NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark
📣 IF YOU ARE NOT COMFORTABLE WITH THE ADS ON THIS WEB, YOU CAN JUST USE AD-BLOCK, NO NEED TO YAPPING ON DISCORD LIKE SOMEONE, SIMPLE. | JIKA KALIAN TIDAK NYAMAN DENGAN IKLAN YANG ADA DIDALAM WEB INI, KALIAN BISA MEMAKAI AD-BLOCK AJA, GAK USAH YAPPING DI DISCORD KAYAK SESEORANG, SIMPLE. ⚠️

Tatoe Mou Aenakutemo, Kimi no Ita Kiseki wo Wasurarenai V1 Chapter 12

 


Penerjemah: Ajang Aribterku

Proffreader: Ajang Aribterku


Kini, September. Tempat Terdalam Hatiku


 Hari ekuinoks musim gugur di Shizuoka terasa pengap dan lembap. Aku berjalan sendirian menyusuri jalan setapak di tepi sawah, sesekali duduk beristirahat dan membasahi tenggorokan. Meski berada di pinggir sawah, jalan setapak itu cukup terawat sehingga aku tak perlu khawatir tersesat, dan melangkah di atasnya pun tidak terlalu menyulitkan.

 Di hari peringatan arwah musim gugur ini, aku melangkah sendirian menuju tempat di mana nisan Mizuno-kun seharusnya berada. Tempat di mana kami berdua terlempar dari kereta super cepat, tempat di mana aku diselamatkan ... dan tempat di mana Mizuno menghembuskan napas terakhirnya.

 ——Setelah Mizuno menghilang di kolam renang hotel saat study tour. Setelah aku mengungkapkan perasaanku padanya dan setelah dia pergi meninggalkanku. Semua orang kecuali diriku telah melupakan keberadaan Mizuno.

 Miyu, Nitta, Naito, Mai, Koharu, dan Nacchan.

 Bangku tempat Mizuno duduk kini hanya menimbulkan tanda tanya, "Kenapa kursi ini kosong ya?" Seolah-olah Mizuno tak pernah ada, semua orang selain diriku telah melupakannya. Secara total dan sempurna.

 ——Namun.

 Terkadang Miyu berkata padaku, "Rasanya kamu pernah suka seseorang, ya. Siapa, ya?"

 Aku pernah melihat Nitta dan Naito berbincang, "Entah kenapa rasanya ada yang kurang, ya?" "Iya. Rasanya tak lama yang lalu suasananya lebih ramai."

 Mai dan Koharu juga berkata, "Sepertinya dulu ada satu orang lagi yang mengurus lomba renang, ya?" "Aku juga kadang berpikir begitu ... rasanya dia orang yang ceria." Dalam catatan tertulis bahwa aku sendirian yang mengurus dan Nitta berenang dua kali.

 Baru-baru ini Nacchan berkata, "Bukannya belakangan ini ada anak keren yang suka roti kari dan dekat denganmu? Tapi siapa ya namanya ...."

 ——Mizuno-kun. Keberadaanmu masih tertinggal dalam ingatan semuanya.

 Sembari memikirkan hal itu, aku terus melangkah hingga——

 " ... Ketemu."

 Di tempat yang agak terbuka, di antara bunga-bunga liar yang bermekaran, benda itu berdiri. Sebuah nisan dengan ukiran "Mizuno Soota — Wafat pada usia 11 tahun."

 Di sekelilingnya berserakan mainan-mainan pudar yang biasanya disukai anak laki-laki sekolah dasar. Mungkin persembahan dari keluarganya.

 "Aku datang, Mizuno-kun."

 Aku tersenyum dan berbicara seolah mengobrol dengannya, lalu duduk di samping nisan. Lalu kukeluarkan roti kari yang kupinta Nacchan membuatkannya dari dalam tas ransel, dan kuletakkan di depan nisan.

 "Kau suka sekali roti kari buatan Nacchan, ‘kan? Aku bawakan untukmu. Dimakan, ya."

 Kutuang teh dari termos ke dalam cangkir dan kuletakkan di samping roti kari.

 "——Mizuno-kun, apa kabar? ... Ah, aneh ya menanyakan itu. Oh, aku sendiri baik-baik saja."

 Dia pasti ada di sini. Ini hari peringatan arwah, hari di mana mereka yang telah pergi kembali ke dunia. Meski aku tidak paham bagaimana cara kerjanya setelah kematian, tapi aku ingin percaya dia ada di sini.

 "Ah! Iya, iya! Naito dan Koharu mulai pacaran lho! Aku tahu Koharu menyukai Naito, tapi ternyata Naito juga tertarik pada Koharu. Kau sudah tahu?"

 Mereka mulai berpacaran segera setelah study tour. Katanya perbedaan kepribadian mereka terasa menyegarkan dan sejauh ini hubungan mereka berjalan lancar.

 "Aah .... Padahal dulu semua orang bilang aku dan kau bisa jadi pasangan. ——Tapi malah berakhir seperti ini, mengecewakan, ya."

 Sambil berbicara, aku nyaris menangis. Tapi kutahan dan kupaksakan sebuah senyuman. Aku sudah bertekad untuk menunjukkan wajah ceria saat menemuinya hari ini. Aku tak boleh menangis. Aku harus memperlihatkan padanya bahwa aku bisa melangkah maju meski sendirian.

 Tiba-tiba, seekor kupu-kupu swallowtail besar entah dari mana melintas di depan hidungku, mengepakkan sayapnya dengan gemulai. Kemudian kupu-kupu itu hinggap di atas roti kari yang kuletakkan di depan nisan, mengistirahatkan sayapnya.

 ——Ah. Dia datang menemuiku. Begitulah pikirku.

 "Masih suka roti kari seperti biasa, ya."

 Seolah menjawab ucapanku, kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya sekali.

 Kugenggam liontin yang tergantung di leherku. Meski Mizuno-kun telah tiada, gelang pertemanan yang putus itu—bukti ikatan antara kita—masih ada di sini. Ini juga bukti keberadaan Mizuno-kun di usia tujuh belas tahun.

 Bukti bahwa kau berlatih untuk lomba renang bersamaku ... bersama yang lain, meraih juara dua dalam perlombaan, merayakannya di restoran dan bermain kembang api, pergi ke Osaka bersama, naik bianglala berdua ... dan berciuman di kolam renang hotel.

 Aku mengubah manik-manik biru yang terikat di gelang itu menjadi liontin dan sejak hari itu tak pernah melepaskannya.

 Agar aku tidak pernah melupakannya. Aku jatuh cinta kepada Mizuno-kun. Bahkan sekarang, setelah dia pergi, aku masih merindukannya. Aku sangat ingin bertemu dengannya, begitu ingin hingga tak tertahankan.

 Saat ini aku tak bisa memikirkan siapa pun selain dirinya. Tapi beberapa tahun lagi—entah kapan—mungkin aku yang telah dewasa akan menemukan cinta yang baru. Mungkin aku akan jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seseorang yang kutemui nanti ... mungkin menikah.

 Aku bisa membayangkan masa depanku begitu. Karena aku ingin menjalani masa depan dengan penuh harapan. Bukan terus bergantung pada masa lalu, tapi melangkah menuju masa depan. Aku tak ingin berpikir seperti "Aku takut kehilangan sesuatu" atau "Toh pada akhirnya, mereka mungkin akan menghilang seperti ayah dan ibu."

 Yah, mengingat betapa tergila-gilanya aku pada Mizuno-kun sekarang, aku sendiri tak bisa membayangkan kapan hari di mana aku bisa jatuh cinta lagi akan tiba.

 ——Tapi, ada satu hal yang pasti.

 Aku tidak akan pernah mengalami cinta seperti ini lagi. Cinta yang begitu singkat tapi melampaui waktu enam tahun, yang mampu mengubah seluruh diriku, cinta dengan segenap jiwa raga. Cinta seumur hidupmu adalah cinta yang juga tak tergantikan bagiku. Aku tak akan pernah melupakanmu. Kau yang telah memberiku cinta pertama dan terakhir dalam hidupku. Meski suatu hari nanti aku mungkin jatuh cinta pada orang lain. Di tempat terdalam hatiku, kau pasti akan selalu ada di sana.

 "Terima kasih, Mizuno-kun. ——Aku sangat mencintaimu."

 Kupu-kupu swallowtail itu terbang dari roti kari dan untuk beberapa saat melayang-layang mengelilingiku. Aku tersenyum bahagia tanpa sadar. Lalu kupu-kupu itu menghilang ke dalam hutan. Keajaiban biru yang kau berikan padaku akan terus hidup dalam diriku selamanya.

 ——Ya, selamanya.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close