Chapter 3 - Comfort Trip
Part 1
Kota dipenuhi dengan nuansa Natal.
Yuzuki telah kembali ke rumah orang tuanya, di mana dia sedang berbicara dengan ayahnya, Teruyoshi.
"Jadi, bagaimana dengan Yuuya Tenjou?”
“…”
Saat ditanyai langsung, Yuzuki terdiam, ekspresinya tidak terbaca.
Melihat reaksi Yuzuki, Teruyoshi mendesaknya lebih jauh.
"Ada apa? Apa kau gagal membuat kontak dengannya? "
"Tidak, aku berhasil membuat kontak dengannya. "
"Kalau begitu, kau pasti sudah bisa memastikannya. Eksistensi macam apa dia? Apakah Spiritual Power dia sudah bangkit?”
Teruyoshi bertanya dengan penuh semangat. Namun Yuzuki menggelengkan kepalanya.
"Sayangnya, aku tidak bisa merasakan Spiritual Power apapun, atau jejak kekuatan apapun, dari tubuhnya. "
"Apa? "
Teruyoshi terkejut dengan laporan tak terduga dari Yuzuki.
"Itu mustahil. Menurut Star Reader, dia seharusnya sudah membangkitkannya. "
"Tapi, dia jelas-jelas orang normal, dan aku tidak bisa merasakan kekuatan apapun. "
“Hmm…”
"Dengan segala hormat, mungkinkah Star Reader salah?"
Tepat saat Yuzuki hendak mengatakan hal tersebut, dia merasakan tekanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ia pun terbanting ke tanah.
“Ugh!”
"Tutup mulutmu. Star Reader dari keluarga Komyouin tidak pernah salah. Kau tidak berada dalam posisi untuk membuat pernyataan gegabah seperti itu. "
"Aku... Aku mohon maaf... "
Yuzuki meminta maaf dengan suara tegang, dan tekanan itu menghilang seolah-olah itu adalah kebohongan.
"Jangan pernah mengatakan hal semacam itu lagi. "
"Ya."
"Hmph. Yang lebih penting, kau bilang kau tidak bisa merasakan Spiritual Power apa pun. Mungkin saja Yuuya sengaja menekan kekuatannya. Tapi untuk melakukannya, dia butuh seseorang untuk mengajarinya. Kekuatan yang kita miliki tidak bisa digunakan tanpa instruksi."
Seperti yang dikatakan Teruyoshi, kekuatan khusus, seperti Spiritual Power, yang telah diwariskan di Jepang sejak zaman kuno, tidak dapat digunakan dengan benar tanpa latihan. Jika digunakan secara sembarangan, seseorang bisa tertelan oleh kekuatan tersebut dan berubah menjadi monster atau roh jahat.
Tentu saja, mereka juga ingin mencegah Yuuya dibawa oleh keluarga lain. Lebih dari itu, mereka ingin melindunginya dengan segala cara agar seseorang dengan Spiritual Power sekuat Yuuya tidak berubah menjadi monster.
Namun, menurut Yuzuki, Yuuya kemungkinan sudah mampu mengendalikan kekuatannya.
"Hmm... Menurut shadows kita, pemerintah belum membuat kontak dengannya. Sepertinya dia tidak belajar cara menggunakan kekuatannya dari siapa pun. Lagipula, ada beberapa kejadian di mana dia hampir menyadari keberadaan shadows kita. " (Catatan: pakai kata 'shadows' biar lebih enak bacanya ketimbang pakai kata agen/mata-mata.)
Unit intelijen keluarga Komyouin memantau pergerakan Yuuya, tetapi tidak ada tanda-tanda siapa pun yang melakukan kontak dengannya.
Terlebih lagi, Yuuya tidak selalu waspada, jadi ia tidak menyadari bahwa ia sedang diawasi. Namun, ketika dia menggunakan kekuatan yang tidak ingin dilihatnya, seperti Item Box, dia secara alami menjadi waspada terhadap lingkungan sekitarnya, memaksa para shadows untuk menghentikan pengawasan mereka.
"Aneh. Biasanya, manusia biasa tidak bisa merasakan keberadaan shadows, tapi dia mungkin bisa. Lagipula, jika dia bisa menyadari shadows, kemungkinan besar Yuuya menyembunyikan kekuatannya."
Dengan pemikiran itu, Teruyoshi memberi perintah baru kepada Yuzuki.
"Yuzuki, kau harus mendekati Yuuya dan menemukan rahasia kekuatannya. Kalau perlu, kau boleh menggunakan tubuhmu sendiri. Malahan, itu akan lebih cepat."
"Ayah, itu terlalu... "
Yuzuki mencoba mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak mampu mengatakannya dan terdiam.
Awalnya, Yuzuki diharapkan menjadi kepala keluarga Komyouin berikutnya. Namun, entah mengapa, Teruyoshi mulai memperlakukannya dengan buruk.
Meski begitu, Yuzuki terus bekerja keras untuk diakui sebagai kepala keluarga berikutnya. Dia pikir dia akhirnya berhasil membuat Teruyoshi ayahnya mengakui keberadaannya.
Melihat Yuzuki tetap diam, Teruyoshi mendengus.
"Hmph... Saat kau lahir, aku gemetar karena marah, tapi sekarang sudah waktunya. Menurut para shadows, Yuuya Tenjou sebenarnya terasingkan dari keluarganya. Karena itu, jika kami bisa memanfaatkanmu untuk membawanya ke dalam keluarga kami, keluarga Komyouin akan semakin makmur. Yuzuki, aku punya harapan besar padamu."
“…”
Dengan kata-kata terakhirnya, Teruyoshi menghilang dari pandangan Yuzuki seperti kabut.
***
Oki, Direktur Biro Penanggulangan Mutasi Khusus, memeriksa penampilannya di cermin.
"Baiklah, pakaian ini seharusnya bagus!”
Dia mengenakan kemeja rajutan dan rok ketat berbelahan—pakaian yang tampaknya tidak cocok untuk bekerja.
Namun, dia berencana memakainya untuk menghubungi Yuuya dan merekrutnya ke Biro.
"Dengan cara ini, aku bisa menunjukkan pesona dewasaku sambil menarik sisi kekanak-kanakannya… Ufu, ufufufu…”
Oki tersenyum malu-malu, tenggelam dalam khayalannya.
Lalu, dia menerima pesan dari perangkat berbentuk jam tangannya.
"Halo? "
"Ini keadaan darurat! "
Suara panik salah satu bawahannya terdengar, dan dia terlihat cemas.
"Apa? Mutasi lagi? Aku libur hari ini. Biarkan saja. "
"Mutasi level 4 telah terdeteksi! "
“!?”
Tapi saat dia mendengar kata berikutnya, raut wajah Oki berubah.
“Level 4?”
Dalam beberapa tahun sejak mutasi mulai terdeteksi, hanya segelintir mutasi Level 4 yang diamati.
Jika manekin raksasa Level 3 yang mereka hadapi terakhir kali memiliki kekuatan untuk menghancurkan seluruh kota, maka mutasi Level 4 adalah makhluk dengan kekuatan yang mengerikan untuk menghancurkan seluruh negara.
Meskipun hanya ada satu tingkat perbedaan, terdapat perbedaan kekuatan yang sangat besar
Oki secepatnya berganti pakaiannya dan bergegas keluar rumahnya.
"Dimana? Apa sudah terjadi? "
"T-tidak, masih di tahap awal, tapi sudah pasti Level 4! Adapun lokasinya... "
Tepat saat pria itu hendak melanjutkan, perangkat seperti jam tangan milik Oki menerima notifikasi baru.
Dia segera memeriksanya, dan menunjukkan lokasi di mana tanda-tanda awal telah terdeteksi: sebuah gunung bersalju di Jepang.
Setelah memastikan lokasinya, Oki meringis dan mendecak lidahnya.
"Gawat... Keadaannya semakin serius... "
Hal ini belum sepenuhnya dipastikan, tetapi diyakini bahwa mutasi terjadi di tempat-tempat di mana pikiran atau energi yang kuat terakumulasi. Mutasi yang terjadi di tempat-tempat tersebut dianalisis sebagai akibat dari pikiran atau energi yang terkandung dalam suatu medium.
Hal inilah yang terjadi pada manekin raksasa, yang bermutasi setelah pikiran-pikiran yang terkumpul di pusat perbelanjaan yang tertutup berakar di dalamnya.
Lokasi di mana tanda-tanda itu terdeteksi kali ini adalah gunung yang tertutup salju.
Gunung ini telah menjadi saksi banyak orang hilang dan kematian setiap tahunnya, jadi gunung ini sudah menjadi tempat berkumpulnya pikiran-pikiran yang kuat.
Jika mutasi terjadi di sana, dan jika mutasi level 4 yang kuat muncul…
“Alam itu sendiri mungkin bermutasi.”
Jika alam bermutasi, hal itu akan menimbulkan ancaman bagi seluruh bangsa.
Oki segera mengeluarkan instruksi kepada staf yang menghubunginya.
"Panggil semua komandan unit segera. Akankah Sakaki-san tiba tepat waktu?"
"Tidak, sudah terlambat untuk menghentikan mutasi sekarang!”
" Sialan! Dia tidak pernah ada saat kita membutuhkannya... "
Oki mengumpat dalam hati saat dia bergegas menuju markas.
Part 2
“Wow…”
"Luar biasa! "
Lexia-san dan Kaori berseru takjub melihat pemandangan bersalju yang terbentang di hadapan mereka.
──Saat ini, aku dan para anggota School Idol sedang dalam perjalanan ke penginapan sumber air panas milik keluarga Kitaraku-senpai, berkat kemurahan hatinya.
Rupanya, penginapannya memiliki resor ski, dan kami diantar berkeliling dengan mobil yang disediakan untuk kami sembari menikmati pegunungan yang tertutup salju.
"Menakjubkan... "
"Yeah! Aku tak sabar untuk pergi ke pemandian air panas, tapi bermain ski juga akan menyenangkan!”
" Aku setuju. Aku juga menantikannya. "
"Aku tertarik dengan ski, tapi aku juga penasaran dengan olahraga snowboarding.”
Semua orang memandang ke luar jendela, memikirkan apa yang akan terjadi, dan tampak menikmatinya.
Ski, ya?
Aku pernah coba main skate bersama Kaori dan yang lainnya, dan aku bisa. Tapi aku penasaran, apa aku bisa main ski.
Lagipula, berkat pengaturan Kitaraku-senpai, kami bisa menginap di penginapan itu sendirian.
Itu artinya kami bisa bersantai di pemandian air panas.
"Aku penasaran bagaimana rasanya... "
Saat aku memikirkan hal itu, kami tiba di penginapan pada malam hari.
"Wow...! Luar biasa! "
"Yeah, gaya bangunan yang belum pernah kita lihat di Dunia kita... "
"Mengagumkan! "
Lokasi penginapannya terletak jauh di pegunungan, dan suasananya tenang.
Itu adalah bangunan bergaya tradisional Jepang yang menyatu sempurna dengan lingkungan sekitarnya, dan kegembiraan kami pun bertambah.
Semuanya tersenyum bahagia di depan penginapan saat mobil lain tiba.
"Huh? Apa itu orang dari penginapan? "
Aku pun berpikir begitu, tetapi ketika mobil memasuki tempat parkir, orang-orang yang membawa kamera mulai keluar satu demi satu!
“E-Eh?”
"A-ada apa? Bukannya tempat ini khusus untuk kita hari ini? "
Bingung dengan situasi ini, semua orang berdiri di sana dengan bingung. Kemudian, salah satu orang yang membawa kamera melihat kami dan mendekat sambil tersenyum.
"Halo semuanya! Kami menantikan kerja sama kalian hari ini dan esok!"
"H-Huh? Permisi, apa maksudmu? "
Aku yang tidak mengerti, bertanya kepadanya dengan jujur, dan pria dengan kamera itu tampak bingung.
"Tidak, kami di sini untuk mewawancarai kalian hari ini dan esok. "
“Eh… Eeeehhh!?”
"Wa-wawancara!? "
Aku terkejut dengan berita tak terduga ini. Entah kenapa, juru kamera juga tampak terkejut.
"Tidak, Kitaraku-san dan presiden Star Productions menelepon dan meminta kami untuk mewawancarai kalian hari ini dan besok. Apa kalian belum mendengarnya?”
" A-aku tidak dengar apapun tentang ini. "
"Tidak, tidak mungkin. Oh, benar! Kitaraku-san memberiku sebuah surat untuk kalian semua. "
"Apa? "
Aku mengambil surat itu dari juru kamera dan membacanya keras-keras.
"Hai! Apa kalian suka penginapan kami? Semoga kalian menikmatinya! Oh, dan aku lupa bilang kalau perjalanan ini juga untuk promosi grup School Idol, jadi dukung kami ya! Ini untuk sekolah!"
"... Tampaknya kita sudah dijebak. "
Setelah mendengar detailnya, Luna berkata begitu.
Terlepas dari apakah kami melakukan wawancara atau tidak, aku harap mereka setidaknya memberi tahu kami sebelumnya.
Begitu mereka tiba di penginapan, juru kamera tampak meminta maaf.
"Aku minta maaf. Aku akan berusaha yang terbaik untuk tidak menimbulkan masalah bagi kalian... "
"Tidak, aku yang minta maaf. Aku baru tahu soal wawancaranya, jadi aku tidak yakin kalau aku bisa melakukannya dengan baik. "
Benar sekali; kami belum membuat persiapan apapun, jadi kami mungkin akan menyusahkan juru kamera.
Namun, juru kamera tersenyum.
"Tidak apa-apa. Kami ingin rekamannya sealami mungkin, jadi jangan khawatir. Wawancaranya sendiri tidak akan terlalu panjang. Apakah kalian semua akan bermain ski besok?"
"Ya, kita akan main ski, atau semacamnya... "
"Kami akan merekammu bermain ski besok pagi, lalu kami akan segera pergi, jadi jangan khawatir. Soal pemandian air panas, kami akan pakai yang ada di kamar kami, jadi santai saja.
" Eh, apa kau yakin? "
Saya merasa sangat kasihan pada mereka…
Meski aku ragu, juru kamera meyakinkanku bahwa semuanya baik-baik saja.
Aku akan menerima tawaran mereka dan menikmati pemandian air panas.
Ada banyak hal yang ingin dikomentari di awal, tetapi karena semuanya sudah beres, kami langsung menuju kamar kami.
Tentu saja, kamar cewek dan kamarku terpisah, dan makan malam dijadwalkan akan diadakan di ruang perjamuan.
Setelah menaruh barang bawaanku di kamar, aku keluar untuk melihat-lihat sebentar di fasilitas itu dan langsung melihat Lexia-san dan yang lainnya sedang diwawancarai.
"Apa yang membuatmu memulai aktivitas School Idol? "
"Yah, tentu saja karena Yuuya-sama... Oops! "
"Kupikir itu terdengar menyenangkan. "
"Hei, Luna! Apa yang kau lakukan? "
"Berhentilah mengucapkan hal-hal yang tidak perlu. "
"Apa maksudmu dengan 'hal-hal yang tidak perlu'? "
Meskipun sedang diwawancarai, keduanya mulai bercanda seperti biasa, yang menyebabkan para fotografer tersenyum kecut saat mereka dengan hati-hati mengabadikan momen tersebut.
Terlebih lagi...
“Apa bagian tersulit dari menjadi seorang School Idol?”
"Um... Menari, kurasa. Aku tidak punya pengalaman menari, jadi awalnya aku khawatir aku tidak akan bisa melakukannya dengan benar. Tapi berkat Luna-san dan Yuti-chan yang mengajariku, aku jadi tahu cara menari! " Ucap Kaede.
"Begitu ya. Apa Luna-san dan Yuti-san punya pengalaman menari? "
"Tidak, kami berdua tidak punya. Tapi kalau kau menunjukkan gerakannya beberapa kali, kami bisa melakukannya sampai batas tertentu."
“Affirmative. Kami tidak bisa menari, tapi kami bisa mempelajarinya. "
"Be-begitu ya. Oh ya, bagaimana dengan Merl-san dan Lexia-san? "
"Aku punya pengalaman menari di pesta! Tapi ini pertama kalinya aku menari sebagai seorang Idol. "
"Aku juga tidak punya pengalaman menari. Seperti Kaede, aku awalnya khawatir tidak akan bisa melakukannya dengan benar. "
"Kau bilang begitu, tapi Kaede dan Merl cepat belajar. Mereka langsung bisa menari, kan?"
"Betul sekali. Mereka berdua punya untuk itu. "
"Haha... Terima kasih. "
Begitu saja, wawancara berlangsung dengan ramah.
Lalu, Kaori dan aku diberi pertanyaan.
"Ngomong-ngomong, apa peranmu di grup School Idol?"
"Um... Aku semacam Manajer. "
"Aku anggota OSIS dan membantu Yuuya-san dengan pekerjaannya."
"Begitu! Kalian berdua sepertinya cocok jadi Idol. Apa kalian tertarik?"
"Gak, gak, gak! Aku tidak cocok dengan itu. "
"A-aku juga. Aku tidak atletis seperti yang lain. "
Kru kamera mencatat sambil mendengarkan jawaban kami.
Aku tidak pernah menyangka kalau Kaori dan aku akan ditanyai pertanyaan itu.
Aku kira itu hanya wawancara dengan anggota School Idol.
Namun, sepertinya fokus utamanya adalah Lexia-san dan anggota School Idol yang lain. Tidak ada lagi pertanyaan untuk kami, dan wawancara pun berakhir.
"Wawancaranya tidak memakan waktu selama yang kukira. "
"Ya! Ngomong-ngomong, kita masih punya waktu sebelum makan malam, kan? Ayo mandi!"
"Hei, sebentar! Aku mengerti, jadi berhenti menarik tanganku! "
Dengan itu, Lexia-san meraih tangan Luna dan mulai berjalan pergi.
Namun kemudian dia tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arahku.
"Apa kamu ingin bergabung bersama kami, Yuuya-sama? "
"Apa!? "
“Le-Lexia-san? Itu tidak boleh! "
Ucap Kaede, dengan wajahnya yang memerah.
Tapi Lexia-san tampak bingung.
Kenapa? Cuma kita berdua, kan? Kalau begitu, Yuuya-sama juga bisa ikut.”
"Ka-karena kamu sudah mengatakannya... Aku rasa boleh... "
"Kaede? Sadarlah! "
“Huh!?”
Kaede tersadar kembali setelah mendengar kata-kataku dan wajahnya semakin memerah.
"Ti-tidak mungkin! Kita mandi sendiri-sendiri! "
"Begitulah. A-ayolah, kita pergi mandi. "
“Eeeh!? Yuuya-sama!”
Pada akhirnya, Kaede dan Luna menyeret Lexia-san ke kamar mandi.
"Aku rasa aku akan mandi, juga. "
Sambil bergumam pelan, aku bersiap dan menuju ke pemandian umum yang besar.
***
"Ahhh... Ini terasa nyaman. "
Aku mendesah saat tenggelam dalam pemandian terbuka.
Berkat set mandi terbuka portabel milikku, aku bisa menikmati mandi di alam terbuka di mana saja. Tapi ada sesuatu yang istimewa tentang mandi di alam terbuka di penginapan bergaya Jepang seperti ini.
"Pemandangannya juga bagus, ... Ini sungguh menakjubkan... "
Tepat saat matahari terbenam, langit berubah dari jingga menjadi biru tua, menciptakan gradasi indah yang mewarnai pemandangan bersalju di hadapanku.
Jauh di dalam pegunungan, tanpa ada apa-apa di sekitar dan tanpa ada orang lain yang terlihat, tak ada pagar yang menghalangi pandangan. Aku bisa menikmati pemandangan terbuka sepenuhnya.
"Aku terlibat banyak masalah akhir-akhir ini dan tidak punya waktu untuk bersantai. Jadi sungguh senang sekali bisa bersantai seperti ini."
Berkat kebaikan Kitaraku-senpai, aku bisa datang sendiri kali ini. Kalau ada kesempatan, lain kali aku ingin menginap di penginapan pemandian air panas seperti ini bersama Night dan yang lainnya, Meiko dan Saara-san.
"Sudah lama sejak aku punya kesempatan untuk bersantai."
“Ah, Kuro!”
Saat aku menikmati pemandian air panas, aku tiba-tiba mendengar suara Kuro.
"Kuro, apa kau baik-baik saja? Setelah kita berbicara mengenai Dunia masa depan sebelumnya, aku sudah lama tidak mendengarmu... "
"Yeah, aku baik-baik saja... Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi sejujurnya, aku tidak begitu mengerti. "
"Kau tidak paham? "
"Alasan aku diam saja karena aku tertidur di dalam dirimu... Pertama-tama, seseorang sepertiku, perwujudan kejahatan, tidak butuh tidur. Tapi, untuk alasan tertentu, saat aku di dalam dirimu, aku jadi sangat mengantuk, aku tak bisa menahannya..."
"Kapan kejadian ini terjadi? "
"Yah... Aku tidak tahu. Aku baru saja bangun seperti ini. Aku tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. "
"Apa... "
Saat aku mengungkapkan kekhawatiranku pada Kuro, dia tertawa.
"Semuanya akan baik-baik saja. Kurasa itu bukan hal buruk. Ini lebih seperti tahap awal atau masa persiapan... Setidaknya, seharusnya tidak buruk untukmu."
"Begitu ya. Jika kau bilang begitu, Kuro... "
"Ngomong-ngomong, kita punya seluruh pemandian air panas untuk diri kita sendiri. Lupakan aku dan santai saja.”
" Oke. "
... Dia bilang begitu, tapi aku tidak bisa menahan rasa khawatirku.
Tetap saja, dari cara Kuro berbicara, itu tidak tampak seperti hal buruk.
Aku penasaran apa yang terjadi pada Kuro…
Dengan mengingat hal itu, aku menikmati pemandian air panas pribadi itu sepenuhnya.
Part 3
"Wow, Luna, lihatlah! Pemandangannya sangat menakjubkan! "
"Aku tahu, jangan terlalu heboh. "
Sementara Yuuya menikmati pemandian alam terbuka, begitu pula Lexia dan yang lainnya.
"Haa... Airnya terasa nikmat... "
Kaori mengatakan ini dengan ekspresi senang sementara Merl menatap airnya dengan penuh minat.
"Hmmm... Awalnya, aku tidak paham apa enaknya berendam di air panas, tapi ternyata nyaman juga. "
"Surga. Airnya nyaman sekali. "
Yuti mengambang dengan cekatan di bak mandi dengan handuk di kepalanya berada di samping mereka.
"He-hei, Yuti-chan! Hanya karena kita memiliki tempat ini untuk kita sendiri bukan berarti kamu bisa melakukan itu! Kamu mungkin bisa tenggelam; itu berbahaya! "
"Tidak masalah. Aku tidak akan tenggelam. "
"Tidak, bukan itu masalahnya... "
"Hei, Kaede!"
"Huh? Hyaa!"
Tepat saat Kaede berbalik menanggapi panggilan Lexia, Lexia tiba-tiba memegang milik Kaede.
"He-Hei, Lexia-san!"
"Punyamu indah sekali! Apa yang kamu makan sampai bisa sebesar itu? "
"A-apa...! "
Kaede menggeliat tanpa sadar sementara Lexia meneruskannya tanpa menghentikan tangannya.
Melihat mereka berdua, Kaori bergumam iri.
"... Kaede-san, itu tidak adil. "
"Kaori-san juga? Kamu selalu bilang begitu, tapi aku tidak... Huh!? "
"Luar biasa... Aku sangat iri! "
Lexia meneriakkan hal itu dengan terkejut, dan pada saat itu, sebuah pisau tangan jatuh di kepalanya.
"Hentikan, dasar tuan putri idiot! "
"Kyaa! Apa yang kau lakukan Luna!? "
"Ini bukan 'apa yang kau lakukan? ' Kaede kerepotan, tahu! "
"Dia tidak kesusahan! "
"Ini menggangguku!"
"Oh, diamlah dan nikmati saja mandimu! "
Ucap Luna, sambil menarik Lexia menjauh dari Kaede dan memaksa bahunya masuk ke dalam air panas.
Lexia tampak tidak puas, tetapi tatapannya beralih ke Merl yang sedang bersantai.
"Merl, kamu... "
"Iya? "
"Punyamu, besar juga. "
"Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya! "
"Funya!"
Luna melilitkan handuk di lengan Merl dan menghentikan Lexia tepat pada waktunya sebelum dia bisa menyerang Merl
"Hei, jangan mengganggu! "
"Kaulah orang yang menghalangi Merl untuk bersantai. Kalau kau mau, kau bisa menggunakan tempatku."
"Apa? "
"Apa? Diam saja. Lagipula, pemandangannya indah. Lexia... Kenapa kamu selalu tertarik dengan punyanya wanita?"
"Oh, itu benar! "
Lexia setuju dengan Luna dan beranjak ke tepi pemandian terbuka. Ia menikmati pemandangannya, seolah berusaha merekamnya dalam ingatan.
Luna mendesah melihat penampilan Lexia. Merl memandangi dadanya sendiri dan merasa bingung.
"... Apa punyaku benar-benar sebesar itu? Setidaknya tidak sebesar punya Kaede-san... "
"... Dari sudut pandang ku, mereka lebih dari cukup besar. "
Kaori berkata dengan ekspresi agak cemberut, lalu Luna tersenyum kecut.
"Jangan pesimis begitu. Semua orang punya kecantikannya masing-masing. "
"Ta-Tapi... Luna-san punya bentuk tubuh yang bagus, dan Lexia-san sangat cantik dengan tubuh yang seimbang. Tapi dari sudut pandang pria, bukankah dada yang lebih besar lebih baik?"
"Kalau kau mengatakannya seperti itu, aku tidak tahu harus bilang apa... Tapi sekali lagi, aku iri dengan punya Kaede."
"Apaaaaa!? Jangan bilang begitu! "
Tepat saat pembicaraan hendak kembali ke topik obrolan yang sama, Yuti yang sedari tadi mengapung di bak mandi, bergumam pelan.
"Percuma. Penampilan bisa berubah kapan saja. Yang terpenting adalah memperbaiki diri sendiri. Itu bagian tersulitnya."
"Ugh..
"... Aku tidak menyangka Yuti akan menceramahiku. "
Terkejut dengan kalimat tak terduga dari Yuti, Kaori dan Luna cemberut. Lexia, yang sedari tadi diam, tiba-tiba berdiri.
"Aku tak bisa menahannya lagi! "
"Huh? Apa yang kau bicarakan? "
Luna bertanya dengan bingung. Lexia menjawab dengan ekspresi serius.
"Karena aku bisa melihat pemandangan yang begitu indah! Aku ingin mandi bersama Yuuya-sama!"
"Huh?"
"Jadi, aku akan pergi ke tempat Yuuya-sama!"
"Tunggu, tunggu, tunggu! "
Luna buru-buru menghentikan Lexia yang hendak bergegas menuju pemandian pria.
"Lepaskan aku! "
"Melepaskanmu? Apa kau gila? Kau ingin menerobos masuk ke pemandian pria? Apa otakmu sudah rusak? "
"Aku gila, katamu? Kau tak ingin pergi ke sana, Luna? "
"Tentu saja tidak! "
"Ini kesempatanmu untuk menggoda Yuuya-sama!"
"... "
"Luna-san!?"
"Huh!?"
Luna sempat bingung dengan perkataan Lexia, tetapi perkataan Kaori menyadarkannya kembali.
"Tidak, itu tidak boleh! Ini bukan di rumah! Jangan menyebabkan masalah untuk orang lain! "
"Kenapa tidak? Aku ingin pergi ke tempat Yuuya-sama! Aku ingin pergi! "
Meskipun terus-menerus mengamuk, Lexia tidak dapat melarikan diri dari Luna dan meninggalkan pemandian.
***
Sementara Yuuya dan yang lain sedang menikmati pemandian air panas.
Biro Penanggulangan Mutasi Khusus sedang bersiap menuju pegunungan bersalju tempat titik pengamatan berada setelah mendeteksi tanda-tanda mutasi Level 4.
"Ugh! Kenapa semuanya harus terjadi sekaligus? Aku cuma mau pertemuan seru dengan Yuuya-kun!"
Saat Oki bergumam kesal, salah seorang anggota staf bergegas menghampirinya.
"Di-Direktur! "
"Apa!? "
"U-um, ada target observasi di dekat tempat mutasi terdeteksi!"
"Apa yang kau katakan!? "
Target observasi adalah orang-orang yang diawasi ketat oleh Biro Penanggulangan Mutasi Khusus. Yuuya adalah salah satunya.
Mereka sering ditetapkan sebagai subjek pengamatan karena mereka memiliki potensi untuk memberi pengaruh besar pada Dunia.
"Itu artinya Yuuya-kun ada di sana! Aku menghabiskan banyak waktu memilih pakaian ku, dan sekarang semuanya berantakan! "
"Tidak, ini bukan waktunya untuk mengkhawatirkan itu. Lagipula subjek yang lain juga sudah berkumpul! "
"Jadi itu berarti orang-orang dari Dunia Lain juga ada di sana."
Unit Khusus juga mengetahui informasi Lexia, dan dia beserta para Otherworlder lainnya ditetapkan sebagai target observasi.
"Bukan hanya kekuatan mutasi yang belum diketahui, tetapi kekuatan dunia lain juga belum diketahui. Jika kedua kekuatan itu bertabrakan, siapa yang tahu apa yang akan terjadi! Kita harus bergegas!"
"Iya! "
Unit Khusus pun bergegas bersiap dan bergegas menuju lokasi kejadian.
***
Setelah keluar dari tempat pemandian, kami menuju ke ruang perjamuan, di mana makan malam telah siap.
Tepat setelah kami keluar dari kamar mandi, kru kamera ingin mengambil gambar kami yang sedang mengenakan yukata, jadi kami berpose untuk foto.
Mereka bertanya apakah aku mau ikut berfoto, tapi aku menolak. Lagipula, aku bukan anggota School Idol.
Tetap saja...
"Aku ingin tahu makanan apa saja yang akan dihidangkan di sana? "
"Aku tidak sabar! "
Aku melirik Kaori dan yang lainnya yang berjalan di depanku dengan yukata mereka.
... Aku gugup melihat mereka berpakaian berbeda dari biasanya.
Saat aku memikirkan ini Lexia-san memperhatikan ekspresiku.
"Oh? Apa ada masalah, Yuuya-sama?"
"Eh? Tidak, tidak ada. "
"Benarkah? Yah, aku sangat menantikan makan malamnya! "
Seperti yang dikatakan Lexia-san, aku juga penasaran dengan makan malamnya.
Aku belum pernah menginap di penginapan semewah ini sebelumnya.
Saat kami tiba di aula perjamuan, kami segera masuk ke dalam.
"Wow... Itu terlihat lezat sekali! "
Di sana ada hidangan yang terbuat dari makanan laut dan hasil bumi pegunungan yang melimpah. Melihatnya saja sudah membuatku lapar.
Ada panci berisi Sukiyaki dengan daging berkualitas tinggi dan Sashimi yang terbuat dari Lobster berduri dan Tuna.
Ada juga beberapa hidangan kecil yang dibuat dengan bahan-bahan musiman yang tampak sangat menggugah selera.
Menghadapi hidangan seperti itu, aku tidak dapat menahan rasa gembira ku.
"Um... Apa kamu baik-baik saja? Kamu tampak kelelahan. "
"... Aku tidak lelah, jangan khawatir. "
"Hei, Luna! Lihat! Kerang ini masih hidup!"
"... Yeah, kurasa. Hadeh... "
Luna menjawab dengan desahan jengkel atas kata-kata Lexia-san.
Apa yang sebenarnya terjadi...?
Kaede dan Kaori juga tampak sedikit lelah. Mungkin mereka lelah karena berendam di pemandian air panas?
Di sisi lain, Yuti dan Merl tampak baik-baik saja.
Setidaknya mereka punya cukup tenaga untuk makan, jadi aku merasa lega untuk saat ini.
Setelah semua orang duduk, pemilik penginapan menyalakan kompor, dan semuanya siap.
"Baiklah, kalau begitu... Mari makan! "
"Itadakimasu!" (Selamat makan)
Aku tidak bermaksud begitu, tapi sapaanku mengawali makan malam.
"Mmm! Ikan ini sangat lezat! "
Kaede yang baru saja mencicipi sashimi, berseru kegirangan.
"Seperti biasa, makanan di planet ini menakjubkan..."
"Aku setuju. Ini sangat lezat. "
Merl dan Yuti juga menikmati masakan penginapannya.
Sementara itu, Kaori dan Lexia-san yang tadinya bersemangat, makan dengan elegan.
"Daging ini sangat empuk dan lezat!"
"Ya! Daging selezat ini sulit ditemukan, bahkan di negaraku."
Melihat Lexia-san yang biasanya riang makan dengan begitu elegan membuatku merasa aneh, selain Kaori.
Lagi pula, dia seorang tuan putri...
"Setiap hidangan dibumbui dengan sempurna dan benar-benar lezat."
Aku juga memasak, tetapi aku tidak pernah bisa menyiapkan sesuatu sebaik ini.
Itulah pesona sesungguhnya dari penginapan bergaya Jepang.
Kami menikmati setiap hidangan dan menghabiskan makanan kami dengan perasaan benar-benar puas.
Karena kami sudah merencanakan bermain ski untuk keesokan harinya, aku segera berpamitan kepada Lexia-san dan kembali ke kamarku, di mana aku langsung tertidur.
Part 4
Saat Yuuya tertidur, Lexia dan yang lainnya berkumpul di kamar dan menikmati percakapan yang menyenangkan.
"Ini penginapan yang bagus, bukan? "
"Iya, betul sekali! Makanannya lezat, dan pemandiannya luar biasa! "
"Kudengar kita bisa mandi di pagi hari, jadi aku mau mandi dulu di pagi hari. "
"Itu ide bagus. "
Saat mereka tengah berbagi kesan tentang penginapan, Lexia tiba-tiba berbicara.
"Ngomong-ngomong, apa kalian semua suka sama Yuuya-sama?"
"Apa!? "
Terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari Lexia, Kaede dan yang lainnya tiba-tiba tergelak
"Le-Lexia-san!?"
" A-apa yang tiba-tiba kamu──"
Lexia bingung melihat Kaede dan Kaori yang gugup.
"Kenapa kalian begitu gugup? Tidak usah disembunyikan. "
"I-itu benar, tapi ──"
"Jika kalian berdua tidak suka dengan Yuuya-sama, aku akan mengambil Yuuya-sama!"
"" Tidak boleh! ""
Kaede dan Kaori berseru serempak, saat mendengar kata-kata Lexia.
Pada saat itu, mereka saling menatap.
"Kamu juga, Kaede-san?"
"Ugh... Y-yah... Jika kamu bilang begitu, kalau begitu Kaori juga... "
Melihat wajah Kaede yang berubah menjadi merah, Lexia mengangguk.
"Kamu suka dia, kan? Kalau begitu, Kaede, kamu rival ku mulai sekarang! "
"Eh, apa? Maksudmu kamu juga suka sama Yuuya-kun, Lexia-san? "
“Tentu saja! Ngomong-ngomong, Luna juga merasakan hal yang sama, kan?"
"Eeehhh!?"
Luna, yang tiba-tiba ikut bicara, tersipu dan mengalihkan pandangannya diam-diam.
Kaede buru-buru mengalihkan pandangannya ke Merl dan yang lainnya.
"Mu-mungkinkah Merl-san dan Yuti-san juga? "
Namun, Merl terlihat kaget, dan tampak agak sedikit bingung.
"Aku... Aku belum yakin. "
"O-oh, begitu rupanya... "
Kaede menghela napas lega mendengar kata-kata Merl.
"Hanya saja... Ayahku menyuruhku untuk memiliki anak dengan Yuuya-san. "
"Apaaaaa!? "
Kaede berteriak mendengar kalimat yang tak terduga itu.
Ini adalah berita panas bagi Lexia dan yang lainnya, yang juga terkejut.
"A-anak... Apa!? "
"Tunggu sebentar, Merl! Apa yang sebenarnya terjadi!? "
"Aku akan lewati detailnya, tapi ada beberapa alasan. Ayahku menyukai Yuuya-san dan bersikeras agar aku punya anak dengan Yuuya-san."
"Aku juga sangat penasaran dengan detail yang kamu lewatkan itu... "
"Pertama-tama, apakah boleh punya anak hanya karena orang tuamu menginginkannya?"
Merl mengangguk setuju dengan ucapan Luna.
"Aku juga berpikir begitu. Yang terpenting, itu akan menjadi beban bagi Yuuya-san. Tapi..."
"Tapi? "
Merl sedikit tersipu.
"... Aku memang suka dengan Yuuya-san. "
"Itu tidak berarti kamu mencintainya!"
Lexia meninggikan suaranya, saat melihat reaksi Merl.
"Yah, sudah kuduga! Yuuya-sama memang menawan, jadi tidak masalah sama sekali!"
"Aku tidak mengerti apa yang tidak masalah... "
Terbawa oleh momentum Lexia, Kaede tak dapat menahan diri untuk menyela.
Lalu, Lexia mengalihkan pandangannya ke Yuti.
"Bagaimana denganmu, Yuti? "
Semua orang mengalihkan pandangan ke arah Yuti, yang bingung dengan percakapannya.
"Tidak diketahui. Aku tidak paham apa yang Lexia maksud dengan 'suka'. Tapi aku merasa nyaman bersama Yuuya. Itulah alasan aku ingin bersamanya. "
"Yu-Yuti-san juga...? "
Menghadapi kenyataan bahwa dia memiliki lebih banyak saingan dari yang diharapkan, Kaede sampai gelagapan.
Tetapi, tidak seperti Kaede, Lexia tersenyum.
"Luar biasa! Aku tidak sabar melihat siapa yang akan menjadi favorit Yuuya-sama! "
"Eh, apa!? "
"Yang lebih penting, Kaede, apa yang kamu sukai dari Yuuya-sama?"
Tepat saat dia mendesak untuk bertanya lebih lanjut kepada Kaede, sesuatu mengenai wajah Lexia.
"Ugh!"
"Tenanglah. Kaede kerepotan, tahu. "
Luna melemparkan bantal ke arah Lexia untuk menenangkannya.
Percakapannya terganggu, tetapi dia segera mengambil bantal di dekatnya dan menyerang balik.
"Luna! Beraninya kamu? Rasakan ini! "
"Wah!"
Lexia melempar bantalnya sekuat tenaga, akan tetapi Luna menghindarinya.
Akibatnya, bantalnya mengenai Kaede.
"Ah, Kaede! Maaf! "
"Y-Yeah, aku oke... "
"Menarik. Ini tampak menyenangkan. "
"Eh? Oh tidak! "
Melihat Lexia dan Luna saling melempar bantal memicu rasa ingin tahu Yuti, jadi dia mengambil bantal dan melemparkannya juga.
Kekuatan lemparannya sangat kuat, namun Luna menangkap bantalnya.
"Yuti, kamu lumayan! Bagaimana dengan yang ini? "
"Tu-tunggu, semuanya!? Kyaaa!"
Saat pertarungan bantal semakin sengit, Kaori panik ketika sebuah bantal melayang ke arahnya.
"Kaori! Kalau kamu hanya berdiri di sana saja, kamu akan kena! Ayo, mari berjuang bersama! "
"Eh, apa!? "
Kaori tidak pernah menyangka akan terlibat dalam hal ini, tetapi Lexia memaksanya untuk bergabung, dan akhirnya, semua orang ikut serta dalam perang bantal.
"Kali ini, aku akan menyerang Luna! "
Lexia mengayunkan bantal sekuat tenaga dan melemparkannya ke Luna.
Namun, Luna menghindarinya dengan mudah dan terkekeh.
"Hmph... Kalau seperti ini, kamu tidak akan pernah mengenaiku. "
"Ugh! Aku marah sekarang! Kaori, bantu aku! "
"A-aku mengerti! "
"Hmph. Satu orang lagi tidak akan membuat perbedaan. "
Luna yakin bahwa Kaori, yang jelas-jelas bukan tipe petarung, tidak akan mampu mengenainya.
Namun, kepercayaan dirinya segera sirna saat melihat apa yang dilakukan Kaori.
"Eiiii!"
"Ugh!"
"Le-Lexia!?"
"Oh tidak! A-aku minta maaf! "
Anehnya, bantal yang dilemparkan Kaori terbang dengan kekuatan luar biasa, bukan ke arah Luna melainkan ke rekannya, Lexia.
Kaori mengambil bantal itu lagi dan melemparkannya sekali lagi.
"Kali ini pasti kena! "
"Ugh!"
"Mengapa bantalnya bisa terbang ke belakangku?"
Namun bantal itu melayang melewati Kaori dan menghantam, Kaede dan Merl yang berdiri di belakangnya dengan kekuatan yang luar biasa.
"H-Huh? Aneh sekali... "
Setelah lemparan liar seperti itu, Kaori memiringkan kepalanya dengan bingung.
Tentu saja, kurangnya kontrol Kaori merupakan masalah besar, tetapi Luna dan Yuti gemetar karena alasan yang berbeda.
"A-apa-apaan... Kamu bercanda ya. Kamu melemparnya begitu cepat sampai-sampai aku tidak bisa mengikutinya dengan mataku?
"Terkejut. Tanpa kusadari, bantal itu sudah ada di depanku."
Bahkan dengan penglihatan Luna dan Yuti yang tajam, sulit untuk bereaksi terhadap lemparan bantal Kaori.
Yuti bisa memprediksi masa depan, tapi itu tidak bekerja pada Kaori.
"Kuh... Untungnya, dia tidak terlalu pandai mengendalikannya, tapi bantal Kaori tetap saja menjadi ancaman. "
"Setuju. Kita harus mengalahkannya dulu. "
"Apa!? Tidak mungkin! "
Karena menganggap Kaori sebagai ancaman, Luna dan Yuti menargetkannya, sehingga dia harus menghadapi mereka berdua.
──Demikianlah, setelah menikmati perang bantal sepuasnya, rombongan itu menjadi kelelahan dan tertidur.





Post a Comment