NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V1 Chapter 4 Part 5

Chapter 4 - Bagian 5 【Akhirnya, pertemuan pertama mereka, Orang ceria dan Orang lain yang ceria】


 Sepulang sekolah, Yua datang ke rumahku seperti biasa.

“Nee, Shinji.. Ini tentang kejadian tadi. Bisakah kamu menjelaskannya kepadaku?"

 Duduk di sofa di ruang tamu, Yua menoleh ke arahku, menyandarkan tubuhnya ke sandaran dan menatapku dengan tatapan tajam.

"Eh, Apa maksudmu?"

“Jangan berpura-pura bodoh. Ini tentang Rumi. Kamu tiba-tiba berteman dengannya."

 Yua mencampuradukkannya dengan sesuatu tentang Ousaki.

 Ternyata… ini adalah lanjutan dari insiden istirahat makan siang.

“Yah, tidak ada yang khusus kok. Kami cuma membicarakan sesuatu, itulah alasan kenapa kami bisa berteman."

“Hee~, kamu pasti menyembunyikan sesuatu dari, bukan? Tidak apa-apa kalau kamu gak mau memberitahuku."

 Anehnya, Yua tidak marah atau frustrasi.

“Apa itu karena kamu berjanji pada Rumi? Jadi, kamu tidak mau memberitahuku?"

 Aku yakin, aku tidak memberi tahu Yua tentang apa yang kubicarakan dengan Ousaki, terutama masalah kesukaanya.

“Yah, bagaimanapun juga. Shinji adalah tipe orang yang selalu menepati janjinya.”

 Aku ingin tahu apa artinya itu. Apakah aku benar-benar orang yang tulus?

“Rumi, kamu tahu, terkadang dia marah pada anak laki-laki di kelas, kan?”

 Bukan hanya sesekali, tapi dari sudut pandangku, dia sepertinya kehilangan kesabaran sepanjang waktu. Kalau kau bertanya padanya, apakah dia kehilangan kesabaran? Aku cukup yakin dia sudah kehilangan kesabaran bahkan sebelum kau bertanya apakah dia melakukannya.

“Aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan. Tapi, jika ada seseorang yang mengerti Rumi, aku tidak masalah karena Rumi adalah gadis dengan emosi yang jujur, tapi terkadang emosi itu bisa disalahpahami dan bisa menyebabkan keretakan. Dan dia sering melakukannya untukku. Itu sebabnya aku senang Shinji ada di sini.”

 Sesaat senyum seperti Bodhisattva, seorang Demi-dewa mengintip dari tepi ekspresinya. [LN: Bodhisattva = orang yang telah mencapai pencerahan tetapi bersumpah untuk menyelamatkan semua makhluk sebelum menjadi seorang buddha (diambil dari jisho)]

"Tapi, kalian cuma teman, kan?"

“Menurutmu, apakah aku dan Ousaki terlihat seperti pasangan?"

“Tidak, kurasa."

“Yah, kau tahu, kami seperti teman yang buruk. Kurasa itu yang paling dekat yang bisa kau dapatkan."

“Tapi, kalian berdua terlihat bersenang-senang." kata Yua dengan cemberut.

“Huh, kami tidak seperti itu.”

 Memang benar, Ousaku dan aku memiliki hobi yang sama.

"Mnm, yaudah sini.."

 Yua menunjuk ke pahanya. Paha putih mulus yang terbentang dari roknya juga tampak bersinar hari ini.

"Eh? Bagaimana bisa berakhir seperti ini?"

“Kalau Shinji dan Rumi bisa dekat karena hobi. Kita hanya bisa terhubung melalui tubuh kita.”

"Oi, jangan mengatakan sesuatu yang membuat orang lain salah paham.."

“Ayo, sini.. Kamu tidak bisa melupakan perasaan pangkuanku, kan? Kamu tidak perlu menahan diri."

 Dia bergantian di antara kedua kakinya, mendorongku untuk meletakkan kepalaku di atasnya. Setiap kali kakinya menyentuh lantai, pahanya bergetar dan aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

 Yua tidak mendengarkanku saat aku seperti ini.

 Setelah kejadian di atap, aku tidak bisa berbohong bahwa aku menjadi kecanduan bantal pangkuan Yua.

 Saat aku meletakkan kepalaku di pangkuannya, dia langsung menepuk kepalaku. Ini sangat nyaman sehingga aku samar-samar merasa senang karena aku tidak menolak.

 Lalu, aku merasakan sentuhan lembut di pipiku.

“Aku senang kamu bisa berteman dengan Rumi. Tapi, jangan lupakan aku.”

 Dia berbisik seolah-olah dia meniup langsung ke telingaku.

 Aku tidak bisa melihat wajah seperti apa yang Yua buat saat ini, saat dia mengapit wajahku di antara lutut dan dadanya.

 Meskipun kesanku tentang Ousaki telah berubah. Tetap saja kehadiran Yua bagiku sangat penting. Mana mungkin aku melupakannya.

 Saat aku sedang duduk di pangkuan Yua seperti kucing peliharaan, berpikir bahwa Yua mengkhawatirkanku dengan cara yang aneh.

 Saat itulah terjadi.

 Aku sudah benar-benar melupakannya.

 Aku tahu ada orang lain di rumah selain Tsumugi yang akan pulang.

 Ketika pintu ruang tamu terbuka, aku menyadari bahwa semuanya sudah terlambat.

“Shinji~, Tsumugi~, sang superstar telah kembali~!”

 Ayahku, pria yang membuatku merasa tidak nyaman hanya dengan berdiri di sana, telah kembali.

 Dasar pak tua, peka dikit napa!

 Ayah kembali ke rumah karena dia ada pertandingan di K-Rakuen Hall tempo hari. Tapi, ini pertama kalinya dia melihat Yua. Aku tidak pernah berharap bahwa mereka akan bertemu untuk pertama kalinya dalam situasi seperti ini

“Maaf! Aku akan menunggu di luar! Selamat bersenang-senang!"

 Dia tersenyum lebar, seolah-olah dia baru saja melihat sesuatu yang menarik.

 Melihatnya berjalan keluar, aku segera bangkit dari pangkuan Yua untuk mengoreksi kesalahpahaman.

* * *

 Aku menangkap Ayahku di lorong dan mencoba membuatnya kembali ke ruang tamu. Tapi, dia tidak mau mendengarkanku karena dia terus membuat kesalahan dengan mengatakan, “Tidak, tidak, tidak apa-apa, tidak apa-apa, jangan menyia-nyiakan kesempatan ini.” Dia terus salah paham dan tidak mau mendengarkanku. Apalagi seringainya itu sangat menyebalkan.

 Tidak mungkin bagiku menarik orang dengan tubuh besar dengan pakasa. Pada saat seperti ini, aku hanya bisa menarik lengannya seperti melempar palu, mengayunkan pegulat ke tali. Seperti yang kuharapkan, dia berlari menuju ruang tamu.

 Ketika dia kembali ke ruang tamu, dia duduk di sofa, seolah-olah dia sudah menyerah.

 Yua sedang duduk di seberangku di sofa.

 Aku meletakkan minuman energi yang baru kubuat di depan Ayahku. Lalu, aku duduk di samping Yua dan memperkenalkannya.

 Yua tampaknya sangat gugup. Dia dengan santai meraih jari-jariku agar Ayahku tidak melihat dan dia sedikit gemetar. Yah, menurutku itu hal yang wajar. Apa perasaanmu ketika kau bertemu dengan seseorang yang lebih tinggi dan besar darimu? Kau pasti merasa takut, bukan? Mungkin ini yang dipikirkan Yua.

“Ayolah, kenapa kalian berhenti hanya karena orang tua mereka muncul? Dia pacarmu, bukan? Jangan terlalu dingin.”

 Aku baru saja ingin mengatakan, “Dia bukan pacarku, dia temanku,” tapi aku menghentikan diriku.

 Tsumugi masih menganggap kami sepasang kekasih.

 Jika aku memberi tahu Ayah yang sebenarnya, Tsumugi mungkin secara tidak sengaja menemukan kebenaran dari Ayah.

 Ayah bukanlah pria yang terlalu banyak bicara, bahkan dengan kepribadian seperti ini, tapi ...... situasinya terlalu rumit untuk dijelaskan di sini. Jadi untuk saat ini, aku hanya akan mengikuti topik pembicaraan.

“Meskipun kau adalah Ayahku, aku tidak berpikir kau harus terlibat dalam kehidupan percintaan putramu. Aku tidak suka  terlalu terbuka tentang hal-hal seperti itu.”

 Sejujurnya, aku tidak ingin mengatakakan itu karena itu bukan perasaan jujurku. Ini semua kulakukan untuk membungkam ayahku. Sebaliknya, Yua yang duduk di sebelahku menatapku penuh harap, seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu. Aku bisa merasakan itu melalui tangannya yang menggenggam tanganku.

"Haha, tidak usah malu-malu.."

 Ayah menyeringai ke arahku. Itu sebabnya aku tidak suka digoda seperti ini ...

“Ayah, kalau kau hanya ingin mengolok-olokku. Lebih baik diam saja.."

“Tidak, tidak.. aku tidak bermaksud seperti itu. Aku cuma senang aja. Itu berarti kau tidak sendirian lagi. Di sekolah dasar dan SMP, aku adalah satu-satunya sahabatmu, kan?”

 Ketika dia mengatakan itu, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

 Di sekolah dasar dan SMP, berkat keberanianku sebagai seorang anak, aku memiliki teman-teman yang hanya bisa kuajak bicara di sekolah. Namun, pertemananku pada waktu itu hampir seluruhnya berada di dalam sekolah.

 Itu sebabnya orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya bersamaku setelah sekolah adalah Ayahku.

 Ketika aku masih di sekolah dasar, Ayah membuat kontrak untuk hanya menghadiri pertandingan di Tokyo atau pertandingan besar di distrik sehingga aku tidak akan ditinggalkan sendirian di rumah yang ternyata menyebabkan banyak kontroversi di antara para penggemar, tetapi dari sudut pandangku, itu adalah hal yang baik.

 Berkat Ayahku, beberapa teman pegulatnya yang eksentrik, aneh dan manusia super, datang menemuiku sebagai tamu dan meskipun aku penyendiri, aku tidak pernah hidup dalam masyarakat tertutup. Jadi, aku bersyukur untuk itu.

"Tapi bagaimana dengan tur luar negerinya?"

 Merasa bahwa aku berada di posisi yang kurang menguntungkan, aku memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.

 Ayah baru saja kembali ke Tokyo tempo hari dan sebelumnya dia tinggal di Meksiko untuk memperjuangkan organisasi lokal.

“Aku tahu Lucha baik. Kalau aku dilahirkan kembali, aku ingin menjadi orang Meksiko.” [TN: Lucha libre = pro-gulat dari Meksiko]

"Apa kau akan tetap menjadi pegulat bahkan jika kau dilahirkan kembali?"

“Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak punya pekerjaan lain.”

 Ayah mengeluarkan topeng dari tas besar yang tergeletak di kakinya. Itu adalah jenis pakaian yang dipakai pria bertopeng. Dia melemparkannya padaku. Itu adalah suvenir yang selalu dibawa Ayahku dari Meksiko.

“Kau akan belajar di Meksiko dan menjadi Luchador, bukan?”

“Jangan katakan itu seolah-olah kau sedang merencanakan semacam variety show yang sembrono." kataku, sambil bermain dengan topeng emas berkilauan di tanganku.

"Aku tidak bisa terbang atau melompat."

"Jadi begitu. Kau tidak akan berubah pikiran?”

 Ayah memandang ke luar jendela sejenak, tampak sedih.

 Saat aku masih kecil, Ayahku mencoba melatihku dengan berbagai cara, berharap bahwa di masa depan kami akan berdiri di ring yang sama dan bertarung sebagai Ayah dan anak, tetapi aku akhirnya menyerah. Pertama-tama, aku tidak memiliki semangat kompetitif dan semangat juang sebelum fisik dan atletisku. Jadi, keinginan Ayahku tidak akan pernah terpenuhi.

 Ayahku tidak pernah memaksaku untuk melakukan apa pun. Tapi, kurasa dia masih memiliki keinginan untuk itu dan sesekali dia akan mencoba membuatku bergulat.

 Aku masih merasa sedikit bersalah karena tidak memenuhi harapan ayahku.

“Kau orang yang pendiam, bukan, Yua-chan?”

 Ketertarikan ayahku beralih ke Yua.

"Eh, b-begitu?"

 Tidak biasa mendengar suara Yua yang agak gugup.

 Ayah benar, Yua sedang berkonsentrasi mendengarkan percakapan antara Ayah dan aku, dan tidak menyela. Yah, sulit untuk masuk ke tengah percakapan antara orang tua dan anak.

 Ayahku yang tidak mengenal Yua dengan baik, akan merasa bahwa dia adalah gadis yang pendiam.

 Aku tidak bisa meninggalkan Yua sendirian dan berbicara dengannya seperti ini, kupikir lebih baik memulai dari awal lagi. Yua pada dasarnya adalah gadis yang ceria. Aku yakin dia akan terbiasa setelah beberapa saat.

"Bagaimana kalau kau ikut makan malam bersama kami hari ini?"

 Aku menjelaskan kepada Ayah bahwa keluarga Nagumo berhutang budi kepada Yua. Selama dia pergi, aku meneleponnya atau mengiriminya pesan, tapi aku tidak bisa memberitahunya tentang Yua karena terlalu rumit.

“Tapi, sekarang ayahmu sudah pulang…”

 Yua menjadi pendiam, seolah-olah dia khawatir tentang pertemuan keluarga.

"Apa yang kau bicarakan? Apa yang salah dengan Ayahku kembali? Jangan terlalu tertutup.”

 Yua di sisi lain, mungkin punya rencana dengan teman-temannya. Tapi, aku rela memaksakan masalah itu.

“Yua, kau tahu, kau seperti… bagian dari keluarga kami sekarang. Kalau kau tidak di sini setelah sekian lama, itu akan terasa aneh…”

“Shinji…”

 Yua menunjukkan tanda-tanda keraguan.

“Tidak apa-apa, Yua-chan, silakan bergabung dengan kami. Lebih ramai lebih seru, bukan?"

 Dengan kata-kata Ayah sebagai alasan keengganannya, Yua tampaknya telah memutuskan untuk bergabung.

“Kalau begitu, aku akan membantumu.”

 Aku akan melakukannya sendiri, tapi tidak apa-apa jika Yua bersikeras.

 Aku hendak meninggalkan ruang tamu bersama Yua.

 Tetapi sebelum aku melakukannya, aku harus memberi tahu Ayahku sesuatu.

"Ayah, selamat datang kembali."

“Ah, aku pulang.”

 Meskipun aku merasa agak malu mengatakab itu. Aku tidak bisa lupa untuk berterima kasih padanya karena telah kembali dengan selamat.

 Ayah bertarung di tempat berbahaya di mana satu gerakan yang salah dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal, seperti kelumpuhan bahkan bisa berujung kematian.

 Ini juga caraku untuk menunjukkan kasih sayangku sebagai seorang anak.

* * *

 Ketika kami meninggalkan ruang tamu dan mencapai lantai dua, Yua angkat bicara.

“Jadi, Shinji seperti itu di depan ayahnya, ya…”

“Ada apa denganmu, tiba-tiba mengatakan sesuatu…"

 Begitu dia lolos dari pembicaraan ayah dan anak, Yua masuk ke mode menggoda.

“Tidak ada, sungguh. Hanya saja, aku cemburu dengan kalian. Keluargamu pasti sangat dekat.”

 Yua yang tidak akur dengan orang tuanya, membuatku merasa defensif. Tapi, dia tidak mengeluarkan getaran yang berat dan sepertinya menikmati dirinya sendiri.

“Maksudku, kamu memperlakukanku seperti anggota keluarga. Apa tidak apa-apa kalau aku terbawa suasana?"

 Senyum Yua lebih cerah dari sebelumnya, begitu cerah hingga aku hampir ragu untuk menatap langsung ke arahnya.

“Kau itu sudah banyak membantuku. Jadi, aku tidak bisa mengatakan bahwa kau orang asing bagiku. Selain itu, kau telah menghabiskan lebih banyak waktu di rumah tangga Nagumo dibandingkan Ayahku dulu.”

 Jika kita punya anjing,. Aku akan memperlakukannya lebih baik daripada Ayah.

"Jadi, bisakah aku memanggil ayah Shinji 'Ayah mertua' sekarang?"

"Pertama-tama, kau harus belajar untuk tidak menjadi patung di depan Ayahku."

“Itu… aku hanya tidak ingin mengganggu pembicaraan kalian.."

“Tapi, sangat jarang melihatmu seperti itu. Kurasa itu baik-baik saja?"

 Segera setelah aku mengatakan itu, Yua mulai berputar dan menggeliat dari sisi ke sisi.

“Jadi, aku ingin tahu apa kau harus masuk ke mode non-bicara sebentar, Yua-chan.”

 Aku penasaran dengan sisi pendiamnya. Jadi, aku memutuskan untuk membiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan.

 Yua mulai menarik napas dalam-dalam. Sepertinya dia mencoba menahan napas. Dimana mau akan menyelam?

“Oh, Shinji, aku ingin tahu tentang sesuatu, berikan itu padaku.”

"Itu berakhir dalam sekejap, mode non-bicara ..."

 Aku berharap melihat celah antara dia dan Yua yang biasa, tapi…

“Cepat, sini."

 Pipi Yua mengendur saat dia mengambil topeng Lucha suvenir dari tanganku.

 Topeng itu berwarna emas mengkilap dengan salib putih di dahi dan desain seperti sayap di sekitar mata, tetapi menutupi mulut.

"Bisakah aku memakainya seperti ini?"

"Ya. Tapi tidak ada talinya.”

 Ada lubang di bagian belakang topeng, seperti tali sepatu dan hanya bagian atas topeng yang ada talinya.

 Rupanya, Yua ingin menjadi pria bertopeng. Dia memakai topeng itu dan memintaku untuk mengikat talinya. Dia tampak seperti pegulat pro.

“Kalau kau memakainya terlalu ketat, itu mungkin bergesekan dengan kulitmu dan menghapus riasanmu."

“Kalau begitu, kendurkan sedikit.”

 Suara Yua begitu hidup sehingga aku bisa melihat ekspresinya meskipun wajahnya tersembunyi.

 Apakah dia memiliki keinginan untuk berubah?

 Aku mencoba mengikat tali di bagian belakang topengnya, tetapi dia menahannya ke dinding dan menolak untuk bergerak.

"Hei, kalau kau di situ. Aku tidak bisa mengikatnya."

"Tidak bisakah kamu mengikatnya seperti ini?"

 Meskipun dia mengenakan topeng, aku masih bisa melihat matanya.

 Regangkan tanganmu di depanmu dan ikat, tuntut Yua.

 Aku memiliki sedikit keterampilan dalam mengikat tali topeng. Jadi, aku bisa melakukannya tanpa melihat lubangnya. Ini adalah keterampilan yang kupelajari ketika aku terlalu sibuk menjadi penyendiri.

“Diam dulu.”

 Bukan hal biasa lagi bagiku untuk terjebak dalam keinginan Yua dan aku semakin pandai memamerkan keterampilanku. Jadi, aku mengulurkan tanganku ke bagian belakang kepalanya.

 Karena posisiku, aku begitu dekat dengan wajah Yua sehingga aku hampir bisa mencium bau napasnya yang manis.

 Tiba-tiba, aku merasa Yua meletakkan jari-jarinya di bawah topeng dan menariknya ke atas untuk memperlihatkan mulutnya.

 Awalnya topeng ini dirancang untuk menutupi mulut, aku sedikit lengah berpikir bahwa mungkin sulit bagi Yua untuk bernapas karena dia tidak terbiasa memakai topeng. Tapi, dia tiba-tiba menempelkan bibirnya ke bibirku.

 Meskipun itu bukan kontak yang kuat, hanya sedikit sentuhan di ujung bibirku. Tapi, ciuman tetaplah ciuman. Itu membuatku kehilangan ketenanganku.

“Apa yang kau lakukan!?”

 Aku mundur dan melompat menjauh.

“Fufu~ Itu hadiah dariku.."


"Uh-huh.."

 Gadis ini, bisakah kau menahan diri?

 Meskipun aku terkejut, aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman, sebaliknya, aku merasa puas. Jadi, ini adalah hadiah yang valid. Tapi sekali lagi, Yua adalah orang yang pasti melakukan hal-hal yang keterlaluan.

“Ehehe, apa kamu mau lagi?"

"Tidak, terima kasih.."

"Nggak usah malu-malu, Shinji."

"Berisik."

 Astaga, gadis ini benar-benar tidak tahu diri.

“Mengesampingkan ciuman tadi. Tapi, sekarang kita memiliki sesuatu yang hanya Shinji dan aku tahu.”

 Aku mengerti maksud Yua.

 Tampaknya Yua masih khawatir tentang kurangnya kesamaan hobi di antara kami, tidak seperti hubungan yang kumiliki dengan Ousaki.

 Aku tidak berharap itu menjadi ciuman atau semacamnya. 

 Aku berhasil mengikat tali topengnya, setengah hati-hati dan setengah mengantisipasi bahwa jika aku mendekatkan wajahku ke arahnya, aku akan menghadapi hal yang sama lagi.

“Shinji ..."

"Apa?"

"Mnm, bukan apa-apa."

 Setelah mengatakan itu, dia pergi berlari ke arah kamar Tsumugi. Sepertinya dia ingin bermain dengan Tsumugi?

 Sial… seandainya dia tidak melakukan itu dengan tiba-tiba. Mungkin aku bisa memaksa masuk ke zona nyamannya atau bahkan menekan bibirku kembali ke bibirnya. Nah, jika aku menemukan adegan yang sama lagi, aku akan terlalu malu untuk melakukan hal itu…

 Yua sepertinya suka memakai topeng dan selfie dengan smartphonenya, berpose seperti pahlawan saat pamer ke Tsumugi dan bahkan bergabung dengan Tsumugi menggunakan tempat tidurku sebagai trampolin, mereka bersenang-senang bersama.

“Oi, Yua, aku akan mulai menyiapkan makan malam.”

“Ah, baik!”

 Yua melompat dari tempat tidur, berlari ke arahku dan melepas topeng emasnya. Tampaknya dia sedikit berkeringat setelah bermain dengan Tsumugi.

 Meskipun riasannya sedikit rusak, dia masih memberiku senyum riang.

 Sejujurnya, Yua yang tanpa riasan seperti ini lebih istimewa bagiku. Itu karena aku mengetahui dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain di sekolah.



|| Previous || Next Chapter ||
4 comments

4 comments

  • No name
    No name
    30/3/22 21:33
    Yua mulai agresif
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    29/10/21 21:07
    Agresif beut Yua
    Reply
  • Pintar Network
    Pintar Network
    29/10/21 08:45
    dapet ciuman bre. masih aja gak peka tuh cowok. udh banyak dikasih kode masiih aja gak peka
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    28/10/21 22:19
    Tengkyu miinn
    Reply
close