-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 2 Chapter 5

Chapter 5 - Rival Yang Tangguh


Keesokan harinya, di pagi hari setelah Naoya jatuh sakit karena flu.

Sebuah suara ceria bergema melalui ruang kelas Kelas 2-3.

"Selamat pagi, Shirogane-san."

"Ah..."

Ketika dia mendongak ke atas, Koyuki melihat Yui tepat di depannya dengan senyum ceria seperti biasanya.

Koyuki menyapa balik dengan menundukkan kepalanya.

"Selamat pagi, Natsume-san."

"Ada apa? Kenapa kamu terlihat begitu lemas?"

“Ada apa, Shirogane-san?”

Yui terlihat kebingungan setelah melihat reaksi datar Koyuki. Sementara itu, Ketua Kelas yang melihat pertukaran mereka, mendekat ke arah mereka.

Keduanya saling memandang dan memiringkan kepala satu sama lain.

"Kemarin kamu mengunjungi rumah Naoya 'kan, Shirogane-san?"

"Apakah terjadi sesuatu di antara kalian?"

"Ugh, ya,......, hanya sedikit,......," katanya.

Koyuki dengan cepat mengalihkan pandangan dari dua orang di depannya.

Tidak mungkin aku bisa mengatakan bahwa aku telah berinisiatif meminta ciuman, bahkan sampai aku mati nanti. [TL Note: Kejadian ketika Koyuki meminta Naoya untuk menciumnya ketika dia membersihkan tubuh Naoya]

Aku merenungkan hal ini semalaman dan sampai sekarang wajahku masih terasa panas karena malu.

Kenapa aku mengatakan hal memalukan semacam itu...! Dan Naoya-kun juga akan merawatku nanti jika aku sakit...!

Hari ini Naoya juga sembuh dari flunya dan mereka pergi ke sekolah bersama di pagi hari.

Begitu dia bertemu Koyuki di tempat biasanya, Naoya berkata dengan wajah datar, "Ya. Aku akan berpura-pura itu tidak pernah terjadi."

Lalu dia benar-benar tidak menyebutkan kejadian tadi malam dan tampak tidak peduli tentang itu, tapi... percakapannya sedikit lebih canggung dari biasanya.

Bahkan Koyuki yang tidak peka pun bisa mengenalinya.

Naoya juga cukup menyadarinya.

Argh, apa yang aku lakukan semalam benar-benar bodoh..!

Aku menutupi wajahku dan berteriak di dalam dadaku, tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan.

Melihat Koyuki seperti itu, baik Yui maupun Ketua Kelas hanya tercengang.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian.  Tapi, bagaimana? Apa hubungan kalian semakin dekat?"

"Yah, sesuatu seperti itu.."

Mendengar pertanyaan Yui, Koyuki terengah-engah dan merenung.

Beberapa hari lalu, untuk memperpendek jarak antara aku dan Naoya, aku meminta saran pada gadis-gadis itu.

Memikirkannya sejak saat itu...

"Kurasa kita mungkin sudah sedikit lebih mengenal satu sama lain..."

Koyuki mengungkapkan perasaan jujurnya ke dalam kata-kata.

Aku bisa lebih jujur di depan Naoya dari sebelumnya. Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa jarak di antara kita semakin dekat.

“Oh, bukankah itu bagus!" kata, Ketua kelas dengan wajah berseri-seri.

Setelah itu, dia melanjutkan dengan ekspresi senang di wajahnya saat dia menyenggol bahu Koyuki.

"Yui memberitahuku bahwa kamu pergi ke kolam bersamanya. Sayang sekali!”

"Maafkan aku.. Beberapa hari lalu, ketika Natsume dan Ketua kelas merekomendasikannya, aku bilang aku sangat membencinya.”

“Nggak apa-apa. Jangan khawatirka soal itu. Sebaliknya, aku senang bisa membantu!”

“Ketua kelas-san…” [TN: Iincho-san]

Koyuki kehilangan kata-kata ketika dia melihat senyum riang di wajah teman barunya.

Sampai sekarang, rasa maluku menghalangiku untuk berbicara dengan baik dengan teman-teman sekelasku. Itulah mengapa kata-kata baiknya sangat menyentuh hatiku… dan pada saat yang sama, aku bertanya-tanya.

"Kenapa kamu begitu baik padaku, Ketua kelas-san?"

“Eh?”

"Kupikir aku hanya membantumu bebera kali saja. Tapi..."

Selain itu, aku yakin kami hampir tidak pernah membicarakan hal lain.

Meski begitu, kebaikannya nyata.

Itu sebabnya, Koyuki bertanya-tanya mengapa dia begitu baik padanya.

"Ah, itu karena aku.."

Ketua kelas menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebar.

“Aku jatuh cinta pada Shirogane-san hanya dalam beberapa kali. Apakah aku perlu alasan lain?"

"Hah…!?"

Wajah Koyuki berubah merah padam pada pengakuan langsung ini.

Itu adalah kata yang Naoya katakan kepadanya begitu banyak sehingga kau bisa selalu mendengarnya. Tapi, tentu saja Koyuki tidak terbiasa dan ini pertama kalinya orang lain mengatakannya secara terbuka.

Wajah Koyuki seketika memerah dan membeku, sementara Yui memeluknya dari samping dengan mulut ternganga.

"Aku juga mencintaimu, Shirogane-san!”

“Bahkan Natsume-san juga? Ada apa tiba-tiba?”

"Asal kamu tahu aja, Yui! Aku tidak akan memberikan Shirogane-san padamu!"

Ketua kelas juga memeluknya dari sisi lain. Dengan begitu, Koyuki diapit oleh kedua gadis cantik di kedua lengannya.

Teman sekelas lainnya memandangnya dengan rasa ingin tahu, tetapi sebagian besar, mereka memandangnya dengan hangat. Dibandingkan dengan hari-hari ketika dia dikenal sebagai "Putri Salju Beracun", mereka jauh lebih ramah.

Koyuki sudah lama tidak punya teman.

Terakhir kali dia memiliki seseorang yang bisa dia sebut sebagai sahabatnya adalah di sekolah dasar. Karena itu, dia tidak memiliki toleransi untuk jenis skinship ini.

Para gadis mencoba untuk merebutkan Koyuki, yang terlihat sangat kebingungan, dari kedua sisi.

“Aku selalu ingin mengenalmu lebih baik dari Yui! Sejak masuk SMA ini!"

"Eh, aku juga sekelas dengannya di kelas 1, kau tahu!?"

"Yah, aku diam-diam memeriksa gadis-gadis manis!" tambahnya.

"Aku tidak tahu itu!"

“Cinta Ketua kelas agak sulit, bukan? Tapi, aku sudah melihat Shirogane-san dalam pakaian renangnya tempo hari.."

"Oh, benar! Shirogane-san! Lain kali, ayo kita pergi ke kolam renang bersama!"

"Eh iya, tapi..."

“Yup! Janji lho!"

Ketua kelas sangat bersemangat sehingga dia bahkan memintaku untuk menemaninya sambil mengatupkan kedua tangannya. 

Sungguh, kenapa mereka begitu baik padaku…..

Koyuki setengah senang dan setengah bingung.

Sebaliknya, Ketua kelas terus tersenyum pada Koyuki.

“Shirogane-san benar-benar berubah, bukan? Kamu menjadi lebih mudah untuk diajak bicara dan ekspresimu sedikit melunak. Aku senang kita bisa berbicara seperti ini.”

"Begitukah?"

"Mnm, yah... ini semua berkat Sasahara-kun!”

"Hwee?"

Di sana, senyum Ketua kelas sedikit memudar.

Hati Koyuki tercampur aduk oleh ekspresi agak sedih di wajahnya.

Dia tidak tahu mengapa dia menatapnya seperti itu.

Entah bagaimana ... aku sepertinya sudah pernah melihatnya dahulu ...

Sebuah ingatan lama mulai muncul dibenak Koyuki.

Sebelum aku bisa memikirkannya, Yui mengubah topik pembicaraan dengan nada yang lebih ringan.

"Btw, tentang perubah itu... Ketua kelas, kamu juga sedikit berubah, ya? Aku pernah mendengar itu dari seorang gadis yang bersekolah di SMP yang sama dengannya. Dia dulu cukup..."

"Woah! Jangan bicarakan itu!"

"Hm, dulu?" gumam Koyuki, memiringkan kepalanya.

Meskipun aku sangat ingin tahu seperti apa dia dulu, ...... aku melewatkan waktu untuk menguaknya ketika orang yang bersangkutan mendekatiku dengan ekspresi yang sangat tidak sabar di wajahnya.

"Kesampingkan soal itu. Shirogane-san, kamu sudah mengembangkan hubunganmu dengan Sasahara-kun, kan!? Kalau begitu, kamu harus menyerangnya lebih kuat lagi! Dorong dia dan lagi!"

"Iya. Tapi, aku tidak mungkin menyerangnya lebih dari yang sudah kulakukan..."

Belum lagi aku mendesak untuk berciuman tadi malam.

Aku sangat malu sehingga aku hampir mati hanya dengan memikirkannya bahkan setelah satu malam berlalu. Jika kita melakukan hal-hal semacam itu setiap hari, kita tidak akan mampu menghadapinya.

Ketua kelas meletakkan tangannya di pinggulnya dan menunjukkan kekecewaannya pada respon negatif Koyuki.

"Tapi, kalau kamu terus seperti ini. Dia mungkin akan diambil gadis lain, tahu.."

“Hmmm, kurasa itu tidak akan terjadi pada Naoya…”

Satu-satunya gadis di sekitarnya adalah Yui, Koyuki dan Sakuya.

Lagi pula, Yui sudah punya pacar. Sedangkan, Sakuya mendukung penuh hubungan Koyuki dan Naoya. Dengan kata lain, dari awal tidak ada gadis di sekitarnya yang bisa menjadi saingan cintanya.

Dan juga, pria itu sepertinya tidak tertarik pada wanita lain selain aku...

Koyuki mengatakan sesuatu yang tidak bisa dianggap cinta atau kepastian dalam pikirannya.

Kalau dipikir-pikir, Sakuya pernah mengirim surat cinta palsu kepada Naoya untuk mengujinya. Naoya sudah menolak surat itu dan jika hal serupa terjadi lagi, mungkin hasilnya akan sama.

Selain itu, ada faktor lain yang meyakinkannya.

Koyuki menggaruk pipinya dan membuka mulutnya.

"Aku tidak berpikir ada banyak orang yang akan menyukai orang aneh itu sejak awal."

"Apa?"

"Dia sih…?"

Yui membuat suara yang lucu dan aku terkejut.

Ketua kelas juga penasaran.

“Eh? Ada apa, Yui? Kamu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang menarik.."

"Ah... tidak, bukan apa-apa. Hanya saja, kurasa dia belum pernah bertemu denganmu, Shirogane-san.."

"Eh, siapa ...?"

Koyuki bertanya pada Yui, yang memiliki ekspresi misterius di wajahnya.

Kemudian dia berbisik di telingaku dengan ekspresi minta maaf, namun menggelikan di wajahnya.

"Ada. Selain Shirogane-san, ada gadis lain yang mencintai Naoya.”

"Hah!?"

Koyuki tanpa sadar berteriak sekencang yang dia bisa.

Saat ini, dia belum mengantisipasi bahwa akan ada kekacuan yang datang pada akhir pekan.

* * *

Hari Sabtu pada minggu itu.

Keluarga Sasahara kedatangan seorang pengunjung kecil.

"Naoya Onii-chan! Halo!"

"Oh, Yuna. Lama tidak bertemu."

Saat Naoya membuka pintu, gadis kecil itu tersenyum padanya.

Yuna Natsume. Dia adalah adik perempuan Yui.

Dia jauh lebih muda dari Yui, umurnya sekitar 7 tahun dan baru masuk sekolah dasar tahun ini.

Dia memiliki rambut cokelat yang diatur menjadi twintail seperti Kakak perempuannya dan matanya besar dan cerah. Dia adalah gadis ceria dengan senyum lebar yang membuat semua orang di sekitarnya merasa nyaman.

Dia terlihat bagus dalam pakaian berenda dan berwarna-warni khas gadis seusianya.

Yuna meraih tangan Naoya dan tersenyum padanya.

"Nee, Onii-chan... Siapa wanita itu?”

"Senang berkenalan denganmu…"

Kemudian dia akhirnya menyadari bahwa ada orang asing di rumah itu.

Koyuki menundukkan kepalanya dengan kaku ke arah Yuna, yang berteriak dengan gelisah.

Karena ini adalah hari liburnya, dia mengenakan pakaian musim panasnya. Lengan dan kakinya yang ramping begitu anggun sehingga Naoya pun akan terpikat padanya.

Menghadapi Koyuki yang gugup, Yuna terlihat panik pada awalnya.

Tapi, dengan segera wajahnya menjadi cerah.

"Onee-chan sangat cantik! Kamu seperti seorang Putri!"

"Apa, heeeeee?"

Koyuki berteriak tak percaya saat dia tiba-tiba dipeluk oleh gadis itu.

Namun serangan Yuna tidak berhenti. Dia menatap lurus ke arah Koyuki dengan mata polos yang menjadi ciri khas seorang anak dan kemudian meledak menjadi penuh kegembiraan.

"Woah! Rambutmu bersinar dan matamu indah! Apa kamu dari luar negeri?"

"Eh, iya, Ayahku berasal dari Inggris."

“Inggris! Aku tahu! Jadi, kamu seorang Putri dari Inggris?"

“Awww…”

Koyuki tampaknya telah merasa lelah karena mendapatkan terlalu banyak pujian.

Sebaliknya, Yuna menatap Naoya dengan binar di matanya.

"Nee, nee. Naoya Onii-chan, siapa Onee-chan ini?”

“Um, dia adalah Koyuki Onee-chan.”

Naoya menunjuk ke arah Koyuki dengan gerakan lembut.

"Er, bagaimana aku mengatakannya? Untuk saat ini, dia temanku, tetapi lebih dekat dari teman biasa."

"… Uhn, lebih dekat dari teman biasa?" [TN: sepertinya Yuna menangkap kata teman perempuan sebagai pacar jika dilihat dari rawnya]

Begitu dia mendengar kata itu, senyum dengan cepat memudar dari wajah Yuna.

Dalam waktu singkat, ada ekspresi enggan di wajahnya yang sulit dipercaya bahwa dia berusia tujuh tahun.

Yuna dengan cepat menjauh dari Koyuki dan berpegangan pada kaki Naoya dengan kuat. Dia kemudian menyatakan dengan sangat lantang.

"Tidak! Naoya Onii-chan akan menikah dengan Yuna!”

“Me-me-me-menikahh!?”

Mendengar kata itu, Koyuki berteriak seperti radio yang rusak.

Kulitnya menjadi sangat pucat sehingga dia tampak seolah-olah akan pingsan kapan saja.

Hmmm, aku tahu ini ide yang buruk...

Naoya hanya bisa melihat perseteruan dari keduanya dengan tatapan jauh di matanya.

Naoya dan Yui adalah tetangga, rumahnya tidak lebih dari beberapa ratus meter jaraknya.

Dan kedua orang tuanya bekerja, sering pergi bekerja di akhir pekan.

Yui memiliki kegiatan klub sendiri untuk berlatih di hari liburnya. Jadi, Naoya harus mengurus adik perempuannya pada beberapa kesempatan ketika dia sendirian di hari liburnya.

Minggu ini adalah hari mengasuh pertama yang dia lakukan setelah selang waktu yang cukup lama.

Ini adalah tugas yang selalu aku lakukan dengan santai, tetapi hari ini berbeda.

Sebelumnya Koyuki mengatakan, "Aku akan menjaga adiknya Natsume-san bersamamu!".

Dan Naoya langsung setuju. Dia balas, "Ah, kau pasti sudah mendengar banyak hal dari Yui dan menjadi khawatir.”.

Seperti yang kau lihat, Yuna sangat menyukai Naoya.

Dia selalu berkata, "Ketika aku dewasa, aku akan menjadi istri Naoya Onii-chan!".

Oleh karena itu, Ayah Yui sering menatapku dengan campuran rasa iri dan rumit.

Baiklah, mari kita berhenti di situ...

Karena tidak ada gunanya berdiri dan berbicara di depan pintu masuk, aku pun mengantar Yuna masuk ke ruang tamu.

Sementara itu, aku membawa Koyuki ke dapur dengan alasan menyiapkan secangkir teh.

Niat sebenarnya adalah untuk mengadakan pertemuan strategi atau lebih tepatnya, untuk menindaklanjuti kekacauan barusan.

"Kau tahu, itu hanya sesuatu yang dikatakan anak kecil ... Kau tidak perlu menganggapnya serius."

"Dia mungkin masih anak-anak sekarang. Tapi, tidak ada yang tahu masa depan, kan!?" kata, Koyuki dengan wajah sembab.

"Sepuluh tahun dari sekarang, Yuna berusia 17 tahun dan Naoya 27 tahun.. hal semacam itu bisa saja terjadi!" tambahnya.

"Pada saat itu, Yuna akan melupakanku…”

"Kamu tidak tahu itu kan?! Suatu malam, aku dipinjamkan light novel tentang seorang gadis SMA dan seorang pria pekerja yang saling jatuh cinta.”

“Kebetulan macam apa itu? Hal apa yang kau baca?”

Pilihan bacaannya begitu jelas sehingga membuatnya pusing.

Naoya menghela nafas dengan sepenuh hati sambil memegangi kepalanya yang sakit.

“Tenang saja.. perasaanku benar-benar hanya untukmu, kau tahu?”

"Aku tahu itu, tapi..."

Koyuki tersipu malu dan berkata, "Maaf.".

Dia sepertinya sudah terbiasa, karena dia tidak menyangkalnya dengan tergesa-gesa untuk menyembunyikan rasa malunya.

Lalu, dengan 'Ahem'.. Koyuki mengarahkan jari telunjuknya ke arah Naoya.

“Aku akan benar-benar mengawasimu untuk memastikan kamu tidak menyentuh gadis kecil itu! Aku akan mengawasimu secara menyeluruh untuk memastikan kamu tidak menyentuhnya!”

"Oh, begitu 'Aku tidak yakin apakah Naoya-kun benar-benar akan selingkuh atau tidak. Jadi, aku harus memastikan dengan mataku sendiri…!' benar, kan?' Oke, lakukan apa yang kau inginkan.”

“Muu, jangan seenaknya membaca pikiranku! Kamu itu sudah dewasa.. tidak bisakah kamu mengabaikan itu!?"

Pertemuan strategi berakhir meskipun Koyuki menjadi kesal.

Ketika kami kembali ke ruang tamu dengan nampan berisi camilan ringan dan teh untuk kami bertiga, suasana menjadi canggung.

Kami bertiga saling berhadapan di seberang chabudai dan Naoya mencoba terdengar ceria untuk mencairkan suasana. [TN: 'Chabudai' semacam meja rendah di kamar bergaya Jepang.]

"Yosh, ayo kita bermain bersama hari ini, oke?"

"Eh?”

"Kenapa kau terlihat sangat tidak puas ..."

Koyuki mengangkat bahunya.

Dia seharusnya terbakar dengan api persaingan cinta, tetapi tanggapannya begitu hangat sebelumnya sehingga situasi saat ini sulit diterima. Karena dia telah disebut "Putri" sebelumnya, dia tampaknya menderita perbedaan sikap ini juga.

Yuna melirik Koyuki dan bertanya pada Naoya dengan wajah datar.

"Nee, Naoya Onii-chan.”

“Ada apa Yuna?”

“Apakah Koyuki Onee-chan itu pacar Naoya Onii-chan?"

“Fueeee?”

Wajah Koyuki seketika memerah dan senang dengan pertanyaan tersebut.

Namun, Naoya hanya menjawab tanpa basa-basi. Bagaimanapun, itu adalah pertanyaan yang sudah dia antisipasi.

“Tidak, dia bukan pacarku. Kami belum pacaran.”

“Jadi, Naoya Onii-chan belum pernah menciumnya?

"O-Oh, belum.."

Naoya dengan cepat memalingkan wajahnya dari wajah serius Yuna.

Meskipun dia tahu pertanyaannya seperti ini akan dia tanyakan, tetapi itu masih membuat Naoya merasa sedikit gugup.

Lagipula, ini waktu yang buruk ... kejadian ciuman itu baru saja berakhir beberapa hari yang lalu ...

Meskipun masalah tempo hari telah diselesaikan, baik Naoya dan Koyuki menyadarinya.

Di sana, itu adalah pertanyaan polos yang khas untuk anak-anak.

Itu wajar bagi mereka untuk merasakan kejutan dan Koyuki, misalnya, memegangi dadanya dan gemetar.

Di sisi lain, reaksi Yuna bertolak belakang dengan keduanya.

Dia tersenyum dengan senyum yang agak penuh kemenangan seperti sudah memenangkan sesuatu pertempuran.

"Kalian bahkan belum berciuman. Maka Yunalah yang menang!”

"Ya?"

“Onii-chan, jongkok sedikit!”

“Err… Yuna, bisakah kita tidak melakukannya sekarang?”

"Nggak! Ayo, cepat atau aku akan memberitahu Yui Onee-chan!"

"Dimengerti …"

Hal pertama yang dilakukan Naoya adalah berjongkok di tempat dengan enggan karena dia tahu apa yang akan terjadi.

Pada saat itu, Koyuki berteriak seolah itu adalah akhir dunia.


“Apaaa!?”

“He, he.. bagaimana? Yuna sudah mencium Naoya Onii-chan ratusan kali, kan!”

"Tidak, Tidak! Seperti yang kau lihat, itu hanya di pipi!”

Naoya menyela ekspresi bangga Yuna dan bergegas membela diri.

Yuna sudah bersamaku sejak dia lahir. Ketika bermain, aku sering dicium seperti ini.

Aku menjelaskan ini, tetapi Koyuki tetap cemberut.

“Bahkan jika itu di pipi, ciuman tetaplah ciuman. Kamu playboy, Naoya-kun!"

"Tunggu, kau salah paham! Aku hanya tertarik pada Koyuki! Percayalah padaku!"

"Eeee! Padahal Naoya Onii-chan bilang sendiri kalau aku sudah besar, kita akan menikah! Jadi, itu bohong!?"

"Apa?"

Mendengar kata-kata itu, Koyuki menatap tajam ke arahku. 

Itu adalah sebuah tatapan yang sangat dingin yang bisa membekukan hatiku.

"Ugh, soal itu.. itu lebih bersifat sementara atau ... karena aku belum bertemu Koyuki, semacam itu ..."

Terakhir kali aku menjaga Yuna adalah pada awal musim semi tahun ini.

Aku belum bertemu Koyuki pada saat itu.

Lagi pula, itu adalah kata-kata yang sering diucapkan oleh anak kecil, kata-kata seperti 'Aku akan menikah dengan Onii-chan saat aku sudah dewasa!'..

Jadi, tidak ada makna yang mendalam sama sekali.

Meski begitu, mata Koyuki sangat dingin.

Ugh, bagaimanapun juga. Aku harus mengubah topik pembicaraan atau dia akan menatapku dengan tatapan dingin seperti itu…!

Ini benar-benar situasi yang sangat buruk....

Sementara itu, Yuna juga menegur Naoya dan berkata,

"Jadi, itu benar, Naoya Onii-chan! Kamu berbohong padaku ketika kamu bilang kita akan menikah! Kenapa kamu berbohong padaku, Naoya Onii-chan!? Asal kamu tahu, kamu akan masuk neraka karena bermain dengan hati seorang gadis!".

“Y-Yuna, dari mana kau belajar kata-kata seperti itu?”

“Aku sering membicarakan manga yang Yui Onee-chan dan teman-temanku miliki di sekolah! Kami sering membicarakan topik pembicaraan semacam itu!"

"Pola pikir anak SD sekarang, benar-benar menakutkan.."

Aku menghela napas dalam-dalam, aku bisa melihat titik terang dari kekacauan ini.

Naoya menahan diri dari kewalahan dan berkata sambil tersenyum.

“Btw, permainan seperti apa yang kau mainkan di sekolah itu? Katakan padaku, kita bertiga bisa bermain bersama.”

"Kalau Naoya Onii-chan sangat ingin bermain, aku akan bermain denganmu ..."

“Kalau begitu, aku juga! Aku akan bermain denganmu kalau kamu sangat ingin bermain denganku. Soal 'pernikahan' itu akan menanyaimu lebih banyak nanti."

"Uh-huh."

Keduanya pun mengangguk dengan enggan.

Sepertinya hidupku aman untuk saat ini....

Naoya lega, tapi kemudian Yuna dengan riang mengangkat tangannya.

"Kalau begitu, Naoya Onii-chan! Mari kita bermain 'pura-pura nikah'! Itu permainan yang sedang tren di sekolah!”

"Eh, kenapa kita harus melakukan itu? Daripada permainan itu, lebih baik kita bermain dengan hal lain..."

Saran polos anak itu membuat Naoya enggan.

Itu karena ada tanda kekacauan yang jelas.

Koyuki, bagaimanapun, tidak peduli.

"Y-Yah, bukankah tidak apa-apa? Memurutku ini menarik 'kan, Yuna-chan.”

"Benarkah!? Makasih, Koyuki Onee-chan!"

"Begitu? Yah, kalau Koyuki tidak keberatan, maka baiklah..."

"Yey~!!"

Yuna melompat-lompat.

Dia datang di sebelah Naoya dan melingkarkan lengannya di lehernya dan memeluknya.

“Naoya Onii-chan, kamu akan berperan sebagai suami dan Yuna akan berperan sebagai istri, oke?”

"Sama sekali tidak!"

"Tuhkan! Seperti yang aku duga!"

Seketika Koyuki mengangkat pinggulnya dan berteriak. Naoya tidak punya pilihan selain menghela nafas.

Di sisi lain, Yuna terlihat tenang dan tertawa sambil memeluk Naoya.

"Ini hanya permainan. Apa yang salah dengan itu?"

“Tidak, kamu nggak boleh melakukan itu! I-Itu karena aku akan berperan sebagai i-istrinya!"

"Tidak mungkin! Yuna akan menjadi istrinya!”

Mereka saling menatap tanpa mengambil satu langkah pun dan bunga api beterbangan.

Naoya hanya bisa melihat dan menunggu.

Dia bisa melihat bahwa jika dia ikut campur, dia akan terjebak di antara kedua belah pihak tersebut.

"Dalam situasi seperti ini, kamu seharusnya mengalah. Dasar, Koyuki Onee-chan kenak-kanakan sekali!"

"Ugh ... masih ada hal-hal yang tidak bisa dikompromikan!"

“Tapi, Yuna yang menyarankan permainan itu. Bukankah Yuna berhak memutuskannya?"

“Ughh… Kalau begitu, mari kita putuskan secara adil dengan batu-gunting-kertas… oke?”

“Koyuki…”

Naoya tidak bisa menahan rasa kasihan padanya saat dia didorong dan dikalahkan oleh seorang anak kecil berusia 7 tahun.

* * *

Lima menit kemudian.

Naoya keluar ke lorong, mengambil napas kecil dan membuka fusuma (pintu geser).

"Aku pulang."

"Selamat datang kembali!"

Yuna, dengan senyum lebar di wajahnya, ada di sana untuk menyambutnya.

Saat menerima salam pengantin baru dari Naoya, gadis itu melanjutkan dengan seringai.

"Selamat malam sayang. Apa kamu mau makan malam? Atau ... mandi? Atau… Yuna?”

"Kurasa aku akan makan malam."

"Mn, baiklah!"

Yuna menjawab dengan riang.

Untungnya, dia sepertinya tidak mengerti arti dari kalimat itu, sungguh melegakan...

Naoya duduk di depan meja sementara Yuna mengatur camilan ringan di piring kecil yang dikeluarkan dari nampan sambil sekilas memandang ke samping. Dia tersenyum pada Koyuki yang berdiri di sampingnya.

"Bagaimana dengan Koyuki hari ini? Apa dia berperilaku baik?”

“… Tentu saja, dia gadis yang baik.”

Pipi Koyuki menggembung dan dia memalingkan wajahnya.

Di lehernya ada kalung yang dibuat Yuna untuknya, tertulis "Anak".

Permainan batu-kertas-gunting untuk peran istri berakhir dengan kekalahan Koyuki dan itu sangat menyegarkan untuk ditonton.

Dia kalah langsung di ronde pertama dan setelah meminta Yuna untuk mengubah aturannya menjadi pertarungan tiga ronde, dia masih saja tetap kalah seperti sebelumnya.

Naoya, yang sudah mengantisipasi perkembangan ini, masih kehilangan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.

Awalnya, Koyuki sangat berniat mengikuti permainan itu. Tapi, sekarang dia benar-benar mundur ke belakang setelah kekalahannya. Dia tampaknya sangat tidak senang bahwa Yuna mengambil perannya sebagai seorang istri.

Meski begitu.. aku ingin melihat dirinya yang cemburu seperti ini....

Hal itu juga merupakan perhatiannya kepadaku.

Tidak peduli seberapa baik aku bisa membaca pikiran Koyuki, itu masih jauh lebih menyenangkan ketika aku benar-benar bisa melihat sikap cemburunya.

Itu sebabnya, aku tidak bisa menahan senyum pada Koyuki yang membungkuk karena rasa kesal dan cemburu.

"Yup, ini dia sayang. Makan malam sudah siap."

"A-Ah. Terima kasih, Yuna.”

Naoya mendongak saat sepiring manisan disajikan kepadanya dari sisinya.

Kemudian Yuna, yang duduk tepat di depannya, menatapnya dengan penuh harapan.

Naoya segera tahu apa yang diharapkan darinya. Jadi, dia memasukkan sepotong permen cokelat ke dalam mulutnya dan tersenyum.

“Mn, enak sekali. Yuna memang pandai memasak.”

"Benarkah? Yey! Aku cinta padamu sayang!"

"Uuuuuu..."

Wajah Yuna berseri-seri.

Koyuki, di sisi lain, menggigit bibirnya dan gemetar.

Aku senang melihatnya cemburu, tapi aku sedikit khawatir tentang itu.

Ya... Kurasa sebaiknya aku menyelesaikan permainan ini lebih cepat atau dia akan meledak karena cemburu...

Koyuki tidak akan bisa menerima lebih dari ini.

Mari kita mainkan ini sampai Yuna puas dan kemudian aku akan menyarankan hal berikutnya untuk dimainkan.

“Ahem, Yuna.. eh?"

Memutuskan itu, aku melihat ke wajah Yuna, tetapi tiba-tiba ada hal yang sangat mengejutkan yang datang dari samping.

Ketika aku memalingkan wajahku, Koyuki tampak seolah-olah dia telah mengambil keputusan.

"... Papa."

"Eee...”

Tiba-tiba, Koyuki mengatakan sesuatu semacam itu yang membuat Naoya diam di tempat.

Mata Koyuki berkabut karena malu dan dia mengucapkan permintaan dengan terbata-bata.

“Papa… Umm, kamu akan bermain denganku juga, kan…?”

"Tentu saja, Papa akan bermain denganmu...!"

Naoya langsung membalas dengan meremas tangannya.

Koyuki berperan sebagai anak dan Naoya berperan sebagai Ayah.

Oleh karena itu, tidak ada yang aneh dengan kalimat itu, … tetapi situasi dipanggil Ayah oleh teman sekelas sangat mesum dan tidak bermoral, … Benar-benar mengerikan.

.... Maaf, Ayah mertua ...!

Wajah Ayah Koyuki, Howard, terlintas di pikiranku. Jadi, aku agak meminta maaf dalam pikiranku.

"Oh, nggak boleh, Koyuki-chan."

Kemudian Yuna menyela.

Dia dengan lembut melepaskan ikatan tangan mereka, menepuk kepala Koyuki dan tersenyum.

"Papa lelah karena perkerjaanya. Jadi, mainnya sama Mama aja."

"Eeee? Tapi, aku juga ingin bermain dengan Papa..."

"Jangan egois, Koyuki-chan."

"Uuuuuuuh, Mama jahat...!"

Koyuki berkibar, kewalahan oleh Yuna.

Daripada bermain peran sebagai seorang anak, ini terlihat begitu nyata.

Di sana Naoya buru-buru menawarkan bantuan.

"Umu, Yuna. Aku tidak keberatan. Aku hanya ingin bermain dengan Koyuki sesekali."

"Papa...!"

“Sudah kubilang Papa lelah karena pekerjaannya.. Sayang, kamu juga. Kamu selalu memanjakan Koyuki-chan seperti itu!”

“Itu pasti kalimat yang dikatakan Ayahmu oleh Ibumu, kan? …"

Alur dialog tersebut memberikan gambaran situasi keluarga Natsume.

Yuna kemudian menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

“Astaga, kamu benar-benar terlalu memanjakan Koyuki-chan. Yah, terserah. Sebelum itu, bagaiamana kalau kalian mandi bersama?"

"Ya, mengerti ... tunggu, mandi?"

“Eeeeeee!?”

Baik Naoya maupun Koyuki membeku karena terkejut.

Yuna, di sisi, tidak peduli tentang hal itu dan menunjukkan sudut ruang tamu.

“Ayo, masuk ke sana. Itu tempat mandinya."

"O-Oh, jadi itu tempat mandinya..."

"Phew, syukurlah."

Untuk sesaat, keduanya benar-benar lupa bahwa ini adalah permainan pura-pura.

Saat menuju "Kamar mandi" seperti yang diinstruksikan, bahu Koyuki merosot karena cemas.

"Aku tidak tahan... Berapa lama lagi kita akan memainkan permainan ini?"

“Kupikir itu akan bertahan sampai Yuna puas. Jadi, mungkin dalam beberapa saat lagi. ”

“Yah, itu tugas kita sebagai orang dewasa untuk menemani anak itu.”

"Oh, ya. Mm-hmm."

Ketika Koyuki menyisir rambutnya ke belakang, Naoya tidak punya pilihan selain menanggapinya.

Aku akan memberikan komentar jujur ​​tentang seberapa baik dia memainkan peran sebagai seorang anak untuk ukuran orang dewasa ..., tapi aku tahu dia akan marah. Jadi, aku menyimpannya untuk diriku sendiri.

Untuk saat, aku memutuskan untuk "Mandi".

Naoya mendesah keras sambil duduk di tempat yang disebut  sebagai "Kamar mandi" di sudut ruang tamu.

"Haa, air panasnya nyaman sekali!"

"Yup, aku masuk."

Di sebelahnya, Koyuki juga duduk dan menggosok lengannya.

Ini adalah pemandangan kamar mandi yang khas. Tetapi...

"Nee, Koyuki-chan!"

"Mn?"

Saat itulah suara marah datang tiba-tiba.

Yuna memarahi Koyuki, yang mengangkat bahu, mengangkat matanya.

“Mandilah dengan benar!”

“Tunggu… Heee… aku tidak yakin bagaimana…”

"Kalau kamu tidak mendengarkanku, aku akan memotong jatah jajanmu!"

"Ugh, tidak, aku akan melakukannya ..."

Koyuki bingung, tapi dengan sungguh-sungguh berpura-pura untuk mandi dengan benar.

Pertama, ambil jepit rambut, mandi dan basahi rambutmu ... Letakkan sampo di telapak tanganmu dan ... Kemudian cuci rambutmu ... Yuna berpura-pura melakukannya di depan Koyuki untuk menunjukkan cara mencuci yang benar.

Naoya menatap kosong pada apa yang terjadi di sebelahnya.

Apa kau mulai mandi dengan membilas kepala dulu?...

Setelah itu, Koyuki mulai membasuh tubuhnya juga. Lengan, ketiak, leher, di belakang telinga.

Meskipun dia berpakaian dan kita berada adalah ruang tamu. Tapi, aku merasakan rasa malu yang aneh, seolah-olah aku benar-benar mengintip ke dalam bak mandi. 

Sementara aku masih sedikit gugup, Koyuki selesai mencuci tubuhnya.

Yuna mengangguk puas saat dia melihatnya 

"Bagus. Kalau begitu, selanjutnya berendam di baik mandi!"

“Iya… Um, Nao- Papa, geser sedikit.”

"Eh?"

Dengan alami, Koyuki datang dan duduk di antara kaki Naoya.

Dalam permainan ini, ini adalah skema di mana Ayah dan anak masuk ke bak mandi bersama.

Namun kenyataannya, ini seperti memeluk gadis yang kau cintai dari belakang.

Situasi apa ini?!...

Naoya menelan ludah dan meletakkan tangannya di pangkuan.

Aku bisa melihat dengan jelas bahwa telinganya merah padam.

Meskipun mereka sering melakukan skinship seperti di kolam renang dan kunjungan saat Naoya sakit sebelumnya, tampaknya mereka masih belum bisa membiasakan diri satu sama lain. Hal yang sama juga dirasakan oleh Naoya.

"A-Ayo hitung.. satu.. dua…”

"Tuga… empat.. lima ..…”

Keduanya dengan canggung berhitung dengan keras.

Sekitar hitungan ke-tiga puluhan, Yuna merasa bosan dan melepaskan mereka lebih awal, yang terasa melegakan sekaligus mengecewakan.

Lalu, setelah keluar dari "Bak mandi", Koyuki mulai mengangguk sedih.

* * *

“Ugh, itu sangat memalukan! … Aku tidak akan pernah bermain rumah-rumahan lagi!”

"Yah, Koyuki-chan melakukan pekerjaan dengan baik."

Naoya hanya bisa menghiburnya dengan menepuk pundaknya.

Kemudian Yuna menghampirinya dan menepuk kepala Koyuki dengan senyum lebar di wajahnya.

“Yup, Naoya Onii-chan! Gadis yang baik, Koyuki-chan. “

“Eeee… Gadis yang baik? Aku?"

"Tentu saja. Mama dan Papa sangat bangga padamu!”

"Aku bangga padamu...!"

Wajah Koyuki terlihat heran, tapi segera pipinya memerah karena malu.

"Ehehe, Papa dan Mama memujiku!”

“Koyuki, sadarlah. Hei, Koyuki."

Naoya mengguncang bahu Koyuki dengan ringan bermaksud untuk menyadarkannya.

Peran anak terlalu berat baginya dan bukan ide yang baik untuk melangkah lebih jauh.

"Sudah cukup bermain rumah-rumahannya. Selanjutnya, kau mau main apa, Yuna?"

"Hmm. Yah, mungkin Yuna ingin pergi ke luar.”

"Pergi keluar? Maksudnya ke Taman?"

“Eee… Tapi, hari ini panas, tahu! Lebih baik main di dalam rumah saja."

Koyuki melihat sinar matahari yang bersinar melalui jendela dan berkata dengan keras.

Tapi Yuna menggelengkan kepalanya, "Maksudnya bukan ke taman".

“Aku ingin ke pusat perbelanjaan.”

"Apa, pusat perbelanjaan?"

Yuna mengobrak-abrik setumpuk brosur dari pusat perbelanjaan terdekat.

Di sinilah aku dan Koyuki melakukan kencan pertama kami (ditemani oleh adik perempuannya) tempo hari.

Setelah berbalik, Yuna berkata dengan wajah yang bersinar.

“Nyanjiro datang ke sini hari ini! Yui Onee-chan menyuruhku untuk meminta Naoya Onii-chan mengajakku kesana!”

“Ayo pergi, Naoya-kun!”

"Oke, aku akan mengasuh dua orang."

Naoya tidak bisa menahan tawa ketika dia diminta melakukannya dengan wajah mereka yang berbinar.

TL: Retallia

Editor: Sipoi



Catatan Penerjemah: 

Yup, akhirnya mimin bisa lanjutin project ini.. Sebelumnya, mimin berniat untuk menunggu volume 2 (Official EN) rilis. Tapi, karena ada seseorang yang ngirimin mimin file vol2.. Mimin pake terjemahan dia untuk melanjutkan vol2.. Makasih banyak buat kang TL!!!




|| Previous || Next Chapter ||
6 comments

6 comments

  • Ken Vi Arcadia
    Ken Vi Arcadia
    16/5/22 23:55
    Untung gk didrop
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    16/5/22 23:33
    Akhirnya up lagi setelah sekian lama.... terima kasih admin dan kepada orang yang sudah mengirim file raw untuk translator
    Reply
  • Alas
    Alas
    16/5/22 21:29
    Uwow, kirain udah didrop ini project, buat mimin yg ngetl sama lu yg ngirim filenya, you're both are my hero
    Reply
  • Nanashi
    Nanashi
    16/5/22 19:46
    Yang ngirim file nya pahlawan....dan yg ngetranslate juga hero.....makasih para pahlawan !!!!!!!!
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    16/5/22 18:22
    Lanjutt
    Reply
  • Anonymous
    Anonymous
    16/5/22 17:54
    Akhirnya yang saya tunggu tunggu sekarang udah update
    Terimakasih banyak min
    Reply
close