NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Futokou no Osananajimi ga Kiss Suru Kotodatta V1 Chapter 3

Chapter 3 - Apa Yang Kusuka Tentang Teman Masa Kecilku


“Baiklah, biarkan aku memperkenalkan teman-temanku ini. Mereka berdua adalah Koichi dan Murasaki. Mereka berada di kelas yang berbeda tahun lalu. Jadi, kau belum pernah bertemu mereka sebelumnya, kan?”

“Eh, ya. ......"

Aku memperkenalkan mereka berdua kepada Yuki sebelum pelajaran pertama dimulai. Kupikir aku harus memulai dan memperkenalkan mereka satu sama lain sehingga mereka bisa saling mengenal.

"Namaku Murasaki Hayashibara. Hamachi-san, senang bertemu denganmu!"

"................ Senang berkenalan denganmu."

Murasaki mengulurkan tangannya dan kemudian menjabatnya dengan tangan Yuki. Ekspresi wajah Yuki tampak sedikit tegang, menandakan dia gugup saat berbicara dengan Murasaki. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu satu sama lain.

“Namaku Koichi Yanagi! Tolong berjabat tangan denganku juga, Hamachi-san...”

"Tidak, nggak mau. Um, kau membuatku takut.”

“Ugh...!"

Setelah beberapa kata salam, bel kelas berbunyi menandakan jam pelajaran pertama dimulai.

“Hei, Hamachi-san. Apa yang kamu baca?"

Setelah pelajaran pertama selesai, Murasaki mencoba mengajak ngobrol Yuki yang sedang membaca novel.

Kurasa Murasaki mencoba berteman dengan Yuki. Tidak ada yang bisa bergaul dengan seseorang tanpa melakukan sesuatu. Jadi, aku memutuskan untuk menjauh dari percakapan mereka dan menonton pembicaraan mereka dari kejauhan.

"Yah, um ...... Novel ........."

Yuki tampak terkejut ketika seseorang yang tidak dikenal berbicara dengannya dan mulai panik. Meski begitu, dia tampak mencoba yang terbaik untuk berbicara dengan Murasaki.

“Ini adalah cerita tentang seorang mahasiswa yang menikah dengan manajer yang lebih muda.......”

"Wow! Apa kamu suka novel romantis?”

"'Yah, begitulah.......'"

"Begitu ya. Yah, aku juga sering nonton dorama sih. Lain kali, aku akan membaca novel itu ah. Um, kurasa judulnya adalah...... [Sampai manajer muda yang imut menjadi istriku]. Hmm, kira-kira di perpustakan ada ngga, ya?"

“Erm, aku tidak tahu. Aku membelinya di toko buku.”

“Ahh. Oke, aku akan membelinya juga. Aku akan membacanya dan kita akan membicarakannya nanti.”

“Um, ya....”

Saat aku mendengarkan percakapan mereka, Yuki tampak agak canggung di sana-sini. Tapi, dia masih bisa berbicara....... Sebenarnya, aku tidak tahu apakah mereka benar-benar berpikir begitu atau tidak.

“Oh, Murasaki sedang berbicara dengan Hamachi-san. Biarkan aku bergabung dalam percakapan."

Saat aku mendengarkan percakapan mereka, Koichi menyela.

“Oi, lebih jangan dulu. Yuki masih terlihat gugup saat berbicara dengan Murasaki.”

"Tidak mungkin. Apa maksudmu dengan 'Yuki masih gugup bahkan dengan Murasaki'?”

"Begitulah. Lagian, sejak awal kau tidak populer di kalangan gadis-gadis di kelas kita. Kau mungkin agak tampan, tetapi kau selalu bau keringat dan rakus."

"Ugh, kata-katamu itu sangat menusuk hati kecilku kawan.. Bukankah kita ini teman seperjuangan?"

"Ha? Tidak, tidak.. jangan sama 'kan aku denganmu kawan. Kita ini cuma partner di tim... Oh, Sensei ..."

Saat aku dan Koichi ngobrol santuy gak jelas, bel sekolah berbunyi dan Guru untuk pelajaran berikutnya masuk ke dalam kelas. Aku tidak bisa mendengar percakapan Yuki dan yang lainnya saat aku sedang berbicara dengan Koichi. Tetap saja, aku yakin Murasaki melakukan pekerjaan yang sangat baik.

Beberapa jam kemudian, waktu istirahat makan siang tiba.

“Ayo pergi ke atap untuk makan siang, Yuki.”

"Um, iya!"

Sepertinya Yuki masih kesulitan bergaul dengan Murasaki. Itu sebabnya, aku memutuskan untuk makan siang bersama Yuki di atap lagi. Hari ini, atapnya kosong dan suasananya cukup santai.

“Hei, kamu tahu …… aku membawa makan siangku …… Hari ini aku membuat ...... sendiri." kata Yuki, sambil membuka kotak makan siangnya.

Aku terkejut melihat betapa rumitnya bento itu; nasinya ditata seperti karakter kucing yang lucu. Ada juga sosis gurita dan telur gulung berwarna indah. Aku tidak tahu bahwa Yuki bisa membuat bento yang luar biasa.

"Iyakah? Yuki, kau luar biasa!" [Sugoi ne!]

“Ah, terima kasih Hiro-kun! Um, kemarin kamu memberiku beberapa makananmu...... Ini beberapa untukmu.”

“Kau memberikannya padaku? Sosis gurita ini terlihat lezat.”

"......Mnm."

Yuki menganggukkan kepalanya dan memberiku sosis Tako-san. Aku mengambil sosis dan memakannya secepat mungkin. Oh, ini enak! Aku tidak tahu Yuki begitu pandai dalam memasak....... [TN: Tako-san = sosis berbentuk gurita[

“Ini benar-benar enak. Yuki, kau koki yang hebat.”

"'Tidak, bukan aku! Aku kebetulan pandai memasak ......."

“Tidak, tidak, tidak, itu adalah bakatmu. Apa kau memasak secara teratur?"

“Eh, ya...... aku ingin membuat sesuatu untuk Hiro-kun, jadi aku berlatih...... di rumah kemarin.”

"Eh, serius!? Aku sangat senang."

Saat aku melihat pipi Yuki memerah saat dia mengatakan ini, wajahku juga memanas. Jika aku tahu Yuki sudah bekerja keras memasak untukku, aku akan ...... senang, tentu saja.

“Terima kasih Yuki. Demi aku, kau bekerja keras.”

“Ini tidak seperti......karena aku......tidak, bukan apa-apa. Kamu telah melakukan banyak hal untukku, jadi......ini bukan masalah besar.”

Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia berhenti dan mengatakan sesuatu yang tidak berbahaya. Apa yang akan dia katakan? Namun, meskipun aku penasaran, aku tidak memiliki keberanian untuk menanyakannya tentang hal itu.

“Oh, benar. Ngomong-ngomong, kau sedang membaca buku selama waktu istirahat, kurasa kau suka novel atau semacamnya. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kau suka.”

“Itu…Aku mulai membacanya setelah aku mendaftar SMA. Ketika aku di rumah sepanjang waktu...... Aku membaca banyak buku. Tapi, aku juga suka......bersama Hiro-kun seperti ini.”

"Eh?"

“......Nee Hiro-kun, ayo berciuman......kita belum berciuman hari ini. Aku belajar bagaimana berciuman di rumah kemarin.”

Tanpa menghiraukan keterkejutanku, Yuki memintaku untuk menciumnya hari ini. Aku penasaran apa maksudnya saat Yuki bilang dia suka bersamaku dan apa yang dia pelajari tentang berciuman. Tetap saja, Yuki sepertinya sudah gatal untuk menguji hasil studinya sekarang.

"Tentu ..."

Jadi, aku memutuskan untuk menerima ciuman itu tanpa bertanya apapun. Aku ingin menanggapi permintaan Yuki sebanyak mungkin.

“......Terima kasih, Hiro-kun.”

Aku mengangguk setuju dan Yuki membalas terima kasihku, tapi pipinya memerah.

"Chu ♡"

Kami berciuman lagi. Tapi tidak seperti sebelumnya, ciuman itu tidak sedikit sentuhan, melainkan bibir yang tumpang tindih untuk sementara waktu. Aku yakin Yuki belajar banyak tentang berciuman, tetapi dia belum mempraktikkannya. Ciuman Yuki agak canggung dan sepertinya dia hanya mencoba menyalin adegan dari drama yang samar-samar dia ingat.

Tapi, aku juga tidak terbiasa berciuman. Jadi, meskipun ciuman itu hanya berlangsung lima atau enam detik, pikiranku kosong saat sensasi manis menguasai pikiranku. Setiap kali aku menciumnya, aku sangat penasaran dengan Yuki sampai-sampai aku kehilangan jejak detak jantungku.

“......Aku masih tidak bisa melakukannya sebaik yang mereka lakukan di video. Maaf, aku akan melakukan yang lebih baik besok.” kata Yuki, tersipu malu. Tapi, kali dia tidak memalingkan muka dariku dan meminta maaf. Mungkin Yuki perlahan mulai terbiasa menciumku. Aku mencoba yang terbaik untuk mendengarkan apa yang Yuki katakan.

“Um, uh....... Tapi, kenapa kau ingin belajar ciuman lebih baik lagi?"

Aku bertanya padanya. Kalau kau hanya ingin berciuman, tidak masalah kalau kau buruk dalam hal itu.

“Bukannya aku ingin bisa berciuman. Hanya saja.. itu karena Hiro-kun begitu egois padaku, setidaknya aku ingin menjadi pencium yang baik. Dan ..... tidak, bukan apa-apa. ”

"Eh, oke."

Dia mencoba mengatakan lebih dari itu, tetapi dia berhenti di akhir kalimatnya. Aku penasaran ingin tahu apa yang akan dia katakan. Tapi, aku tidak bisa mengejarnya. Aku tidak berpikir Yuki akan menjawabku dengan jujur dan aku sendiri takut untuk menanyakan pertanyaan yang lebih mendalam kepadanya.

..... Aku benar-benar bajingan pengecut yang menyedihkan.

“Ayo kembali ke kelas, Hiro-kun. Pelajaran selanjutnya ada di lab sains, kan?”

“Ya, kurasa begitu. Aku tidak ingin terlambat, jadi ayo pergi."

Setelah menyimpan kotak makan siang kami, kami meninggalkan atap dan kembali ke kelas. Setelah itu, kami kembali ke kelas kami yang membosankan, tidak pernah menyebutkan bahwa kami telah berciuman dan kembali ke kehidupan rutin kami.




|| Previous || Next Chapter ||
4 comments

4 comments

  • Arielh
    Arielh
    23/12/21 11:58
    Up
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    22/12/21 18:03
    Lanjut
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    22/12/21 07:40
    👍
    Reply
  • Lana
    Lana
    22/12/21 05:43
    Lanjut haha
    Reply
close