NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Danjjo Yuujo ga Seiritsu (Iya Shinai?) Side Story 1 Chapter 1

 Penerjemah: Nobu

Proffreader: Nobu


Chapter 1

Bukankah karaage di kedai takoyaki itu rasanya benar-benar luar biasa enak?

◇◇◇

     Pandangan penuh gairah itu, tunjukkan hanya padaku?

     Biarkan aku memilikinya seutuhnya?

     Kalau kamu mau, akan kujual semua aksesori yang kamu inginkan.

     —Bagaimana kalau kita menjadi pasangan takdir semacam itu?

     Di festival SMP itu, aku menjadi mitra takdir Yuu.

     Kami menghabiskan waktu lebih dari setahun bersama setelah itu…

     Kami lanjut ke SMA yang sama, dan berakhir di kelas yang sama—

     Dan kini, kami telah melewati musim semi pertama kami sebagai murid SMA.

     Di suatu sore musim semi, aku berlama-lama di ruang sains.

     Menatap ke luar jendela dengan aura kebosanan, aku menghela napas kecil.

     (Apa yang harus kulakukan…?)

     Penjualan aksesori bunga Yuu tidak juga meningkat.

     Sudah satu setengah tahun sejak aku menjadi penasihat Yuu.

     Kami sering datang ke bazar di sekitar sini, dan berkat koneksi kakakku, kami bahkan bisa memasukkan barang-barang kami ke pasar kerajinan rakyat.

     Awalnya, orang-orang penasaran, dan penjualan kami cukup lumayan.

     Tapi setelah keunikannya memudar, ya sudah.

     Grafik penjualan mendatar, lalu perlahan mulai menurun… dan bulan ini mencapai titik terendah.

     “…Ini tidak seharusnya terjadi.”

     Aku memegang kepalaku.

     Setelah semua pembicaraan besar itu, inilah kekacauan yang kualami.

     Yuu menepati janji kami, terus-menerus membuat aksesori yang menakjubkan.

     …Tidak kusangka aku yang justru terjerumus ke dalam kesulitan ini.

     (Melihat keahlian dan waktu kerja Yuu, harga yang tinggi itu wajar, tapi ya, itu jelas-jelas jadi kendala. Haruskah kita menurunkan harga aksesori? Tapi jika kita melakukannya, jelas akan menjatuhkan kita dalam jangka panjang. Bahkan jika kita punya toko, kalau produknya terlalu murah untuk menghasilkan keuntungan, toko itu akan bangkrut dalam waktu singkat…)

     Aku menggerutu pada diriku sendiri, ugh, ugh.

     Lalu, Yuu, yang seharusnya sedang membuat aksesori, tiba-tiba berbicara kepadaku.

     “…Himari, apa kamu tidak punya teman dekat lain?”

     Entah sejak kapan, Yuu sudah berhenti mengerjakan aksesori.

     Dia tampak agak tidak fokus. Itu jarang terjadi pada Yuu.

     “Yuu, ada apa tiba-tiba?”

     “…Tidak, hanya sesuatu yang kupikirkan.”

     Aku berdeham dan mengalihkan pembicaraan.

     Menyembunyikan kegundahan karena aksesori yang tidak terjual, aku memasang cengiran lebar.

     Seperti biasa, aku memeluk Yuu dari belakang, melingkarkan lenganku di lehernya dan menarik-narik rambutnya dengan nakal.

     “Hah? Yuu, kamu cemburu? Cemburu beneran? Wah, sisi lain dari dirimu! Jangan-jangan kamu tipe yang sangat posesif?”

     “Bukan itu maksudku. Hanya, seperti… rasa ingin tahu, atau semacamnya…”

     Dia menepis tanganku, jelas-jelas kesal. Cih.

     Aku menarik-narik cuping telinga Yuu dengan main-main sambil menjawab.

     “Ya, aku memang seperti ini, jadi… aku punya banyak teman, tapi tidak banyak yang benar-benar dekat denganku.”

     “Kamu sadar juga, ya…”

     Aku tidak bisa menahan tawa.

     Yuu memang terlihat seperti seorang introvert, tapi dia bisa bicara blak-blakan, ya?

     Aku suka itu darinya, tapi itu mungkin akan menimbulkan masalah saat kami membuka toko suatu hari nanti.

     Namun, ini jarang terjadi.

     Yuu biasanya tidak peduli sama sekali dengan kehidupan sosialku.

     “Ada apa?”

     “Ada cowok iseng yang minta LINE-mu… lebih tepatnya, mengancamku. Aku bilang kamu tidak pakai LINE dan langsung pergi, tapi…”

     Oh, hal semacam itu…

     Itu makin sering terjadi sejak kami masuk SMA, ya.

     Yah, ini baru sebulan sejak kami terdaftar, jadi kurasa wajar saja.

     Aku harus bergaul dengan teman sekelas agar bisa menyesuaikan diri, kurasa.

     Hal itu sangat merepotkan, meskipun itu adalah tugasku sebagai makhluk menggemaskan yang diberkati Tuhan.

     Tapi… teman dekat lain selain Yuu, ya…

     “Kalau kita bicara soal teman yang benar-benar dekat… kurasa Yuu akan jadi yang kedua?”

     “…!”

     Yuu tersentak.

     Dia tidak sengaja menusuk jarinya dengan bagian aksesori yang sedang diutak-atiknya. Aduh, itu terlihat sakit.

     “Yuuu~ Ada apa?”

     “Tidak, sungguh…”

     “Kamu jadi gugup!”

     “T-Tidak, kok…”

     Aku menyeringai lebar.

     Maju ke depan, aku menatap wajah Yuu.

     “Kamu benar-benar cemburu! Sisi dirimu yang itu sangaat lucuu! ♡”

     “Sudah, hentikan!”

     Ketika aku berbisik di telinganya, Yuu mendorongku dengan kasar.

     Astaga, Yuu-kun sangat jantan! Keren sekali!

     “Aku tidak cemburu. Aku hanya berpikir mungkin kamu juga harus bergaul dengan mereka…”

     “Tidak perlu khawatir, dia adalah seorang perempuan dari SD, jadi semuanya baik-baik saja! Astaga, Yuu yang posesif sungguh menggemaskan! ♡”

     “Sudah kubilang bukan begitu! Hentikan cubitan di pipiku!”

     Setelah benar-benar menikmati sisi baru Yuu, aku menggodanya sepuas hatiku sebagai ucapan terima kasih!

◇◇◇

     …Jadi, itulah yang terjadi kemarin.

     Keesokan paginya.

     Rutinitas sehari-hariku setelah sampai di sekolah.

     Aku menuju pojok mesin penjual otomatis untuk mengisi persediaan Yoghurppe hari ini.

     Hehe!

     Memilih sekolah ini benar-benar kebetulan, tapi aku tidak pernah membayangkan mesin penjual otomatisnya akan penuh dengan Yoghurppe.

     Seperti dugaanku, bahkan keberuntungan semacam ini pun bisa kudapatkan—keberadaanku sendiri seperti keajaiban terbesar abad ini!

     (Tapi… teman dekat, ya…)

     Aku tidak pernah menyangka akan memikirkannya lagi.

     Kurasa itu hanya menunjukkan betapa berharganya hari-hariku bersama Yuu, tapi ya, aku memang agak tidak punya hati, kan?

     Dulu di SD, aku sangat menyayanginya.

     Aku terbiasa menunggu setiap hari agar dia datang dan bermain.

     (…Ngomong-ngomong, kenapa dia berhenti datang, ya?)

     Yah, kami masuk ke sekolah yang berbeda, dan dia mungkin sudah punya teman lain.

     Sambil memikirkan itu, aku sampai di pojok mesin penjual otomatis.

     Oh, sudah ada orang di sana.

     Seorang perempuan berambut hitam panjang, tampak sedang memutuskan apa yang akan dibeli.

     Aku tidak ingin membuatnya merasa terburu-uru, jadi aku menjaga jarak dan menunggu.

     Tapi wow, dari belakang saja, dia terlihat seperti seorang gadis cantik…

     Tinggi dan ramping, dengan proporsi seperti heroine manga.

     Pinggangnya begitu mungil, dan lekukan pinggulnya agak seksi.

     Tidak bisa kulihat dari belakang, tapi aku yakin dadanya juga cukup besar.

     Benar-benar tipeku…

     Sekolah ini punya banyak gadis cantik, tapi aku tidak tahu ada yang seindah ini.

     Hmm, dia kelas berapa, ya? Kira-kira aku bisa mengenalnya tidak ya.

     Yah, bagiku, itu hal yang mudah…

     (…Hah?)

     Saat aku menatapnya dengan motif tersembunsi yang kentara, tusukan tajam menyengat kepalaku.

     Warna rambut itu… terasa familier.

     Warna merah tua yang begitu khas.

     Seperti warna daun musim gugur yang makin pekat seiring waktu, atau mungkin bunga tulip merah…

     —Klak, sebuah minuman jatuh dari mesin penjual otomatis.

     Sepertinya dia akhirnya membuat pilihan.

     Dia mengambil kopi susu dari slot dan berbalik.

     (Ah…!)

     Saat melihat wajahnya, wajahnya terpampang jelas dalam ingatanku.

     Dia tampak merasakan hal yang sama, membeku begitu melihatku.

     Mata sipitnya melebar kaget, menatapku dengan bingung.

     Dan kemudian, pada saat yang bersamaan, kami memanggil nama satu sama lain.

     “Enocchi!”

     “…Hii-chan?”

     Di SMA—aku kembali bertemu dengan seorang perempuan dari masa laluku.

◇◇◇

     Enomoto Rion.

     Putri dari pemilik toko kue yang akrab dengan ibuku.

     Seumuran denganku, seorang perempuan yang dulu sering kuajak bermain ketika dia datang mengantar pesanan saat SD.

     Sahabat terbaik pertamaku!

     Aku tidak menyangka akan bertemu lagi secepat ini, jadi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.

     “Wah! Enocchi, sudah lama sekali!”

     “…”

     Aku berlari mendekat, meraih tangannya, dan mengayun-ayunkannya ke depan dan ke belakang.

     Kulitnya sangat halus! Dan dari dekat, dia benar-benar terlalu cantik!

     Dulu, dia seperti boneka kecil yang pemalu, tapi tidak kusangka dia akan berubah menjadi gadis cantik yang glamor… Aku bersemangat dalam dua hal yang berbeda!

     …Tapi Enocchi berbalik dengan kesal.

     “Tidak. Salah orang.”

     “Wah, wah, wah!!”

     Dia mencoba berjalan melewatiku, jadi aku meraih tangannya untuk menghentikannya.

     Enocchi terlihat kesal… seperti, dia bahkan tidak mencoba menyembunyikan getaran “ugh, merepotkan sekali”.

     Ada apa dengan reaksi itu?

     Aku agak kaget…

     “Enocchi! Kamu baru saja memanggilku ‘Hii-chan’, kan!?”

     “Tidak. Kamu pasti salah dengar, Hii-chan.”

     “Kamu baru saja mengatakannya lagi!! Kamu benar-benar mengatakannya!”

     Enocchi terus membuang muka dengan sikap “hmph”.

     Lalu tatapannya jatuh ke tangan yang kupegang.

     Dan dengan raut wajah "ih", dia menghempaskan tanganku.

     Sambil membelakangiku, dia meraba-raba untuk melepaskan sesuatu dan memasukkannya ke dalam tas.

     “Enocchi, ada apa?”

     “…Bukan apa-apa.”

     Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu yang dikenakannya di tangan kirinya… ah, sudahlah.

     (Yang lebih penting, aku harus merayakan reuni ini!)

     Apa? Rasanya dia membenciku?

     Puhha, mana mungkin hal itu bisa membuat Himari-chan takut!

     Aku sudah terbiasa dengan Yuu yang bersikap kesal, jadi ini bukan masalah besar!

     “Astaga, Enocchi, kamu jadi sangat cantik! Bahkan radar dewi-ku tidak mendeteksi dirimu—aku terkesan! Oh, kamu di kelas mana? Aku di kelas A.”

     “…F.”

     “Oh, kelas akselerasi, ya? Aku benar-benar mengira kamu akan berada di kelas umum sepertiku, karena kamu bisa mengambil kelas bisnis. Soalnya, kamu akan mengambil alih toko kue keluargamu, kan?”

     “…!”

     Hah?

     Wajah Enocchi tiba-tiba menajam.

     Dan kemudian dia memukul tanganku dengan keras!

     “Aduh! Enocchi, kamu memukulku beneran!?”

     “…Menurutmu, siapa yang salah sampai semuanya jadi begini?”

     “Hah? M-Maksudmu apa…?”

     “…”

     Enocchi mendongak, menatapku tajam dengan wajah cantiknya.

     “…Hii-chan. Jangan bicara lagi denganku.”

     Meninggalkan kata-kata dingin itu, Enocchi berjalan pergi.

     Aku menatap sosoknya yang menjauh dengan linglung.

     …Apa aku baru saja menginjak ranjau?

◇◇◇

     Jam istirahat makan siang.

     Aku berencana makan bersama Yuu seperti biasa.

     “Yuuu~ Ayo ke ruang sains!”

     “Oh, maaf. Hari ini kita pisah dulu, ya?”

     “Wah, ada apa?”

     Itu jarang terjadi.

     Dia biasanya menghabiskan istirahat makan siang untuk membuat aksesori bunga.

     Saat aku memikirkan itu, Yuu menjawab dengan canggung.

     “Makishima-kun mengajakku untuk berkumpul.”

     “Oh, cowok itu…”

     Seorang cowok yang berteman dengan Yuu setelah masuk SMA.

     Belakangan ini, dia mencoba menarik Yuu ke klub tenis.

     Yuu tinggi dan sebenarnya cukup atletis, jadi aku mengerti.

     Tapi itu bisa mengganggu pembuatan aksesori, jadi kami harus membuatnya segera menyerah.

     Lagipula, aku secara pribadi tidak suka cowok itu!

     “Baiklah, sampai jumpa sepulang sekolah.”

     “Ya, sampai nanti!”

     Nah, sekarang apa?

     Jam istirahat makan siang tiba-tiba jadi bebas.

     Aku berharap bisa berbicara dengan Yuu tentang Enocchi.

     (Hmm. Duduk sendirian di ruang sains pasti membosankan…)

     Saat aku sedang berpikir, seorang perempuan dari kelasku angkat bicara.

     “Himari-san, kalau kau senggang, mau makan bersama?”

     “Oh, tentu saja…”

     Waktu yang tepat.

     Sekalian saja aku meningkatkan popularitasku di kelas untuk melindungi kondisi mental Yuu.

     “Baiklah, ayo kita makan bersam—hah?”

     Makan siang, ya.

     Yuu tidak ada di sini, jadi mungkin ini kesempatan bagus?

     “Maaf! Aku baru ingat ada sesuatu yang harus kulakukan!”

     “Hah, Himari-san!?”

     Aku meraih bekal makan siangku dan melesat keluar dari kelas.

◇◇◇

     Aku berlari menyusuri lorong dan sampai di Kelas F, yang letaknya benar-benar berlawanan dengan kelasku.

     Aku Inuzuka Himari.

     Gadis yang dicintai oleh para dewa.

     Tidak ada yang perlu diragukan!

     “Enocchi, ayo kita makan siang bersama—!”

     Aku membuka pintu kelas lebar-lebar dan mengamati ruangan itu.

     Anak-anak yang lain tampak kaget.

     Tapi aku tidak peduli.

     Karena aku dicintai oleh para dewa… oh!

     “Menemukan Enocchi!”

     “…!?”

     Enocchi buru-buru meraih bekal makan siangnya, mencoba berdiri.

     Aku merentangkan tanganku lebar-lebar untuk memblokir jalannya!

     “Astaga, Enocchi, kamu pemalu sekali! ☆”

     “Hii-chan, menyingkir!”

     “Hehe, tidak semudah itu! Kamu akan makan siang denganku… wah?”

     Dalam sepersekian detik, pandanganku tertutup oleh bayangan gelap.

     Pada saat aku menyadari itu adalah telapak tangan Enocchi, wajahku sudah dicengkeram erat.

     “Hii-chan! Sudah kubilang hentikan, kamu menyebalkan!!”

     “Arghghghghgh!? Enocchi, tunggu, kamu super kuat! Aku menyerah, aku menyerah!”

     Aku memukul lengan yang meremas wajahku dengan panik.

     Ada apa dengan kekuatan cengkeraman ini!?

     Enocchi yang pemalu seperti boneka, bisa memiliki cakar baja yang begitu ganas!?

     “M-M-M… Aku menyerah…”

     Saat aku lemas, Enocchi melepaskanku.

     Aku jatuh ke lantai, menatapnya.

     …Matanya, yang melotot ke arahku, sedingin pisau tajam.

     “Hii-chan. Jangan mendekatiku lagi. Aku tidak menganggapmu sebagai teman.”

     “Enocchi…”

     Aku menatap wajah Enocchi…

     Menatap…

     …Tidak bisa benar-benar menatap dengan hambatan ini.

     “Enocchi, kalau dilihat dari bawah sini, dadamu terlihat sangat menonjol, ya?”

     “…”

     Urat menonjol di dahinya.

     Saat Enocchi mengangkat lengannya, sebuah tebasan bersih mendarat di kepalaku!

     “Ngh!?”

     “Itulah tepatnya yang kubenci darimu, Hii-chan!!”

     Enocchi menutupi dadanya dengan kedua tangan dan melesat keluar dari kelas.

     Menggosok kepalaku, aku duduk dan menatap pintu yang terbuka.

     (…Ugh, dia tangguh.)

     Setelah itu, aku akhirnya makan siang dengan gadis-gadis dari Kelas F.

◇◇◇

     Sepulang sekolah.

     Aku berlama-lama bersama Yuu di ruang sains, tapi kami memutuskan untuk pulang secara terpisah.

     Tujuanku, tentu saja, hanya satu.

     Aku mengatur waktunya agar bisa bertemu dengan Enocchi yang pulang setelah latihan band.

     “Enocchi, ayo pulang bersama! ♡”

     “…”

     Wow, raut wajah jijik yang luar biasa!

     Ih.

     Mendapat reaksi yang begitu terang-terangan bermusuhan justru membuatku makin bersemangat!

     Hehe, aku pasti akan membuat Enocchi menambahkan aku sebagai teman di LINE!

     “Tunggu, wah!? Enocchi, jangan seenaknya mengabaikanku!”

     “…Ugh. Sudah kubilang jauhi aku, Hii-chan.”

     Oh?

     Melihat Enocchi menghela napas dan berbalik, aku mendapat pencerahan.

     “…Aha!”

     “A-Apa?”

     Enocchi ragu-ragu.

     “Enocchi, kamu sebenarnya menyukaiku, kan?”

     “Hah!?”

     Wajahnya memerah padam, dan aku yakin akan hal itu.

     Aku mengambil keuntungan dari situ, menjadi sombong.

     “Maksudku, kalau kamu benar-benar ingin aku menjauh, kamu tinggal mengabaikanku, kan? Tapi kamu selalu menanggapi dengan baik. Mungkin kamu bersikap dingin untuk mendapatkan perhatianku…”

     “~~~ !!”

     Aduh!?

     Enocchi, kamu tidak perlu memukulku hanya karena aku tepat sasaran!

     “Hii-chan! Kamu benar-benar harus memperbaiki pola pikir egoismu itu!”

     “Yah, tidak bisa. Karena sejujurnya, tidak ada orang yang benar-benar membenciku. Bersikap rendah hati hanya akan terdengar seperti sarkasme, tahu?”

     “Tidak bisakah kamu menggunakan kepercayaan diri itu untuk hal lain…?”

     Dia terlihat putus asa.

     Tapi itu kenyataan, jadi apa yang bisa kulakukan!

     “Jadi, ayo pulang bersama! ♡”

     “…Aku harus membantu di rumah, jadi tidak bisa.”

     Hmm?

     Bukan “tidak mungkin”, tapi “tidak bisa”, ya…

     “Kalau begitu, sepuluh menit saja!”

     “S-Sepuluh menit?”

     “Ya, ya! Ayo mampir sebentar di jalan pulang! ♡”

     “…Baiklah, kalau hanya itu.”

     Ya!

     Setelah berhasil meyakinkan Enocchi, kami pulang bersama.

◇◇◇

     Berjalan di sepanjang jalan pinggir laut, kami melihat toko itu.

     Tampak seperti gudang besar dari pabrik, dengan spanduk “Takoyaki” dan “Buka” di depannya.

     Toko takoyaki terkenal di kota itu.

     “Hii-chan, tempat apa ini?”

     “Oh, kamu tidak tahu, Enocchi?”

     “Aku tidak pernah lewat sini…”

     Oh, benar juga.

     Rumahnya berada di arah yang berlawanan.

     Kalau begitu, biarkan dia merasakannya.

     Di dalam, wanita pemilik toko di belakang meja kasir menyambut kami dengan senyuman.

     “Halo! Takoyaki dan ayam goreng, tolong!”

     “Ini dia!”

     Setelah membayar, kami keluar lagi.

     Ada bangku di dalam untuk makan, tapi sebagian besar untuk dibawa pulang.

     Sambil membawa kantong plastik yang mengepul, kami mampir ke taman di tepi laut terdekat.

     Duduk di bangku, kami membuka kantongnya.

     Lima takoyaki ada di dalam wadah bening.

     Aku menusuk salah satunya dengan tusuk gigi dan memasukkannya ke dalam mulutku.

     “Mmm! Enak sekali!”

     Tekstur yang empuk dan banyak saus takoyaki yang familier.

     Rasanya agak mirip takoyaki buatan rumah.

     Kamu bisa makan banyak tanpa menyadarinya.

     “Enocchi, bagaimana rasanya?”

     “E-Enak, tapi panas…”

     Enocchi mengembuskan napas saat makan, terlihat sangat imut.

     “Hehe, tapi bukan itu saja!”

     “Oh, kamu juga pesan ayam goreng, kan…?”

     Mata yang tajam, bagus!

     Astaga, Enocchi tampak keren, tapi sisi pencinta makanannya tidak berubah sejak SD. Lain kali harus mengajak dia keluar dengan ini juga.

     “Ta-da! Secara pribadi, ini adalah hidangan utamanya!”

     Membuka kantong kertas, aroma yang menggugah selera merebak keluar.

     Tampak seperti ayam goreng sayap ayam biasa.

     Dibumbui dengan lapisan dasar kecap yang sedikit pedas.

     Kurasa itulah yang membuat toko ini istimewa.

     “Ini, Enocchi, cobalah!”

     “B-Baiklah…”

     Aku membuka mulut lebar-lebar dan menggigitnya.

     Kriuk!

     Krak!

     Suara lapisan yang pecah bergema di mulutku.

     Enocchi menoleh ke arahku, terkejut.

     “Hii-chan, apa itu…?”

     Aku mengunyah lapisan yang sangat alot itu dengan bunyi krak krak.

     Setelah menelannya, aku tersenyum cerah.

     “Enak sekali!!”

     “…Begitu.”

     Enocchi terlihat benar-benar ketakutan.

     “Ya, awalnya memang mengejutkan! Aku juga tertegun saat melihat Yuu memakannya. Tapi setelah kamu mencobanya, kekenyalan ini jadi bikin ketagihan!”

     “Kekenyalannya… enak?”

     “Karena sangat kenyal, kamu jadi banyak mengunyah, kan? Itu membuat rasa kecap yang sedikit pedas meresap ke dalam tubuh. Sempurna untuk tubuh yang lelah sepulang sekolah!”

     “…Itu tidak terdengar seperti sesuatu yang akan diucapkan oleh seorang siswi SMA.”

     Jangan khawatir, jangan khawatir.

     Hanya ada aku dan Enocchi di sini.

     Tidak perlu bersikap sopan.

     Tidak ada gadis yang membenci ayam goreng yang enak!

     “Ayolah, Enocchi, lepaskan sisi liarmu!”

     “Aku tidak punya!”

     “Makanlah cepat, nanti dingin!”

     “Ugh…”

     Dia ragu-ragu sedikit.

     Namun tergoda oleh aroma ayam goreng, dia menguatkan diri dengan tatapan bertekad.

     Lalu, dengan ucapan “ini dia!” yang imut, dia menggigit ayam goreng itu.

     “…”

     Suara renyah… krak… mengunyah yang lembut terdengar.

     Tenggorokannya yang cantik menelan dengan sekali teguk.

     “Bagaimana rasanya?”

     “…Enak.”

     Ya! Kemenangan total!!

     Aku memasang pose bersemangat dan melahap ayam goreng yang sangat alot itu!

◇◇◇

     Suara ombak di kejauhan.

     Aroma air laut.

     Makan ayam goreng di bangku taman tepi laut, perutku sedikit kenyang.

     Lalu, rasa benci pada diri sendiri yang aneh merayap.

     (Apa yang sebenarnya kulakukan…?)

     Memang, aku “menaklukkan” Enocchi, tapi apakah ini benar-benar waktu yang tepat untuk itu?

     Saat aku di sini, Yuu mungkin sedang di rumah membuat aksesori baru…

     Aku tahu.

     Ini hanyalah pelarian.

     Menggunakan reuni dengan teman lama sebagai alasan untuk menghindari apa yang harus kulakukan…

     “Haaa…”

     Sebuah desahan besar keluar.

     Enocchi menatapku, khawatir.

     “…Ada apa?”

     “Oh, hanya… ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik…”

     Dia begitu baik, mengkhawatirkanku meskipun dia sepertinya membenciku.

     Aku pikir dia sudah menjadi sedikit dingin, tapi jauh di lubuk hatinya, dia masih sama seperti saat dia masih di SD… atau begitulah pikirku, sampai dia mendengus.

     “Bahkan Hii-chan punya hal untuk dikhawatirkan, ya?”

     Sungguh kurang ajar.

     Tapi ya, aku tidak bisa membantah.

     Aku mengambil sepotong ayam goreng lagi dari kantong kertas dan menatapnya.

     (Sayap ayam ini, harganya kurang dari seratus yen per buah… Menjalankan toko hanya dengan hidangan andalan ini sungguh luar biasa…)

     Toko itu selalu memiliki aliran pelanggan yang stabil.

     Menunya hanya ayam goreng ini, takoyaki, dan mungkin es serut di musim panas.

     Kakakku bilang sama saja saat dia masih SMA, jadi mereka sudah beroperasi lebih dari satu dekade hanya dengan beberapa item itu.

     Kami juga butuh senjata.

     Sesuatu seperti ayam goreng renyah ini yang membuat pelanggan membicarakannya.

     (Tapi kalau mudah untuk memikirkannya, aku tidak akan kesulitan… eh?)

     Enocchi sedang memegang ponselnya.

     Penasaran apa yang dia lakukan, kulihat dia memotret ayam goreng itu.

     Dia memeriksa foto itu, mengangguk, lalu mengetik.

     “Apa yang kamu lakukan?”

     “Oh, Hii-chan!”

     …Itu SNS.

     Apakah ini akun Enocchi?

     Penuh dengan foto makanan ringan yang berwarna-warni dan lucu.

     “Apakah ini kue yang kamu buat, Enocchi?”

     “Y-Ya. Dan saat aku makan di luar, aku menulis pemikiranku seperti sebuah buku harian…”

     Seperti katanya, dia sedang menulis tentang ayam goreng itu.

     Setelah mengunggah foto, dia langsung mendapat banyak “suka”.

     Beberapa balasan berkata, “Terlihat lezat!” atau “Aku ingin makan itu! Di mana tempatnya!?”

     “…Oh!”

     Melihat itu, aku tersadar.

     Enocchi berkedip menatapku dengan rasa ingin tahu.

     …Itu dia. Itu dia!

     Bagaimana bisa aku tidak memikirkan cara ini sampai sekarang?

◇◇◇

     Jadi, keesokan harinya.

     Aku berencana makan siang dengan Yuu dan mendiskusikan strateginya, tapi…

     “…Mereka mulai lagi.”

     Di depan sana, Yuu dikejar-kejar oleh Makishima-kun.

     “Natsu! Datanglah ke sesi uji coba klub tenis hari ini!”

     “Sudah kubilang tidak! Aku ikut klub hortikultura!”

     “Lupakan klub yang mencurigakan itu! Tenis sangat bagus untuk bermain solo, dan bahkan kalau kamu tidak pandai bergaul, tidak masalah. Lagipula, di sekolah kita, itu satu-satunya klub yang berlatih dengan perempuan! Kalau kamu tertarik, aku bisa mengenalkanmu pada beberapa gadis manis!”

     “Sudah kubilang aku tidak tertarik!”

     Saat Yuu menolak dengan keras kepala, Makishima-kun menyeringai licik.

     …Dia sedang merencanakan sesuatu, kan?

     “Nahaha! Main-main di petak bunga yang kotor itu buang-buang waktu dibandingkan dengan ini! Dibandingkan dengan keanggunan tenis, bunga bisa terinjak dan tidak ada yang peduli!”

     “…!?”

     Yuu tersentak, seperti klik.

     Karena bunganya dihina, Yuu berteriak dengan urat menonjol di dahinya.

     “Makishima-kun, mana mungkin orang sepertimu bisa memahami keindahan bunga!”

     “Nahaha! Kalau begitu mari kita selesaikan dengan pertandingan. Kalau aku kalah, aku akan minta maaf dan membantu dengan bungamu.”

     Yuu setuju dengan “Baiklah!” dan meninggalkan kelas bersama Makishima-kun.

     Aku yang ditinggalkan, menyeruput Yoghurppe-ku.

     (…Yuu dikerjai oleh Makishima-kun lagi)

     Yuu tidak menyadarinya, tapi dia sangat atletis.

     Mungkin dia ingin memamerkan Yuu kepada senior-senior klub tenis melalui “pertandingan” ini.

     Dia sebenarnya bisa saja mengabaikan provokasi itu.

     (…Yah, hasrat Yuu pada bunga adalah salah satu hal baik darinya)

     Selain itu, sekarang aku tidak punya pekerjaan.

     Aku bisa pergi menonton pertandingan Yuu dan Makishima-kun, tapi ikut-ikutan akan sangat merepotkan.

     Aku bisa berkumpul dengan gadis-gadis di kelas…

     Tapi tidak, kan?

     Aku harus mengejar target penaklukanku.

     Jadi, aku mengambil bekal makanku dan meninggalkan kelas.

◇◇◇

     Kelas F.

     Aku menusuk sepotong sayuran rebus dari bekal makanku dan menyodorkannya.

     “Ini, Enocchi! Bilang ‘ahh’! ♡”

     “…”

     Wow, wajah jijik sekali.

     Membuatku merinding!

     “Hii-chan, kenapa kamu makan di sini?”

     “Yah, Makishima-kun menyeret sahabatku, jadi aku kesepian dan berpikir akan makan bersamamu! ♪”

     Aku melirik teman-teman Enocchi dengan “Benar, kan?”

     Mereka mengangguk setuju.

     Enocchi menghela napas, seolah tidak bisa lari, dan mengambil telur gulung dari bekal makanku.

     “Lagipula, berkatmu, aku menemukan ‘strategi SNS’! Aku harus berterima kasih untuk itu.”

     “Apa itu?”

     “Hehe, rahasia untuk sekarang! ♪”

     “…Ugh. Aku tidak mengerti, tapi kalau kamu berterima kasih, biarkan saja aku sendiri.”

     Wah, dia menghela napas dengan sangat kesal.

     “Enocchi, kamu membenciku?”

     Saat aku mengunyah sayuran rebus, Enocchi menjawab seketika.

     “Ya. Aku membencimu.”

     “Apa!? Kenapa!? Kita kan habis makan ayam goreng bersama kemarin!”

     “Anggapanmu bahwa makan ayam goreng bisa menghapus semua dosa masa lalumu, itulah yang salah denganmu…”

     “Aduh, dia mengatakannya blak-blakan!”

     “Hii-chan, kenapa kamu terlihat senang tentang itu…?”

     Yah, aku pada dasarnya dicintai oleh semua orang.

     Orang-orang seperti Yuu dan Enocchi, yang bisa dengan terus terang menunjukkan apa yang tidak mereka sukai dariku, justru mendapat skor tinggi di tingkat kesukaanku.

     …Apakah Yuu dan Enocchi akan akur?

     Tidak, mungkin tidak.

     Mereka berdua ternyata pemalu, jadi mereka mungkin akan hanya duduk dalam diam selamanya.

     “Apa aku benar-benar melakukan hal-hal yang membuatmu membenciku?”

     “Kamu mencoba merias wajahku saat aku tidak menginginkannya. Kamu mencoba membuatku makan makanan pedas saat aku tidak menginginkannya. Kamu mengambil bonekaku saat aku tidak menginginkannya. Kamu masuk ke kamar mandiku saat aku tidak menginginkannya. Kamu mengikat rambutku saat aku tidak menginginkannya. Kamu membangunkanku dari tidur siangku saat aku tidak menginginkannya…”

     Astaga.

     Lebih banyak dari yang kuduga!

     Yang lebih parah, aku ingat melakukan semuanya…

     “Jadi, aku membencimu, Hii-chan. Jangan kembali lagi.”

     “Tidak mungkin!”

     Iron Claw Enocchi meledak!

     Jeritanku “Mogyaaa!” menggema di jam makan siang yang damai!

     “Hii-chaaaan…!”

     “Aku menyerah, aku menyerah! Enocchi, hentikan! Tengkorakku bisa retak!!”

     Melepaskanku, Enocchi menghela napas panjang.

     “Kenapa? Kamu kan punya banyak teman, jadi kamu tidak perlu repot-repot denganku…”

     Aku menyeringai.

     “Karena aku menyukaimu, Enocchi! ♡”

     “…!?”

     Wajah Enocchi memerah padam.

     Oh?

     Seperti yang kupikirkan kemarin, apakah Enocchi lemah saat digoda?

     Melihat wajahnya yang super imut membuang muka, aku jadi geli.

     Kebiasaan burukku muncul.

     Sambil menyeringai, aku menutupi mulutku dan terkikik.

     “Hah? Hah? Enocchi, apa kamu tersipu? Apa kamu benar-benar tersipu? Merasa sangat malu oleh 'aku menyukaimu! ♡' dariku meskipun kamu membenciku? Wow, Enocchi, kamu berlagak keren, tapi sisi polosmu ini benar-benar meningkatkan daya tarik! Benar, semuanya setuju, kan? Ya kan? …Oh?”


    Terbawa suasana, aku tiba-tiba merasakan kepalaku dicengkeram dari belakang.

     Lima jari mencengkeram erat tengkorakku.

     Cengkeramannya mengencang sedikit demi sedikit.

     Sebuah teriakan marah meledak dari belakang!

     “Hii-chan! Itulah tepatnya yang benar-benar kubenci darimu!!”

     “Aduhaduhaduh…! Enocchi! Maaf, maaf! Ini lebih parah dari sebelumnya! Tengkorakku berderit!!”

     Dan dengan demikian, aku gagal berteman lagi dengan teman lamaku.

     Astaga, gadis remaja memang tangguh.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment


close