NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Danjjo Yuujo ga Seiritsu (Iya Shinai?) Side Story 2 Extra 2

 penerjemah: Nobu

Proffreader: Nobu


Ekstra 2

Ini mungkin adalah kisah pendek yang posisinya serupa dengan sebuah epilog


     Satu dekade setelah Natsume Sakura dan yang lainnya lulus SMA.

     Musim dingin.

     Penghujung tahun.

     Makishima Shinji, yang baru saja menyelesaikan latihan mandirinya pada masa liburan musim dingin, pulang saat senja.

     Di tengah perjalanan, ketika dia melewati toko kue "Cat Sith", pintu masuknya terbuka. 

     Seorang gadis sahabat masa kecilnya, mengenakan seragam kerja, sedang menggantungkan plang "CLOSED."

     "Bukankah itu Rin-chan? Sudah selesai, ya?"

     "Ah, Shii-kun."

     Gadis itu mengernyitkan dahi saat melihat Makishima yang baru pulang dari latihan klub.

     "Masih giat sekali, padahal sudah sedingin ini."

     "Sungguh kejam kamu melontarkan perkataan tidak berperasaan seperti itu kepada anak klub yang menjunjung tinggi sportivitas..."

     Dia menghela napas, mengingat gadis itu yang dulu berkarakter kalem.

     "Meski wajahmu rupawan, kalau kepribadianmu seperti itu, tidak akan ada yang mau meminangmu, lho?"

     "Ya, ya, baiklah. Justru Shii-kun, kamu sudah jadi anak SMA, kenapa tidak sedikit lebih kalem, sih?"

     Sekitar setengah tahun telah berlalu sejak mereka masuk SMA.

     Tampaknya, sahabat masa kecilnya itu merasa sedikit banyak terganggu oleh berbagai rumor buruk mengenai hubungan percintaan Shinji.

     "Nahaha. Kalau yang satu itu sulit sekali diubah. Ngomong-ngomong..."

     Pandangannya melirik ke dalam toko kue.

     "Tahun ini, Kureha-san tidak pulang juga?"

     "............"

     Aura negatif pun menyeruak dari Rion, 'zzu-wa-wa-wa'.

     Shinji terperanjat, lalu buru-buru memaksakan senyum ramah.

     "Y-yah, seorang model populer pasti sibuk, kan? Bukankah ada pepatah 'tidak ada kabar, berarti baik-baik saja'?"

     "...Ketika dia pulang nanti, aku akan mengikatnya dengan rantai dan mengurungnya."

     "Tidak, Rin-chan! Kalau kamu yang mengatakannya, itu tidak terdengar seperti candaan. Berhenti..."

     Setelah tak sengaja menginjak ranjau, Shinji bergegas melangkahkan kaki menuju rumah.

     "J-jadi, sampai jumpa. Nanti setelah tahun baru aku akan datang untuk menyapa."

     Sembari membelakangi toko kue, dia kabur dengan langkah cepat menuju rumahnya sendiri.

     (Dasar, sikap tsundere Rin-chan itu sudah kelewatan, ya...)

     Setelah sampai, dia menggosok-gosokkan kedua tangan karena kedinginan, lalu membuka pintu rumah utama.

     Di pintu masuk, ada beberapa pasang sepatu tak dikenal.

     Sepatu kulit hitam mengilap dan dua pasang sepatu bot wanita yang trendi.

     "............"

     Perasaan tidak enak menyelimutinya.

     Shinji mengintip ke ruang tamu yang riuh dengan perasaan waswas.

     ...Dan, seperti dugaannya, Kureha berada di sana.

     Bukan, lebih tepatnya bukan hanya Kureha.

     Musuh bebuyutannya, Inuzuka Hibari, serta Natsume Sakura juga ada di sana.

     Kemudian, sang kakak, Hidekazu, dengan santai menoleh dan memandangnya.

     "Oh, Shinji. Selamat datang, lelah ya sepulang latihan klub."

     "A-ah. Kak, hari ini ada acara minum-minum?"

     "Eh? Apa aku tidak memberitahumu?"

     "Kurasa tidak..."

     Sejak mereka semua berusia di atas dua puluh, acara minum-minum di kediaman keluarga Makishima selalu diadakan setiap musim panas dan penghujung tahun.

     Dia tidak ingin disalahpahami.

     Bukan berarti dia keberatan dengan acara minum-minum di rumahnya sendiri.

     Hanya saja, dia tidak menyukai orang-orang yang hadir di sana.

     Hibari, yang dengan anggun menyeruput sake dari cangkir kecil, tersenyum.

     "Halo, Shinji-kun. Maaf sudah merepotkan."

     "Ya, begitu. Padahal, kupikir di masa seperti ini, para pegawai negeri seharusnya lebih sibuk."

     "Haha. Yah, setiap orang butuh rehat sejenak."

     "Dasar kamu, sudah setiap hari kamu bersenang-senang mengganggu adik iparmu..."

     Lalu, Shinji mengalihkan pandangannya ke Kureha.

     "Kureha-san, apa kamu sudah menjenguk rumah?"

     Kureha pun langsung tersenyum lebar dan menjawab. 

     "Belum~♪ Soalnya Rion menyeramkan~."

     "Memangnya kenapa? Sikapmu itulah yang membuat kerutan di dahi Rin-chan makin dalam."

     "Mmm~. Soalnya Rion cerewet menyuruhku membantu pekerjaan rumah. Padahal aku tidak boleh melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan air~."

     "Katanya, saat kamu pulang nanti, kamu akan diikat dengan rantai, lho."

     "Ih, menyeramkan sekali~. Sepertinya hari ini aku menginap di hotel saja~♪."

     Dengan sikapnya yang tak berubah, Shinji memindahkan pandangannya sambil merasa tercengang.

     "E-eh, lalu..."

     Seorang wanita cantik yang sedang memiringkan kaleng bir dengan tatapan sangsi di dalam kotatsu.

     Maksudnya adalah Sakura, namun dari belakangnya terpancar aura negatif 'zu-mo-mo-mo...'.

     Aura yang lebih pekat dari Rion tadi membuat Shinji bergidik ngeri.

     "Sakura-san, sepertinya mood-mu sangat buruk..."

     "Hah?"

     Suara serak itu membuatnya bergetar ketakutan.

     Pada saat itu, Hidekazu berkata kepada adiknya,

     "Shinji, air mandinya sudah siap, cepat masuk sana. Badanmu kedinginan, nanti bisa sakit."

     "A-ah. Terima kasih."

     Shinji pun bergegas kabur.

     ...Di ruang tamu yang kini sepi tanpa Shinji.

     Hidekazu berkata sambil tersenyum kecut. 

     "Maaf, adikku memang tidak punya rasa peka."

     "Uh-huh-huh. Shinji-kun mirip sekali dengan Hibari-kun yang dulu, ya~♪"

     "Aku tersinggung. Padahal aku selalu menganggap diriku seorang pria sejati, lho?"

     Sembari tertawa riang dan mengobrol, mereka menghela napas.

     Kemudian, Hibari terlihat sedikit kecewa saat menuangkan sake ke dalam cangkir kecil.

     "Yataro, tahun ini pun dia tidak bisa dihubungi."

     Sambil menggoyangkan gelas wine, Kureha melanjutkan dengan nada sedih.

     "Betul, ya~. Kalau dia baik-baik saja, seharusnya dia mau menunjukkan wajahnya, kan~♪."

     Hidekazu meneguk keras shochu yang telah dicampur air panas.

     "Saat dewasa, setiap orang akan sibuk dengan kehidupan masing-masing. Itu wajar, kan?"

     Mereka bertiga mengangguk setuju.

     ...Melihat sikap mereka yang berlebihan, Sakura meremas kaleng bir yang kosong hingga gepeng.

     Lalu, dia menggebrak kakinya ke dalam kotatsu dan berteriak,

     "Berisik sekali! Jangan jadikan dia bahan pembicaraan seolah-olah menyindirku!!"

     Ketiganya terperanjat dan buru-buru berusaha menenangkan Sakura.

     "T-tidak begitu, kok. Kami benar-benar hanya mengenang teman lama..."

     "Betul~. Sakura-chan, kamu terlalu banyak berpikir~☆."

     "Hahaha. Sakura-san memang orang yang merepotkan, ya."

     Sambil mati-matian mencoba menenangkan Sakura, pikiran mereka sebenarnya sepakat.

     ((Kalau tidak dibicarakan, dia juga pasti akan marah...))

     Lagi pula, tak ada seorang pun di sini yang tidak tahu alasannya. Biasanya dia datang dengan wajah polos tanpa riasan, tetapi khusus untuk acara minum-minum rutin ini, dia selalu berdandan habis-habisan.

     Wanita yang merepotkan itu membuka kaleng bir berikutnya dengan bunyi 'psss'.

     Di sekelilingnya, sudah berserakan beberapa kaleng kosong.

     "Dengar, ya!? Aku tidak peduli sama sekali dengan orang itu!"

     "Y-ya, ya. Kami tahu, kok..."

     "Makanya, jangan pernah sebut namanya sama sekali!"

     "Iya, ya. Kami akan berhati-hati..."

     Sakura meneguk habis birnya dalam sekali teguk, lalu meraih kaleng berikutnya...

     "Oh?"

     Dia menyadari persediaan yang pertama kali disiapkan sudah habis diminum.

     Dengan langkah gontai seperti iblis, dia beranjak menuju pintu keluar ruang tamu.

     "Aku mau ambil bir sebentar."

     "Ah, oke. Sekalian tolong ambil camilan juga, ya. Ada di rak biasa."

     "Oke."

     Setelah melepas kepergian Sakura...

     Ketiga orang yang tersisa mendekatkan wajah mereka di atas kotatsu.

     Mereka berbisik-bisik agar Sakura tidak mendengarnya.

     "...Jadi, bagaimana kabar Yataro?"

     "Mmm~. Bagaimana, ya~☆."

     "Tapi, Kureha-chan bilang bukunya yang berikutnya akan sukses saat liburan musim panas lalu, kan?"

     Shiiba Yataro.

     Saat ini, dia hanyalah seorang penulis yang biasa-biasa saja.

     ...Selain Sakura, semua tahu bahwa dia tidak bisa membayar uang sewa apartemen dan kini menjadi parasit bagi Kureha.

     Kureha menyesap wine dengan ekspresi cemas.

     "Padahal aku suka, sih~. Tapi sepertinya adegan di mana sang tokoh utama dibantai dengan parang oleh sang pahlawan wanita di prolog tidak diterima pasar, ya~☆."

     "Eh? Lalu, apa yang terjadi setelah itu?"

     “Jadi ceritanya sang tokoh utama berubah jadi hantu~, terus dia berusaha merebut kembali tubuhnya supaya bisa balas dendam pada gadis itu dengan cara menaklukkan keenam alam~♪”

     "Kenapa kamu membuat cerita seperti itu untuk proyek komedi romantis? Rasanya seperti dia kembali ke masa SMA-nya yang nakal, ya?"

     "Justru karena absurd makanya seru~. Kalau melakukan hal yang sama seperti orang lain, itu cuma akan jadi rebutan yang sia-sia, kan~?"

     "Secara logika mungkin benar, tapi apa memang ada pembaca yang menginginkan cerita seperti itu...?"

     Hasil dari kerja keras Sakura yang mati-matian mengubah Yataro di masa SMA seakan-akan telah lenyap.

     Hidekazu tertawa dengan tenang sambil berkata. 

     "Apa judul buku dia yang sebelumnya?"

     "Mmm~. Jadi, seorang ilustrator cantik terkenal setuju untuk menggambar sampulnya, dan dari segi perencanaan, itu pasti akan berhasil karena temanya tentang masa muda, keahlian utama si anjing itu~."

     "Eh? Tapi kalau tidak salah, buku itu tidak laku sama sekali, kan..."

     "Tepat sebelum dirilis, ilustrator itu ketahuan punya pacar, jadi penggemarnya mengadakan gerakan boikot~☆."

     "Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi..."

     Mereka semua berpikir, jangan-jangan pasangan itu dikutuk.

     Hibari dan Hidekazu meraih potongan salmon kering di piring.

     "Kedua orang itu memang tidak bisa dihadapi dengan cara biasa."

     "Di zaman sekarang ini, sulit sekali menjual buku hingga satu juta eksemplar."

     Para pria otaku itu mengangguk setuju.

     "Lagipula, meskipun targetnya belum tercapai, bukankah seharusnya dia datang saja ke acara minum-minum? Kureha-kun, apa kamu tidak mengizinkannya pulang bersamamu?"

     "Aduh! Jangan bicara seolah-olah aku pelit bayarin tiket pesawatnya~!"

     "Hehe. Memangnya bukan begitu, ya?"

     "Iiih~! Aku sudah mengajaknya, kok~? Tapi si anjing itu selalu mencari-cari alasan aneh dan kabur~."

     "Yah, dia memang gengsi. Mau bagaimana lagi..."

     Saat itu juga, Kureha mengangkat jari telunjuknya seolah-olah punya ide cemerlang. 

     "Ah, benar juga~! Bagaimana kalau kita coba video call sekarang~?"

     "Ide bagus. Ayo coba."

     "Eh? A-ah, tidak, Kureha-chan? Hibari? Ini keterlaluan..."

     Mereka sudah mulai terpengaruh oleh alkohol.

     Tanpa mengindahkan larangan Hidekazu, Kouyou menghubungi Yataro lewat ponselnya.

     Seketika, wajah dan suara Yataro muncul di layar.

     [Hah? Kureha? Bukankah kamu di acara minum-minum... eh, tunggu! Ini video call! Nanti ketahuan Sakura-chan!]

     "Uh-huh-huh, tenang saja~☆. Sakura-chan sedang pergi mengambil minuman~."

     Melihat wajah itu, Hibari, yang biasanya jarang tertawa, kini tertawa riang.

     "Hahahaha! Yataro, janggut apa itu!? Tidak cocok sekali denganmu."

     [Ah! Kamu Hibari!?]

     "Sudah lima atau enam tahun sejak kita lulus kuliah. Wajahmu jadi seperti om-om, ya?"

     [Berisik! Justru kenapa kamu malah terlihat makin muda!?]

     "Hehe. Setiap hari aku dikelilingi oleh semangat anak muda yang segar. Rasanya seperti terlahir kembali."

     Yataro terlihat masam dan berkata,

     [Lagi pula, ada apa ini? Aku sudah bilang pada Kureha kalau aku tidak akan datang!]

     "Karena Sakura-kun merasa kesepian, kupikir kamu bisa menunjukkan wajahmu padanya, walau hanya sebentar."

     [Sialan kamu, tolong berhenti jadi orang mabuk yang merepotkan...]

     "Tidak sopan. Aku tidak mabuk, kok."

     [Orang mabuk selalu berkata begitu...]

     Tepat saat mereka larut dalam percakapan. 

     Pintu ruang tamu terbuka, dan Sakura masuk sambil membawa kaleng bir serta camilan.

     "Kalian. Suara kalian sampai terdengar ke lorong, sedang apa?"

     [...!?!?]

     Seketika, sambungan video terputus.

     Kecepatan itu membuat Hibari dan yang lainnya terkejut... dan juga sedikit sadar dari mabuk.

     Hibari menggerutu.

     "Sepertinya kita kelewatan bercanda, ya?"

     Kureha dan Hidekazu juga tersenyum kecut sambil meraih minuman mereka.

     Hanya Sakura seorang yang belum bisa memahami situasinya, dengan tanda tanya berderet di kepalanya, lalu kembali membuka kaleng bir.

     Pada saat yang sama, di Tokyo.

     Di beranda apartemen Kureha tempatnya menumpang, Yataro menundukkan kepala sambil memegang sebatang rokok.

     "Sialan, dasar pemabuk. Jangan bikin kaget, dong..."

     Dia berkata sambil menghisap rokoknya.

     "............"

     Tepat sebelum dia memutus sambungan telepon.

     Selama sesaat, dia melihat wajah Sakura yang baru dilihatnya lagi setelah sepuluh tahun. Yataro teringat wajah itu.

     "...Sakura-chan. Rambutnya dipotong pendek."

     Sambil mengembuskan asap rokok, dia tersenyum lesu.

     Lalu, setelah mematikan rokok di asbak, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan berteriak,

     "Sialan, dia manis sekali~!"

     ...Di beranda yang gelap, malam kota seakan mengawasi pria yang meronta-ronta itu dengan lembut.

     Kisah cinta yang begitu canggung dan terus berlanjut hingga satu dekade kemudian itu, masih tak tahu ke mana akan melangkah.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close