NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Futokou no Osananajimi ga Kiss Suru Kotodatta V1 Chapter 2

Chapter 2 - Seperti Janji Yang Kami Buat, Dia Datang Ke Sekolah


.... Mulai hari ini, cium aku setiap hari...

Keesokan harinya setelah janji kami. Aku tidak bisa mampir ke rumah Yuki karena aku ada latihan pagi untuk mempersiapkan turnamen yang akan datang. Sebenarnya, aku ingin melihat apakah janji yang kita buat kemarin ditepati atau tidak. Tetap saja, itu akan menjengkelkan untuk pergi ke rumahnya pagi-pagi sekali.

Karena itu, yang bisa kulakukan hanyalah mempercayainya. Yuki akan menepati janjinya.

“Kerja bagus, Hiroki. Ambil ini."

"Oh terima kasih.."

Dalam perjalanan kembali ke ruang klub setelah latihan pagi, Murasaki Hayashibara, teman sekelasku sekaligus manajer memberiku handuk. Aku mengambilnya dan menyeka keringatku.

Dia memilik rambut cokelat dengan gaya ponytail, wajahnya imut seperti Idol dan big oppai..... Murasaki memiliki sifat ceria dan dia adalah manajer yang baik, membuatnya populer di kalangan anak laki-laki di klub. Terlebih lagi, nilainya sangat bagus, dan......kepribadiannya sempurna.

"Tidak apa-apa. Kita 'kan teman!"

“Ah! Berhentilah berbicara seperti itu.......”

"Haha. Reaksi Hiroki sangat lucu. Maksudku, kamu tidak berkonsentrasi dalam latihan hari ini. Yah, walaupun kamu nggak melakukan kesalahan apa pun sih. Nee, Hiroki.. pasti terjadi sesuatu padamu, kan?"

“Yah, umm.........”

Ketika Murasaki bertanya padaku, aku terdiam. Ya, aku sebenarnya tidak berkonsentrasi dengan benar. Lagipula, kemarin ...... banyak hal terjadi. Yuki keluar dari kamarnya, kami berciuman untuk pertama kalinya, dan......kami berjanji akan berciuman setiap hari. Aku sangat gugup, terutama karena aku menciumnya yang membuatku tidak bisa tidur semalam.

Tentu saja, aku tidak akan ​​memberitahu Murasaki tentang hal itu.

“Aku kaget kemarin ketika tim yang kudukung, Loop Bali, kalah dari Tichy.”

Aku menutupinya dengan alasan yang kupikirkan dengan cepat. Sebenarnya, ketika aku tidak bisa tidur. Aku menonton pertandingan mereka dari smartphoneku. Namun, tetap saja... ciuman itu masih terlintas dalam pikiranku.

“Ahh, soal itu ya.. benar, awalnya pertandingan kemarin berpihak pada Loop Bali. Tapi, strategi pergantian pemain dari Tichy bekerja dengan sangat baik...”

“Oh, kau juga menontonnya, Murasaki?”

"Tentu saja. Aku harus menonton banyak pertandingan untuk menjadi jurnalis majalah sepak bola! Nah, bergembiralah. Aku yakin mereka akan memenangkan pertandingan berikutnya.”

Murasaki memberiku senyum cerah dan ceria ketika menepuk punggungku dengan lembut untuk menyemangatiku. Bukannya aku depresi tentang apa yang terjadi kemarin, tapi......berkat kebaikannya, aku merasa lebih baik.

“Terima kasih, Murasaki. Aku merasa lebih baik berkatmu.”

“Yah…yah, jika Hiroki tidak senang, maka aku lebih khawatir dan merasa lebih lelah.”

"Hah? Apa kau mengatakan sesuatu?”

“Tidak, tidak ada! Kita akan terlambat masuk kelas. Cepat ganti bajumu atau aku akan kembali ke kelas tanpamu!”

Kemudian Murasaki bergegas ke ruang ganti wanita untuk mengganti jerseynya dengan seragamnya. Dan aku juga mulai berganti pakaian di ruang klub.

“Oh, Hiroki, kau terlambat. Aku sudah mengganti pakaianku.”

“Sialan kau Koichi! Kau pergi meninggalkan latihan, kan?"

"Lu tau ya? Haha... Yah, mau bagaimana lagi. Aku lapar setelah latihan.”

Teman sekelasku sekaligus rekan setimku, Koichi Yanagi, kembali ke ruang klub sebelum diriku. Dia adalah pemakan yang sangat rakus dan dia makan sepanjang hari. Apalagi dia juga memiliki fisik yang prima, mungkin karena dia bermain sepak bola.

“Meski kau makan banyak, tetapi kau bisa tembus sebagai pemain inti. Apa itu rahasia kesuksesanmu?”

"Begitu? Yah, aku juga tidak tahu. Tapi, kurasa kau bisa menjadi starter juga, Hiroki. Aku yakin mereka mempercayaimu untuk menjadi bek tengah. Ahh, urus saja pertahanannya, bos.”

“Ohh, serahkan padaku. Meskipun aku tidak bisa menangani pertahanan sendiri."

“Berhenti mengucapkan kata-kata seperti itu. Bahkan para pemain kelas dunia... Oh! Sudah hampir waktunya untuk pelajaran pertama!”

"Apa...!"

Saat aku berganti pakaian sambil mengobrol santai dengannya, tanpa kami sadari, waktu untuk pelajaran pertama bentar lagi dimulai dan hanya kami berdua yang tersisa di ruang klub. Aku buru-buru mengganti pakaianku dan meninggalkan ruang klub.

“KAU TERLAMBAT Hiroki! Ah, kamu bahkan punya orang tambahan bersamamu. Dan, itu Koichi.”

Kemudian Murasaki, menunggu kami di luar dengan seragam sekolahnya, menjadi sombong dan berteriak pada kami.

“Jangan macam-macam denganku!!! Aku menunggu Hiroki. Hmpf... rasakan ini!"

“Ohh, tenanglah."

"Ayo Hiroki, cepat!"

“Ah, ya!”

“Oi, tunggu dulu!! Aduh!! Aduh!! Aduh!! Kakiku sakit ....... ”

Kami berlari ke kelas secepat yang kami bisa. Aturan sekolah mengatakan kita tidak harus berlari di lorong, tetapi karena ini adalah situasi darurat, siapa yang peduli?? Kami tiba di kelas tanpa penundaan berkat usaha kami, tapi......saat kami mendekati kelas, kami melihat kerumunan.

"Hmmm? Ngapain mereka ngumpul di sana? Nee, apa kau tahu sesuatu?"

“Tidak, aku tidak tahu. Apa kau tahu sesuatu tentang itu, Hiroki?”

“Tidak, aku juga.............!”

Awalnya, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ketika aku melihat wajah yang kukenal......Aku segera menyadari apa yang sedang terjadi.

“Yu-Yuki!”

“............H-Hiro-kun!”

Aku berlari melewati kerumunan...... Yuki berdiri di tengah. Dia benar-benar datang ke sekolah seperti yang dijanjikan. Aku sangat senang, aku tidak bisa menahan senyumku.

Di sisi lain, Yuki terlihat sangat malu, mungkin karena dia terlalu mencolok. Tetap saja, ketika dia melihatku, dia tampak lega dan sedikit tenang. Namun, aku tidak bisa menghilangkan fakta bahwa dia masih ketakutan.

“Ayo Yuki, biar kuantar ke tempat dudukmu."

"Mnm! Terima kasih.....Hiro-kun.”

Dengan begitu, aku membawa Yuki ke tempat duduknya. Itu adalah kursi terakhir di dekat jendela dan aku kebetulan duduk di sebelahnya. Yuki terlihat sedikit lega saat mengetahuinya.

"Bentar lagi pelajaran pertama dimulai. Jadi, nanti saja ngobrolnya 'oke?"

“Eh, ya....”

“Tapi, yah... Aku senang kau datang, Yuki.”

"Lagipula aku sudah berjanji padamu ......"

Setelah percakapan pendek kami, bel berbunyi menandakan jam pertama dimulai.

* * *

Setelah pelajaran pertama berakhir dan istirahat dimulai, aku mencoba berbicara dengan Yuki.

“Yah, umm... Hiro-kun, ......jadi, umm .......”

Saat istirahat, Yuki mencoba mengatakan sesuatu padaku. Tapi, dia sangat gugup karena dia sudah lama tidak datang ke sekolah sehingga dia hanya bisa bergumam dan menggerakkan mulutnya.

“Kau benar-benar gugup, Yuki. Ambil minuman ini. Minum dulu, baru bicaralah denganku."

Yuki menatapku dan aku mengeluarkan botol plastik dari tasku dan menyerahkannya padanya. Yuki mengambilnya dan meminumnya perlahan.

"......Terima kasih. Maafkan aku, Hiro-kun, untuk semua masalah yang aku sebabkan padamu.”

“Tidak, tidak apa-apa. Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?"

“Eh, ya ...... yah, eh, um..............”

"Eh bel udah bunyi. Baiklah, aku akan berbicara denganmu selama istirahat berikutnya."

Saat Yuki hendak mengatakan sesuatu, pelajaran selanjutnya dimulai ketika bel berbunyi. Sepertinya itu topik yang penting. Jadi, aku tidak ingin membicarakannya di tengah pelajaran. Itu sebabnya, aku meninggalkannya untuk istirahat berikutnya.

Dan istirahat berikutnya datang.

“Hamachi-san. Aku ingin mendiskusikan apa yang harus dilakukan tentang kuis saat kau tidak hadir. Ikut denganku ke kantor guru.”

“Eh, iya!”

Begitu pelajaran selesai, seorang guru matematika perempuan memanggil Yuki dan dia tidak bisa berbicara denganku.......Kuharap dia baik-baik saja. Sudah lama Yuki datang ke sekolah dan dia terlihat sangat gugup.

"......Hmm? Ada apa dengannya Hiroki?” tanya Koichi.

Ketika aku memikirkan Yuki yang dipanggil oleh guru, tiba-tiba Murasaki dan Koichi datang ke tempat dudukku. Entah kenapa mereka berdua tiba-tiba datang ke tempatku, tapi Murasaki terlihat sangat terkejut.

“Nee, Hiroki.. Seperti apa hubunganmu dengan Hamachi-san?"

“Ohh, benar!! Aku juga sangat tertarik!”

“......Koichi, kau ini ya!!!” [TN: Aanta ne!!]

Oh ya. Kedua orang ini tidak tahu tentang Yuki dan aku sudah saling kenal sejak kecil. Di kelas satu, aku berada di kelas yang sama dengan mereka berdua, tetapi Yuki dan aku berada di kelas yang berbeda. Jadi, wajar saja mereka tidak mengenal Yuki.

“Yah, kami berdua sudah saling kenal sekak kecil. Bisa dibilang teman masa kecil "Osananajimi". Selain itu, rumah kami juga berdekatan dan kami juga sering menghabiskan waktu bersama."

“Oh, teman masa kecil, ya.. Yah, itu masuk akal."

"B-begitu, ya.. teman masa kecil."

Koichi yakin dengan penjelasan kasarku dan Murasaki juga tampak yakin.

“Jadi, aku khawatir padanya karena tidak pergi ke sekolah, tapi aku senang dia datang.......Oh, ya. Bisakah Yuki makan siang bersama kita hari ini? Dia mungkin tidak punya orang lain untuk diajak makan.”

“Oh, aku punya ide! Dengar sini!"

Koichi tampaknya memiliki pemikiran lain di benaknya. Dia menyeringai, mengeluarkan kunci dari sakunya dan menyerahkannya kepadaku.

"Apa ini?"

“Kunci atap. Nah, jangan tanya padaku bagaimana aku mendapatkannya. Tidak ada yang pergi ke sana. Jadi, sangat cocok untuk kalian berdua makan berdua, kan?”

"Huh? Hanya kita berdua?"

Aku berencana makan siang dengan Murasaki, Koichi dan Yuki, yang selalu makan siang bersamaku....... Tapi sepertinya Koichi tidak berpikir begitu dan terus berbicara dengan seringai di wajahnya.

“Aku yakin kau juga akan setuju. Lebih baik Hamachi-san makan berdua denganmu, yang sudah kau kenal selama bertahun-tahun. Begitu dia terbiasa dengan sekolah, dia bisa makan bersama kita juga."

"Ah, baik. Koichi, kau terkadang mengatakan hal-hal yang baik. Aku akan melakukannya. Apa Murasaki juga baik-baik saja?”

"Ya. Kalau begitu, aku akan makan siang dengan teman-teman Kelas B untuk hari ini. Sulit untuk makan sendirian dengan Koichi.”

“Ehh, kau kejam Murasaki!”

“Terima kasih, kalian berdua.”

Bel berbunyi segera setelah percakapan selesai dan Yuki bergegas kembali ke kelas. Setelah itu, pelaharan berikutnya dimulai dan berakhir dalam waktu singkat, dan......saatnya istirahat lagi.

“Hei Yuki, maukah kau makan siang denganku di atap hari ini?”

"Eh? Nggak papa nih? Bukannya kamu ingin makan dengan teman-temanmu?"

“Jangan khawatirkan soal itu, aku sudah meminta izin. Tapi, kau tidak mau, jangan memaksakan diri.”

"Aku ikut......! Aku juga......ingin makan dengan Hiro-kun.”

Ini pertama kalinya Yuki tersenyum hari ini. Aku senang mendengar dia ingin makan denganku. Jadi, aku membalsanya dengan tersenyum.

Saat makan siang......

“Wow, atapnya… cukup besar, kan?”

Kami berada di atap. Sebenarnya, atap ini tidak diperbolehkan bagi siswa/i."

“Oh, Yuki, hanya itu yang kau makan untuk makan siang?”

Yuki mengeluarkan satu onigiri yang dia beli dari toserba dari tasnya dan memakannya.

“Mnm....... Ibuku tidak bisa membuat bento karena aku tiba-tiba bilang aku akan pergi ke sekolah hari ini......”

“Uh, ya....... Kalau begitu, kau harus makan punyaku. Aku tidak berpikir kau memiliki cukup makanan."

“Eh? Itu makan siang Hiro-kun, aku tidak bisa mengambil......makan siangmu.”

“Lalu bagaimana jika aku bilang aku ingin memberikannya padamu Yuki?”

"............ ini tidak adil."

Lalu perlahan, aku memberikan kotak makan siangku pada Yuki. Dia memakannya perlahan. Melihat ini, aku tersenyum lagi.

“Enak....... Apa ibumu yang membuat ini?”

“Tidak, aku buat sendiri. Karena aku tidak bisa tidur di malam hari. Jadi, aku melanjutkan dan berhasil.”

"Oh benarkah? Kamu luar biasa, Hiro-kun....... ini sangat enak............. Oh, dan ...... kenapa kamu tidak bisa tidur?”

“............ Emm...”

Aku yakin Yuki mungkin sudah menebak alasan kenapa aku tidak bisa tidur. Kami berdua ingat apa yang terjadi kemarin dan wajah kami menjadi merah.

“...... Tidak, yah...... karena itu pertama kalinya bagiku.”

"......Jadi begitu. Itu pertama kalinya untuk......satu sama lain, bukan?”

Yuki terlihat sedikit lega. Namun, aku tidak yakin apakah itu baik bagiku untuk mendapatkan ciuman pertama Yuki; lagi pula, dialah yang bertanggung jawab atas semuanya. Untuk Yuki, itu ......

"......"

“.......”

Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya. Aku tidak yakin mengapa dia menyuruhku untuk menciumnya dengan alasan pergi ke sekolah, apakah aku orang yang tepat untuknya dan mengapa dia berhenti sekolah sejak awal. Namun, jika aku menanyakannya secara langsung, aku yakin dia tidak akan menyukainya. Jika kita berdua mengingat apa yang terjadi kemarin, itu akan membuat suasana menjadi canggung dan mengganggu pembicaraan. Itu sebabnya, aku mencoba memikirkan hal lain untuk dibicarakan sebanyak mungkin.

“......oh, benar juga!"

Yuki adalah orang pertama yang membuka mulutnya.

"Um, Hiro-kun ciuman hari ini..."

“............ Ah, ya, ciuman hari ini. ...... Yah, kita berjanji. Ini setiap hari. Tapi, kita tidak harus melakukannya di sekolah, kita bisa melakukannya di rumah Yuki sepulang sekolah.”

“......Hiro-kun, kamu berlatih keras, kan? Aku melihatmu memiliki latihan pagi hari ini. Kalau kamu bekerja sangat keras di pagi hari, aku yakin kamu akan mengalami kesulitan sepulang sekolah dan aku ingin menghindari bahwa kamu tidak perlu memaksakan diri untuk datang ke rumahku. Lagipula, kalau kamu datang ke rumahku, ibuku mungkin akan tahu. Jadi......cium aku sekarang selagi kita punya waktu.”

Yuki dengan malu-malu menjelaskan mengapa dia sangat ingin aku menciumnya di sini di atap. Aku tidak terlalu peduli dengan tempat itu, tapi aku tidak ingin membuat Yuki sedih. Dia terlalu memikirkanku. Aku juga setuju ada risiko jika kita melakukannya di rumah Yuki.

"......Baiklah."

Jadi, aku setuju untuk menciumnya di sini untuk hari ini. Untungnya, ini adalah tempat di mana tidak ada yang akan datang, jadi tidak ada yang akan melihat kami.

“Terima kasih, Hiro-kun. Aku akan menciummu.......Chuu.........”

Kemudian Yuki mencium bibirku. Sudah sehari sejak ciuman pertama kami. Tidak mungkin aku bisa langsung terbiasa dan meskipun itu hanya sedikit sentuhan, jantungku terus berdetak cukup kencang. Aku mencoba untuk tidak menunjukkannya di wajahku.....tapi aku yakin aku tidak menyembunyikannya dengan benar karena wajahku panas seperti terbakar.

"......"

Sama halnya dengan Yuki, wajahnya sangat merah sehingga dia bisa mendengar suara mencicit dan setelah berciuman, dia tidak bisa menatapku seperti kemarin.

“......Aku tidak terbiasa dengan ini. Maafkan aku Hiro-kun, aku tidak pandai dalam ciuman."

"Tidak apa-apa, aku juga sama ..."

Yuki mendapatkan kembali ketenangannya, menatap mataku dan meminta maaf. Aku memberinya jawaban yang tidak berbahaya, tapi aku belum pernah mencium orang lain selain Yuki sebelumnya. Jadi, aku bahkan tidak bisa membandingkan apakah ini ciuman yang buruk atau tidak. Yuki juga tidak berpengalaman, jadi kurasa dia tidak yakin dengan keseluruhan aktingnya. Kami berdua masih harus banyak belajar tentang berciuman.

"Aku akan menciummu lebih baik besok ....... Jadi, maukah kamu ...... melakukannya lagi?"

Yuki bertanya dengan cemas. Dia mungkin berpikir aku akan menolaknya karena dia tidak pandai dalam hal ini. Tapi, tidak masalah bagiku apakah dia pencium yang buruk atau pencium yang baik.

"Ya, tentu saja."

Aku baik-baik saja asalkan Yuki datang ke sekolah dengan ceria. Jika dia akan datang ke sekolah jika aku menciumnya setiap hari seperti yang dijanjikan, tidak ada alasan untuk menolak.

Tapi, aku harus membiasakan diri menciumnya sedikit demi sedikit, kalau tidak aku akan segera mati karena serangan jantung.

"...Aku senang. Kamu benar-benar baik, Hiro-kun.”

“'Tidak, kurasa tidak.......Oh, bel sekolah berbunyi. Kita harus kembali. Ayo pergi."

"Iya ..."

Kami saling berciuman untuk kedua kalinya dan kemudian kembali ke kelas. Aku yakin jantungku masih berdebar, tapi aku berhasil menutupinya.

* * *

Setelah menyelesaikan istirahat makan siang dan dua jam pelajaran berikutnya, aku pergi ke kegiatan klubku dan Yuki pulang. Saat kami pergi...

“Semoga sukses dengan klubmu...... Lakukan yang terbaik, Hiro-kun!”

“Ya, aku akan melakukan yang terbaik. Yuki juga bekerja sangat keras hari ini.”

“......Itu karena kamu, Hiro-kun. Aku mengandalkanmu untuk besok ......"

Kami bertukar percakapan seperti itu. Teman sekelas lain mendengar percakapan itu, tetapi tidak ada dari mereka yang tahu arti dari "mengandalkanku" adalah ciuman.

.........

......

Dan inilah situasiku ...

“Kerja bagus, Hiroki!”

"Kau melakukannya dengan sangat baik hari ini!"

“Teruskan, kerja bagus!”

Mungkin karena dukungan Yuki, aku tampil sangat baik. aku tak terkalahkan; seperti apa pun, aku melakukannya dengan sempurna.

Setelah latihan sore selesai, aku pergi ke ruang klub dan berganti seragam. Tiba-tiba…….Koichi datang dan bertanya,

"Mau pergi makan ramen hari ini?"

Koichi mengundangku seperti biasa. Sampai kemarin, aku akan menolak karena aku harus pergi ke rumah Yuki, tetapi aku tidak harus mulai hari ini. Jadi, aku menerima undangan dan memutuskan untuk makan ramen dengan Koichi.

“Oke, apa kau mau ikut juga Murasaki?"

Ketika aku bertanya kepada Murasaki tentang hal itu, dia setuju untuk menemani kami. Kami tidak bisa makan bersama akhir-akhir ini. Jadi, ini adalah kesempatan yang bagus.

Setelah memutuskan itu, kami pergi ke restoran ramen terdekat yang memiliki peringkat bagus dan duduk di meja.

“...Hiroki tampil sangat baik dalam latihan hari ini. Sejujurnya, dia tidak begitu baik dalam latihan pagi, tetapi dia tampaknya telah berubah secara dramatis.”

“Aku juga terkejut. Dia bermain seperti pemain ace hari ini.”

“Bukankah karena Hamachi-san menyemangatimu? Ya, mungkin karena itu.”

“Berhenti menggodaku."

Tapi itu benar. Yuki datang ke sekolah seperti janji kami, kami berciuman dan dia mendukungku dalam latihanku. Jadi, kupikir itulah alasan aku bermain dengan baik.

“Hamachi-san memang imut. Jadi, wajar saja jika Hiroki bersemangay hari ini. Yah, kurasa dukunganku tidak akan cukup.”

"Apa? Itu tidak benar. Dukungan Murasaki lebih dari cukup untuk membantuku.”

"Hah? Apa yang kau katakan tiba-tiba? Brengsek......."

“Benar, seperti yang dikatakan Koichi. Dukunganmu juga sangat membantuku."

"Begitu.. Tapi, tetap saja. Dibandingkan dengan Hiroki, performamu tidak terlalu bagus. Kau tidak tahu apa yang kau lakukan! Ah, kelihatannya enak.”

Ketika kami asyik mengobrol tentang latihan tadi, ramen tulang babi yang kami pesan tiba. Itu terlihat enak. Mari kita makan. Umm, itu enak.

“Ini sangat enak! Aku belum pernah ke sini sebelumnya, tetapi aku ingin merekomendasikan tempat ini kepada orang lain. Ah, Hiroki. Apakah Hamachi-san suka ramen? Ayo undang Hamachi-san lain kali ke tempat ini.”

“Hm, entahlah. Aku tidak punya ide. Aku belum pernah melihatnya makan semangkuk besar ramen.”

"Ah, benar juga. Kalau dipikir-pikir, tidak ada gadis ....... ”

Kami melihat sekeliling restoran dan hanya melihat laki-laki, termasuk pelayan. Satu-satunya gadis adalah Murasaki.

“Aku yakin itu hanya kebetulan bahwa aku satu-satunya yang makan di sini! Tapi, bukankah lebih baik jika makanannya lebih nyaman untuk dimakan? Hiroki, apa kamu tahu apa yang disukai Hamachi-san?

“Hal yang disukai Yuki......?”

Hal yang disukai Yuki. Aku mencoba mengingat hal-hal seperti apa yang dia suka, tapi...Aku bisa menjawab jika aku lebih banyak berinteraksi dengannya, tapi saat ini, tidak ada yang terlintas di pikiranku. Ketika aku memikirkannya dengan benar, aku menyadari, aku tidak banyak berbicara dengan Yuki karena dia pulang ke rumah sepulang sekolah dan karena aku berada di kelas yang berbeda sebelum dia absen dari sekolah, aku memiliki lebih sedikit kesempatan untuk berbicara

“Tidak ada yang terlintas di pikiranku.......”

"'Kamu tidak tahu?"

“Aku hanya tidak tahu yang baru-baru ini! Kami berada di ruang kelas yang berbeda ketika kelas satu. Lagian, dia juga tidak pernah bergabung dengan suatu klub.”

“Hmm.. Yah, kurasa itu masuk akal. Lalu, bagaimana dengan SMP?”

"Hmmm, SMP ya ......"

Kurasa Murasaki hanya dengan santai menanyakan pertanyaan itu. Memang, aku memiliki banyak kenangan menyenangkan dengan Yuki di masa SMPku. Namun, satu peristiwa membayangi mereka semua dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata.

“Maksudku, aku tahu....... tetapi banyak hal lain terjadi di sekolah menengah ketika aku lulus....”


"Oh, maksudmu kau dicampakkan?"

"......"

"Apa? Serius!?"

"......"

Ketika dia menebak jawaban yang benar sebagai lelucon, aku merasakan sakit yang berdenyut di luka lamaku dan Koichi menjadi tidak sabar melihat reaksiku. Ya, aku sudah menyatakan cintaku pada Yuki ketika kami lulus SMP dan ditolak pada saat yang sama.

“Sori bro! Gw nggak bermaksud..."

Koichi membungkuk dan meminta maaf.

“Santai saja. Lagian, itu masa lalu."

“Tapi, kalian berdua sepertinya sudah dekat bahkan sekarang. Aku tidak mengerti kenapa kamu ditolak.”

Murasaki bertanya padaku dengan gugup. Mungkin tidak terlihat hubungan antara kita adalah hubungan dumping dan penolakan setelah melihat sapaan hari ini. Aku juga berpikir di suatu tempat di hatiku bahwa aku bisa berpacaran dengan Yuki jika aku mengaku padanya lagi. Tetapi .......

“......Yuki sudah memiliki tunangan.”

Ada kenyataan di sana yang tidak bisa dihindari.

"Ehhh, tunangan?"

Tampaknya keduanya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka dan Koichi, yang sedang minum air, berbalik dan Murasaki membuka mulutnya.

“Apa itu??......apakah hal seperti itu terjadi saat ini?”

Murasaki memiliki poin yang valid. Ketika aku pertama kali mendengarnya, aku sangat ragu bahwa Yuki sedang bercanda. Tapi sayangnya, itu benar.

“...Keluarga Yuki memiliki toko manisan Jepang. Tapi, karena suatu alasan, dia harus menikahi putra dari keluarga tersebut yang memiliki peran besar."

Itu sebabnya Yuki menolak pengakuanku. Dia meminta maaf dan memberi tahuku bahwa dia memiliki tunangan. Jadi, dia tidak bisa berpacaran denganku.

Aku merasa telah melakukan sesuatu yang salah. Adalah suatu kesalahan untuk berpikir bahwa karena kita bisa pergi ke sekolah menengah bersama-sama, bukan berarti hubungan kita bisa lebih dekat.

Setelah itu, aku tidak bertemu Yuki sebelum masuk SMA. Bahkan setelah masuk SMA, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengannya karena kami berada di kelas yang berbeda. Sementara itu, aku berhasil mengakhiri perasaanku pada Yuki, tapi......jarak antara kami terus tumbuh dan berkembang. Aku bertanya-tanya apakah kami akan kehilangan kontak satu sama lain. Tapi, ketika aku mendengar Yuki tidak masuk sekolah, aku tidak bisa menahannya lagi dan mulai pergi ke rumahnya setiap hari....... Dan di sinilah kita.

Aku tidak tahu mengapa Yuki memintaku menciumnya setiap hari. Sedangkan dia sudah memiliki tunangan.

"Tidak, tidak. Dan semuanya sudah berakhir? Umm, itu berarti ......."

“Itu artinya pernikahan politik, Koichi. Jadi, apakah Hamachi-san setuju? Bukankah orang tuanya memaksanya untuk melakukannya?”

"......Tidak. Aku bertanya kepadanya tentang hal itu, tetapi dia mengatakan kepadaku bahwa orang tuanya menghormati perasaan Yuki. Mereka bilang dia bisa menolak jika dia tidak mau. Tapi, Yuki menyetujuinya. Itu yang kudengar.” [TN: Setuju karena terpaksa, takut bisinis keluarganya hancur]

“Dengan kata lain, apakah Hamachi-san benar-benar menyukainya?”

"Entahlah. Tapi, aku pernah bertemu dengannya. Dia memiliki wajah yang tampan, kepribadian yang menyegarkan, memiliki marbatat tinggi. Meskipun dia hanya satu tahun lebih tua dariku dan dia adalah pemain bintang di sekolah sepak bola di Tokyo dan menarik perhatian para profesional. Jika aku membandingkan diriku dengan seseorang dengan spesifikasi seperti itu, ...... aku tidak akan cocok."

“Itu standar yang terlalu tinggi! Aku yakin tidak ada orang seperti itu di daerah tempat kami tinggal....... Tokyo menakutkan.”

Seperti yang Koichi katakan, aku terkejut melihat pria seperti itu saat pertama kali bertemu dengannya. Meskipun aku sedikit frustrasi sebelum aku bertemu dengannya, aku benar-benar kewalahan. Tuhan benar-benar tidak adil.

“...... Oke, ayo pesan gyoza lagi. Aku akan mentraktirmu, Hiroki.”

"Apa? Tidak, aku tidak bermaksud membuatmu merasa kasihan padaku. Lagipula, ......Aku tidak punya perasaan romantis lagi padanya.”

Ya, satu-satunya emosi yang kumiliki untuk Yuki saat ini adalah aku ingin dia memiliki kehidupan sekolah yang baik sebagai teman masa kecil dengan siapa dia memiliki hubungan yang panjang. Jadi, aku hanya menciumnya sebagai janji; tidak ada perasaan romantis di sana. Benar-benar tidak.

“Yah, mari kita singkirkan di sini. Dia ingin sedikit meringankan dompetnya.”

“Kalau begitu aku butuh nasi goreng! Maaf, Hiroki kau tidak bisa menolaknya!"

“Tunggu, aku tidak bisa makan sebanyak ini! Kalau begitu, mari kita makan bersama.."

"Baik! Baiklah, mari kita segera memesannya. Permisi."

Mereka mengambil semacam simpati untuk patah hatiku dan memutuskan untuk mentraktirku makan. Tak satu pun dari kami tidak bisa memakannya sendiri, jadi kami harus membaginya. Nah, itu salah satu hal baik tentang mereka bahwa mereka mendorongku seperti ini. Aku benar-benar beruntung memiliki teman yang begitu baik.

Kemudian, kami bertiga menghabiskan porsi tambahan yang kami pesan dan sedang dalam perjalanan pulang.




|| Previous || Next Chapter ||
11 comments

11 comments

  • Noir
    Noir
    1/5/22 12:06
    Ok MC , waktunya Lo memperlihatkan keterampilan nge NTR lo
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    22/12/21 18:00
    Abis nonton takt op destiny, eh pas baca ini breakdown lagi, tpi tenang karna ad penjelasan dari Mimin w bangkit lagi
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    21/12/21 19:52
    Next👍
    Reply
  • Six-S
    Six-S
    21/12/21 05:30
    Nunggu kelanjutannya sih
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    20/12/21 21:58
    Dari ilustrasi kita bisa liat yg mc nya ngentr sampe mandi bareng
    • Unknown
      Lana
      21/12/21 05:23
      Njir awokawok
    Reply
  • Danang Joyo
    Danang Joyo
    20/12/21 21:17
    Semangat Min
    Reply
  • Nanashi
    Nanashi
    20/12/21 20:25
    Dah lah MC nya sm manajer club aja.........
    Reply
  • HentaiOtoko「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
    HentaiOtoko「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
    20/12/21 16:49
    aaaggghhhhh nyesek!!! kenapa sudah milik orang lain?!!😫 ak benci pertunangan!!! yossss waktunya kawal MC untuk ngeNTRin( ͝° ͜ʖ͡°)ᕤ
    • HentaiOtoko「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
      Unknown
      20/12/21 18:23
      Gue dukung MC ntr
    • HentaiOtoko「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
      Unknown
      20/12/21 23:23
      Sama
    Reply
close