada banyak hal menyenangkan, tapi kalau berurutan terus pasti akan lelah.
Meskipun begitu, aku sempat khawatir, apa dia tidak mengesampingkan keinginannya sendiri? Tapi karena Youshin memang pada dasarnya tipe rumahan, sepertinya dia lebih senang seperti ini.
Karena itu, sebagai gantinya karena kami tidak pergi keluar, aku memutuskan untuk menikmatinya semaksimal mungkin dan menanyakan berbagai permintaan dari Youshin.
Lagipula, kencan di rumah bukan berarti tidak bisa memberikan kejutan.
"Kalau begitu, dengan ini, Pesta Takoyaki Ulang Tahun Youshin secara resmi dibuka!"
"Yeeay, Takopa—"
Oh, tumben sekali Youshin bertepuk tangan dengan antusias.
Seolah mengikuti irama tepuk tangannya, aku meletakkan mesin takoyaki di atas meja. Ini adalah mesin yang kubawa dari rumah, yang tipe pelat panas.
Kamar Youshin lumayan luas, jadi senang sekali bisa mengadakan pesta takoyaki di dalam kamar.
"Jadi ini mesin takoyaki. Aku hanya pernah melihatnya di foto, tapi ternyata benar-benar bisa dibuat di rumah ya."
"Tumben sekali kamu lebih tertarik pada mesinnya."
"Aku lumayan suka dengan yang seperti ini. Melihat mesin yang belum pernah kulihat sebelumnya itu rasanya membuat semangatku naik."
Melihat Youshin yang menatap mesin takoyaki dengan senang, aku jadi merasa senang sudah membawanya. Yah, walaupun aku diantar ke sini dengan mobil oleh ayahku sih.
"Apa Nanami pernah mengadakan pesta takoyaki sebelumnya?"
"Un, pernah dengan ayah dan yang lain, pernah juga dengan Hatsumi dan yang lain... rasanya dulu setiap ada kesempatan, kami selalu mengadakan pesta takoyaki."
Rasanya sudah lama aku tidak melakukannya dengan ayah dan yang lain. Dengan Hatsumi dan yang lain... terakhir kali mungkin tahun lalu, ya? Entah kenapa, semua temanku punya mesin takoyaki.
"Kalau begitu, seharusnya Gen'ichirou-san dan yang lain ikut bergabung saja."
"Soal itu, yah... kurasa mereka sengaja memberiku ruang."
"Memang benar juga, sih... Pesta takoyaki dengan banyak orang mungkin lain kali saja, ya."
Pesta takoyaki memang lebih seru jika dilakukan dengan banyak orang, dan ayah serta yang lain juga ingin sekali merayakan ulang tahun Youshin. Aku sempat berpikir jika ayah dan yang lain ikut, mungkin Shishin-san dan yang lain juga bisa bergabung... tapi...
Sebenarnya tadi, Shishin-san dan yang lain juga sudah pergi keluar.
Kami juga mau pergi kencan setelah sekian lama.
...Begitulah, Shishin-san dengan gayanya yang tetap tenang seperti biasa, pergi berdua seolah bertukar tempat denganku.
Dibiarkan berdua saja di rumah ini, mungkin adalah bukti bahwa mereka mempercayai kami. Selain itu, mungkin juga karena ini masih siang hari.
Mungkin kalau malam hari... iya, kurasa mereka berdua tidak akan pergi berkencan. Hanya saja, dengan begini... jadi sedikit lebih mudah untuk memberikan kejutan.
...Iya, sebanyak ini tidak apa-apa, kan...? Begitu pikirku, tapi entah bagaimana, ya.
"Ayah dan yang lain juga tidak ada di rumah hari ini... jadi kita bisa menikmati waktu berduaan di kamar setelah sekian lama, ya."
"Benar juga, ya... rasanya sudah lama tidak seperti ini."
Kami berdua bersantai, suasananya bagus dan waktunya terasa tenang... eh, bukan, bukan. Pesta takoyaki, pesta takoyaki. Aku harus menyiapkannya.
"Kalau begitu, Pesta Takoyaki akan dimulai. Aku akan ambil adonan dan yang lainnya, ya."
Aku berdiri, lalu mengenakan celemek yang kubawa. Aku sudah menyiapkan adonan dan bahan-bahan lainnya di dapur, jadi aku harus mengambilnya dulu.
"Ah, kalau begitu aku juga bantu, ya."
Youshin baru saja akan berdiri, jadi aku menahannya dengan tanganku sambil menggelengkan kepalaku. Youshin hari ini adalah pemeran utama yang berulang tahun, jadi dia tidak perlu melakukan apa-apa.
Dia terlihat merasa tidak enak, tapi tentu saja aku tidak bisa membiarkan pemeran utama melakukan hal seperti itu. Karena tidak boleh... jadi aku akan gunakan sedikit cara curang...
"...Kalau tidak mau menurut, aku akan pakai celemek telanjang loh."
"Ancaman aneh macam apa itu?!"
Ancaman ini sepertinya lebih manjur dari yang kuduga, karena Youshin dengan enggan kembali duduk. Un, ancaman ini ternyata sangat efektif.
Meskipun aku sendiri berpikir ini adalah kalimat ancaman yang aneh. Hanya saja, ini bukan sesuatu yang diajarkan orang lain, tapi lebih ke... bagaimana, ya...
Ancaman yang sedikit mesum itu ternyata sangat efektif untuk Youshin.
Yah, mungkin menyebutnya 'ancaman' sedikit keliru. Lebih tepatnya... saat aku ingin dia mundur, jika aku memasukkan unsur seperti itu, dia akan lebih mudah untuk mundur.
Dalam kasus ini, soal celemek telanjang itu, kurasa Youshin sebenarnya ingin melihatnya, tapi dia juga mengerti kalau aku mengatakannya karena ingin dia beristirahat dengan tenang.
Yah, itu hanya dugaanku dari gerakan matanya, cara bicaranya, dan ekspresinya sih. Tapi kurasa dugaanku tidak begitu meleset.
Sebaliknya, jika di sini aku benar-benar keluar dari kamar lalu kembali dengan celemek telanjang, kurasa sesi ceramah besar-besaran akan dimulai. Bukan kurasa lagi, tapi sudah pasti.
Dia pasti akan menasihatiku dengan sabar dan panjang lebar dan berkata 'hal seperti itu tidak boleh dilakukan dengan santai meskipun sedang berdua'. Bukan dengan suara keras, tapi dengan nada yang membujuk, namun dengan argumen logis yang tidak bisa dibantah.
...Secara pribadi, aku tidak begitu benci diceramahi oleh Youshin yang seperti itu.
Tidak, bukan berarti aku ini seorang Masokis atau semacamnya. Tapi, dimarahi oleh seseorang yang benar-benar menyayangiku itu rasanya adalah hal yang patut disyukuri.
Terutama saat sudah menjadi siswi SMA. Selain itu, mungkin aku juga merasa lega karena Youshin tidak tanpa syarat mendukungku sepenuhnya dalam segala hal.
Kalau Youshin benar-benar mendukungku sepenuhnya, aku merasa aku akan jadi benar-benar bergantung padanya, dan semua hal lain di dunia ini jadi tidak penting lagi. Kalau sudah sampai ke tahap itu... sedikit menakutkan, un.
Kalau dipikir-pikir, aku mungkin belum pernah melihat Youshin membentak seseorang karena marah.
Pada Kenbuchi-kun, dia memang sesekali meninggikan suaranya, tapi itu masih termasuk dalam kategori tsukkomi. Aku belum pernah melihatnya membentak seseorang karena benar-benar marah.
Apa suatu saat nanti aku akan melihat sisinya yang seperti itu ya.
Sambil memikirkan hal itu, aku membawa bahan-bahan dan kembali ke kamar Youshin... dan entah kenapa Youshin terlihat kaget dengan gerakan yang aneh. Loh?
Apa ada sesuatu yang membuatnya kaget?
"Ah, Nanami, selamat datang kembali. Karena bosan, aku siapkan saja."
Mesin takoyakinya sudah menyala, dan minyaknya juga sudah dioleskan... sepertinya dia sudah membantu menyiapkannya. Kalau begini, apa sudah boleh menuang adonannya ya?
"Terima kasih. Tapi kenapa tadi kamu kaget?"
"Ah, tidak, un. Tidak apa-apa, bukan apa-apa kok."
"Loh? Beritahu dong."
Aku duduk di sebelahnya dan menggoyang-goyangkan badannya, dan tanpa perlawanan berarti, tubuh Youshin ikut bergoyang. Entah kenapa itu menyenangkan, jadi aku semakin menggoyangkannya.
Tapi, kalau terlalu kencang berbahaya juga, jadi secukupnya saja...
"Yah... itu..."
"Hmm? Apa?"
"...Aku hanya berpikir, bagaimana kalau kamu benar-benar kembali dengan celemek telanjang."
Kamu memikirkan hal seperti itu?!
Di satu sisi aku berpikir ternyata dia memikirkan hal yang cukup mesum, tapi di sisi lain aku juga tersenyum kecut karena sepertinya dia setengahnya benar-benar menganggap ancamanku serius.
"Memakai celemek telanjang saat memasak itu tidak higienis, mana mungkin aku melakukannya. Lagipula berbahaya kalau minyaknya muncrat, dan saat memasak kan berbagai macam rambutku juga bisa..."
Tentu saja begitu kan. Celemek telanjang itu kelihatannya memang terlihat seksi, tapi kalau benar-benar dipakai untuk memasak, ada banyak sekali bahayanya.
Para koki juga memakai topi agar rambutnya tidak jatuh, jadi mungkin itu adalah pakaian yang paling tidak cocok untuk memasak.
Meskipun ini hanya takoyaki, tapi lebih baik tidak melakukan hal seperti itu... Eh...? Kenapa Youshin jadi diam?
"Ada apa?"
"Tidak, hanya saja... entah kenapa... kamu kelihatannya detail sekali soal celemek telanjang..."
...Ah.
Tidak, ini, itu, bukan begitu. Bukan berarti aku... detail... pokoknya bukan begitu.
"Bukan berarti aku sampai mencari tahu berbagai hal tentang apa yang akan terjadi kalau benar-benar melakukannya, tidak, maksudku, aku memang sempat mencari tahu, tapi, itu... bukan berarti aku berniat untuk mencobanya..."
Kata-kata alasan yang bahkan tidak bisa disebut sebagai alasan keluar dari mulutku begitu saja, tapi Youshin entah kenapa... malah menatapku dengan tatapan yang hangat...
Bukan begitu!! Ini bukan berarti aku diam-diam mesum atau semacamnya!!
Tapi ini, semakin aku beralasan, akan semakin parah. Karena itu, tidak ada pilihan lain selain menghentikannya secara paksa. Sial, dia tersenyum menyeringai lagi.
"Sudah!! Kita buat takoyaki!!"
"Baik, baik, mohon bantuannya."
Sambil menunjukkan ekspresi penuh kemenangan, Youshin mengambil bahan-bahan takoyaki. Sebenarnya, untuk porsi dua orang, bahan yang tersedia cukup banyak.
Tentu saja ada gurita, lalu ada juga keju, sosis, udang, kimchi, dan tuna... Untuk sayuran, ada akar teratai, kol, dan berbagai macam lainnya.
Rasanya porsi ini terlalu banyak untuk dimakan berdua saja.
"Bahannya banyak juga ya..."
Mata Youshin berbinar-binar, sepertinya dia sangat antusias dengan pesta takoyaki pertamanya.
Tapi sebenarnya, ini juga pertama kalinya bagiku untuk menyiapkan bahan sebanyak ini.
"Ayah dan Ibu juga, sebagai hadiah, mereka membelikan bahannya sangat banyak."
"Ah, begitu ya. Nanti kalau ketemu, aku harus berterima kasih..."
Benar juga ya. Saat kubilang aku akan mengadakan pesta takoyaki untuk ulang tahun Youshin, mereka berdua jadi bersemangat... dan membelikan berbagai macam bahan masak.
Kami pun menuang adonan, lalu meletakkan bahan-bahannya...
"Youshin, apa kamu tidak apa-apa dengan acar jahe merah?"
"Aku tidak begitu suka, tapi kalau untuk takoyaki tidak apa-apa. Boleh kucoba juga?"
"Un, tentu saja."
Youshin mengambil bahan-bahan dan meletakkannya, lalu menambahkan acar jahe merah, dan dengan mata berbinar-binar seperti anak kecil, dia mengamati adonannya.
Saat adonannya mulai mendidih, waktunya untuk membaliknya, tapi karena ini pertama kalinya bagi Youshin, dia menusukkan tusuk bambu ke dalam lubang-lubang bundar itu dengan sedikit ragu-ragu.
"...Tidak berhasil."
Ah, memang kalau pertama kali tidak akan langsung berhasil ya. Melihat takoyakinya yang sedikit hancur, Youshin menunjukkan ekspresi yang sangat, sangat sedih.
Entah kenapa ekspresinya itu terlihat sangat manis... di satu sisi, aku jadi ingin melihatnya lebih lama lagi, tapi kasihan juga... tapi manis... perasaan yang rumit bermunculan dalam diriku.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, kan masih ada banyak. Nanti juga pasti akan berhasil."
"Nanami lebih jago ya..."
"Untuk pertama kali, Youshin juga sudah jago kok. Ayo, coba buat yang lain lagi."
Youshin mengangguk. Makhluk manis apa ini. Wah, rasanya berbagai perasaanku akan keluar.
Saat kupuji, ekspresi sedihnya langsung berubah menjadi senang, dan aku menikmati perubahan ekspresinya yang jarang sekali terjadi ini. Rasanya seperti aku yang sedang menerima hadiah.
Meskipun bentuknya tidak bagus, takoyaki tetaplah takoyaki, Youshin meletakkan buatannya sendiri di atas piring, lalu menambahkan saus, mayones, dan serutan ikan cakalang... kemudian langsung memasukkannya ke dalam mulutnya.
Eh panas loh?! Sebelum aku sempat mengatakannya, mungkin karena terlalu bersemangat, Youshin sudah memakan takoyaki itu sambil berkata "haf-haf".
Aku buru-buru memberikannya minuman dingin, dan setelah itu kami berdua pun tertawa saat dia berkata "Kukira aku akan mati karena kepanasan."
"Youshin, yang ini juga enak tahu. Hora, aaan... eh, tapi ini panas, jadi lebih baik tidak usah ya."
"Ah, benar juga ya... un, lebih baik tidak usah."
Dia jadi murung. Yang seperti ini juga manis sih, tapi ini masih panas, kalau kumasukkan ke mulutnya nanti dia bisa terbakar... Tapi di sisi lain, aku juga ingin menyuapinya... bentuknya juga pas untuk disuapi.
Ah, mungkin kalau begini tidak apa-apa? Aku pun menusuk satu buah takoyaki dengan tusuk bambu.
"Huu, huu..."
Kalau kutiup dulu takoyakinya yang masih mengepul, mungkin tidak apa-apa. Setelah beberapa kali meniup... aku mengarahkan tusuk bambu itu pada Youshin.
"Hora, aaan."
"...Aan."
Youshin memasukkan takoyaki itu ke dalam mulutnya... dan... ah, dia kesakitan karena panasnya. Oh, begitu ya... meskipun permukaannya sudah kudinginkan, tapi bagian dalamnya masih panas sekali...
Ini bukan waktunya untuk memberi penjelasan, cepat berikan minuman yang dingin!! Dinginkan!!
Youshin buru-buru meminum minuman dingin, dan setelah ida menarik napas lega, kami saling bertatapan... lalu tanpa sadar kami berdua tertawa.
Setelah itu, kami menikmati pesta takoyaki berdua saja.
Entah karena sifatnya yang perfeksionis, Youshin terus berlatih membuat takoyaki pertamanya berulang kali. Saat dia berhasil membuat takoyaki yang bulat sempurna, dia bilang dia ingin aku yang memakannya...
Karena itu, sebagai balasannya aku membuka mulutku untuk disuapi. Tentu saja setelah dia meniupnya agar tidak panas... yah, meskipun tetap saja akan panas sih.
Sambil berpikir 'apa yang sedang kami berdua lakukan ini', waktu yang membahagiakan pun berlalu.
Setelah makan cukup banyak takoyaki, perut kami pun mulai kenyang... jadi di sinilah aku akan memberikan satu kejutan. "Tunggu sebentar ya," kataku sambil bangkit dari tempat duduk...
Aku meminjam kulkas Shinobu-san untuk menyimpan sesuatu, dan setelah mengambilnya... dengan jantung yang sedikit berdebar, aku membawanya ke hadapan Youshin.
"Ini, hidangan penutupnya."
"Eh... hebat sekali, apa itu...?!"
Di hadapan hidangan penutup yang kubawa... sebuah strawberry shortcake, Youshin terlihat sangat terkejut. Baiklah, sepertinya pembukaanku berhasil.
"Ini pertama kalinya aku membuatnya, jadi bentuknya agak sedikit tidak beraturan sih."
"Eh?! Ini buatan sendiri? Terlihat enak, seperti buatan toko."
"Ini dia, shortcake buatan tangan Nanami. Youshin, selamat ulang tahun."
Ehehe, aku senang sekali karena dia memujiku. Aku meletakkannya di atas meja, dan karena tidak bisa menggunakan api, aku tidak memasang lilin, lalu aku menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Rasanya, seperti kembali ke masa kecil saja. Aku sempat berpikir apa yang seperti ini tidak apa-apa, tapi Youshin terlihat sangat senang.
Aku memotong kue dan memberikannya... Youshin menatap potongan kue itu dengan seksama, lalu perlahan memotongnya seukuran suapan dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Youshin mengunyahnya, lalu menelan kue itu. Jantungku terus berdebar sampai aku mendengar komentarnya... Apa rasanya enak ya?
Meskipun ini pertama kalinya aku membuat kue, tapi kurasa seharusnya tidak apa-apa...
"Enak sekali..."
Sambil menghela napas dengan lega, Youshin menggumamkan kata-kata itu dengan penuh kekaguman.
Tanpa sadar aku melakukan pose kemenangan kecil. Syukurlah... aku berhasil. Aku juga senang melihatnya makan dengan begitu lahap.
Aku juga mau ikut makan. Kupotong kuenya sedikit dan memakan bagian stroberinya. Rasa manis dan asam dari stroberi serta manisnya krim yang segar... berpadu dengan aroma kue bolu yang menyebar di seluruh mulutku.
Syukurlah, untuk buatanku sendiri rasanya cukup berhasil. Selain itu, mungkin karena mulutku masih ada terasa sisa saus dari takoyaki, rasa manisnya jadi terasa lebih nikmat.
Tanpa sadar, kami berdua sudah menghabiskan satu potong kue dalam sekejap...
"...Kalau dipikir-pikir, mungkin lebih baik tadi kita saling suap dengan kue ini ya."
Kami saling bertatapan, lalu tanpa sadar kami tertawa terbahak-bahak karena baru menyadarinya sekarang. Kami baru terpikir setelah menghabiskannya...
Tentu saja untuk potongan kue kedua... perut kami sudah terlalu kenyang untuk memakannya, jadi kami berjanji akan melakukan suap-suapan kue di lain waktu.
Waktu yang begitu menyenangkan berlalu dengan cepat, kami sudah memakan takoyaki, memakan hidangan penutupnya juga... dan tanpa kami sadari, di luar sudah gelap gulita.
Ternyata sudah selama ini waktu telah berlalu. Sebentar lagi kami juga harus mulai beres-beres...
"Ah, kalau begitu aku juga akan bantu ya."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Youshin santai saja. Biar aku yang membereskannya."
"Tidak, tidak, tentu saja aku juga harus bantu beres-beres. Aku juga akan bantu mencuci."
"Begitu...? Kalau begitu, boleh aku minta tolong..."
Terlalu sering menolak juga tidak baik, jadi lebih baik aku menerima tawarannya yang baik hati ini. Kalau berdua, beres-beres juga akan lebih cepat selesai, dan sisa waktunya bisa kami habiskan bersama.
Youshin dengan sigap membawa barang-barang cucian. Tadi karena tidak muat di atas meja, ada beberapa barang yang kuletakkan di bawah, jadi aku juga ikut membereskannya... tapi...
Entah kenapa ada barang yang tidak kuingat pernah kusiapkan hari ini. Hmm? Apa ini? Cokelat...?
Saat aku melihat sebuah kemasan yang tidak kukenali dan mengambilnya, itu adalah sebuah kotak persegi, dengan kemasan yang belum pernah kulihat sebelumnya... Loh... ini kan...?!
"Nanami, itu?!"
Youshin merebut kotak persegi yang kuambil itu, lalu menyembunyikannya di belakang punggungnya. Aku sudah tahu benda apa itu sebelumnya... atau lebih tepatnya, aku diberitahu oleh teman-teman perempuanku...
Apa jangan-jangan, tadi Youshin terlonjak kaget itu karena dia sedang memegang benda ini...?
Aku menatap wajah Youshin dengan sedikit tatapan dari bawah.
"...Hari ini, kita akan melakukan hal mesum?"
"...Ti-tidak. Ingin sih, tapi tidak."
Youshin menggelengkan kepalanya dan menyangkal. Kurasa dengan satu kata tadi, sudah tersampaikan padanya kalau aku tahu wujud asli kotak ini... itu... aku ragu untuk mengatakannya, tapi ini adalah benda yang berhubungan dengan etiket.
"Kalau begitu kenapa... kamu punya itu...?"
"...Aku dapat dari Hitoshi dan yang lainnya waktu ulang tahunku kemarin... lalu kusembunyikan... aku tidak menyangka akan ketahuan..."
Ah... saat aku dikerumuni oleh teman-teman perempuan, dan Youshin sedang bersama Kenbuchi-kun dan para senpai ya. Sebenarnya ini... aku juga mendapat hal yang sama...
Tidak, waktu itu aku diberi sambil dibilang "Kalau si cowok tidak siap, pakailah ini...!!" Entah kenapa waktu itu aku tidak bisa menolaknya dan malah menerimanya...
Karena itu, sebenarnya... benda yang sama juga ada di kamarku...
Entah kenapa kami berdua jadi terdiam, wajah kami memerah, dan tanpa sadar kami berdua duduk dengan tegak...
Ba-bagaimana ini. Waktu untuk memberikan hadiah kedua kan hanya cocok sekarang, tapi apa tidak apa-apa di saat seperti ini...?!
Tidak, aku sudah memutuskan untuk melakukannya. Siapkan dirimu, wahai diriku...!!
"Youshin... itu... aku mau menyiapkan hadiah kedua, jadi... bisa tolong tunggu di depan pintu kamar sebentar...?"
"Ah, iya, un, aku mengerti. Aku mengerti...!!"
Setelah Youshin keluar dari kamar, aku perlahan menyiapkan hadiah keduaku.
Padahal, hadiah ini tadinya kumaksudkan sebagai lelucon, jadi aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini.
Di dalam diriku, ada sisi yang berpikir 'apa benar yang akan kulakukan?', dan sisi lainnya yang berkata 'lakukanlah karena kau sudah mengatakannya'... atau lebih tepatnya, sisi yang menyuruhku melakukannya sudah menang.
Sekali lagi aku membulatkan tekadku... dan aku pun menyelesaikan persiapan hadiah keduaku.
"Sudah boleh... masuk..."
Setelah menyelesaikan persiapan dalam waktu singkat, dengan jantung yang berdebar kencang, aku mempersilakan Youshin masuk. Bagaimana ini, apa dia akan jijik atau tidak ya. Aku terus memikirkan hal itu.
Youshin yang masuk ke kamar, begitu melihat wujudku, matanya langsung terbelalak selebar mungkin.
Kejutan hari ini, yang kedua...
"Ini... ha... hadiah... untukmu... silakan..."
Aku... menyambut Youshin dalam keadaan tubuhku terbalut oleh pita.
Youshin yang tadinya matanya terbelalak, selanjutnya membuka mulutnya selebar mungkin sampai kurasa rahangnya akan copot. Ungkapan 'mulut ternganga hingga tidak bisa tertutup' mungkin menggambarkan keadaan ini dengan sempurna.
Sambil gemetaran, Youshin menunjukku dengan jari telunjuknya sambil bergumam dengan suara serak "I-itu...?"
"Itu, Kotoha-chan memberitahuku kalau laki-laki pasti akan senang dengan ini... ba-bagaimana menurutmu?"
Saat aku berbaring di tempat tidur dengan pita yang membalut pakaianku, Youshin mengepalkan dan membuka tangannya seolah sedang berkonflik batin, lalu menggelengkan kepalanya ke samping.
Omong-omong, soal keadaanku saat ini... Kotoha-chan sebenarnya bilang minimal aku harus pakai baju renang, atau kalau bisa telanjang... tapi tentu saja itu mustahil, jadi aku masih mengenakan pakaianku.
Meskipun begitu... meskipun begitu ini sangat memalukan!!
Tanpa sadar, Youshin terlihat seperti sedang memegangi kepalanya, tapi tak lama kemudian dia mengangkat wajahnya seolah sudah mengambil keputusan... lalu membangunkanku dari tempat tidur.
"Nanami... jangan pernah percaya lagi dengan apa yang dikatakan ketua kelas bermata sayu yang diam-diam mesum itu...!!"
Sambil mengepalkan satu tangannya, Youshin meletakkan tangannya yang lain di bahuku, lalu memeras kata-kata itu dengan suara yang sangat rendah seolah sedang mengerang.
Omong-omong setelah ini, Youshin mengagumi diriku yang dalam 'mode hadiah' untuk sesaat... dan tepat pada saat itu, Shinobu-san dan yang lainnya pulang ke rumah, yang membuat kami luar biasa panik.
Dan aku... jadi lupa memberikan hadiah ulang tahunku yang sebenarnya pada Youshin... Ini bukan waktunya untuk memakai pita dan berpura-pura menjadi hadiah...
Previous Chapter | ToC | Next Chapter
Post a Comment