Penerjemah: Randika Rabbani
Proffreader: Randika Rabbani
BAB 6
“HEROINE YANG TRAGIS”
Bagian 1
Angelica mengunjungi rumah bangsawan di ibu kota pada hari liburnya.
Alasan kunjungannya adalah untuk menemui salah satu siswi yang dikeluarkan dari akademi.
Ayah dari siswi itu adalah salah satu bangsawan berpengaruh yang memiliki rumah di ibu kota.
Alasan Angelica repot-repot datang untuk melihat situasinya adalah karena dia diminta oleh seorang bangsawan penting dari faksinya, "Tolong dengarkan apa yang putriku katakan."
Angelica tidak bisa mengabaikannya karena dia adalah tokoh penting dar faksinya, jadi dia datang sendiri.
Angelica, yang telah diantar ke ruang tamu, duduk berhadapan dengan siswi yang dikeluarkan dari akademi.
"Aku sudah mendengar situasinya di akademi. Kau seharusnya tahu bahwa melakukan tindakan jahat di dalam Dungeon tidak akan pernah diampuni."
Siswi itu mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Angelica.
Dari sikapnya, Angelica menyadari bahwa dia memang telah melakukan sesuatu yang memalukan.
Angelica menanyai siswi itu.
"Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu?"
Ketika ditanya alasannya, siswi itu mulai mengungkapkan perasaannya seolah-olah bendungan yang telah jebol.
"A-aku tidak salah! Lagipula, wanita itu bukan bangsawan, tapi hanya rakyat jelata, kan? Dia berbeda dari kita, bangsawan yang memiliki garis keturunan!"
Yang ingin dikatakan siswi itu adalah bahwa mereka, bangsawan yang memiliki petualang sebagai leluhur, berbeda dari rakyat jelata.
Dia mungkin tidak menyadari bahwa dia telah mengkhianati teman-temannya.
Dia bersikeras bahwa tindakannya dibenarkan.
"Wanita yang menipu Yang Mulia Putra Mahkota dan yang lainnya itu hanyalah racun bagi kerajaan. Tidak adil jika aku dikeluarkan hanya karena aku mencoba menyingkirkannya. Angelica-sama! Bisakah kamu membantuku untuk kembali ke akademi?"
Angelica sedikit bersimpati kepada siswi yang menatapnya dengan pandangan memohon.
Angelica juga memiliki perasaan yang sama dengan siswi itu.
(Memang benar bahwa wanita yang mendekati Yang Mulia itu bukanlah salah satu dari kita. —Tapi, ada batasan yang tidak boleh dilanggar di dunia ini. Dan dia dengan sembarangan melewati batas itu.)
Namun, meskipun begitu, Angelica tetap tidak bisa membantu siswi di depannya.
Meskipun dia juga tidak menyukai Olivia, dia menyadari bahwa mencoba membunuhnya selama penaklukan Dungeon adalah tindakan bodoh.
"Jangan bicara omong kosong. Tidak hanya akademi, Yang Mulia dan yang lainnya juga marah dengan insiden ini. Pikirkan baik-baik apa yang telah kau lakukan dan renungkanlah."
Angelica, yang muak dengan siswi yang hanya memikirkan alasan dan perlindungan diri, mencoba untuk berdiri.
Lalu, siswi itu memeluknya.
"Kumohon! Jika aku dikeluarkan, aku tidak akan bisa hidup lagi sebagai bangsawan!"
Angelica melepaskan siswi itu.
"Itu salahmu sendiri."
Setelah mengatakan itu, Angelica meninggalkan ruang tamu, dan dia bisa mendengar suara siswi itu menangis dari belakang.
.
Bagian 2
Keesokan harinya, Angelica pergi ke rumah keluarga Redgrave di ibu kota.
Karena ada siswa yang dikeluarkan dari faksinya, dia harus melaporkannya.
Dia menjalani hari-hari yang sibuk akhir-akhir ini, selain belajar, dia juga harus menulis laporan.
Dia tidak punya waktu untuk bermain-main seperti siswa akademi lainnya.
(Apa yang sedang kulakukan? Seharusnya aku adalah tunangan Yang Mulia, tapi aku bahkan belum bertemu dengannya akhir-akhir ini. Tapi, wanita itu—dia pasti masih bersama Yang Mulia dan yang lainnya sekarang.)
Hati Angelica menjadi murung ketika dia membayangkan Olivia menghabiskan waktu bersama Julius dan yang lainnya sementara dia sendiri sibuk.
Orang yang menerima laporannya adalah kakaknya, 【Gilbert Rapha Redgrave】.
Seorang pria muda tampan dengan rambut pirang dan mata merah seperti Angelica, dia bertindak sebagai pengganti ayah mereka, kepala keluarga, di rumah Redgrave di ibu kota.
Bagi Angelica, Gilbert adalah kakak laki-laki yang hebat, dan jika tidak ada masalah, dia akan menghormatinya sebagai orang yang akan mewarisi keluarga Redgrave tanpa masalah.
Setelah membaca laporan Angelica, Gilbert menunjukkan ekspresi serius.
"Ini sebuah kegagalan."
"Maaf atas kegagalanku. Aku akan memberitahu semua orang untuk tidak melakukan tindakan gegabah seperti itu lagi di masa depan."
Dia mengira dia disalahkan karena ada siswa yang dikeluarkan dari akademi, jadi dia menjawab seperti itu, tapi Gilbert menunjukkan bahwa Angelica tidak peka.
"Yang kumaksud dengan kegagalan, itu adalah tindakanmu."
"... Eh?"
Kepada Angelica yang tidak mengerti apa yang dia katakan, Gilbert menjelaskannya dengan tenang.
"Tidak dapat dihindari bahwa ada siswa yang dikeluarkan. Aku juga tidak menyalahkanmu. Tapi, tindakanmu setelah itu gagal. Mengapa kamu membuat pernyataan yang dingin ketika kamu sedang mendengarkan siswi yang dikeluarkan?"
Yang dianggap Gilbert sebagai kegagalan adalah tindakan Angelica setelah ada siswi yang dikeluarkan.
"Tetapi, aku tidak bisa membela tindakannya."
Gilbert juga setuju setelah mendengar alasan Angelica.
"Memang, itu terlalu gegabah. Tapi, tahukah kamu apa yang diharapkan oleh ayahnya, yang mengatur pertemuan denganmu untuk mengkhawatirkan putrinya?"
"Aku tidak punya wewenang untuk membatalkan pengeluarannya."
"Memang. Tapi, tetap saja tidak bijaksana untuk mengabaikannya seperti itu. Akibatnya, ayah dari siswi yang dikeluarkan itu mengatakan dia akan segera meninggalkan faksi."
"... Eh?"
Mendengar cerita Gilbert, Angelica melebarkan matanya.
Dia tidak menyangka bahwa bangsawan yang menjunjung tinggi keturunan petualang akan melindungi putrinya yang telah melakukan tindakan jahat.
Melihat reaksi Angelica, Gilbert terkejut bahwa dia tidak menyadarinya.
"Kamu seharusnya menyadarinya saat dia masih merawat putrinya yang telah melakukan tindakan terburuk sebagai petualang di rumahnya. Dia mengandalkanmu, berharap kamu bisa mengembalikan putrinya yang dia sayangi ke akademi."
"Su-sudah kubilang, aku tidak punya wewenang untuk membuat keputusan seperti itu!"
Seharusnya, tindakan yang benar sebagai bangsawan adalah mengusir putrinya yang telah mencoreng nama keluarga nya.
Angelica juga berpikir bahwa dia akan melakukan itu, tapi bangsawan itu berbeda.
Karena kecintaannya pada putrinya, dia mengabaikan harga diri seorang bangsawan.
Gilbert memberi tahu Angelica bagaimana seharusnya dia bertindak.
"Kamu tidak perlu membatalkan pengeluarannya. Lagipula, itu tidak bisa lagi dibatalkan. Selain melakukan tindakan jahat, dia juga membuat Yang Mulia Putra Mahkota marah. Dia mungkin mengkhawatirkan posisinya sendiri. Dan cepat atau lambat, dia memang akan meninggalkan faksi dan bergabung dengan faksli lain."
"Kalau begitu, kita tidak perlu peduli padanya."
"Meskipun begitu, kamu seharusnya mendengarkan cerita putrinya. Kamu seharusnya berpura-pura bersimpati dan mengajukan protes kepada Yang Mulia Putra Mahkota. Dengan begitu, kamu akan berhutang budi padanya karena telah bertindak demi putrinya. Lagipula, dia juga tidak benar-benar berpikir bahwa pengeluaran itu akan dibatalkan. Jika dia berpikir begitu, dia benar-benar orang bodoh."
Tidak mungkin dia akan melindungi putrinya yang telah melakukan tindakan jahat meskipun dia hidup di masyarakat bangsawan.
Jika dia melakukan itu, dia tidak akan hanya dipandang dingin oleh orang-orang di sekitarnya.
Angelica memprotes Gilbert.
"Kamu ingin aku memprotes Yang Mulia untuk melindungi orang itu? Itu akan merusak posisiku. Keluarga Redgrave akan dirugikan jika dianggap melindungi orang seperti itu."
Meskipun pendapat Angelica benar, Gilbert mencibir.
"Kamu tidak perlu benar-benar memprotes dengan serius. Tapi, masalah ini terlalu terburu-buru dan mengabaikan aturan biasanya. Kamu hanya perlu mengatakan bahwa kita tidak boleh terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Jika hanya itu, bangsawan lain tidak akan menyalahkanmu. Kamu hanya perlu berpura-pura telah memprotes."
Dia tidak perlu benar-benar membela siswa yang dikeluarkan.
Dia hanya perlu menunjukkan bahwa dia telah memprotes.
Angelica menunduk dan mengepalkan kedua tangannya.
"Kamu ingin aku berkonflik dengan Yang Mulia hanya untuk alasan berpura-pura?"
Bahwa Julius sangat marah dengan masalah ini telah diketahui secara luas di akademi.
Bagi Angelica, menyakitkan untuk harus berkonflik dengan Julius lagi.
Kening Gilbert berkerut mendengar reaksi Angelica.
"Masalah ini terlalu terburu-buru. Bahkan di istana kerajaan pun, banyak yang meragukan tindakan Yang Mulia Putra Mahkota. Dan demi pemerintahan Yang Mulia Putra Mahkola yang stabil, seseorang harus menegurnya."
Angelica mengangguk kecil ketika diberitahu bahwa itu adalah tugasnya untuk menegur Julius.
"Dipahami… Aku mengerti"
Perasaan Angelica yang tidak yakin tampaknya terlihat di wajahnya, dan Gilbert melihat ke langit.
Tidak seperti sebelumnya, kali ini dia menasihati Angelica sebagai seorang kakak.
"Protes saja secara formal. Setelah itu, bicaralah dengan Putra Mahkota dengan tenang."
"Apakah boleh?"
"Aku juga sering diberitahu oleh Ayah bahwa aku terlalu serius, tapi kamu juga sama. Kamu harus belajar untuk sedikit rileks dan mengatur situasi dengan baik. Yah, meskipun aku juga tidak bisa mengatakan itu pada orang lain."
Melihat Gilbert yang tampak malu, Angelica merasa sedikit lega.
"Ya, kamu benar. Aku akan mencoba berbicara dengan Yang Mulia."
"Itu bagus."
.
Bagian 3
Angelica meminjam sebuah ruangan di akademi untuk bertemu dengan Julius dan mengatur tempat untuk berdiskusi.
Karena hari sudah malam, dia tidak bisa mengundang Julius ke asrama perempuan, dan tidak pantas juga bagi Angelica untuk mengunjungi asrama laki-laki, jadi ini adalah komprominya.
Angelica ingin berbicara dengan Julius secara terbuka.
Itulah mengapa Angelica datang ke ruangan ini sendirian, tetapi Julius dan yang lainnya malah muncul bersama-sama.
Julius, yang memasuki ruangan, tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan kepada Angelica yang sudah datang lebih dulu.
"Maaf membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa, akulah yang tiba-tiba memintamu untuk datang."
(Aku sudah mengira saudara angkatnya, Jilk, akan ikut datang, tapi aku tidak menyangka mereka berenam juga akan datang.)
Sambil menghela nafas kecil, Angelica memelototi Olivia yang dikelilingi oleh lima orang seolah-olah dia sedang dilindungi.
Saat itu, matanya bertemu dengan Olivia—.
(Apa itu?)
—Untuk sesaat, Olivia tampak tersenyum sinis.
Tapi, Olivia segera mengubah ekspresinya dan memeluk lengan Julius dengan ekspresi ketakutan.
Julius, yang dipeluk, sedikit kehilangan keseimbangan tetapi tampak bahagia.
"Olivia, kamu tidak perlu khawatir. Kami di sini, jadi kamu aman."
Olivia masih bersikap takut-takut terhadap Julius yang peduli padanya dengan lembut.
"Maaf. Aku masih takut."
Brad, yang ikut dalam diskusi, berbicara kepada Olivia yang ketakutan.
"Wajar saja kamu merasa seperti itu setelah kejadian itu. Jadi, aku ingin kau menyelesaikan diskusi ini dengan cepat. Kenapa kau mengumpulkan kami di sini?"
Angelica merasa muak dengan tindakan dan kata-kata Brad yang terlalu berlebihan.
(Aku tidak bermaksud memanggil kalian... Yah, tidak apa-apa.)
Angelica memulai pembicaraan sambil memperhatikan nada suaranya agar tidak seperti memprovokasi mereka sebisa mungkin.
"Ini tentang murid yang dikeluarkan. Aku tidak bermaksud untuk menyalahkanmu, tapi tetap saja masalah ini terlalu terburu-buru. Aku di sini untuk menasihatimu bahwa kita seharusnya meluangkan waktu sesuai ketentuan biasanya."
Dia menegur mereka karena terlalu terburu-buru, dan ingin segera menyelesaikannya dan berbicara dengan Julius berdua saja.
Jadi, dia melanjutkan pembicaraan tanpa mendengarkan alasan Julius dan yang lainnya.
"Aku tidak punya masalah dengan pengeluarannya, tapi jangan terlalu terburu-buru—"
Ada keluhan dari berbagai pihak terkait, jadi tolong menahan diri selanjutnya. —Seharusnya pembicaraan berakhir di situ, tapi Olivia tiba-tiba menangis.
Chris yang pertama menyadarinya.
"Olivia? A-ada apa? Apakah kamu sakit?"
Chris, yang tidak terbiasa berurusan dengan perempuan, merasa panik.
Olivia menyeka air matanya dan menatap Angelica.
"Apakah karena aku itu rakyat jelata?"
"Apa katamu?"
Nada suara Angelica, yang tidak senang karena pembicaraannya diinterupsi, sedikit lebih tinggi karena dia sedang berbicara dengan Olivia.
Ketika dia menatap tajam ke arah Olivia, mata birunya bertemu dengan matanya, dan amarahnya menghilang untuk sesaat.
Itu adalah perasaan yang aneh, tapi dia segera menggelengkan kepalanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Olivia mulai berbicara dengan suara gemetar.
"Aku sering mendengarnya di akademi. Bahwa aku bukan salah satu dari mereka karena aku rakyat jelata. Jadi, itu tidak termasuk pengkhianatan, jadi tidak adil jika aku dikeluarkan... Jika mereka meluangkan waktu untuk menyelidiki, mereka bisa memutuskan apakah itu benar atau tidak..."
Ketika dia mendengar kata-kata Olivia, yang muncul di benak Angelica adalah kata-kata siswi yang dikeluarkan.
Bahwa Olivia bukan salah satu dari mereka karena dia rakyat jelata.
Karena dia mengingatnya, Angelica terdiam sesaat.
"Ja-jangan konyol! Sudah menjadi kebiasaan untuk meluangkan waktu untuk menyelidiki masalah yang berkaitan dengan pengeluaran. Aku tidak akan memberikan perlakuan khusus untukmu!"
Greg tidak melewatkan sikap Angelica yang panik untuk sesaat.
"Kau mencurigakan karena panik seperti itu. Angelica, biasanya kau tidak akan panik seperti ini."
Meskipun Greg biasanya kasar, dia tajam di saat-saat seperti ini, mungkin karena insting liarnya.
Angelica juga berpikir bahwa jika dia adalah dirinya yang biasanya, dia akan membalas dengan tenang.
Namun, hari ini, entah kenapa, dia merasa sangat gelisah.
Dia mengepalkan tangan kanannya dan menekannya ke dadanya.
(Kenapa? Kenapa aku begitu tidak sabaran!?)
Dia tidak bisa mengendalikan emosinya.
Seperti ditelan ombak besar, sisi liarnya yang biasanya dia tekan muncul ke permukaan.
Angelica adalah orang yang emosional.
Dia biasanya berhati-hati, tapi ketika dia mencapai batas kesabarannya, sifat aslinya akan keluar.
Keluarganya telah mengajarinya untuk berhati-hati, dan orang yang mendidiknya juga telah menyuruhnya untuk memiliki pengendalian diri yang kuat.
Itulah mengapa dia berusaha untuk tetap tenang, tapi hari ini dia tidak bisa.
"Jangan bicara tentang diriku! Aku memanggil Yang Mulia ke sini untuk memberitahu bahwa masalah telah muncul di mana-mana karena Yang Mulia terlalu terburu-buru memutuskan. Aku pribadi tidak peduli dengan gadis biasa itu!"
Beberapa detik setelah mengatakan kata-kata kasar itu, Angelica menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan.
Wajahnya menjadi pucat, tapi sudah terlambat.
Tatapan dingin Jilk yang menusuk tertuju pada Angelica.
"Jadi, itulah perasaanmu yang sebenarnya."
"Ti-tidak."
Dia mencoba untuk mengatakan itu tidak benar, tapi Julius melangkah keluar di depan Angelica.
Mata Julius dipenuhi dengan kemarahan terhadap Angelica.
"Angelica, apakah kau juga menghina Olivia sebagai rakyat jelata?"
"Tidak, Yang Mulia. Aku tidak bermaksud mengatakan itu. Yang ingin kukatakan adalah!"
"Jika bahkan kau memandang rendah Olivia sebagai rakyat jelata, sebagian besar siswa di akademi pasti memiliki pendapat yang sama. ... Aku mengerti, para bangsawan memang benar-benar sombong."
Ketika Julius tiba-tiba tertawa kecil, semua orang yang hadir terkejut.
Angelica memeluk Julius.
"Yang Mulia, dengarkan aku. Aku tidak menyalahkan pengusiran siswanya. Aku hanya ingin kamu meluangkan lebih banyak waktu. Hanya itu—"
Julius tersenyum, tapi matanya tidak.
"Apa yang akan kau lakukan dengan meluangkan lebih banyak waktu? Apakah kau akan menyiapkan jalan keluar dan membatalkan pengeluarannya selama itu? Tidak, kau tidak perlu menjawab. Kau tidak akan melakukannya, tapi yang lain mungkin akan melakukannya. Karena sebagian besar siswa di akademi ini memandang rendah Olivia sebagai rakyat jelata, jadi aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan."
"Ya-Yang Mulia..."
Meskipun hanya sedikit, Julius tampaknya mempercayai Angelica.
Bahwa Angelica tidak akan melakukan hal-hal yang akan membuat Olivia khawatir.
Tapi, dia juga berpikir bahwa siswa lain mungkin tidak sama.
Angelica sedikit senang dengan kata-kata Julius.
(Yang Mulia masih mempercayaiku.)
Julius dengan lembut melepaskan tangan Angelica yang memeganginya dan membelakanginya.
"Seperti yang disarankan Jilk, itu adalah keputusan yang tepat untuk segera mengeluarkan mereka. Karena sebagian besar orang di akademi memandang rendah Olivia sebagai rakyat jelata, jika kita meluangkan waktu, Olivia akan dalam bahaya. —Aku terlalu naif."
Julius berkata bahwa dia seharusnya mengambil tindakan yang lebih keras, lalu dia meraih tangan Olivia dan meninggalkan ruangan.
Para bangsawan lainnya juga meninggalkan ruangan seolah-olah mereka mengejar Olivia dan yang lainnya—dan terakhir, Jilk tetap tinggal di ruangan itu.
"Angelica-san, bisakah kau berhenti ikut campur dalam urusan Yang Mulia?"
Angelica menunjukkan rasa tidak senangnya atas saran Jilk yang tiba-tiba.
"Kau tidak berhak memerintahku."
Tapi, Jilk tampaknya juga tidak akan mundur.
"Aku berhak. Aku adalah saudara angkat Yang Mulia. Karena aku seperti saudara yang tumbuh bersamanya, aku ingin bertindak demi Yang Mulia."
"Apa maksudmu?"
"Meskipun hanya selama di akademi. Bukankah wajar bagi seorang kakak untuk ingin memberinya waktu untuk menghabiskan waktu bersama gadis yang dicintainya?"
Yang ingin dikatakan Jilk adalah dia ingin membiarkan Julius melakukan apa yang dia inginkan setidaknya selama di akademi.
Dengan kata lain, itu sama saja dengan mengatakan bahwa Julius tidak menyukai Angelica.
"Maksudmu, apakah Yang Mulia seserius itu?"
Suara Angelica bergetar.
Jilk tersenyum dan berkata kepada Angelica seolah-olah memberikan pukulan terakhir.
"Setelah lulus, Yang Mulia akan memenuhi tugasnya sebagai anggota keluarga kerajaan lalu menikahimu. Tapi, bukankah tidak apa-apa baginya untuk menikmati kehidupan akademi dengan Olivia-san sebelum itu?"
Karena dia akan menikahinya di masa depan, dia harus bersabar selama kehidupan akademi.
Angelica menundukkan kepalanya.
(Kalau begitu, seolah-olah aku adalah penghalang bagi Yang Mulia. Tidak hanya itu, apakah dia merasa tertekan untuk menikahiku?)
Saat air mata hendak jatuh dari mata Angelica, Jilk meninggalkan ruangan seolah-olah melarikan diri.
"Sepertinya akan lebih baik bagi kita untuk menjaga jarak saat kita berada di akademi. Kalau begitu, aku permisi."
Angelica, yang ditinggalkan sendirian, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"... Yang Mulia."
.
Bagian 4
"Gyaaaaa!! Lengket sekali!! Tolong!!!"
Marie, yang terperangkap oleh jaring laba-laba raksasa di dalam Dungeon, mencoba untuk melawan, tetapi benang yang melilitnya semakin banyak, dan dia tidak bisa bergerak.
"Kamu baik-baik saja, Marie? Jangan bergerak dari sana!"
Kami sedang dalam berjalan biasa di Dungeon dan sampailah di sebuah ruangan besar ini, tapi kami lengah karena tidak melihat monster.
Itu juga karena Marie dengan sembrono masuk, dan berujung ditangkap oleh laba-laba yang melompat turun dari langit-langit.
Marie langsung dibungkus dengan jaring laba-laba dan dibawa ke sarangnya, dan kami, para siswa laki-laki, mati-matian bertarung untuk menyelamatkannya.
"Laba-laba sialan! Lepaskan Marie!"
Ketika aku melemparkan belati yang kupegang, itu berhasil menusuk kepala laba-laba.
Laba-laba itu mengerang kesakitan, tapi itu bukan luka serius.
Marie, yang terperangkap di jaring laba-laba, berteriak.
"Aku gak enak dimakan!!"
Karena dia bergerak sambil berteriak, jaring laba-laba itu semakin melilitnya, dan Marie memperlihatkan penampilan yang tidak senonoh.
"Bodoh! Makanya aku bilang jangan bergerak!"
Aku ingin menyelamatkan Marie dengan cepat agar tidak semakin mempermalukannya, tapi laba-laba raksasa itu bergerak cepat sehingga serangan kami tidak mengenainya.
Rukul-senpai dan yang lainnya juga panik.
"Kita harus menyelamatkan Marie-san! Sial! Sial sekali kita bertemu musuh yang kuat di tempat seperti ini."
Sepertinya mereka jarang bertemu monster ini, dan bahkan para senior kelas tiga pun kesulitan.
Aku sedang memikirkan untuk menggunakan alat yang diberikan Luxion padaku untuk menyelamatkan Marie.
Jika aku menggunakannya, semua orang akan melihatnya dan aku akan dicurigai, tapi demi menyelamatkan Marie, aku tidak punya pilihan.
Saat aku mencoba meraih alat itu—aku mendengar suara Ellie.
"Thousand Arrow."
Ketika Ellie yang telah melepas kacamatanya mengucapkan mantra itu, rambutnya yang dikuncir kuda bergoyang.
Lingkaran sihir muncul dari tangan kanannya, dan dari lingkaran itu, ribuan anak panah sihir ditembakkan.
Satu anak panah mungkin tidak terlalu kuat, tapi beda cerita jika ada seribu.
Anak panah sihir itu menyerang laba-laba dan menghancurkan jaring laba-laba yang menutupi langit-langit.
"Fugyah!?"
Marie jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk, dan aku tidak jadi mengambil alat Luxion.
Aku berlari ke arah Marie, tapi aku tidak bisa menyentuhnya karena dia terjerat jaring laba-laba.
"Kamu baik-baik saja, Marie?"
“A-apa aku terlihat baik-baik saja? Setidaknya, jika kamu ingin menyelamatkanku, aku ingin kamu melakukannya dengan lebih lembut. Huhu, aku pastilah seorang Heroine yang tragis”
Dia menyebut dirinya Heroine yang tragis, menganggap dirinya tidak beruntung karena ditangkap oleh laba-laba dan diselamatkan dengan kasar.
"Bukankah kamu lebih seperti Heroine komedi?"
"Itu maksudnya apa!"
"Persis seperti yang kukatakan."
Aku merasa lega karena dia bisa berbicara sebanyak ini, dan ketika aku melihat ke arah laba-laba, pertarungan sudah berakhir.
Dia telah ditembak oleh sihir yang dilepaskan Ellie dan hampir menghilang menjadi asap hitam.
"Dia bisa menggunakan sihir seperti itu, ya?"
Aku terkejut mengetahui kekuatan tersembunyi Ellie, tapi—para siswa laki-laki mulai mengerumuninya dan membuat keributan.
"Hebat banget, Ellie-chan!"
"Di mana kamu belajar sihir seperti itu? Apakah dari buku?"
"Dengan Ellie-chan di sini, kita akan aman mulai sekarang! Ellie-chan si penyihir, aku akan melindungimu, jadi jangan khawatir. Aku akan menjadi Ksatria untukmu."
Yang terakhir adalah Raymond, tapi dia dipukuli oleh orang-orang di sekitarnya karena mencoba untuk maju sendiri.
Ellie, yang dikelilingi, tampak bingung, tapi itu salah Raymond karena mencoba untuk maju sendiri, jadi tidak apa-apa untuk mengabaikannya.
Aku bertanya kepada Marie tentang kekuatan Ellie.
"Apa kamu tahu Ellie sekuat itu?"
"Mana mungkin aku tahu. Dia biasanya mengurung diri dan hampir tidak pernah datang ke kelas."
Aku berpikir bahwa itu masuk akal, dan kemudian Betty datang dan menyiramkan sesuatu dari botol kecil ke Marie.
"Wah!? A-are?, benangnya... meleleh?"
Saat Marie terkejut, Betty menghela nafas kecil.
"Ini adalah obat untuk melarutkan benang monster. Setidaknya kamu seharusnya membawa satu."
Aku tidak menyangka bahwa Betty, yang biasanya mengurung diri dan hanya menggambar, memiliki obat yang hanya bisa digunakan dalam situasi tertentu.
Bahkan Rukul-senpai dan yang lainnya tidak menyangka akan bertemu monster ini.
Ada batasan untuk seberapa siap kau bisa.
Kepada Marie yang telah dibebaskan dari jaring laba-laba, aku berbisik pelan.
"Apakah teman-temanmu itu... orang-orang yang luar biasa?"
Marie juga tampaknya telah mengubah pandangannya terhadap mereka bertiga karena kejadian ini.
"Mereka memang luar biasa, tapi kalau begitu, aku ingin mereka lebih bisa diandalkan di situasi normal."
Aku setuju dengan pendapat itu.




Post a Comment