Penerjemah: Randika Rabbani
Proffreader: Randika Rabbani
BAB 2
“MENJELANG SEMESTER TIGA”
Bagian 1
"Koki keluarga Roseblade luar biasa, ya. Aku sudah kenyang dan tidak bisa makan lagi~."
Saat kami kembali ke kamar tamu yang disediakan, Marie melompat ke tempat tidur dan berbaring dengan tangan dan kaki terentang.
Melihatnya memamerkan perutnya yang sedikit buncit tanpa rasa malu membuatku sedikit sedih karena merasa tidak dianggap sebagai laki-laki.
Bukannya aku tidak suka tidak diperlakukan sebagai laki-laki.
Aku hanya sedih dengan Marie yang membuang rasa malunya.
"Aku tidak menyangka kamu akan membuat kakak ipar Dorothea menangis. Dia orang yang penyayang pada kakak, tapi pada dasarnya dia tidak peduli dengan hal lain."
Memang benar dia memiliki sisi penyayang, tapi bagiku dia tetap terkesan dingin pada orang yang tidak dia minati.
Aku merasa dia hanya peduli pada aku dan Marie karena kami adalah keluarga Nicks.
Marie yang membuat kakak ipar Dorothea menangis dan bersimpati padanya itu luar biasa.
Marie berguling dan menghadap ke arahku.
"Penampilannya sih iya, tapi aku rasa dia memang orang yang cukup mudah menangis."
"Dia kelihatan dingin bagiku."
"Dia hanya tidak pandai mengekspresikan emosinya. Yah… Tapi dia terlalu terang-terangan kalau soal seleranya."
Marie membuat ekspresi yang sulit dijelaskan saat mengingat kakak ipar Dorothea yang bersemangat saat dirantai dengan Nicks.
Jika hanya berdasarkan pengalaman hidup di kehidupan sebelumnya, Marie lebih pandai menilai orang daripada aku.
"Jadi, dia tidak sedingin penampilannya. Tapi, aku tidak bisa bilang dia punya gap moe..."
Aku sejenak menyesal telah menyerahkan kesempatan menikah dengan kakak Ipar Dorothea pada Nicks, tapi tak lama, aku langsung kehilangan minat setelah mengetahui seleranya.
Tidak peduli seberapa besar payudaranya, aku tidak ingin hidup terikat rantai.
Tatapan Marie padaku sedikit menajam.
Dia sepertinya tahu apa yang kupikirkan, tapi dia tidak menyalahkanku.
Dia tampaknya ingin membicarakan rencana ke depan.
"Karena acara makan malam sudah selesai, mari kita bicarakan tentang rencana ke depan. Semester tiga akan segera dimulai, kan? Apa ada event besar di semester tiga tahun pertama di otome game itu?"
Marie mencoba mengingat acara di otome game itu, tapi sepertinya dia tidak langsung mengingatnya.
Wajar saja, karena tidak ada event besar di semester tiga tahun pertama.
Hanya ada event yang menimbulkan suasana mencurigakan menjelang kenaikan kelas, yang membuat kami merasakan bahaya di masa depan.
"Tidak ada event besar. Lagipula, apakah kita perlu mengkhawatirkan masa depan?"
Marie cemberut melihat sikapku yang cuek.
"Tentu saja. Tergantung pada Olivia, protagonis kita, negara... negara... Hah?"
Marie sepertinya menyadari sesuatu saat dia berbicara.
Kami telah menyusup ke Kadipaten Fanose sebelum karyawisata dan mengambil Magic Flute yang bisa digunakan untuk memanggil last boss untuk menghindari krisis terbesar di otome game itu.
Itu adalah pilihan yang hanya bisa kami buat karena kami mengetahui skenario game-nya.
Jika last boss berpotensi menghancurkan Kerajaan Holfort, kami hanya perlu melenyapkan kemungkinan itu terlebih dahulu.
Metode yang sangat pengecut seperti pemain game... Tidak juga? Bagi kami, kami melakukan ini untuk menghindari tragedi yang akan terjadi.
Yah, kami memang melakukan kejahatan besar dengan menyusup ke kastil Kadipaten Fanose, tapi kami menganggapnya impas karena kami telah menyelamatkan Kerajaan Holfort dari tragedi.
"Menurut skenario otome game itu, ketika kita kelas tiga, kita akan berperang penuh dengan Kadipaten Fanose. Tapi, menurutmu apakah Kadipaten Fanose, yang telah kehilangan kartu trufnya, last boss, akan tetap menyerang Kerajaan Holfort?"
Marie duduk dan berpikir untuk merespon pertanyaanku.
Jawaban yang dia berikan tidak seperti yang kuharapkan.
"Tidak, mereka akan tetap menyerang, kan? Mereka tidak menyerang hanya karena ada last boss, tapi karena ada sesuatu alasan mereka menyerang. Aku dengar mereka menyimpan dendam pada kerajaan."
Memang ada hubungan buruk antara kedua negara yang bisa menyebabkan perang.
Dalam skenario otome game itu, Kadipaten Fanose selalu membenci Kerajaan Holfort.
Itulah mengapa mereka memutuskan untuk berperang, tapi aku tidak berpikir Kadipaten Fanose akan berperang kalau hanya dengan alasan itu.
"Menurutmu seberapa besar perbedaan kekuatan nasional antara kerajaan dan kadipaten? Jika mereka sudah kehilangan kartu truf mereka, mereka juga kehilangan peluang untuk menang. Jika mereka tetap menyerang, mereka hanyalah orang-orang bodoh."
Alasan mengapa kadipaten akan menghindari perang adalah karena perbedaan kekuatan nasional.
Kerajaan memiliki beberapa kali lebih banyak kapal perang terbang daripada kadipaten.
Jika terjadi perang, mereka akan dikalahkan oleh perbedaan jumlah.
Dan seharusnya, Kadipaten Fanose sudah lama dikalahkan dan dihancurkan oleh Kerajaan Holfort.
Satu-satunya alasan mereka masih ada sampai sekarang adalah karena keberadaan Black Knight yang sangat kuat.
Meskipun mereka memiliki Black Knight, kadipaten masih belum bisa menghancurkan kerajaan sampai sekarang. Itulah kenyataannya.
Mereka tahu bahwa jika mereka menyerang, mereka akan kalah.
Aku penasaran mengapa selama ini mereka tidak pernah menggunakan Magic Flute sebagai kartu truf mereka, tapi karena sekarang sudah hilang, mereka seharusnya semakin kehilangan keinginan untuk menyerang.
Mungkin karena dia merasa kata-kataku meyakinkan, Marie merasa lega.
"Kalau begitu, harusnya tidak akan ada masalah besar di masa depan. Paling-paling, hanya dengan siapa Olivia akan bersama? Kalau dilihat sekarang, itu sepertinya akan menjadi rute reverse-harem, tapi tidak mungkin kan satu wanita dibagi oleh banyak pria, jadi mungkin akan ada masalah."
(TLN : Itu elu mbak di suatu dimensi yg lain wkwk)
Meskipun dia bilang akan ada masalah, Marie tampak sangat tertarik.
"Bagiku, itu bukan masalah. Ngomong-ngomong, apakah perempuan memang ingin memiliki banyak laki-laki?"
Jika itu laki-laki, wajar saja jika mereka memimpikan harem, tapi aku tidak tahu tentang wanita.
Jadi aku bertanya pada Marie, tapi jawaban yang kudapatkan ambigu.
"Tergantung orangnya? Ada yang berkencan dengan banyak orang sekaligus, dan ada juga yang setia dengan satu orang."
"Jadi, itu tergantung pada orangnya, ya. Tapi, kalau begitu, Olivia-san tidak terlihat seperti orang yang akan berkencan dengan banyak orang sekaligus."
Aku mencoba mengingat sosok Olivia-san, tapi dia tidak terlihat seperti orang yang ahli dalam percintaan.
"Karena dia sederhana dan polos, dia mungkin akan memilih satu orang pada akhirnya."
Ketika aku mengatakan dugaanku, Marie menggelengkan kepalanya dengan heran.
"Kamu bodoh jika tertipu oleh penampilannya. Gadis yang terlihat poloslah yang diam-diam berkencan dengan banyak orang."
Aku merasa kecewa mendengar Marie mengatakan kebenaran tentang wanita.
"Aku tidak ingin mendengar hal seperti itu. Aku tipe orang yang ingin berfantasi tentang wanita."
"Laki-laki emang benar-benar bodoh. Ah, tapi..."
Marie sepertinya tiba-tiba teringat sesuatu.
Sambil meletakkan tangannya di dagunya, dia bertanya,
"Jarang ada gadis yang secara terang-terangan berkencan dengan banyak orang seperti Olivia. Kebanyakan dari mereka diam-diam berkencan dengan banyak orang, dan berkata pada setiap lak-laki, 'Hanya kamu satu-satunya!'"
"Jadi, Olivia-san adalah jenis langka... Aku tidak ingin tahu itu."
Ketika aku menghela nafas panjang, Marie cemberut.
"Apa bagusnya gadis yang bisa dengan mudah berkencan dengan banyak orang?"
Marie sepertinya cemberut karena aku mengulangi apa yang kuharapkan dari Olivia-san.
"Kamu sendiri terlihat sangat tertarik dengan kisah cinta Olivia-san dan target penaklukannya."
"Karena itu adalah kisah cinta enam orang itu. Aku sangat penasaran."
Marie sangat tertarik dengan kisah cinta Olivia-san dan yang lainnya mungkin karena tidak banyak hiburan di dunia ini.
Di kehidupan sebelumnya, kami hidup di dunia yang penuh dengan hiburan.
Bahkan saat itu, para gadis sangat antusias dengan cerita cinta, jadi mungkin ini sudah menjadi naluri mereka.
"Tidak apa-apa jika kamu tertarik, tapi jangan sampai ikut campur, ya"
Ketika aku memperingatkan Marie, dia tampaknya tidak berniat untuk ikut campur sejak awal.
"Tentu saja. Jika aku ikut campur, kesenangan menontonku akan berkurang. Tapi, aku ingin Luxion merekam hubungan enam orang itu. Lalu, aku ingin dia mengeditnya agar aku bisa menikmatinya."
Kecerdasan buatan canggih akan menghabiskan sumber dayanya untuk hiburan Marie.
"Tapi, dia ada di dalam tubuh utamanya untuk sementara waktu. Katanya dia akan memeriksa tubuh pikiran Saint."
Partnerku, 【Luxion】, biasanya berupa bola logam, yang merupakan sub-unitnya.
Namun, tubuh utamanya adalah pesawat ruang angkasa dengan panjang lebih dari tujuh ratus meter.
Sepertinya itu awalnya adalah kapal imigran berteknologi tinggi yang dibuat untuk membawa banyak orang dalam perjalanan ke luar angkasa.
Karena itulah Luxion memiliki berbagai fungsi yang berguna, tapi akhir-akhir ini dia sibuk menyelidiki dendam Saint yang telah ditangkap—yang sekarang disebut Luxion sebagai tubuh pikiran.
Marie kelihatan bosan.
"Aku kira kenapa dia tidak terlihat akhir-akhir ini, ternyata dia asyik dengan tubuh pikiran itu. Apakah dia tidak akan selesai sebelum semester tiga dimulai?"
"Mana aku tahu. Lebih penting lagi, ada hal yang lebih penting untuk kita bicarakan, kita yang telah terbebas dari skenario otome game itu."
Meskipun krisis Kerajaan Holfort telah berlalu, kami masih memiliki masalah besar.
Marie, yang memiringkan kepalanya dengan bingung, kelihatannya belum sadar.
"Apa ada sesuatu? Kita tidak perlu khawatir lagi terombang-ambing oleh skenario, kan?"
"Memang, kalau tentang skenario. Masalah penting bagi kita adalah—"
"Masalah penting?"
Marie menunggu kata-kataku dengan muka yang sedikit tegang.
Aku memberi tahunya dengan sedikit dramatis.
"—Kita belum menyelesaikan tugas yang diperlukan untuk naik kelas."
Dibandingkan dengan krisis negara, itu mungkin terdengar seperti masalah kecil.
Tapi, bagi kami yang mengalaminya, itu adalah masalah besar.
Marie juga kaget mendengarnya, dan akhirnya mengerti apa yang ingin kukatakan.
"Pe-penaklukan Dungeon?"
"Dengan semua yang terjadi di sana-sini, kita belum sempat menyelesaikannya. Jika begini terus, kita terancam tidak naik kelas."
Meskipun aku mengatakannya dengan dramatis, penaklukan Dungeon memang belum selesai.
Aku menghela nafas panjang sambil menutupi wajahku dengan tangan kananku.
Marie memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
"Aku benar-benar gak mau tinggal kelas!!"
... Yah, aku juga.
.
Bagian 2
Pintu ruang UKS di akademi terbuka dengan kasar, dan dari sana masuklah para bangsawan yang sedang terengah-engah.
【Olivia】, yang sedang berbaring di tempat tidur, mengangkat tubuh bagian atasnya setelah memastikan bahwa mereka berdua telah muncul.
"Aku senang. Kalian datang jauh-jauh untuk menjengukku."
Olivia, yang tangan dan kakinya diperban, tersenyum ke arah mereka berdua dengan penampilan yang menyakitkan.
Melihat Olivia seperti itu, 【Julius Rapha Holfort】, terlihat rambut biru pendeknya berantakan, datang ke samping tempat tidur seolah-olah akan pingsan.
Dia menggenggam tangan Olivia dan menciumnya ringan.
"Tentu saja! Aku khawatir padamu..."
Olivia tersenyum kecut pada Julius yang menangis, tidak tahu harus berkata apa.
【Jilk Fia Marmoria】, yang tidak tahan melihat mereka berdua, memanggil mereka.
Dia adalah saudara angkat 【Julius】 yang tumbuh bersama sejak kecil, dengan rambut hijau panjang yang khas dan selalu memiliki ekspresi lembut.
Dia adalah siswa laki-laki dari keluarga Viscount Marmoria, seorang bangsawan istana, dan merupakan pelayan paling setia yang telah melayani Julius sejak dia masih kecil.
Jika Julius mewarisi tahta di masa depan, Jilk akan bekerja sebagai tangan kanan Julius di pusat Kerajaan Holfort.
Meskipun dia memiliki status keluarga terendah di antara mereka berlima, posisinya sebagai saudara angkat membuat Jilk setara dengan yang lain.
"Yang Mulia, jangan menggenggamnya terlalu kuat, Olivia-san akan kesakitan."
Sambil menegur Julius yang menggenggam tangan Olivia, Jilk memprioritaskan untuk memastikan situasinya.
"Aku juga lega Olivia-san baik-baik saja. Ketika aku mendengar bahwa kamu mengalami kecelakaan di dalam Dungeon, aku benar-benar khawatir."
Saat Jilk duduk di tempat tidur, Olivia menundukkan kepalanya dan bertingkah sedih.
"Maafkan aku. Karena aku, rencana perjalanan kalian jadi dibatalkan."
Seharusnya, mereka berenam sekarang sedang dalam perjalanan dengan kapal udara.
Perjalanan itu direncanakan untuk Julius dan Jilk yang tidak bisa ikut dalam karyawisata, tetapi semua orang di sini hanya ingin pergi berlibur dengan Olivia.
Yang ikut adalah 【Greg Fou Seberg】, 【Chris Fia Arclight】, dan 【Brad Fou Field】, semuanya adalah bangsawan ternama.
Namun, karena Olivia bertindak sembrono di Dungeon, perjalanan itu dibatalkan.
Julius dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Olivia yang terpuruk.
"Jangan khawatir. Mereka bertiga juga lega mendengar bahwa kamu baik-baik saja. Lagipula, kecelakaan di Dungeon itu tidak bisa dihindari. Aku ingin kamu mengajak kami, tapi sudah terlambat sekarang. Sayang sekali, tapi kita bisa pergi berlibur lain kali."
"... Maafkan aku."
Julius menunjukkan ekspresi yang rumit pada Olivia yang masih meminta maaf.
"Jangan sedih. Greg dan yang lainnya sebentar lagi akan datang. Tidak ada yang marah padamu."
Di depan Julius yang mati-matian mencoba menenangkannya, Olivia bertingkah seolah-olah hatinya sedikit lega.
"Aku senang mendengarmu mengatakan itu."
"Semuanya senang kamu baik-baik saja."
Jilk, yang diam dan tidak mengganggu percakapan Julius dan Olivia, sepertinya merasa ada jeda dan menanyakan hal yang dia khawatirkan.
Dia menatap tajam ke arah Olivia, atau lebih tepatnya ke arah tangan dan kakinya yang terluka.
"Ngomong-ngomong, apakah luka di tangan dan kakimu benar-benar baik-baik saja?"
Julius tampaknya tidak bisa memaafkan Jilk yang menatapnya dengan curiga.
"Jilk, apa kau meragukan Olivia?"
Ketika Julius menekannya, Jilk mengangkat kedua tangannya dalam posisi menyerah sambil menenangkannya.
"Aku memang curiga, tapi bukan pada Olivia-san."
"Apa maksudmu?"
"Olivia-san adalah pengguna sihir penyembuhan yang hebat. Dia juga bisa menyembuhkan luka ringan sendiri. Tapi dia menderita luka yang membuatnya harus dibawa ke ruang UKS. —Selain itu, meskipun dia memasuki Dungeon, sulit dipercaya bahwa akan terjadi kecelakaan besar di area yang bisa dia jelajahi."
Mereka berdua sepertinya sudah mendengar laporannya sebelumnya, tapi Jilk yang jeli tampaknya merasa curiga.
Olivia menutup mulutnya, dan Jilk berjongkok diam di depannya.
Melihat reaksi Olivia, Jilk sepertinya menyadari ada sesuatu yang terjadi.
"Olivia-san, bisakah kamu memberi tahu kami yang sebenarnya terjadi?"
Meskipun Jilk dan Julius memanggilnya dengan lembut, Olivia menundukkan wajahnya sehingga ekspresinya tidak terlihat.
Seharusnya, ini adalah adegan di mana dia akan menangis karena kebaikan mereka.
Tapi, Olivia malah tertawa.
Dengan wajah buruk yang tidak pernah terbayangkan darinya, dia tertawa terbahak-bahak sambil menahan suaranya.
(Ketahuan, ya. Syukurlah, dia cukup pintar untuk curiga dengan lukaku. Jika dia hanya orang bodoh, itu tidak akan menyenangkan untuk menghancurkannya.)
Di lengan kiri Olivia yang diperban, ada gelang Saint.
—Gelang yang dirasuki oleh tubuh pikiran Saint Anne.
Kesadaran asli Olivia saat ini terperangkap di dalam pelosok hatinya, dan yang sekarang mengendalikan tubuh ini adalah tubuh pikiran Saint Anne yang membenci Kerajaan Holfort.
(Aku beruntung bisa mengambil alih tubuh gadis ini pada hari itu, dan di tempat itu. Aku tidak menyangka dia akan akrab dengan keturunan langsung para bajingan itu. Yah, meskipun salah satunya tampaknya dari keluarga cabang... Tidak heran jika dia adalah keturunan Marmoria.)
Anne, tubuh pikiran yang telah mengambil alih tubuh Olivia, menghapus senyumnya dan menunjukkan ekspresi kosong sekali.
(Ini adalah takdir. Takdir menyuruhku untuk membalas dendam pada musuh Lea. Dia menyuruhku untuk menghancurkan negara ini—Benar, kan, Lea?)
Sambil mengeluarkan niat membunuh terhadap Kerajaan Holfort, Julius, dan yang lainnya, Olivia—Anne, mengangkat wajahnya sambil membuat ekspresi menangis yang mungkin akan ditunjukkan oleh Olivia.
"Maaf...kan... aku. Aku... disuruh diam... Aku... takut... Aku tidak bisa memberi tahu siapa pun..."
Melihat Olivia terisak, Julius dan Jilk tampaknya berpikir bahwa insiden ini lebih gelap dari yang mereka kira.
Julius memeluk bahu Olivia.
"Ceritakan pada kami apa yang terjadi. Kami—aku adalah temanmu. Aku pasti akan melindungimu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir."
Jilk sudah berdiri dan tampaknya sedang memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Olivia-san, bisakah kamu memberi tahu kami yang sebenarnya?"
Olivia menyeka air matanya, dan masih berakting takut untuk bercerita.
"Tapi, aku tidak bisa memberi tahu kalian karena aku disuruh diam. Jika aku memberi tahu kalian... itu akan merepotkan orang-orang di sekitarku. Pasti, itu akan sangat merepotkan Jilk-san juga."
Jilk, yang diberitahu bahwa Olivia tidak bisa bercerita demi dirinya, mungkin merasa naluri penjaganya terpicu.
Meskipun biasanya dia tenang, suaranya sedikit meninggi.
"Kami akan baik-baik saja. Aku dan Yang Mulia tidak selemah yang Olivia-san kira. Bisakah kamu memberi tahu kami?"
Olivia ragu-ragu sejenak sebelum menjawab dengan takut-takut.
"... Aku dijatuhkan ke lubang jurang di Dungeon. Ke-ketika aku kembali, aku diancam bahwa jika aku memberi tahu Julius dan yang lainnya, aku tidak akan dimaafkan... Jadi, aku tidak bisa memberi tahu siapa pun dan hanya bilang aku mengalami kecelakaan."
Dia pergi ke Dungeon di ibu kota dan mengumpulkan batu ajaib untuk mencari kebutuhan hidup.
Saat itulah dia ditemukan oleh murid-murid akademi dan dilemparkan ke lubang jurang.
Olivia memberi tahu mereka berdua sambil menangis.
"Aku takut... Tapi, mereka bilang mereka tidak akan memaafkanku jika aku memberi tahu siapa pun... Aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Penampilannya yang menangis tersedu-sedu dan memohon tampaknya menyentuh hati mereka berdua.
Tangan Julius yang terkepal gemetar.
"Mereka mencoba membunuh Olivia di dalam Dungeon?"
Tindakan mencoba membunuh Olivia di dalam Dungeon, lalu membuatnya tampak seperti kecelakaan tentu saja membuat mereka marah, tetapi yang paling tidak bisa dimaafkan adalah mereka mengincar Olivia.
Sementara Julius gemetar karena marah yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya, Jilk tetap tenang.
"Itu rencana yang sangat ceroboh. Bahkan jika mereka mencoba membuatnya tampak seperti kecelakaan di dalam Dungeon, jika ada saksi, itu akan terungkap. Terlebih lagi, Dungeon di ibu kota adalah tempat di mana banyak orang yang berhubungan dengan akademi. Jika itu adalah tempat di mana murid-murid bisa masuk, pasti akan ada saksi mata."
Julius meraih kerah baju Jilk, yang muak dengan rencana para pelaku, dan mendekatkan wajahnya.
"Bagaimana kau bisa tetap tenang di saat seperti ini? Apa kau tidak khawatir dengan Olivia?"
"Aku juga khawatir. Tapi, Olivia-san telah kembali ke akademi dengan selamat. Bukankah yang penting sekarang adalah mencegah kejadian seperti ini terjadi lagi?"
Julius tidak bisa membantah kata-kata Jilk yang benar.
Dia melepaskan tangannya yang dia genggam dengan kasar dan membelakangi Olivia dan Jilk.
Dia mungkin tidak ingin mereka melihatnya saat ini.
Olivia menangis, tapi dia tetap tenang mengamati reaksi mereka berdua.
(Julius memang emosional, tapi dia masih bisa mengendalikan dirinya untuk tetap tenang. —Masalahnya adalah Jilk.)
Dia lebih tenang dan jeli dari yang kukira.
(Jangan mencoba menghalangi pembalasanku. Sekarang, bagaimana ya cara menghancurkanmu—)
Sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, dia dengan tenang memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Jilk, yang tidak menyadari perasaan Olivia, menyarankan kepada Julius tentang bagaimana menangani para pelaku.
"Yang Mulia, aku juga merasa tidak bisa memaafkan para pelaku. Tapi, jika kita menginterogasi mereka dengan gegabah karena marah, kita akan memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri. Kurasa ini adalah situasi di mana kita harus bertindak dengan tenang."
Julius menarik napas dalam-dalam dan sedikit tenang.
"Aku tahu kau benar. Tapi, perasaanku berkata sebaliknya. Jadi? Apa yang akan kau lakukan dengan para pelaku?"
Ketika Julius bertanya seolah-olah, "Kau punya ide, kan?", Jilk mengangguk kecil dan meletakkan tangannya di dadanya.
"Kita, para bangsawan Kerajaan Holfort, adalah keturunan para petualang yang hebat. Kita membenci tindakan pengkhianatan di dalam Dungeon sebagai perilaku jahat. Pertama-tama, mari kita kumpulkan bukti. Kita hanya perlu membuat para pelaku tidak bisa mengelak dan memojokkan mereka."
Seperti yang dikatakan Jilk, Kerajaan Holfort didirikan oleh para petualang.
Oleh karena itu, perilaku seperti petualang dijunjung tinggi.
Pada saat yang sama, perilaku terburuk sebagai seorang petualang dibenci bahkan di masyarakat bangsawan.
Jika diketahui bahwa mereka mencoba membunuh sesama murid di dalam Dungeon, mereka tidak akan bisa menghindari pandangan dingin dari masyarakat bangsawan.
Jilk berencana untuk melenyapkan para pelaku secara sosial.
Julius menunjukkan ekspresi bingung.
"Kau memang selalu tidak kenal ampun."
Jilk menyadari dan memberitahu sifat Julius yang terlalu lunak.
"Apakah Anda berniat untuk mengakhiri masalah ini hanya dengan peringatan karena Olivia-san pulang dengan selamat? Yang Mulia, masalah ini juga memiliki makna sebagai peringatan. Kita harus menunjukkan kepada akademi bahwa kita tidak akan menoleransi insiden seperti ini terjadi lagi di masa depan. Jika tidak, kita tidak akan bisa melindungi Olivia-san."
Jilk tampaknya menyadari bahwa anak-anak bangsawan tidak menyukai Olivia.
Oleh karena itu, dia mungkin berniat untuk menghukum para pelaku dalam masalah ini dan memberi peringatan kepada para siswa.
Julius menerima usulan Jilk.
"... Baiklah. Jadi, seberapa berat hukuman yang akan kau berikan kepada para pelaku?"
"Jika kita melakukannya, kita harus melakukannya secara menyeluruh. Pengusiran dari akademi adalah yang terbaik."
Julius menunjukkan ekspresi sedikit tidak puas, seolah-olah dia bertanya-tanya apakah mereka akan dibiarkan lolos hanya dengan dikeluarkan dari akademi karena percobaan pembunuhan.
".….Olivia, tunggulah sebentar. Kami akan mengeluarkan para pelaku dari akademi."
Olivia tersenyum kepada mereka berdua yang dapat diandalkan.
"Terima kasih, kalian berdua."
Namun, di balik senyuman itu, ada kebencian Anne yang terpancar.
(Mereka benar-benar bisa mengucapkan kata-kata dangkal itu satu demi satu. Aku tidak menyangka akan mendengar kata 'jahat' dari keturunan Marmoria.)
Mereka berdua, yang lega melihat senyum Olivia, meninggalkan ruangan untuk mengumpulkan bukti.
Di ruang UKS yang kosong, Olivia mencengkeram selimut.
"Keturunan para petualang hebat? Pengkhianatan didalam Dungeon adalah kejahatan? —Siapa mereka?"
Olivia, yang gemetar karena marah dan dipenuhi dengan kebencian, sangat marah dengan kata-kata Jilk.
Semangat mulia sebagai keturunan para petualang hebat yang tidak akan mentoleransi pengkhianatan selama petualangan.
Semua itu terdengar munafik bagi Anne.
"Keturunan mereka sekarang menjadi keturunan para pahlawan, ya... Hah!"
Olivia mencibir, tetapi dia menarik napas dalam-dalam dan mulai tertawa dengan menyeramkan.
Meskipun itu adalah wajah Olivia yang sama, dia tampak seperti orang yang berbeda.
"Pertama-tama, aku akan mulai dengan menghancurkan keturunan Marmoria ini. Anak-anak kecil, aku tidak punya dendam pada kalian. Tapi, semua ini adalah salah leluhur kalian."




Post a Comment