-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Dokuzetsu Kuudere Bishoujo Volume 2 Chapter 6

Chapter 6 – Pertengkaran Kecil Yang Tidak Terduga


Pusat perbelanjaan tersebut bahkan lebih ramai dari biasanya pada hari itu.

Yang paling ramai dan riuh adalah ruang acara di lantai dasar.

Banyak orang tua dan anak-anak hadir. Anak-anak kecil menatap podium dengan mata berbinar. Ada seorang MC wanita dengan aksesoris telinga dan sarung tangan kucing memegang mikrofon.

“Selamat datang di pertunjukan! Mulai sekarang, kita akan berjabat tangan dengan karakter populer "Nyanjiro"!"

""Woah!!""

Anak-anak serentak bersorak ketika melihat sosok boneka binatang muncul dari belakang panggung.

Sosok tersebut adalah boneka kucing besar. Matanya menyipit agak mengantuk seperti dalam keadaan puas setelah makan.

Wajah Koyuki bersinar ketika dia melihatnya dari jauh.

“Luar biasa...! Itu benar-benar Nyanjiro!”

“Senang melihatmu bahagia, Koyuki."

Ekspresinya sama seperti saat dia bermain di kolam renang pada beberapa hari sebelumnya. Jadi, sepertinya dia benar-benar menyukainya.

Saat Koyuki menatap podium dengan mata berbinar, Yuna juga ikut mengangguk kecil.

“Apa kamu juga menyukai Nyanjiro, Koyuki-chan?”

“Tentu saja. Karena dia sangat imut.”

“Mn, aku setuju! Dia sangat imut! Btw, apa Koyuki-chan sudah menonton film terbarunya?”

“Tentu saja. Aku bahkan sudah memesan terlebih dahulu Blu-ray disknya!”

"Woah! Nee, nee, ayo nonton bareng kapan-kapan. Aku punya Blu-ray disk lainnya di rumah!"

"Benarkah? Janji ya?”

"Yapp!"

Koyuki dan Yuna dengan polosnya bersemangat.

Naoya memperhatikan mereka dengan hangat karena mereka berdua sangat rukun sekali.

Bahkan Yuna memanggil Koyuki "Koyuki-chan", bukan "Koyuki Onee-chan."

Tampaknya setelah melalui momen bermain bersama, entah bagaimana mereka tampak seperti teman dekat.

Pada awalnya aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi, tetapi mereka sepertinya semakin dekat.

Naoya merasa lega, tetapi Yuna mengepalkan tangannya dan memberinya senyum yang lebar.

"Nee, Naoya Onii-cahn.. Ayo kita mengantri bersama!"

"Ah...! Itu tidak adil! Aku juga akan mengantri dengannya!”

"Ya, iya, kita bertiga akan mengantri bersama..."

Pada akhirnya, Naoya harus kembali menghela napas panjang karena keduanya kembali terbakar oleh api persaingan.

Cinta sejatinya adalah Koyuki. Dia berani bersumpah pada Surga, Bumi, dan Tuhan untuk hal tersebut.

Tetapi untuk memberitahu Yuna tentang hal itu...bahkan Naoya, seseorang yang blak-blakan dalam segala hal yang dia lakukan, sangat ragu-ragu. Dia juga khawatir dengan hubungannya sebagai tetangga.

Aku tidak ingin membuat seorang gadis kecil menangis. Tapi, di sisi lain.. aku juga tidak ingin membuat Koyuki cemberut lebih dari ini. Astaga, apa yang harus aku lakukan dengan ini?

Naoya berdiri dalam antrean untuk sesi jabat tangan, merasakan kesedihan seorang MC dalam kisah romcom.

Untuk sesi ini diperbolehkan untuk mengambil foto dan waktu yang dibutuhkan tiap kelompom lumayan lama.

Di sebelah pojok tempat sesi jabat tangan, terdapat stand yang menjual stiker dan boneka yang juga dipadati pengunjung.

Berkat ini, antreannya menjadi lambat, tetapi untuk Koyuki dan Yuna, yang entah bagaimana saling merasa cocok, sepertinya ini waktu yang tepat untuk mengobrol.

Koyuki berbicara dengan Yuna sambil melihat boneka binatang dari kejauhan.

“Nee, Yuna, apa kamu ingin membeli souvenir juga?”

“Tentu saja! Aku ingin membeli satu untukku dan satu lagi untuk temanku!”

“Oh, bukankah itu bagus.. Apa Nyanjiro juga populer di sekolahmu?”

“Iya, semua orang menyukainya. Kami berbicara tentang Nyanjiro saat istirahat makan siang!”

“Jadi, kamu pergi menonton film Nyanjiro dengan teman-temanmu?”

“Umu, dan Yui Onee-chan juga ikut dengan kami.”

“Begitu?”

Yuna tertawa kecil lalu tersenyum tipis.

Koyuki menganggukkan kepalanya pada reaksi aneh ini.

Ah. Begitu, dia memiliki banyak hal yang terjadi dengan teman sekolahnya...

Dengan itu saja, Naoya bisa membaca sebagian besar situasinya.

Namun, Yuna sepertinya berusaha menyembunyikannya darinya. Jadi, Naoya tidak berkomentar apapun.

Kupikir anak sekolah dasar juga mengalami banyak kesulitannya sendiri.

“Btw, apa kamu benar-benar menyukai Naoya Onii-chan, Koyuki-chan?”

"Fueehh...!?”

"Buhuukk?!”

Yuna melemparkan pertanyaan, seperti serangan telak secara tiba-tiba, menyebabkan Koyuki dan Naoya kaget secara bersamaan.

Namun, di sisi lain Yuna tidak mengendurkan serangannya.

Yuna menatap Koyuki, yang wajahnya memerah dan menyatakannya tanpa sedikit keraguan.

“Kalau kamu menyukainya. Itu berarti, Koyuki-chan adalah sainganku, oke?"

“Ugh, itu...”

Koyuki pun langsung memalingkan wajahnya dari Yuna.

Jika dia bisa dengan jujur mengatakan bagaimana perasaannya hanya dengan ditekan seperti itu, maka seharusnya tidak butuh waktu lama baginya untuk segera jadian dengan Naoya.

Namun, Koyuki juga tampaknya sama sekali tidak mau menyangkalnya begitu saja.

Dengan tubuh yang gemetar, dia berkata.

“Kalau kamu bertanya apakah aku menyukainya atau tidak, aku tidak membencinya, tapi ....”

"Itu berarti kamu menyukainya, kan?”

“Yah, aku tidak bisa mengatakan hal yang memalukan seperti itu...”

"Apanya yang memalukan!? Yuna bisa mengatakannya! Naoya Onii-chan, aku sangat mencintaimu! Aku bahkan sudah sering menciumnya!”

"Ughh...!"

Yuna dengan mudah meneriakkan perasaan cintanya dan memeluk Naoya.

Karena itu, wajah Koyuki, yang tadinya merah terang, tiba-tiba berubah menjadi biru sepenuhnya.

Matanya sedikit berkaca-kaca dan jika kita menambahkan efek suara, "Gaaaa..." akan menjadi sangat tepat dengan suasananya. Itu adalah cara terbaik untuk menggambarkannya. [TN: Beneran tulisannya “Gaaaa” gitu, gajelas deh efek suara apa itu -_-]

Ngomong-ngomong, jika aku menerjemahkan apa yang mungkin ada dipikirannya, itu akan menjadi "Aku sangat cemburu...! Aku juga berharap bisa memberitahu Naoya-kun bahwa aku juga mencintainya dan memeluknya erat-erat…!”. Seperti itu kira-kira.

Namun, sepertinya masih sulit baginya untuk jujur.

Koyuki masih ragu dan begitu ragu.

Naoya mencoba membantunya.

“Dengar, Yuna.. Kau tidak boleh menggoda Koyuki seperti itu."

Namun kemudian, suara ceria yang terdengar seperti lonceng bergulir menimpa kami bertiga.

"Ara, bukankah itu Yuna-san?"

"Iya...?"

Ketika mereka berbalik, mereka melihat seorang gadis berdiri di sana.

Dia seumuran dengan Yuna.

Dia memiliki rambut pirang panjang agak bergelombang dan pita merah di kepalanya. Dia juga memiliki mata berwarna merah anggur cerah dan dia mengenakan setelan gaun one-piece yang sangat anggun sehingga membuatnya terlihat seperti seorang Putri dari buku dongeng.

Gadis cantik kecil tersebut itu meletakkan tangannya di pinggul dan tersenyum kecut.

Dan tentu saja, gadis tersebut menatap ke arah Yuna.

“Umm...Eris-chan."

Melihat gadis tersebut, Yuna membuang muka dengan canggung.

“... Apa kamu juga berbelanja, Eris-chan?”

“Iya. Ibuku mengajakku untuk ikut berbelanja. Tetapi tetap saja...”

Gadis bernama "Eris" itu menyipitkan matanya.

Hal pertama yang dilihatnya adalah boneka binatang yang melambai ke arah pengunjung.

“Yuna-san, kamu masih tergila-gila dengan kucing jelek itu, kan? Kamu sangat kekanak-kanakan seperti anak-anak lain di sekolah.”

"Hah...!"

Yuna tiba-tiba mendongak ke arah ejekan tersebut.

Dia hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang segera muncul di benaknya.

Dia membuka dan menutup mulutnya seperti ikan mas yang kekurangan oksigen. Akhirnya, Yuna menoleh ke samping dan berkata dengan dingin,

“Aku tidak peduli denganmu Eris-chan! Pergilah dari sini!”

“Apa!? Bukankah aku yang memanggilmu. Tapi, kenapa kamu malah berkata seperti itu!?”

Gadis itu langsung membalas ucapan Yuna.

Yuna membuang muka darinya dan gadis tersebut langsung beranjak pergi meninggalkannya. Ketika sosoknya akhirnya menghilang, dia menghela nafas panjang.

"Um, apa mereka bertengkar?"

“Sepertinya begitu."

Baik Naoya dan Koyuki hanya bisa saling memandang.

Tak lama kemudian, datang giliran mereka bertiga untuk berjabat tangan dengan Nyanjiro.

Mereka berjabat tangan dengan boneka binatang itu, berpelukan dan akhirnya berfoto bersama, tetapi Yuna tampal terlihat tidak senang bahkan setelah semua itu.

* * *

Setelah mencapai tujuan pertama kami. Kami menghampiri stand penjualan yang sudah sangat kami nantikan. Tapi tetap saja, ekspresi Yuna tidak berubah. Setelah itu, kami bertiga pergi ke kedai kopi di sekitar sana.

“………”

Yuna, dengan wajah cemberut, sedang memotong-motong parfait mini pesanannya.

Dia bahkan tidak melirik stroberi yang ditata dengan indah, tetapi hanya memakannya dengan tenang seolah-olah dia sedang melakukan tugas yang ditugaskan padanya, jelas pikirannya sedang entah berada dimana.

"Nee, Naoya-kun.”

"Mh, apa?"

Sebaliknya Naoya dan Koyuki duduk di seberang Yuna dan sedang makan satu set kue.

Koyuki pun lanjut berbisik ke Naoya.

“Soal gadis kecil tadi.. apakah dia teman Yuna?"

“Ah, soal itu. Yah, sepertinya begitu."

“Tapi, dia bertingkah sangat aneh...”

Koyuki sedikit menurunkan alisnya dan mengintip ke arah Yuna.

Bahkan setelah makan setengah dari parfaitnya, ekspresinya tetap sama.

Tampaknya pertengkaran dengan gadis itu benar-benar merusak moodnya.

Jelas bagi Koyuki bahwa dia khawatir. Namun, dia langsung menatap wajah Naoya.

“Oh ya, kebetulan...bisakah kamu mengetahui alasan mengapa Yuna dan gadis itu bertengkar hanya dengan melihatnya?”

“Yah, sepertinya aku mengerti sebagian masalahnya.”

“Menakutkan...!”

Koyuki menatapku dengan wajah heran, seolah dia benar-benar terkejut.

“Sungguh, kenapa kamu tidak menjadi detektif di masa depan? Aku yakin kamu akan naik peringkat dalam waktu singkat.”

"Aku masih ragu dengan bagiamana karirku nanti di masa depan. Tapi untuk saat ini, aku akan melamar untuk slot suami Koyuki."

"Muu, ini bukan saatnya untuk itu, tahu!!" Seru Koyuki menatap lurus ke arah Naoya.

Dan setelah itu, Koyuki berdehem untuk menutupi wajahnya yang memerah dan berusaha mengubah wajahnya manjadi serius.

"Kalau kamu tahu tentang masalahnya. Itu berarti kamu juga tahu cara membuat mereka baikkan, bukan?"

"Yah, sejujurnya, aku pikir itu cukup mudah."

Naoya tidak bisa menahan tawanya saat Koyuki memohon bantuan kepadanya.

Alasan pertengkaran mereka dan cara menyelesaikannya sudah jelas.

Namun, Naoya tidak bisa begitu saja mengatakannya.

"Ini adalah masalah yang harus mereka selesaikan sendiri. Kurasa tidak tepat bagi pihak ketiga sepertiku untuk ikut campur."

"Ugh.. mungkin kamu benar. Tapi, kamu juga mencampuri urusan percintaan Natsume-san dan Kouno, kan? Bukankah ini hal yang sama?"

"Yah, itu sudah berlangsung agak lama.."

Aku pernah ikut campur dengan urusan teman masa kecilku Yui untuk membantunya jadian dengan anak laki-laki yang dia suka.

Tapi, itu keputusan yang Naoya ambil setelah bertahun-tahun mengawasi mereka.

"Aku tidak akan ikut campur kecuali situasinya sangat buruk. Ini untuk kebaikan mereka sendiri."

"Kamu sangat serius dengan cara yang aneh. Aku tahu kamu orang seperti itu, tapi..."

Koyuki terus bersikeras agar Naoya bisa ikut membantu, tetapi dia mulai berhenti untuk berargumen lebih jauh.

Sepertinya dia mengerti sikap Naoya.

Namun, dia sepertinya masih mengkhawatirkan Yuna.

Dia melirik Yuna, yang menyodok parfaitnya dengan wajah cemberut dan semakin menurunkan alisnya.

"Tapi, itu tidak berarti kita bisa meninggalkannya sendirian. Apa kamu tidak bisa melakukan sesuatu?"

"Kalau kau sangat mengkhawatirkannya. Kenapa tidak kau saja yang berbicara dengan Yuna?"

"Aku?"

"Ya, seharusnya begitu. Kalian sudah semakin dekat. Lagi pula, akan jauh lebih mudah kalau kau yang berbicara dengan Koyuki yang sama-sama perempuan."

"Aku tidak pandai dalam hal semacam itu ..."

Tatapan Koyuki terlihat seperti sedang ada konflik dipikirannya.

Dia pemalu dan memiliki masalah dengan hubungan interpersonal. Jadi, ini mungkin pertama kalinya dia melakukan pembicaraan semacam ini.

Aku bisa melihat dengan jelas bahwa dia awalnya ragu untuk mulai berbicara dengan Yuna...tetapi pada akhirnya, dia memegang tanganku dengan kuat dan menatapku dengan serius dan penuh tekad.

"Oke. Aku akan mencobanya."

"Ya, semoga berhasil." kata Naoya mengangguk sambil tersenyum.

Aku sendiri dapat bertanya langsung pada Yuna, tetapi karena aku sudah tahu segalanya terlebih dahulu, itu akan membuatnya tampak seperti interogasi dan itu mungkin akan makin memperkeruh suasana.

Dengan begitu, Koyuki akan lebih cocok untuk pekerjaan ini.

Setelah berdehem, dia berbicara dengan Yuna.

"Um, Yuna-chan."

"Mn, apa?"

"Soal gadis barusan... Um, Eris-chan, bukan? Apa dia temanmu di sekolah?"

"…Iya. Kami bertemu beberapa hari yang lalu."

Yuna merenung sebentar dan mengangguk kecil.

Dari sana, dia mulai becerita.

Gadis itu, Eris, sepertinya adalah teman sekelas Yuna.

Dia adalah gadis pindahan dari Amerika pada musim semi ini dikarenakan pekerjaab orang tuanya. Oleh karena itu, dia baru berada di Jepang dalam waktu yang singkat.

"Jadi, Yuna adalah orang pertama yang berteman dengannya."

"Oh, begitukah?"

"Iya, benar. Saat Eris-chan pertama kali masuk sekolah, dia tidak bisa berbahasa Jepang dengan baik."

Mungkin itu sebabnya dia selalu sendirian. Saat istirahat, dia menghabiskan waktunya di mejanya membaca buku bergambar asing dan Yuna tidak pernah melihatnya tersenyum.

Kemudian Yuna berbicara dengannya.

'Eris-chan, kamu imut sekali seperti seorang Putri!'

'Apa?'

Sejak saat itu, Yuna mengajarinya bahasa Jepang dan mengajaknya bermain setiap hari.

Pada awalnya, Eris bingung, tetapi akhirnya dia mulai tersenyum dan bahasa Jepangnya meningkat pesat seiring dengan itu. Mungkin karena kecintaannya membaca buku, dia sekarang tahu kata-kata yang lebih sulit daripada siapa pun di kelas.

Yuna berbicara dengan ekspresi bermasalah tentang persahabatan yang seharusnya berjalan dengan baik, yang membuat Koyuki menjadi sangat bingung.

“Sepertinya kalian berteman dengan sangat baik.. Tapi, kenapa kalian tadi bertengkar?"

“...Ini bukan salah Yuna.”

Pipi Yuna menggembung.

“Eris-chan tiba-tiba berkata bahwa dia tidak ingin bermain dengan Yuna lagi.”

“Tiba-tiba? Bukan karena kalian bertengkar atau apa?”

“Tidak, kita tidak bertengkar. Aku baru saja mengajaknya ke bioskop.”

Itu baru 2 minggu yang lalu.

Dalam perjalanan pulang dengan Eris, dia bertanya apakah dia ingin pergi ke bioskop lagi pada liburan berikutnya.

Itu adalah film tentang Nyanjiro, karakter maskot populer di sekolah.

Yuna sudah menantikan film itu dan ingin melihatnya bersama Eris.

Tetapi Eris sangat kecewa, dia bilang bahwa dia tidak ingin melihatnya lagi.

'Aku tidak akan pergi.'

'Eh? Kenapa? Nyanjiro, itu imut sekali!'

'Nggak, aku tidak mau! Aku hanya akan bermain dengan Yuna-san hari ini saja!'

'Apa!?'

Tampaknya dia secara sepihak memutuskan untuk tidak mau berteman lagi.

Sejak hari itu, Eris mulai mengabaikan Yuna dan tidak peduli dengan apa yang Yuna katakan padanya, dia juga mulai pulang sekolah sendiri.

Dan ketika Yuna sedang bermain dengan anak-anak lain, dia akan menertawakannya dengan sarkas seperti yang dia lakukan sebelumnya.

"Oh. Jadi, itu sebabnya kamu dalam suasana hati yang buruk sebelumnya."

"Aku sudah tidak ingin mengenal Eris-chan lagi! Aku sudah tidak peduli dengannya!"

Yuna membalikkan badannya karena kesal.

Tampaknya membicarakan tentang Eris, membuat kekesalan yang dia sembunyikan meluap.

Yah, mau bagaimana lagi, kan? Yuna sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi dengan Eris.

Dia mungkin tidak pernah menyangka bahwa hanya dengan mengundangnya ke bioskop akan mengacaukan pertemanannya.

Aku tidak tahu alasan perubahan mendadak dalam sikap Eris, yang membuatnya semakin frustasi.

“Oh, aku mengerti...”

Koyuki mengepalkan tangannya dan sepertinya sedang merenungkan cerita Yuna.

Keheningan terjadi di antara mereka bertiga untuk sementara waktu.

Meskipun ada beberapa tawa ceria di restoran itu, hanya ada suara Naoya yang menyeruput tehnya dan bergema pelan di meja mereka.

Kemudian, Koyuki lah yang memecah kesunyian. Dia membuka mulutnya dengan serius dan mengatakan secara singkat

“Yuna-chan, kamu harus berbicara dengan gadis itu lagi.”

“... Aku sudah mencoba untuk berbicara dengannya.”

Yuna mengerutkan keningnya dan memalingkan wajahnya.

“Tapi, Eris-chan tidak peduli dengan apa yang Yuna katakan. Dia selalu membalas apa yang aku katakana dengan ejekan atau kata-kata buruk lainnya. Bahkan dia selalu mengejek Nyanjiro...” [TN: Apasih anjir Eris labil problematik. Maaf ikut kesel jadinya.]

Setetes air mata kecil muncul di sudut matanya.

Yuna pun langsung menyeka air matanya dan mengeluarkan kata-kata dengan suara pelan.

“Aku tidak ingin membencinya. Tapi, aku takut jika diteruskan maka aku akan membencinya. Jadi, aku mencoba untuk tidak berbicara dengannya lagi.”

“Tetap saja, itu tidak baik."

Koyuki tidak menyerah sama sekali dengan hati Yuna yang perlahan tenggelam dalam kekhawatirkan.

Dia menurunkan pandangannya ke tehnya, yang sudah mendingin dan mulai berbicara dalam nada ringan.

“Kamu tahu, Yuna-chan? Dulu aku juga punya teman di sekolah dasar. Namanya Chie-chan dan dia seperti Eris untuk Yuna-chan."

“Teman... apa kamu masih berteman dengannya?”

“... Mn, kami tidak berteman lagi.”

Koyuki perlahan menggelengkan kepalanya.

Naoya juga pernah mendengar cerita ini sebelumnya.

Ada seorang gadis yang dia pikir adalah sahabatnya, seorang gadis yang dia sayangi.

Namun, dia akhirnya mengetahui bahwa gadis itu membencinya di belakangnya.

Setelah itu, Koyuki tidak tahu bagaimana menghadapinya dan terus menghindarinya.

"Hubungan kami semakin canggung dan tidak lama setelah itu, Chie-chan pindah ke sekolah lain. Aku terlalu keras kepala untuk menanyakan informasi kontaknya. Jadi, aku bahkan tidak tahu di mana dia atau apa yang dia lakukan sekarang."

Mengatakan ini, Koyuki tersenyum walau ada kesedihan yang jelas tampak diwajahnya.

"Aku pun sendirian untuk waktu yang lama. Aku tidak bisa mempercayai siapa pun dan menghindar untuk bergaul dengan orang lain."

"Apa? Tapi, Koyuki-chan.. kamu dekat dengan Yuna."

"Tidak, itu tidak benar. Aku baru-baru ini mengubah sikapku. Ini semua berkat Naoya-kun."

"Naoya Onii-chan?"

Yuna memiringkan kepalanya dan Koyuki menganggukkan kepalanya.

"Naoya-kun mengajariku bahwa hal terpenting untuk menghadapi orang lain adalah memiliki keberanian untuk berbicara. Berkat itu, aku bisa berteman dengan Naoya-kun, Yuna Onee-chan dan banyak orang lainnya."

"Yah, itu juga berkat kerja kerasmu, Koyuki."

"Mnm.. Itu sebabya, aku mulai memikirkan hal ini."

Koyuki kemudian memotong kata-katanya dan menatap cangkir tehnya.

"Kalau saja aku punya keberanian untuk berbicara dengan Chie-chan lagi saat itu... mungkin kita masih bisa berteman."

"Tapi, dia tidak menyukai Koyuki-chan 'kan?"

Yuna menyela dengan sedikit nada sarkasme.

Dia sepertinya mulai membandingkan cerita Koyuki dengan ceritanya sendiri.

"Aku ingin tahu apakah aku benar-benar bisa berteman dengan seorang gadis yang membenciku."

"Itu mungkin mustahil."

"Eee?"

"Tapi, itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa dan menyesalinya untuk waktu yang lama, bukan?"

Koyuki berkata dengan tenang kepada Yuna, yang mulai tampak pucat.

Menempatkan tangannya di dadanya, dia terus mengungkapkan perasaannya yang tulus.

"Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa aku tidak bisa begitu saja berbuat baik pada orang baru lalu berharap dia akan melakukan hal yang sama denganku. Aku seharusnya melakukan sesuatu yang aku bisa untuk berbaikan dengannya. Karena dia sungguh…sungguh teman yang sangat penting."

Itu adalah perasaan Koyuki yang sebenarnya.

Naoya sedikit tersentak dan sedikit merasakan sakit di hatinya ketika mendengar pernyataan Koyuki.

Tapi, Koyuki dengan cepat menurunkan bahunya dan menghela nafas.

"Tapi, aku bahkan tidak bisa meminta maaf kepada ... gadis itu lagi."

"Koyuki-chan..."

Yuna menatap Koyuki dengan mata berkaca-kaca.

Sambil dengan lembut memegang tangannya di seberang meja, Koyuki melanjutkan perkataannya.

"Aku tidak ingin kamu merasa sepertiku. Kamu harus membicarakannya dengan Eris-chan. Kalian harus berbaikan bagaimanapun caranya."

"... Tapi, bagaimana jika itu tidak berhasil?"

"Kalau begitu, kamu harus melakukannya sampai berhasil! Jangan menyerah setelah percobaan pertama! Tidak peduli apa yang terjadi, kamu harus berusaha, berusaha dan berusaha!"

"... Mn, aku mengerti."

Yuna mengangguk kecil dan menundukkan wajahnya.

Ketika dia mengangkat kepalanya, tidak ada lagi air mata di matanya.

Sebaliknya, wajahnya dipenuhi dengan api semangat yang kuat.

"Yuna akan berbicara dengan Eris sekali lagi! Kita akan baikkan!"

"Iya, kamu harus baikkan dengannya, Yuna-chan."

Wajah Koyuki juga bersinar.

Suasana gelap dan muram berubah drastis dan keduanya terlihat sangat ceria.

Melihat ini, Naoya merasa lega.

Luar biasa, Koyuki...dia mampu mengungkapkan perasaannya dengan sangat cepat dan tepat...

Akan sulit baginya untuk begitu terbuka dan jujur tentang perasaannya beberapa waktu yang lalu.

Mungkin karena Yuna berada dalam situasi yang mirip dengan dirinya sendiri sehingga dia bisa mengungkapkan perasaannya.

Apapun itu, Koyuki membuat kemajuan. Naoya bisa merasakan itu.

Dia lega, tetapi pada saat yang sama, sedikit khawatir.

Teman Koyuki itu... Kuharap aku bisa membuat mereka berbaikan lagi ...

Aku tahu bahwa Koyuki selalu terganggu oleh masa lalu.

Dia mengatakan bahwa itu membuatnya tidak nyaman bersosialisasi dan itu pasti cukup trauma baginya.

Tidak diketahui apakah mantan temannya itu masih mengingat Koyuki, tapi ... Naoya ingin melakukan sesuatu tentang hal itu.

Yui memiliki koneksi yang luas dan aku ingin tahu apakah dia mengenal seorang gadis yang berada di sekolah dasar yang sama dengan Koyuki... Tidak, tapi kurasa itu bukan ide yang baik bagiku untuk terlalu ikut campur...

Mungkin Koyuki akan terluka lagi jika dia bertemu lagi dengan temannya itu.

Memikirkan kemungkinan ini, Naoya membatalkan niatnya. Meskipun dia bersedia untuk mendorong dan mendukung dalam banyak hal, dia berhati-hati dalam hal-hal sensitif semacam ini.

Koyuki, di sisi lain, tidak tahu konflik batin yang dihadapi Naoya.

"Kalau begitu mari kita lakukan pertemuan untuk membahas strategi. Mari kita pikirkan bagaimana cara berbicara dengannya di sekolah akhir pekan ini denganmu!"

"Mn! Terima kasih, Koyuki-chan!"

Bersama Yuna, dia terbakar dengan semangat juang yang melankolis.

... Kupikir kita harus menyelesaikan masalah di sini dulu... pikir Naoya, tersenyum.

Jika keduanya sudah dapat sampai dengan kesimpulannya sendiri, maka aku dapat mendorong mereka dengan lembut.

"Kurasa kalian tidak perlu menunggu sampai akhir pekan."

"Ehh… Apa?"

“Mudah bagiku untuk menebak ke mana dia pergi.”

Naoya terkekeh melihat mereka berdua yang seolah tampak takjub.

* * *

Pusat perbelanjaan adalah bangunan tiga lantai yang luas.

Ada banyak toko, bioskop dan pusat permainan. Jadi jika mereka ingin menemukan satu-satunya gadis, mereka tidak punya pilihan selain mengandalkan sistem pengumuman anak yang hilang.

Tapi menurut Naoya, hanya ada satu tempat yang mungkin dituju Eris.

Bersembunyi di balik bayang-bayang, dia melirik ke arah itu.

Koyuki dan Yuna mengikutinya. Namun, keduanya tampak bingung.

“Eris-chan, apa dia benar-benar datang ke tempat ini...?”

“Aku tidak percaya kita berada di stand penjualan Nyanjiro..."

Mereka bertiga mengawasi stand penjualan, yang didirikan tepat di sebelah tempat sesi jabat tangan.

Boneka, alat tulis, buku bergambar dan barang-barang lainnya dijejalkan ke dalam ruang kecil. Meskipun sebelumnya dipenuhi orang, kondisinya sekarang sudah cukup sepi.

Yuna masih memiringkan kepalanya.

“Sejak Yuna mengundangnya untuk menonton film Nyanjiro, dia marah padaku. Ketika aku berbicara tentang Nyanjiro dengan gadis-gadis lain, dia terlihat sangat bosan... Kupikir dia tidak tertarik.”

“Jika itu yang terjadi, mungkin dia lebih seperti seorang haters...”

“Yah, mari kita kesampingkan itu. Mungkin sudah waktunya untuk... oh, itu dia!"

“Eeee apa? Benarkah?”

Melihat ke arah yang ditunjuk Naoya, mereka berdua berteriak kecil.

Itu karena seorang gadis pirang - Eris - telah muncul dari kerumunan.

Dengan ekspresi kuat di wajahnya seperti seorang pejuang yang pergi ke medan perang, dia langsung menuju ke stand penjualan.

Dia mengambil stiker yang ada di dekatnya. Dengan penuh semangat dia memeriksa bagian depan dan belakang, lalu dengan lembut meletakkannya kembali.

Hal yang sama berlaku untuk item lainnya. Pelanggan lain begitu serius sehingga mereka dipaksa untuk memberi jalan bagi Eris.

Menyaksikan kejadian ini, mereka berdua tidak bisa menahan diri untuk tidak terheranan-heran.

"Oya? Kupikir dia tidak tertarik?"

"Fufu.. benar, padahal dia bilang tidak menyukainya."

"Oh, ayolah, kalian berdua. Ada hal yang lebih baik untuk kita lakukan daripada ini."

"Oh, benar juga...!"

Koyuki terkejut dengan komentar Naoya.

Dia menepuk pundak Yuna dan menunjuk lurus ke arah Eris, yang sedang berbelanja di pojok penjualan.

"Kamu pasti bisa Yuna-chan! Kamu dan Eris akan berbaikan!"

"Iya! Yuna akan melakukan yang terbaik!"

* * *

Yuna juga membuat pose penuh semangat dan berjalan menuju stand penjualan.

Eris mungkin begitu fokus melihat produk sehingga dia tidak menyadari bahwa Yuna mendekatinya.

"Eris-chan!"

"Hyah!"

Saat Yuna memanggilnya, Eris melompat beberapa sentimeter.

Dia berbalik dengan rambutnya yang digulung indah seperti cambuk.

"Waaa, Yuna-san! Kenapa kamu disini...!"

Pada saat itu, wajah Eris tampak benar-benar pucat.

Tapi, Yuna tidak peduli. Sambil terus memperpendek jarak dengan Eris, selangkah demi selangkah, dia mengucapkan beberapa kata yang harus dia persiapkan.

"Kamu tahu, Eris-chan. Aku ingin berbicara denganmu."

"T-Tidak! Aku tidak mau berbicara denganmu lagi!"

"Aah! Tunggu!"

Tanpa mendengarkan kata-kata Yuna, Eris berlari keluar dari tempat itu seperti kelinci.

Dia langsung menuju pintu keluar. Tapi, seseorang sudah bersiap disana dan menyergapnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

"Aaaah!"

Koyuki melompat keluar dari bayang-bayang, meraih Eris dan menjepitnya.

Hal ini menyebabkan tamu lain kebingungan dan berhenti di tempat. Membungkuk meminta maaf kepada mereka, Naoya juga memutuskan untuk keluar dari bayang-bayang.

Dikelilingi oleh ketiganya dalam sekejap mata, Eris hanya bisa meringis dengan air mata di matanya.

"Siapa orang ini?"

"Dia teman Onee-chanku! Koyuki-chan!"

"Ngomong-ngomong, aku tidak bermaksud memintamu tetap disini Yuna-san! Dan tolong lepaskan aku!"

"Akan aku lepaskan kalau kamu berbicara dengan Yuna-chan lagi."

"Ughh...!"

Wajah Eris terdistorsi dengan kondisi yang diajukan oleh Koyuki.

Namun, dia dengan tegas membentak dan berbalik.

"Aku menolak. Tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Yuna-san!"

"Ah..."

Yuna mengangkat alisnya dan mengangkat bahunya pada jawaban singkat tersebut.

Tampaknya tekad yang baru saja dia janjikan kepada Koyuki telah sepenuhnya terhapus oleh itu.

Koyuki menatap Eris yang ia tahan dengan tangan terikat di belakang punggungnya.

"Hmmm... tupai. Bolehkah aku bicara?"

"Apa?"

Koyuki melepaskan ikatannya dan menatap langsung ke Eris kali ini.

Meskipun dia sudah bebas, Eris tidak bisa lari dari intimidasi Koyuki dan tersentak.

Koyuki kemudian menyodorkan jari telunjuknya padanya.

"Kamu benar-benar menyukai Yuna-chan, kan?"


"Huh?"

"Eh...?"

Berbeda dengan tatapan kosong Yuna, wajah Eris memerah.

Naoya diam-diam menghela nafas saat dia menatap pemandangan seperti itu.

Oh, Koyuki melakukan sesuatu yang tidak biasa sepertiku...

Tampaknya menghabiskan waktu bersama Naoya, membuatnya mengembangkan beberapa kepekaannya. Namun, bagi kebanyakan orang, tidak akan sulit untuk membaca maksud sebenarnya dari Eris.

Bagaimanapun, karena Koyuki tampaknya sudah menyadari kebenarannya, Naoya memutuskan untuk terus memperhatikan situasi dengan tenang.

Dia siap untuk campur tangan jika percakapan akan menjadi rumit, tetapi dia merasa bahwa semua akan baik-baik saja.

Koyuki menatap tajam ke arah Eris, yang bingung.

"Kamu sangat menyukai Yuna-chan. Tapi, kamu tidak bisa mengatakan hal itu."

"Hah? Itu tidak benar!"

Eris menatap Koyuki dengan tajam sambil ternganga.

"Memangnya kamu tahu apa tentangku!?"

"Ya, aku tahu. Karena aku sama sepertimu."

Koyuki meletakkan tangannya di pinggulnya dan berkata blak-blakan.

"Tidak ada gunanya menjadi keras kepala. Kalau kamu ingin menjadi temannya lagi, kamu harus segera menghadapinya tanpa alasan apapun."

"Apa?"

"Eh, Eris-chan...?"

Eris menelan ludah dan wajah Yuna juga menegang saat dia menatapnya.

Namun, Yuna tampaknya sudah mengambil keputusan bulat. Mengepalkan tangannya erat-erat, dia berkata secara langsung.

“Yuna ingin berteman lagi dengan Eris seperti dulu! Kalau Yuna melakukan kesalahan, aku minta maaf... Hanya saja, kamu harus mengatakan apa yang salah dengan Yuna!"

"Yuna-san.."

Kata-kata dari Koyuki tersebut sepertinya telah mencapai hatinya.

Eris terdiam dan menatap jari kakinya.

Kemudian, dia menumpahkan kata-kata berikutnya.

"Ini bukan salahku. Ini semua salahmu.."

"Ugh... Maaf. Tapi, aku tidak tahu mengapa kamu marah padaku."

"Grr, kamu yang terburuk Yuna-san..!"

Eris mengarahkan jarinya ke arahnya.

Apa yang ada di depannya adalah setumpuk barang Nyanjiro yang berjejer di pojok penjualan.

Dia mengangkat matanya seolah-olah seperti untuk membalaskan dendam pada sesuatu.

"Mereka menyebut kucing jelek ini 'imut' bukan aku...!"

""Hah?""

Koyuki dan Yuna sama-sama mengangkat suara mereka.

Naoya terkekeh melihat reaksi mereka.

"Aah, kau juga tidak terlalu memperhatikannya 'kan, Koyuki?"

"Tidak, tidak, tidak, aku tidak mengerti... apa yang terjadi di sini?"

"Karena Yuna-san selalu bilang aku imut dan seperti Putri..."

Eris tersedak sedikit dan menggumamkan beberapa patah kata.

Dia sangat cemas ketika dia tiba di Jepang karena dia tidak mengerti bahasanya.

Dia sangat senang ketika Yuna berbicara dengannya.

Dia sangat senang ketika Yuna memanggilnya "imut" setiap hari.

Akhirnya, Eris menangis dan membuat pengakuan.

"Tapi! Yuna-san malah lebih memuji kucing jelek itu! Dan juga, Yuna sangat antusias ketika berbicara soal itu dengan anak laki-laki lain! Aku tidak menerima hal itu...!"

"A-ah. Jangan menangis, Eris!"

Yuna buru-buru mencondongkan tubuh ke dekat Eris dan mengulurkan saputangan.

Koyuki, dari jauh, menatapnya dan berkata.

"Err, Naoya-kun. Apakah ini berarti soal 'suka'?"

"Yah, hal semacam ini sering terjadi di kalangan anak SD..."

"Hmm, kalau dipikir-pikir.. anak SD akhir-akhir ini sudah sangat maju soal masalah semacam ini.."

Ketika Naoya menganggukkan kepalanya dengan mudah, Koyuki menghela nafas panjang.

Dengan kata lain, Eris hanyalah cemburu.

Dan karena targetnya adalah Nyanjiro, tidak mengherankan jika Yuna tidak mengerti apa yang terjadi dengannya.

"Eris-chan..."

Sambil menenangkan sahabatnya yang menangis tersedu-sedu, Yuna merenung dengan mulutnya yang meringis.

Saat Eris sudah tenang, Yuna meraih tangannya dan berkata langsung padanya.

"Maaf, Eris-chan. Aku sama sekali tidak menyadarinya."

"Yuna..."

"Jadi, aku akan memberitahumu dengan benar mulai sekarang."

"Eh?"

Yuna tersenyum dan melontarkan beberapa kata langsung padanya.

"Nyanjiro memang imut, tapi...Eris-chan jauh, jauh lebih imut!"

"Ehh...?"

Wajah Eris menjadi merah padam.

Namun, Yuna tidak peduli dan tetap melanjutkan.

"Rambutmu yang berkilau seperti matahari yang bersinar. Pipinya halus dan lembut. Kamu sangat imut! Bahkan kamu sangat bagus dengan pakaian apa pun! Kamu juga bisa masak, baik kepada bunga dan hewan.. dan, terus kamu ...."

"Ahhhh..."

Pujian yang tak henti-hentinya hanya membuat Eris tersentak.

Akhirnya, Yuna menatap wajahnya dan berkata.

"Aku menyukaimu, Eris-chan. Jadi, apakah kita... bisa berteman lagi?"

"..... T-Tapi, aku sudah mengatakan banyak hal buruk pada Yuna-san."

Suara Eris bergetar.

"Dan... kamu masih mau berteman denganku?"

"Tentu saja! Kamu adalah teman Yuna yang paling berharga!"

"Yuna-san..."

Yuna langsung menjawab dan Eris meremas kembali tangan Yuna.

Kemudian dia menyeka air matanya dengan tangannya yang lain dan tersenyum lebar.

"Aku tahu aku egois dan bodoh. Tapi, mohon bantuannya."

"Eh, maksudmu?'

"Artinya, Tolong bersikap baiklah padaku."

"Begitu! Kalau begitu, tolong bersikap baik juga pada Yuna!"

"Tentu saja!"

Dengan itu, kedua gadis itu kembali tersenyum.

Suasana canggung sebelumnya di antara keduanya benar-benar tenggelam oleh kebahagian mereka. Bukti bahwa mereka bisa saling memahami dari lubuk hati mereka.

Sementara itu, Naoya dengan hangat mengawasi mereka, lalu Koyuki mulai berbicara dengannya.

"Nee, Naoya-kun. Mungkinkah tujuan gadis datang ke stand penjualan..."

"Ah, benar. Dia datang ke sini untuk membeli hadiah Yuna agar bisa berbaikan lagi dengan Yuna."

"Begitu, ya.. Itu sebabnya, dia tadi terlihat sengat serius saat memilih boneka. Astaga, ternyata dia gadis yang baik."

Mengatakan itu, Koyuki menghela napas panjang.

Dia merasa lega bahwa keduanya sudah baikkan, mungkin karena dia merasakan kesamaan dengan Eris yang keras kepala.

Kemudian Yuna menghampiri Koyuki dengan senyum di wajahnya.

"Makasih, Koyuki-chan! Berkatmu, aku bisa berbaikan dengan Eris-chan!"

"Senang melihat kalian berdua baikkan. Tapi ini semua berkat keberanianmu, Yuna-chan. Aku hanya mendorongmu sedikit dari belakang."

"Koyuki-chan..."

Yuna menghilangkan senyumnya dan menatap wajah Koyuki.

Koyuki sedikit bingung dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Tidak, tidak ada kok.."

Yuna menggelengkan kepalanya.

Kemudian dia memasang senyum yang lebih cerah dan berkata sambil tersenyum.

"Koyuki chan, aku akan mendukung hubunganmu dengan Naoya Onii-chan! Berbahagialah dengan Naoya Onii-chan!"

"Huh...?"

"Dan, untuk Naoya Onii-chan. Jangan membuat Koyuki menangis! Kalau kamu melakukannya, Yuna tidak akan diam saja!"

"Jangan khawatir. Aku tidak akan membuatnya menangis."

Setelah mendengar kata-kata dari Naoya, Yuna kembali ke sisi Eris lagi.

Koyuki menggaruk kepalanya saat melihat Yuna meninggalkannya menuju Eris.

"Apa-apaan itu? Padahal sebelumnya dia sangat cemburu padaku."

"Kurasa itu berarti dia mengakuimu sekarang."

"Begitukah? Aku benae-benar tidak melakukan apa-apa, tahu."

Koyuki tetap bingung.

Dia benar-benar tidak menyadari bahwa dia sudah memainkan peran yang besar dalam menjaga hubungan kedua gadis itu.

Alisnya berkerut tak percaya, tetapi ekspresinya sedikit mengendur saat melihat Yuna dan yang lainnya tertawa bersama. Namun, ada bayangan yang menggantung di wajahnya.

"Tapi, syukurlah. Aku senang mereka bisa berbaikan satu sama lain."

"... Benar."

Naoya hanya bisa memberikan anggukan biasa sebagai tanggapan atas kalimat itu, yang diwarnai dengan penyesalan dan kekhawatiran.

Keduanya terdiam beberapa saat.

"Nee! Naoya Onii-chan!"

"Hm? Ada apa, Yuna?"

Yuna menarik tangan Eris dan kembali ke arah Naoya.

Apa yang muncul setelahnya adalah keinginan kecil yang lucu.

"Kita akan makan malam di tempat Naoya Onii-chan, kan? Bolehkah aku mengajak Eris-chan juga?"

"Ya, tidak apa-apa. Kau juga tinggal di sekitar sini 'kan, Eris? Aku akan mengantarmu pulang nanti."

"Baiklah, kalau begitu, aku akan menuruti perkataanmu... dan dengan senang hati aku akan ikut."

"Yah. Sebelum itu, kita harus memberitahu orang tuamu dulu. Apa kamu punya nomor teleponnya?"

"Ah, ya.. silakan..."

Koyuki menerima smartphone dari Eris dan dengan cepat mengatur segalanya.

Seperti yang diharapkan, dia dapat diandalkan... Yah, lagipula.. Koyuki ingin berbaikan dengan teman lamanya, kan...?

Naoya sangat khawatir tentang hal ini sehingga perasaan kabur di dadanya terus menyebar.

"Nee, Naoya-kun, itu..."

"Hm?"

Aku mengesampingkan pikiranku saat Koyuki menatapku dengan tatapan cemberut di matanya sambil memegang smartphone Eris di tangannya.

Aku tahu setidaknya apa yang ingin dia katakan, bahkan jika aku tidak bertanya padanya...

"Oh, ya.. kau tidak terbiasa berbicara dengan orang asing, kan? Oke, aku saja yang meneleponnya."

"M-Maaf…"

"Muu, Naoya Onii-chan. Yuna 'kan sudah bilang jangan membuatnya menangis!"

"Itu benar! Minta maaflah kepada Koyuki-sama!"

"Kenapa aku yang disalahkan ..."

Dengan tiga gadis dalam kelompok, sangat sulit bag seorang pria untuk menang ber-argumen.

Dengan begitu, kami memutuskan unruk pergi membeli bahan makanan sebelum pulang ke rumahku.

TL: Retallia

Editor: Sipoi


Catatan Penerjemah (Retallia): Oke, masalah selesai… Bagus juga plotnya dibuat tidak jadi harem lewat pertengkaran bocil-bocil itu wkwkwkwk. Char development Koyuki memang jadi hal paling menarik di LN ini sejauh ini sih, makin ga sabar buat liat perkembangan kedepannya walaupun harus begadang ngopi buat translatenya. LOL. Anyway, semoga kalian senang bacanya. [ED: Selamat membaca guys]




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close